Kisah ke-Tiga : Pria Tua dan Sang Nyamuk
Pagi telah datang, si Gadis kecil dan kucingnya bangun dengan rasa kelelahan seperti baru selesai berkuda seharian. Kali ini ada makanan di mejamakan berupa nasi goreng dan telur goreng, serta teh hangat. Setelah kepergian sang kakak selalu saja ada makanan di waktu makan, entah siapa yang menyediakan.
Di pagi yang cerah dengan awan-awan putih menyerupai gumpalan kapas lucu berlatar belakang warna biru muda yang cemerelang menghiyas pagi. Sang Gadis kecil berkeliling sambil mengendong anak kucing kesayangannya. Terlihat dari jauh beberapa anak laki-laki sedang asik melempari sebuah pohon kesemak dengan batu, mereka ingin sekali memanjat pohon itu dan mengambil buahnya yang masak, namun terhalang oleh tembok.
"Jangan ganggu pohon kesemakanya!" Seru seorang Pria tua yang keluar muncul dengan memabwa anjingnya yang pemarah. "Dasar para pencuri!"
Para anak laki-laki itu terkejut mereka pun berlari berhamburan karena ketakutan, sayangnya mereka berlari kearah Gadis kecil datang. Belum puas melihat anak-anak itu pergi si pria tua melepaskan anjingnya dan memerintahkanya mengejar mereka, anjing itu dengan garang mengejar anak-anak, saat sang anjing mengejar mereka tepat dimana Gadis kecil berdiri melihat semua itu, dan sayangnya si Gadis kecil tidak mengerti, seharunya dia segera pergi, sang anjing menyerang si Gadis kecil, dia mengingit kaki si Gadis kecil dan tangannya, kemudian dia gigiti tubuhnya, si Gadis kecil menangis dan ketakutan.
Sang pria tua melihat kejadian itu dikejauhan hanya tersenyum, dia bersiul memangil anjingnya dan tertawa puas, sementara si Gadis kecil menangis dengan tubuh penuh luka gigitan dan dahi serta lutut yang bengkak, dia mengendong anak kucingnya lalu dipeluknya erat-erat, dan pulang dengan kaki pincang.
Sementara di rumah si adik kecil tepat di kamar sang kakak, dimana banyak sekali gambar-gambar almarhum sang Kakak yang ditempel di dinding, gambar istana dengan kembum mawar yang dikelilingi tembok, gambar asap yang memiliki wajah, gambar seoarang wanita berambut merah, gambar orangtua renta yang berjubah dan bertudung hitam, gambar perang yang telah usai, gambar seorang Pangeran dan Panglima, dan sebuah gambar jatuh ke lantai, sebuah gambar nyamuk yang besar, nyamuk itu digambar sedang terbang diatas sebuah sungai.
Malam telah datang seperti bayang-bayang dan sihir jahat, saat ini sudah waktunya bercerita. Sang laba-laba muncul mengelayut diatas dinding rumah, dia terkejut melihat tubuh si Gadis kecil penuh luka. "Demi tuhan adikku!" Serunya marah. "Apa ayang terjadi?"
"Aku jatuh, saat mengepel."
"Ini bukan luka jatuh, ini luka gigitan anjing, malam ini aku tidak akan bercerita, aku akan mengobatimu."
"Apa kaupunya obat bunga mawar?"
"Tidak, tapi liurku bisa menyembukan luka luar. Aku adalah kegelapan dan bayangan pertama yang diciptakan Tuhan lewat kebenarannya, aku lebih tua dari pada langit dan bintang-bintang, aku pernah mempelajari semua ilmu langit dan ilmu bumi, segela pengetahuan sudah pernah aku miliki, aku pernah memerangi Iblis seorang diri, akan aku sembuhkan dirimu dalam semalam."
Sementara itu dirumah yang besar dimana halamannya terdapat pohon kesemak yang juga besar dan subur, sang Pria tua sedang tidur pulas di ranjangnya yeng empuk, namun dia terbangun karena suara nyamuk.
"Nyamuk!" Seru pria tua dengan marah karena tidurnya terganggu.
"Iya," kata suara serak yang menyerupai suara radio rusak.
"Siapa?"
"Ini aku, kaumemanggilku."
"Aku tidak memangilmu, kausiapa?"
Sesosok nyamuk besar muncul dan menerkam tubuh si Pria tua sehingga dia tidak bisa bergerak, lalu si nyamuk menekan tengorokan si Pria tua sehingga suara Pria tua menjeadi sangat pelan. "Pejamkan matamu, aku akan bercerita."
"Aku tidak mau!"
"Sebaiknya kaupejamkan, ini perintah!" Kata Sang nyamuk marah dan Pria tua ketakutan, dia pun menganguk dan memejamkan mata.
"Kita akan pergi ketempat yang jauh," setelah beberapa lama si Pria tua memejamkan matanya, si nyamuk bertanya, "Apa yang kaurasakan?"
"Angin sepoi-sepoi, udara segar," si Pria tua tersenyum seakan perasaanya menjadi damai. "Bau buah kesemak."
"Apa yang kaulihat?"
"Tidak ada, semua gelap."
"Coba lagi, gunakan imajinasimu."
"Aku melihat diriku ... ya diriku, sedang berjalan dengan anjingku di kebun buah kesemak."
"Dengarkan, jangan buka matamu, bila kau membuka mata kita akan ditarik pulang, nah, aku akan bercerita sekarang."
Ada sebuah desa yang sedang mengalami musim kemarau, air mengering dan tahan mengeras seperti tulang, namun disebuah perkebunan buah kesemak milik si Pria tua tidak mengering dan pohon-pohon kesemak berbuah lebat disana. Sang Pria tua sangat kikir, dia mengusir setiap orang yang meminta buah kesemak bahkan dia juga tidak mau menjual buah kesemaknya. Suatu hari muncul seseorang yang datang dari arah utara, dia adalah sang Filsuf.
"Filsuf?"
"Ya, sang Filsuf, dia ahli dalam kehidupan, kebijakan, cinta, kedamaian, semua itu dia ketahui dari hakikat yang sebenarnya, dimana orang awam tidak pernah bisa memaknai semua itu."
Orang-orang mengadukan masalah kekikiran si Pria tua kepada sang Filsuf, sang Filsuf akhirnya memutuskan untuk menemui si Pria tua, merekapun bertemu dan berbicara.
"Mengapa Tuan tidak mau membagi keberuntungan? Bukan kah Tuan memiliki buah yang melimpah."
"Buah-buah ini miliku, aku yang menanam dan merawat pohon-pohon ini, jadi aku tidak akan membagi apa yang sudah aku dapat lewat kerja kerasku seoarang diri."
"Bagaimana kalau Tuan menjualnya?"
"Tidak akan aku jual, buah-buah itu akan aku makan seoarng diri, bila ada yang tidak suka, aku akan mengusirnya dengan anjingku."
"Kalau begitu maukah tuan berbicara denganku lain waktu? saat Tuan tidak sibuk."
"Aku selalu sibuk, aku sibuk memikirkan buah-buah kesamak yang matang ini."
"Kalau begitu terimakasih mau berbicara dengan saya, saya mohon undur diri."
Sang Filsuf akhirnya pergi dan berencana akan menggunakan ilmu filsafahnya untuk membujuk si Pria tua esok hari, namun saat sang Filsu berjalan agak jauh, si Pria tua memerintahkan anjingnya menyerang sang Filsuf, anjing itu segera berlari cepat mengejar sang Filsuf, sang Filsuf terkejut saat sang anjing mengigit pantatnya, tapi itu membuat sang Filsuf sangat marah, lalu saat malam hari tiba sang Filsuf berdiri disebuah bukit, dan disana dia memanggilku.
Karena si pemanggil memanggilku dalam keadaan marah maka aku datang memakai wujud raksasa batu. Aku berjalan ke kebun si Pria tua dan menghisap nutrisi tanah dan menghisap kehidupan pohon-pohon kesemak itu sampai kering, lalu aku mendatangi rumah si Pria tua, saat sampai dihalaman rumahnya anjingnya mencoba menghalangiku, karena aku tidak melihat saat itu, aku tidak sengaja menginjaknya sampai gepeng.
"Cukup!" Bentak si Pria tua. "Aku tidak suka lawakanmu."
"Kauharus menunggu ceritaku selesai."
Lalu aku menghancurkan atap rumahnya, merusak jendelanya, menendang pintunya, meluluh lantakan loteng rumahnya.
"Cukup!" sela Pria tua, "aku akan membuka mata."
"Jangan dibuka!"
"Cukup!" kata si Pria tua membuka matanya, dan si nyamuk itu sudah tidak ada. Sang pria tua bergumam, "mungkin hanya mimpi, mimpi yang buruk sekali."
"Kauakan celaka," suara si nyamuk tiba-tiba muncul dan dalam sekejap rumah sang pria tua ambruk, mulai dari atap, loteng kemudian tiang-tiang hancur dan rumah itu rata dengan tanah, sang Pria tua yang kikir itu akhirnya tewas tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top