Kisah Terakhir : Gadis Kecil dan Laba-laba
"Kakak, aku melihat anak disebelah rumah makan pepaya, aku ingin makan pepaya."
"Besok, akan Kakak carikan buah pepaya."
"Yang masak di pohon."
"Iya, yang masak di pohon."
"Janji ya?"
"Kakak berjanji."
Terlihat disebuah pemakaman yang sunyi, disana seorang Gadis kecil yeng mengendok kucing kesayanganya yang tertidur lelap berdiri disebuah makam yang permukaanya dipenuhi bunga mawar. Si Gadis kecil juga terlihat membawa banyak gambar-gamabar milik almarhum sang Kakak.
"Kaumemanggilku, tunggu ... ini sore hari," kata sang Laba-laba muncul bersama tiupan angin.
"Saat ini sedang gerhana," jawab Si Gadik kecil sambil batuk, dia sepertinya sakit.
"Mengapakau memanggilku? Di sore hari?"
"Jawab dengan jujur, apa kaumengenal Kakak ku?" Kata sang Gadis kecil, dia nampak kedinginan namun mencoba bertahan. "Aku melihat gambar-gambar milik Kakak, gambar yang dia buat semua mirip dengan tokoh yang kau ceritakan, bahkan dai membuat gambar dirimu bersamanya, apa kalian pernah bertemu?"
Sang Laba-laba nampak ketakutan dan gemetar, dia terlihat berjalan mudur dan terpincang-pincang karena gugup, "mengapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Siapa kausebenarnya? Apa kaupernah menemui Kakak?"
Sang Laba-laba menjadi ketakutan, rahangnya bergetar dan matanya yang bercahaya terang menjadi redup, tubuhnya mulai kehilangan bentuk dan mulai berasap. "Jangan tanyakan itu padaku?"
"Kumohon jawab lah, ini permintaan terakhirku. Ceritakan yang harus aku tahu, siapa dirimu dan bagaimana bisa kauada pada gambar Kakakku."
Sang Laba-laba bertambah gugup, dia bahkan membenturkan kepalanya ketanah, dia berteriak histeris, memandang kesana kemari dengan ketakutan, wujudnya hampir memudar, dia tiba-tiba merasa kesakitan dan terbaring lemah ditanah. "Maafkan aku, aku meminta pengampunanmu, Adikku yang berharga ampuni aku, aku lah ... yang membunuh Kakakmu."
Sang Gadis kecil terkejut dan terduduk disamping makam Kakaknya yang dipenuhi semak mawar, "Kakak ... Kakakku ... mengapa dia ... kaubunuh ... apa salahnya?"
Sang laba-laba menjerit dan menangis, namun dia menjadi sangat lemah dan tergeletak di tanah. "Akan aku ceritakan, kebenaran sejati."
Ada seorang anak laki-laki, dia adalah seniman, dia ahli menggambar, dia menggambar laba-laba, lalu asap, orang tua, bayangan, lalu menggambar banyak lagi. Suatu hari dia menemukan kebenaran sejati, saat dia menutup matanya dia mampu berpindah dimensi, dia menemukan suatu dimensi dimana semua yang dia gambar tinggal disana.
Dia bertemu Laba-laba, lalu bertemu sang Dukun, kemudian sang Raja yang gemetaran disingasananya karena penyakit sampar, para mentri, rakyat, si panglima perang, lalu Raja yang sudah terlalu tua dan para pangerannya.
Pada malam hari dia mengujungi dimensi itu dengan cara memejamkan mata, karena dimensi itu tidak bisa dimasuki dengan mata terbuka. Si anak laki-laki sangat akrab dengan Sang Laba-laba, karena sang Laba-laba adalah perwujutan si anak laki-laki di dimensi itu. Suatu hari si anak laki-laki menceritakan tentang adik perempuanya yang sangat disayanginya, hal itu membuat sang Laba-laba juga ingin memiliki adik, keinginan sang Laba-laba terkabul, sang anak laki-laki dengan buah pikiran dan imajinasinya berhasil mendatangakn adik untuk sang Laba-laba, dia adalah si Nyamuk.
Suatu hari si anak laki-laki mendatangi sang Laba-laba dan si Nyamuk, dia menjelaskan baru saja dia berhasil menarik buah kesemak pemeberian si Pria tua ke dunia Manusia, jadi dia berencana menarik sang Laba-laba dan si Nyamuk ke dunia Manusia. Penariakan ternyata berhasil, Sang Laba-laba dan si Nyamuk berhasil ditarik dari dimensi itu ke dimensi dunia Manusia, namun hal aneh terhjadi, ingatan mereka berdua hilang.
Saat tiba di dunia Manusia, si Nyamuk sangat takjub dengan keindahan dunia Manusia, penuh dengan tanaman dan cahaya lampu dimalam hari, berbeda dengan dimensi yang dia tinggali yang tanahnya keras seperti tulang dan langitnya selalu berwarna kuning dan merah tanpa awan dan bintang-bintang.
Si Nyamuk terbang begitu saja meninggalkan si anak laki-laki dan sang Laba-laba. Sang Laba-laba yang hilang ingatan berjalan menyusuri sebuah jembatan, namun sang anak laki-laki yang tidak tahu ingatan sang Laba-laba hilang memanggilnya.
"Diriku, aku mengajakmu ke duniaku untuk membantuku menjaga adikku," kata si anak laki-laki.
"Diriku? Kaubicara denganku?" Tanya Sang Laba-laba.
"Iya, kauadalah diriku, kauadalah perwujudtanku di dimensi itu, kita adalah satu"
"Kepalaku sakit, jangan bicara padaku!"
"Apa yang terjadi?"
"Aku bilang jangan bicara! Kaumembuat kepalaku sakit!" Seru sang Laba-laba marah.
Sang Laba-laba pun berjalan menjauh sementara si anak laki-laki melihatnya di sebuah jembatan dibelakang sang Laba-laba, "maafkan aku, tapi kumohon secepatnya kembalilah."
Kepala sang Laba-laba menjadi sangat sakit, dia menjadi sangat marah, dia marah pada si anak laki-laki, jadi dia berbalik arah, dia menyerang si anak laki-laki, dia menerkamnya sampai jatuh dari jembatan, dia menusuknya dengan sengatnya berkali-kali, hingga si anak laki-laki itu terluka parah, belum puas sang Laba-laba juga mencekiknya saat mereka jatuh kesungai di bawah jembatan, si anak laki-laki pun tewas dan baru lah ingatan sang Laba-laba kembali.
Setelah membunuh si anak laki-laki dengan tidak sengaja sang Laba-laba pun menyesal, saat pemakaman si anak laki-laki ternyata si Nyamuk mengetahuinya, dia sangat sedih sambil menatap makam si anak laki-laki, sang Laba-laba menjelaskan pada si Nyamuk bahawa dia yang membunuhnya dan semua itu terjadi karena kepalanya sakit dan dia hilang ingatan. Si Nyamuk sangat marah, "demi Tuhan kaumengahncurkan hatiku! Tapi .. itu bukan salahmu," saat mengatakan itu si Nyamuk berteriak dengan sedih lalu dia memandang langit kemudian terbang menghilang.
"Lalu terakhir kali aku melihat si Nyamuk adikku, dia muncul disini pada malam yang lalu, kemudian merubah dirinya menjadi semak mawar," kata sang Laba-laba. "Aku mohon pengampuananmu, tapi aku tidak menolak bila kauingin menghakimiku, ini demi kebenaran sejati dan rasa sayangku padamu."
"Itu bukan salahmu," kata si Gadis kecil yang tersenyum kearah sang Laba-laba sambil batuk-batuk.
Sang Laba-laba mencoba berdiri dan membelai si Gadis kecil, "ya Tuhan, kausakit." Sang Laba-laba memeriksanya, "ini penyakit malaria, dan kucing ini juga, dia baru saja meninggal. Tenang aku akan menolongmu."
"Tidak perlu, kausudah banyak menolongku," kata si Gadis kecil yang sudah menyadari waktunya hampir habis, dia berbaring disamping kiri makam sang Kakak.
"Kausekarat," kata sang Laba-laba sedih.
"Aku harus pergi menemui Kakak, dia menungguku."
"Kautidak boleh pergi, kauadikku yang berharga, jangan tinggalkan aku, aku mohon, jangan."
"Aku sangat lelah, aku ingin tidur."
"Maafkan aku."
"Kakak Laba-laba, terimakasih banyak sudah menyayangiku selama ini, aku sayang padamu." Setelah mengatakan itu si Gadis kecilpun pergi selamanya, terbaring lemas sambil memeluk kucingnya yang sudah pergi lebih dulu. Lalu sang Laba-laba melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh si Nyamuk, dia menutupi jasad si Gadis kecil dengan tubuhnya yang berasap dan memudar, lalu dia berubah menjadi gundukan tanah yang dipermukaannya ditumbuhi semak mawar, bunga-bunga mawar yang merah itu bermekaran, dan dari kelopaknya dia meninggalkan kenangan.
Ada suara yang lembut dibawa oleh angin, "Kakak, aku mengantuk."
"Kalau begitu tidurlah."
"Tolong pegang tanganku."
"Baik, selamat tidur adikku, Kakak akan menjagamu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top