13#TheSecondLife
"Aku sedang tidak enak badan, Dora, dilarang keluar rumah!" Tolak Prilly pada ajakan seorang teman nongkrongnya kesebuah pesta.
"Tidak enak badan? Dilarang? Sejak kapan kau mau dilarang-larang?" Sahut suara disebrang.
"Selain itu aku memang sedang tidak ingin." Sahut Prilly lagi
"Tumben!"
Prilly tersenyum meski penelpon diujung gawainya tidak melihat. Ia memang tidak ingin kepesta saat ini. Dipesta hanya akan ada berisik. Ia juga belum punya pakaian yang pantas menurutnya. Koleksi-koleksinya mini dress, ketat, beling-beling, bolong-bolong. Ia sedang tidak ingin berpenampilan seperti itu. Iya sih, ia bisa minta Adeline, disainer langganannya, segera merancang sesuai seleranya saat ini. Minimal ia bisa bertanya koleksinya yang ready digalery-nya. Namun ia benar-benar sungguh malas kepesta. Ia sedang ingin istirahat setiap akhir pekan.
Sudah sebulan ini ia wara wiri dikantornya untuk banyak belajar. Ternyata buatnya tidak mudah mempelajari setiap detail perusahaan. Nasib baik, papa dan manager-manager semua bagian sabar menghadapinya. Sebetulnya ia termasuk gadis cerdas. Nilai kelulusannya tak main-main. Terbaik. Tinggal dia saja mau atau tidak, gigih atau tidak mempelajari dan semangat beraktivitas setiap hari.
Ia harus bekerja keras untuk menjadi Prilatusina yang terlahir kembali. Bukan Prila yang meremehkan pekerjaan. Bukan Prila yang melimpahkan tanggung jawabnya kepada seseorang, karena ia ingin terima hasil tanpa mau mengurusi perusahaan yang buat dia pusing padahal belum ia coba lakukan.
Ya, waktu yang ia sudah lewatkan dengan akibat-akibatnya membuat ia banyak belajar. Prilatusina yang dulu diwaktu yang sama tidak mau melalui proses didalam perusahaan. Ia justru fokus memaksa ayahnya agar bisa memberikan syarat kepada keluarga Lionard jika ingin menjalin kerjasama dan berharap kucuran dana dari keluarga mereka syaratnya yaitu menikahinya. Syarat lain, Ale Lionard harus duduk dikursinya dalam perusahaan, sementara Prila hanya ingin menunggunya dirumah. Menyerahkan semua tanggung jawab yang seharusnya adalah tanggung jawabnya. Ale Lionard justru dipaksa untuk menjadi bagian dari Lyandraz corp, sementara posisinya diperusahaan ayahnya sendiri, Lionard corp, harus ia tinggalkan. Prilatusina sangat paham, mereka pasti akan setuju, tuan Lionard bisa tetap menjalankan perusahaannya sendiri dengan kucuran dana dari Lyandraz corp, sementara Ale Lionard seolah tergadai justru menjadi direktur di Lyandraz corp sesuai dengan syarat dari keluarga Lyandraz. Sebenarnya disisi lain, syarat-syarat tersebut menguntungkan bagi keluarga Lionard. Bagaimana tidak? Perusahaan Lionard selamat dari pailit dan puteranya jadi direktur diperusahaan Lyandraz. Bukankah itu menguntungkan? Mungkin saja hal itu juga yang membuat Ali terpaksa mau dengan syarat-syarat tersebut.
Hanya saja tentu menikah tanpa mencintai dan terpaksa tidak ada enaknya buat Ali. Pada akhirnya, setelah menjadi suami dan duduk dikursi empuk yang seharusnya milik Prilly justru mendekatkan Ale Lionard pada Amora Haneenia. Tanpa disadari, saat itu Prila Lyandraz menggali kuburannya sendiri.
Namun saat ini, Prilly sudah mencegahnya dengan menghilangkan Amora Haneenia dari perusahaannya. Manager Operasional yang baru saja mendapat posisi itu memilih mengundurkan diri daripada harus menjadi staf biasa apalagi tidak dijanjikan dapat meraih jabatan itu kembali.
Langkah kedua adalah, ia tidak akan memberikan syarat pernikahan dan tidak akan mengundang Ali mendapat peluang menguasai kursinya, jika ayahnya menyetujui kucuran dana terhadap Lionard corp.
"Bagaimana pertimbangan papa saja, kerjasama dalam bentuk bagaimana yang mereka harapkan? Kita bisa ajukan syarat sesuai bisnis, pap, bagi hasil keuntungan dan mereka tetap mengembalikan kucuran dana meski bertahap, aku rasa ini akan menjadi semangat bagi Ali sendiri mengelola perusahaannya!" Ujarnya saat mendiskusikan dengan papanya hasil pertemuan mereka dengan Ali dihari itu.
"Kau memikirkan dia?" Tuan Lyandraz juga bertanya yang membuat Prilly mengeryit dan mengingat kembali apa yang baru saja ia katakan. Pikirnya ucapannya barusan tidak ada yang bisa disambungkan dengan 'memikirkan dia'.
"Memikirkan bagaimana maksudnya, pap?" Prilly mengulang tanya ayahnya.
"Kau menyetujuinya karna kau punya perhatian? Empati dengan perusahaannya yang nyaris pailit?" Ujar ayahnya dengan nada bukan menebak namun seolah meyakini akan hal itu.
"Papa, kitakan sedang membicarakan bisnis, atas dasar apa juga aku menolak pengajuan mereka? Papa bersahabat dengan tuan Lionard sejak kalian sama-sama merintis perusahaan masing-masing bukan? Selama ini bukankah kata papa kalian sudah sering saling membantu?" Jelas Prilly tidak singkat.
Sesungguhnya ia susah payah menekan perasaannya agar tidak tercampur aduk dengan urusan bisnis. Ini demi merubah keadaan. Ia tak ingin 15 Oktober 2025 benar-benar terjadi, kuburannya berada ditangan Ale Lionard. Jikapun ia tak bisa mengubah takdir kematian yang apabila sudah sampai waktunya tentu sampai, ia ingin dalam keadaan yang baik.
"Kau tidak ada permintaan lain? Sebagai jaminannya pernikahan kalian mungkin?"
Prilly merasa tercekat mendengar ucap papanya. Ia tahu ayahnya merasa aneh dengan perubahan sikap secara mendadak. Tidak banyak permintaan yang bukan-bukan. Lebih tenang. Mau banyak belajar. Kejadian apa yang sudah mendewasakan puterinya? Tuan Lyandraz benar-benar merasa kurang update. Mungkinkah hanya karna pertambahan usia saja?
"Papa, menjalin kerjasama kan tidak harus dicampur adukkan dengan relationship," balas Prilly menjawab tanya ayahnya yang cukup aneh menurutnya. Pernikahan sebagai jaminan kerjasama. Prilly tak habis pikir, kenapa waktu itu ia bisa-bisanya berpikiran demikian? Sekarang ia sudah tahu akibatnya, ia tak ingin terjadi lagi. Dia benar-benar menjaga jarak dengan Ali meskipun perusahaan mereka memiliki perjanjian. Berkali-kali Ali sempat menelpon dan mengirimkan obrolan. Tapi ia menjawab sekedarnya saja.
"Fokus benahi perusahaanmu, aku juga fokus dengan perusahaanku, semoga kita yang masih sama belajar ini dapat membantu perusahaan tetap stabil!"
Dan Ali setuju dengan ucapnya. Bahkan memberi semangat padanya meski harusnya ia yang memberi semangat pada Ali agar terus berjuang.
Pikirannya yang berkelana dikejutkan oleh ponselnya menyala dan terdengar nada panggil.
Dorayaki calling
Dora lagi. Sesungguhnya ia tidak ingin menerimanya, apa daya ia juga tak ingin nada panggilnya membuat ia makin pusing.
"Pril, serius ni gak mau kesini?"
Tanpa basa-basi suara disebrang menyambar telinganya.
"Iyaa, Ra!"
Setengah berteriak ia menjawab tanya Dora yang masih tak percaya dengan keputusannya untuk tidak ikut berpesta karna diseberang sana terdengar berisik.
"Jangan menyesal ya melewatkan malam ini, pesta Darwis meriah sekali loh!" Teriak Dora bercampur dengan hingar bingar musik yang makin membuat Prilly pusing dan ingin segera menutup telponnya.
"Tidak apa, have fun ya Ra!" Ucap Prilly lagi dan lantas menutup sambungan panggilan.
Sebenarnya jiwa berjingkraknya bergejolak. Biar bagaimanapun ia suka berpesta. Namun ia menahan diri untuk tidak terpengaruh mendengar Dora mencoba mempengaruhinya.
"Ck!"
Prilly berdecak karna ponselnya menyala lagi. Kali ini panggilan video pula dari Dora. Apa sih Dora? Begitu semangatnya mengajaknya. Apa dia begitu penasarannya karna sudah ia tolak berkali-kali? Sebelumnya, Naomi yang membujuknya, tapi ia pun menolak. Ia begitu banyak alasan ketika diajak berpesta. Memang tidak seperti biasa. Semua orang ia tolak.
"Kok tidak diterima?"
Jasmine muncul dari balik pintu dan langsung berkomentar saat Prilly hanya memandangi layar ponselnya saja.
"Dora!" Sahut Prilly satu kata saja.
"Kenapa? Masih mencoba melobby mu?" Tebak Jasmine.
"Apalagi?" Tukasnya.
"Mungkin memang sedikit aneh dalam sebulan ini, 4 kali weekend kamu menolak mereka berpesta!" Ucap Jasmine.
"Aku benar-benar sedang tidak ingin, Jes," Prilly hampir melempar ponselnya.
Sesungguhnya Jasminepun masih saja penasaran dengan perubahan sikap Prilly, menjadi lebih kalem, dan tak banyak protes. Tapi kemauannya yang kuat tidak berubah. Kalau dia bilang tidak, ya tidak. Tidak mau pesta. Tidak mau keluar rumah dulu. Tidak mau sekedar bertemu dengan teman-teman nongkrong apalagi reuni-reunian dengan teman sekolah.
Layar ponsel menyala lagi sesaat setelah panggilan video Dora berakhir.
Naomi calling
Belum lelah dengan ajakannya, rupanya. Pasti misi Naomi sama dengan Dora. Memaksanya kembali kejalan pesta.
"Coba diterima saja dulu," usul Jasmine. "Dari pada penasaran dengan suasana pestanya." Lanjut Jasmine lagi.
Akhirnya dengan berat hati ia menerima usul Jasmine. Padahal ia ingin menonaktifkannya.
Suara berisik terdengar diawal. Kemudian cahaya lampu yang berkedap-kedip menghiasi layar ponselnya.
"Prilllll, tidak mau gabung sama kita?"
Dilayar nampak Naomi juga Dora terlihat dengan berisiknya berteriak ditengah pesta.
"Nih lihat, sungguh suasana yang menyenangkan seperti biasa Pril, emangnya kamu tidak mau nikmatin tequila lagi?"
Prilly hanya mengangkat dua jempolnya. Percuma kalau ia bicara harus teriak-teriak.
"Lihattt...." pamer Naomi menyisir ruangan pesta sampai kesudut-sudutnya dengan kamera belakang. Wajahnya tidak terlihat, yang nampak adalah ruang pesta diterangi sesekali cahaya lampu yang bergerak menyorot ruangan.
"Ada gank cowok-cowok new comer!" Sorot Naomi pada sekelompok pria yang mengelilingi sebuah meja.
"Sudah ya, Naom, aku mau isti...rahat!"
Prilly ingin menutup sambungan panggilan itu sebelum matanya menangkap sosok yang sepertinya sangat ia kenal.
Apa ia tidak salah lihat? Kenapa serasa ada yang menusuk jantung melihatnya ditengah pesta? Kenapa ketika ia menghindari hal-hal yang demikian justru Ali disana? Apa Ia lupa, kalau perusahaannya hampir pailit kalau tidak ada kucuran dana dari perusahaannya? Bukankah seharusnya ia konsen dengan perusahaan dan menghindari bersenang-senang dulu? Entah kenapa Prilly tak senang melihatnya apalagi melihat ia tertawa seolah tidak ada beban.
Prilly menekan dadanya, terlebih sebelum kamera berpindah ia melihat ada Ali sedang menyambut uluran tangan perempuan. Seketika dadanya terasa panas.
"Kenapa begitu bodohnya aku, memikirkan orang yang tidak akan pernah memikirkanku!"
#####
Banjarmasin, 15 Deeember 2022
01.15 Wita
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top