2#TheSecondLife

"Dibatalkan? Memangnya kenapa?" Terheran Jasmine mendengar Prilly ingin membatalkan pesta ulangtahunnya.

"Untuk apa? Buang-buang uang saja!" Sahut Prilly menghempaskan tubuhnya ketempat tidurnya dengan malas.

"Tapikan gak mungkin dibatalkan, kau sudah membayar lunas EO acaramu, undangan sudah disebar, semua sudah siap, 2 jam lagi jam 7, acaranya akan segera dimulai, tim Dosca sudah bersiap sejak jam 2 siang!" Beber Jasmine.

"Ck!"
Prilly berdecak. Tadinya ia ingin mengubah hari ini. Pestanya ia batalkan, tidak ada yang datang dan tidak ada yang akan bertemu dengannya. Namun sepertinya sudah terlambat untuk membatalkannya seperti yang sudah diperjelas Jasmine tadi.

"Ok, pesta lanjut, tapi bantu aku untuk memanggil anak-anak panti asuhan ya, terserah panti asuhan mana, biar makanan tidak mubazir kalau pestanya bubar sebelum waktunya."

Jasmine mengeryit. Bubar sebelum waktunya? Ia tak tahu, Prilly sudah pernah melewati hari ini. Acaranya akan kacau karna ia dengan sengaja menjatuhkan Deandra, kedalam kolam renang dengan mengait kakinya. Deandra gadis yang membuat Valentino, pria yang suka padanya berpaling. Bukan karna ia cemburu, dia tak menyukai Valentino, namun ia begitu bangga dikejar-kejar dan diratukan meski tak pernah membalas perhatiannya, lalu ketika ada yang dengan mudah membuat pria itu berhenti mengejar, ia tidak menyukai itu. Ia tidak terima dan merasa direndahkan. Dan ketika Valentino datang kepesta menggandeng gadis itu, maka murkalah ia.

"Kenapa berpikiran seperti itu? Apa kamu akan mengacaukan pestamu sendiri?" Pertanyaan Jasmine membuatnya kembali fokus kepada asistennya itu. Jasmine benar-benar khawatir Prilly tidak bisa mengendalikan diri dipestanya sendiri. Kalau ia merasa tidak puas akan sesuatu dia akan mengamuk bak macan yang ditarik buntutnya.

"Ah tidak, buat jaga-jaga saja kan tidak apa!" Elak Prilly.

Sebenarnya ia berharap bisa merubah kejadian itu. Ia takkan murka melihat Valentino datang dan menggandeng siapa. Ia akan melupakan egonya karna merasa dikalahkan Deandra. Toh disana ada keluarga Lionard yang memperkenalkan putra mereka. Kenapa ia malah fokus kepada yang lain? Karena saat itu putera keluarga Lionard, yang diperkenalkan bernama Alezandro itu begitu tidak acuh padanya. Melirikpun tidak. Apakah karna ia begitu ekspresif? Tidak bisa menyimpan ketertarikan dan rasa penasaran pada si dingin itu?
Pertanyaannya, apakah ia akan bisa merubah apa yang terjadi? Ini saja pestanya tetap harus berjalan tanpa ia bisa hentikan. Artinya membatalkan pesta saja ia tidak bisa. Bagaimana dengan yang lain.  Namun ia akan berusaha menguasai dirinya kali ini. Untuk apa Tuhan memberinya kesempatan kembali kemasalalu, kalau ia tetap harus menjalani situasi yang sama?

"Baiklah, aku akan minta Fredo untuk mencari panti asuhan yang anak-anaknya bisa berangkat dalam satu jam!" Ujar Jasmine menyebut Fredo driver pribadi keluarga Lyandraz.

"Cari yang terdekat dan jemput saja!" Titah Prilly sambil menarik piyama mandinya yang ada ditepi tempat tidur.

"Ok, ok! Bersiaplah! Sebentar lagi Sheryl datang untuk mendandanimu!"

Jasmine pamit lalu meninggalkan kamarnya. Prilly melangkahkan kaki kekamar mandi dengan lesu. Tidak bersemangat seperti waktu itu. Waktu itu ia hanya berpikir semua mata akan tertuju padanya. Namun kenyataannya. Tak satupun mengaguminya. Valentino menggandeng gadis lain. Alezandro tak menatap sedikitpun padanya. Sementara yang lain hanya menikmati pestanya. Berhaha-hihi dengan circlenya masing-masing. Kepadanya mereka hanya berbasa-basi mengucapkan 'Happy birthday, wish you all the best'. Kalimat biasa, tak ada istimewanya sama sekali.

Keluar dari kamar mandi ternyata sudah ada Jasmine dan seorang juru rias yang sudah menata peralatannya didepan meja berdandannya.

"Piy, ini gaunmu!"

Jasmine menunjukkan gaun yang baru saja dibawa Sheryl, periasnya.

"Oh no!" Prilly menggeleng setelah menatap gaun itu. 

"Kenapa?" Tanya Jasmine bingung.  Bukankah itu gaun pilihannya sendiri.

"Jelek sekali baju ini, apakah kau tak mau memberi masukan padaku baju seperti apa yang elegan?"

"Hei, kamu lupa, ini pilihanmu! Pilihanku yang lebih sederhana tanpa beling-beling yang merayap dan lubang dimana-mana seperti pilihanmu ini!"

Tadinya ia pikir, beling-beling dengan lubang diperut dan punggungnya akan membuatnya makin bersinar dimalam hari. Pesta ditaman belakang rumahnya yang luas, dimana disana ada beberapa gazebo berjejer dan kolam renang. Lampu takkan terang benderang karna bercampur dengan gelapnya malam. Kenapa ia pikir tadinya gaun ini keren sekali? Prilly mencampakkannya keatas tempat tidur.

"Kamu minta pada Adelin untuk mengantarkan gaun pilihanmu!" Titah Prilly tak peduli Jasmine melotot mendengarnya.

Kenapa hari ini permintaan Prilly terasa serba mendadak? Tumben-tumbenan memikirkan buang-buang uang. Bukankah dia tak peduli menghabiskan berapa karna harta kekayaan orangtuanya yang berlimpah? Tumben juga meminta anak-anak panti asuhan. Sejak kapan ia memikirkan anak panti asuhan? Bukankah ia tak pernah peduli pada hal begituan? Dia katakan, untuk apa melakukan pekerjaan amal dan sosial kalau hanya untuk pencitraan? Lagipula dia tidak suka anak-anak. Cukup dia saja yang manja dan kekanak-kanakan. Lebih penting, mengenai pakaian, bukankah dia suka baju-baju mini yang mengekspose punggung, dada atau perut dan paha? Katanya sesuai dengan tubuhnya yang mungil, supaya terlihat dewasa dan menjadi daya tarik.
"Cukup-cukup!"

Prilly memundurkan wajahnya ketika Sheryl akan mengulas bedak 'two way cake' setelah foundation. Ia merasa wajahnya sudah berat dan penampakannya seperti topeng karna ketebalan.

"Bukankah nona..."

"Suka yang seperti topeng monyet?" Potong Prilly sebelum Sheryl si penata rias itu menyelesaikan kalimatnya. Ia ingat, pernah protes karna Sheryl memberikan sapuan terlalu minimalis menurutnya. Waktu itu Sheryl berkata, "Nona sudah cantik, menurut saya tidak perlu dipoles terlalu berlebihan!"

Dan ia pun murka tidak terima diatur oleh seorang yang bermartabat rendah menurutnya. Ia membayar untuk mengatur bukan untuk diatur.

"Minimalis saja, cukup face powder setelah foundation!" Ujarnya meyakinkan.

"Baik, nona!" Sahut Sheryl mengangguk lalu tangannya segera bekerja.

Meski merasa aneh, Jasmine cukup senang atas perubahan pilihan Prilly mengenai cara berdandan dan berpakaiannya. Cerewetnya kali ini masuk akal. Dan Prilly merasa senang ia sudah dapat mengubah caranya berdandan dibanding pada saat ia dulu melewatinya. Ia justru tidak habis pikir, kenapa demi ego sampai harus merusak penampilannya sendiri. Saat itu ia berpikir, bagaimanapun ia yang cantik akan tetap cantik berdandan seperti apapun. Ia yang kaya akan tetap elegan menggunakan pakaian apapun karna ia beli dengan harga mahal. Padahal orang kaya pakai baju murahpun dikira mahal. Apalagi yang pantas dikenakannya.

"Biarkan rambutku di'curly' saja, dicepol membuat pipiku terlihat  chubby!" Ujar Prilly saat Sheryl mulai menyentuh rambutnya sesaat setelah ia memandangi hasil make-up minimalis arahannya.

"Wah, cantik sekali!"

Seruan Jasmine terdengar tulus. Raut kagumnya benar-benar bukan hanya asal ia senang. Prilly dapat merasakannya. Dibanding yang sudah pernah ia lewati. Jasmine melotot seperti ada yang aneh diwajahnya pada saat itu.

"Kenapa?" Ia bertanya dengan mata menghujam tajam waktu itu.

"Ti... tidak, kamukan memang dari sananya cantik, jadi bagaimanapun terlihat cantik, tapi..."

"Gak ada tapi!"

Dan Jasminepun hanya bisa menghela nafas setelah Prilly meninggalkannya berlalu waktu itu. Dan ia sadar sekarang, kenapa Jasmine menggeleng saat beradu pandang dengan Sheryl. Tentu ia merasa tidak bisa berbuat apa-apa, karna bosnya itu tidak bisa diatur meski ia adalah sepupunya.

"Gaunnya sudah datang!"

Jasmine berkata setelah menutup sambungan gawai dari Adeline. Adeline disainer sekaligus bos tim make up artis yang dipercayainya. Selama ini Adeline seperti Jasmine, mampu menghadapi sikap-sikap otoriter Prilly. Ia menyarankan, namun tidak memaksakan. Orang-orang yang betah bekerja sama dengannya hanya orang-orang yang mampu merendahkan hati untuk tidak melawan si tinggi hati. 

"Woww, bidadariii!"

Adeline terpekik melihat Prilly setelah menggunakan gaun yang dibawanya. Ia tak percaya setelah di sebuah pesta sebelum ulangtahunnya, Prilly nampak glamour dan seksi, kini berubah menjadi anggun dan mempesona.

Prilly tersenyum. Nampak manis dan itu membuat Adeline terlihat makin surprise. Kepada Jasmine ia menatap penuh tanda tanya kenapa bosnya nampak jinak dan lebih kalem tidak seperti biasa? Jasmine mengedipkan sebelah matanya. Bangga.

####

Dipesta, semua mata benar-benar menuju kearahnya. Bisik-bisik terdengar berisik saat ia turun dari tangga melingkar dirumah besarnya lalu melangkah menuju tempat acara.

"Terima Kasih semua atas kehadirannya!" Senyumnya mengembang setelah mengucapkan sambutan.

Kedua orangtuanya dengan semringah memanggil dan memperkenalkannya pada keluarga Lionard.

"Senang berkenalan, terima kasih telah datang kepesta saya om Lionard, tante Marsya, dan..."

"Alezandro, special menghadiri pesta ini meski Ali baru kembali dari program S2 Master by coursework di Hongkong!"

Tante Marsya langsung menyebut nama sembari membranding putranya, menjawab ucap Prilly yang sengaja menggantung. Prilly tak ingin menyebutkan nama pria tersebut terlebih dahulu meski sudah tahu nama putra keluarga Lionard yang diundang datang kepesta dari papanya. Ia senang, karna sudah merubah ucapannya kala itu,

"Senang sekali Om Lionard, Tante Marsya, kak Alezandro eh lebih enak memanggil siapa? Kata papa biasa dipanggil Ali ya, sudah datang kepesta ulangtahun saya!"

Mungkin karna kalimatnya yang begitu agresif dan sikapnya yang ekspresif, selain penampilannya yang begitu glamour lagi seksi saat itu, hingga membuat pria itu memandangnya hanya sekali saat bersalaman. Pria itu kemudian selalu membuang pandangannya ketempat lain. Tidak menikmati pesta, malah cenderung gelisah dan tak betah.

Namun kali ini tidak. Ali bahkan menatapnya tanpa berkedip selama mereka sekeluarga beramah tamah. Prilly-pun tidak berusaha untuk terus mengarah pada Ali saat berbicara seperti yang sudah pernah ia lewati. Karna bila menatapnya hanya terbayang kalau pria itu tidak  membelanya bahkan dialah yang menjadi malaikat mautnya. Hari ini, ia tak mau terhipnotis parasnya yang tampan dan pembawaannya yang dingin.

Kemudian hal diluar dari skenario yang pernah ia lalui berlanjut,  Valentino melepaskan gandengan tangannya dari Deandra untuk meminta berdansa dengannya.

"Kamu cantik sekali malam ini, dear!" Valentino berkata disela dansa mereka dengan tatapan kagum yang tak lepas. Dan hanya senyum tipis yang ia perlihatkan, menutupi senyum kemenangan yang menelusup terlebih ia melihat dari sudut matanya, Deandra memandang mereka pahit.

"Deandra menunggumu berdansa dengannya!" Prilly memundurkan wajah dan mendorong dada Valentino agar tetap ada jarak karna ia merasa jengah.

"Abaikan saja!" Sergahnya tak peduli.

Bagaimana seorang pria yang datang kepesta menggandeng gadis lain, malah nampak memuja gadis lainnya didepan umum?

"Mana bisa begitu? Kamu akan menyakiti hatinya!" Protes Prilly menghentikan gerak kakinya.

Ucapan yang tak mungkin ia katakan jika ia masih sebagai Prilatusina yang arogan dan tidak ingin dikalahkan. Ia mulai memiliki rasa simpati karna ia sudah pernah merasa bagaimana tidak dicintai dan dikhianati.

"Maaf, bisakah memberikan waktu kepada yang lain untuk berdansa dengannya?"

Prilly menoleh setelah  melonggarkan genggaman mereka, merasa tertolong dan surprise menemukan tatap dingin berkata kepada Valentino. Jantungnya mendadak berdetak keras.

Tentu saja, Valentino tidak mungkin menahan Prilly didalam genggamannya. Bukankah undangan lain berhak untuk mendapatkan waktu dengan yang berulang tahun?

"Silahkan, tuan!"

Dengan berat hati Valentino menyerahkan tangan Prilly yang masih ia genggam kepada Ali yang menyambut dengan menyelipkan jemari Prilly erat.

Seketika tangan Prilly menjadi dingin dalam genggaman yang seharusnya hangat. Jantungnya berdetak tak beraturan saat lensa lentik yang seharusnya menatapnya dingin, kini justru menghujam lembut tak lepas beradu dengan hazelnya. Tangan kiri yang menyelip erat dijemarinya, sementara tangan kanan yang posesif dipinggangnya, menghapus jarak tubuh mereka hingga pijakan kaki Prilly rasanya kian kehilangan kekuatan. Gejolak jatuh cinta pada pandangan pertama yang pernah ia lewati tak bisa ia tolak meski ia sudah berusaha untuk menghindar...

"Sudah puas menatapku dari dekat, nona?" 

#####
Banjarmasin, 30 November 2022
00.07 wita

Alhamdulilah,
Setelah begitu syulitnya wattpad saya akses, akhirnya bisa juga update.

Ada insiden pas ngetik, mendadak keluar sendiri dari wattpad dan tulisannya hilang, untung kembali lagi, kalau tidak saya akan mengulang dengan galau hehe

Semoga yang semalam diprolog belum mengerti alur cerita ini, sudah bisa memahami dengan mengulang membaca kembali dari awal ya.
Terima Kasih...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top