24#TheSecondLife

"Membuang kesempatan project yang saya tawarkan, padahal sangat membutuhkan, saya sudah menjanjikan project ini akan membantu kesulitan keuangan perusahaan tuan, dari pada tuan merasa berhutang budi dan dengan terpaksa bertunangan dengan si bar-bar itu, bukankah lebih baik usaha sendiri, tuan?"

Bukan hanya Prilly yang geram mendengarnya. Ali-pun tentu demikian. Bahkan juga bukan hanya karna bocornya pertunangan mereka ketelinga Amora, namun terlebih karena Amora menurutnya begitu lancang. Siapa dia sampai berani mengatakan tentang hutang budi dengan gadis bar-bar? Tahu apa dia tentang perasaannya? Apakah Amora pikir ia terpaksa dengan pertunangan ini.

"Kenapa, tuan? Anda terkejut saya tahu semuanya? Tahu tentang pertunangan anda dengan si arogan itu? Tahu tentang bagaimana anda bilang hanya membalas budi saja padanya sehingga anda mempertahankan tambang emas anda!"

Amora melanjutkan kalimatnya dengan nada yakin bahwa apa yang ia ucapkan adalah skak mat buat Ali. Ia juga merasa percaya diri dengan ia mengungkap 'kartu As' menurutnya Ali akan tunduk padanya. Hingga ia berdiri melangkah kesisi meja untuk menghampiri Ali dengan seringai licik.

Sementara Prilly makin beringsut kebawah meja menyembunyikan tubuhnya lalu bersandar sambil menekan dada setelah mendengar ucap Amora, Ali berdiri segera menahan langkah si percaya diri dengan tangan yang terangkat dan ucap yang tak kalah beringas tanpa tenggelam dalam pikiran yang kalut atas ucap Amora yang seolah membongkar perasaan yang sebenarnya kepada Prilly.

"Stop! Tolong anda tetap disana! Jangan mendekati saya apalagi menyentuh saya!!"

Sebelum Amora bersikap lebih berani, Ali sudah menahan keberanian yang menurut Ali bukan pada tempatnya. Buatnya tak ada tempat bagi seorang wanita yang terlalu memaksakan kehendak apalagi begitu percaya diri meraihnya.

"Anda sudah lancang menerobos ruangan saya, anda juga sudah lancang memata-matai saya, anda sangat sangat sangat lancang mengintimidasi saya, jadi selama ini kebocoran yang menjadi rahasia perusahaan adalah karna anda?" Tegas ucap Ali. Ada geram tentu dalam nada bicaranya. Tangannya menggenggam dan genggamannya ia tekan diatas meja hingga jarinya memutih.

"Bukankah memang demikian, tuan? Jangan pura-pura bahagia menjadi tunangannya padahal hanya terpaksa karna dia tambang emas, tuan, kalau tidak mencintainya jangan dipaksa tuan, maka dari itu saya tawarkan project besar untuk membantu tuan agar tuan bisa lepas darinya!" Amora tertawa kecil penuh rasa menang, semakin membuat Ali merasa darahnya naik hingga keubun-ubun. Ia merasa sepertinya sudah cukup ucap Amora. Semakin ia berlama-lama diruangannya, Ali tidak tahu kalimat apalagi yang akan wanita itu keluarkan. Seketika ia khawatir Prilly akan semakin banyak mendengar yang seharusnya ia jelaskan.

"Cukup sudah! Silakan anda keluar!!" Usir Ali sambil menunjuk pintu dengan telapak tangan yang dilebarkan. Padahal telunjuk yang pantas melakukannya pada wanita seperti Amora Haneenia.

"Kenapa, tuan? Panikkah? Saya bisa saja setelah ini menemui si bar-bar untuk mengatakan kalau tuan sebenarnya tidak pernah mencintainya, untuk apa dilanjutkan kalau tuan tidak bahagia? Kalau butuh teman curhat ada saya, tuan, jangan kepada wanita lain yang mudah sekali silau dengan iming-iming cuan biar bisa naik kelas dengan barang-barang branded!"

Ali meraih gagang telpon dan memanggil Calvin di line 9 yang keluar dari ruangan setelah ia mengisyaratkannya sebelum Amora berkata lebih banyak diawal tadi.

"Hubungi Security, keluarkan tamu tak diundang dari sini!" Perintah Ali tegas karna yakin Amora takkan beranjak kalau tidak diusir paksa menggunakan tenaga keamanan.

"Baik, boz!"

Amora Haneenia tertawa mengesalkan. Ali sampai heran, sepertinya wanita itu berniat sekali untuk menghancurkannya dan Prilly. Padahal kalau dilihat dari kronologis kejadian kenapa ia sampai dibuat memilih mengundurkan diri, yang salah adalah dirinya sendiri. Dan seharusnya dia bersyukur Prilly berbaik hati tidak memblacklistnya agar ia dapat berkarir diperusahaan lain. Harusnya ia menjadi lebih baik, bukannya mendendam.

"Tuan Ali, gara-gara dia pertemuan kita yang harusnya manis jadi pahit, kemana kemanisan tuan sebelum datang menemui saya dihari itu? Apa karna saya sudah tidak bisa lagi diandalkan karna berbuat kesalahan itupun akibat terlalu exited bertemu anda?" Ucap Amora lagi dengan wajah yang tenang diakhiri dengan pertanyaan. Rupanya ia masih belum bisa terima dengan keadaan bahwa kejadian disaat itu tidak sesuai dengan ekspektasinya.

"Semua yang terjadi pada saya gara-gara anda, tapi anda dengan mudah mengabaikan saya saat itu, tapi saya maafkan anda, karna saya mau memperbaiki, jangan khawatir saya tidak dendam pada anda, saya juga tertarik pada tuan seperti tuan tertarik pada saya sebelum kejadian itu," tutur Amora dengan nada menyesali.

"Awalnya saya kecewa kenapa bisa anda bertunangan dengannya, tapi keyakinan saya terbukti, dia hanya tambang emas bagi anda, dan anda hanya merasa berhutang budi padanya, untuk itulah saya datang memaksa karna saya yakin, anda sebetulnya hanya butuh saya!" Amora makin mengungkapkan apa yang ada dibenaknya.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa, sebelum pertemuan itu ada komunikasi antara ia dan Ali. Alipun sesungguhnya tak bisa menyangkal, sebenarnya tadinya sebelum bertemu diulang tahun Prilly, 15 Oktober 2021 hampir setahun yang lalu sebelum kejadian dikantor yang membongkar tabiat asli Amora, ia memang tidak terniat berurusan dengan Prilly yang ia ketahui begitu bar-bar dan glamour. Meski orangtuanya menyarankan untuk mendekati dengan datang kepesta ulangtahunnya, ia lebih memilih berurusan dengan manager marketing, apalagi ia juga tahu saat itu Prilly belum aktif dikantor.

Ali menggemeretakkan giginya kuat-kuat. Rahangnya bergerak-gerak dengan rasa amarah yang memuncak. Hal itu bagi Amora Haneenia seolah-olah karena kebenaran terungkap dari mulutnya.

Sementara Prilly dibawah meja memeluk kakinya dengan perasaan yang berkecamuk. Jadi ini fakta sebelum kejadian dikantornya saat itu. Jika waktu yang telah ia lewati diputar kembali, saat itu ayahnya mengadakan meeting luar biasa untuk memperkenalkannya, dan sifat Amora Haneenia yang sesungguhnya tidak terbongkar,  dan ia adalah Prilatusina yang bar-bar.

Jadi ternyata sudah ada komunikasi antara Ali dan Haneenia sebelum pertemuan dikantor, hanya saja skenario diwaktu yang terulang tak sama dengan diwaktu yang telah ia lewati. Pilihan Prilly datang kekantor dengan cara tidak dikenali bukan 'meeting luar biasa' diwaktu yang telah kembali ia jalani membuat keadaan berubah. Rasa simpati Ali Lionard pada Amora Haneenia memudar karna pada faktanya Amora tidak layak untuk diberikan empati.

"Sayang?"

Prilly tak mengangkat wajahnya yang terpekur menatap lantai dengan posisi masih memeluk lututnya mendengar ucap itu.

'Tuhan, mengapa ngilu menyerang ginjal rasanya bukan seperti biasa?' Batin Prilly.

Bukan hanya tentang kini ia mengerti apa yang terjadi dari awal antara Ali dengan Haneenia. Namun perasaan tidak dicintai diwaktu yang telah lalu juga seketika mendera.

Bertunangan hanya sebagai balas budi dan tidak ingin kehilangan tambang emas!

Kepada siapa Ali mengatakannya hingga Amora mengetahui, sebenarnya telah menjawab, siapa mata-mata dalam tubuh Lionard Corp.

Namun kalimat tersebut memang terasa sangat menyakitkan untuknya. Luka lama diwaktu yang telah ia lewati seakan terkoyak kembali. Dapat diilustrasikan dengan gambar hati yang ditusuk belati dan ceceran darah menggenang.

"Aku akan menjelaskan tentang apa yang kau dengar, tunanganku!"

Prilly menenggelamkan wajahnya dilutut yang ia peluk. Ia masih belum siap menemukan tatap mata yang akhir-akhir ini ia rasakan tak sama dengan waktu yang telah ia lalui. Prillatusina yang dulu memang tak layak dicintai, namun ia yang sekarang bukan Prillatusina yang dulu tapi kenapa tetap tak pernah bisa dicintai dengan tulus?

"Sayang!"

"Cukupp, Li, cukup!" Geleng Prilly merasa patah hati.

Sayang.
Tunanganku.

Hanya kata-kata yang membuatnya makin tidak bisa mengontrol dirinya. Ia merasa patah hati lebih daripada sebelumnya.

Prilly segera menyisih tubuh Ali yang berjongkok dihadapannya. Mendorong kursi kebesaran Ali yang menghalangi jalannya keluar dari bawah meja itu.

"Apa yang kamu dengar tidak semuanya benar! Aku bisa jelaskan!"

Ali menahan tangannya saat mereka sudah berdiri sejajar dan Prilly ingin berlalu dari hadapannya. Tentu saja Prilly tetap bergerak ingin menjauh tanpa menatapnya. Pun saat tangan Ali berusaha menghapus bening yang memberai dari lensanya, Prilly menjauhkan wajah dan berusaha menghapus sendiri crystal yang jatuh tak terbendung.

"Aku..."

Prilly menyentak tangan Ali yang mencengkram kedua lengannya sebelum ia banyak berkata lagi. Namun lengan Ali semakin bereaksi, lebih erat hingga merangkum tubuhnya. Dan ia semakin berontak dengan emosi bergerak mengurai dekapnya yang sama sekali tidak ingin ia nikmati seperti selama ini.

"Lepaskan! Lepaskan atau aku akan teriak biar satu kantor menuduhmu melecehkan seorang office girl!" Ancam Prilly menunjuk wajah Ali yang tak memundurkan wajahnya sedikitpun hingga ujung telunjuk Prilly menyentuh ujung hidungnya.

"Silakan teriak, aku tak peduli, biar saja mereka tahu, kauu tunanganku!" Lirih Ali makin erat mencengram bahu Prilly.

"Jangan naif Li, tunangan apa? Tunangan yang hanya sekedar tambang emas hah??"

"Bukan begitu, Ily!"

"Bukan apa? Lalu siapa perempuan lain yang menampung curahan hatimu sampai Amora mengetahui semuanya hah??"

"Aku bisa jelaskan, tapi dengan tenang, mohon kamu duduk dulu, kamu tenang dulu!"

"Tenang kamu bilang? Apa yang ingin kamu jelaskan?"

Ali menarik napasnya. Sungguh begitu sulit membuat dirinya sendiri tidak panik saat ini. Ia berusaha tenang dan menenangkan. Sungguh ini tak seperti apa yang Prilly pikir meski ia tidak menyangkal ia pernah mengatakannya.

"Terima Kasih!!"

"Ily!"

Ali mengejar Prilly yang terlepas dari rangkumannya. Didepan pintu terlihat pintu didorong setelah terdengar ketukan.

"Tuan Li, maaf ada berkas yang harus ditanda tangani, hari ini deadline!" Arka, manager operasionalnya memasuki ruangan dengan berkas ditangan.

Ia sempat melihat kearah Prilly lalu menatap kepada Ali. Sesaat Ali bingung mengejar Prilly atau menyelesaikan sesuatu dengan Arka yang sama penting berhubungan dengan masalah ini.  Kalut merebak diantara pikirnya. Sementara Prilly sudah hilang dengan geraknya yang cepat bersama bahu terguncang.

"Arka kenapa kau lakukan ini? Kepada perempuan mana kamu ceritakan apa yang kukatakan padamu?"

#####
Banjarmasin, 03 Januari 2023
14.24 Wita

Bagaimanakah kisah ini akan kembali menjadi manis dan hangat ditengah panas yang membara?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top