Kisah Pertama : Penyakit Sampar dan Bunga Mawar
Di sebuah rumah yang tidak terlalu besar dan beratapkan susunan kayu sirap yeng menyerupai sisik, tinggallah di sana seorang gadis kecil. Sang gadis kecil memiliki dua orangtua, namun karena masalah ekonomi, kedua orangntuanya harus pergi jauh mencari pekerjaan, namun mereka sudah lama tidak kembali dan tidak pernah mengirim uang.
Si gadis kecil memiliki seorang kakak laki-laki, sang Kakak lah yang menjadi penghibur dirinya, sang Kakak sangat suka mengambar, dia mengambar istana yang megah, taman indah dengan bunga mawar, kolam dengan ikan-ikan emas gemuk, burung-burung, angsa dan pagar, bukan pagar, tapi tembok, tembok tebal yang mengelilingi istana, di dalam istana itu hiduplah seorang wanita, semua ini nanti akan diceritakan.
Suatu hari karena tidak hati-hati, sang Kakak terjatuh dari sebuah jembatan dan hanyut di sungai, selama dua hari orang-orang mencarinya, dan mayatnya akhirnya ditemukan didekat sebuah pohon di pinggir sungai.
Setelah sepeninggalan sang Kakak si gadis kecil hidup sendirian, dia memandang keatas langit dengan penuh senyuman, namun saat dia memandang disebelah kiri dan kanan, dia melihat anak-anak bergembira saat Ayah atau Ibu mereka datang berkerja membawakan mainan atau makanan, dia melihat seorang anak duduk sambil tertawa makan buah pepaya bersama ke-dua orangtuanya.
Disuatu malam saat si Gadis kecil begitu rindu pada kedua orangtuanya tiba-tiba dari atas atap rumahnya terdengar suara seperti orang berjalan, namun suara itu menyerupai ketukan, sang Gadis kecil yang mengetahui arah suara itu segera berdiri dan dia melihat ada sesosok hitam dari luar masuk melewati bagian atas rumah dengan membongkar kayu plafon rumahnya, kini sosok itu berada didinding rumahnya, sosok itu menyerupai hantu namun si gadis kecil tidak takut.
"Kaumemanggilku?" kata sosok hitam itu yang suaranya menyerupai gema di terowongan.
"Aku tidak memanggilmu," jawab si Gadis kecil dengan bingung.
Mendengar jawaban si Gadis kecil sosok hitam itu menjadi marah dan kini sosok itu berwarna hitam dan merah menyala. "Aku tidak menyukai jawabanmu!" seketika rumah itu menjadi gelap dan terlalu gelap, hanya warna merah menyala pada sosok itu yang bisa terlihat. "Pejamkan matamu, aku akan membawamu keseuatu tempat yang jauh."
"Ke mana?"
"ke kematian."
Angin kencang tiba-tiba berhembus dan tercium aroma bunga kamboja, juga ada rasa lembab suasana tanah pemakaman. Suasana sangat gelap dan si gadis kecil kebingungan.
"Walau kauseorang gadis kecil yang berumur 7 tahun, kauharus tahu kebenaran, terus pejamkan matamu."
"Aku sudah memejamkan mataku."
"Apa yang kaurasakan?"
"Bau bunga dan dingin, ada juga aroma tanah lembab, bau batu lapuk."
"Apa yang kaulihat?"
"Tidak ada, karena aku memejamkan mata."
"Lihat lagi, lihat lebih dalam dan biarkan jiwamu membawamu."
"Aku melihat istana berwarna putih, istana yang megah dan memiliki sebuah menara, ada tanaman bunga mawar yang rapi."
"Iya, baru dipangkas pagi tadi. apa lagi? Jelaskan semuanya."
"Ada kolam dan ikan-ikan berwarna kuning, putih, merah, dan hitam, ikan-ikan gemuk, lalu ada angsa yang berenang, lalu ada tembok tebal, lalu ada banyak kuburan diluar tembok. Mengapa ada banyak kuburan?"
"Karena diluar sana adalah pemakaman. Dengarkan dan lihat, biar aku ceritakan. Ini cerita pertama untukmu."
Dahulu kala ada sebuah kerajaan, dikerajaan itu sedang terserang wabah penyakit sampar, semua orang sakit termasuk sang raja dan para mentrinya, lalu... Raja memanggilku, dia berkata, "aku ingin menyelamatkan rakyatku, dan kalau bisa diriku juga selamat dari wabah penyakit terkutuk ini."
Lalu aku mendatangkan seoarang wanita cantik berambut merah, dia adalah dukun ahli obat-obatan dari sebuah negeri jauh di Yaman. Sang Dukun berkata, "aku bisa menyembuhkan kalian, namun aku memerlukan semua bunga mawar di istana ini untuk dijadikan bahan baku obat."
Mendengar perkataan sang dukun sang Raja pun berkata, "wahai wanita, kaumembuat obat atau membuat minyak wangi"
Raja tidak pernah mendengar pengobatan tentang bunga mawar, jadi dia menertawakanya, semua mentri menertawakannya, mereka tertawa, dan setelah lama tertawa penyakit sampar itu membunuh mereka satu persatu, mereka tumbang satu-persatu, raja, mentri dan semua rakyat mati dalam keadaan tertawa, lalu mereka dimakamkan disekitar tembok istana.
"Siapa yang memakamkan mereka disana?" Tanya gadis kecil.
"Aku."
"Lalu?" tanya sang gadis kecil.
"Akan aku ceritakan dilain kesempatan saat kaumemanggil aku lagi, sttttt, tidur lah. Selamat malam, selamat tidur ... adikku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top