Kisah ke-Lima : Dalam Bara dan Api

Disuatu malam sang Laba-laba menemui si Nyamuk disebuah pemakaman, si Nyamuk terlihat terdiam di depan makam seseorang, dia begitu mengerikan dalam kediamannya sehingga sang Laba-laba tidak mengajaknya bicara.

Si Nyamuk tiba-tiba terlihat begitu sedih, dia mendekati makam itu dan menutupinya dengan tubuhnya, lalu tubuh si Nyamuk itu terlihat bagai terbakar dan berubah menjadi bara api, setelah tubuh itu benar-benar terbakar muncul tanaman mawar yang yang begitu banyak bermunculan tumbuh bahkan menyerupai semak, lalu dari tanaman mawar itu bunga-bunga mawar bermekaran menyelimuti makam, begitulah mawar-mawar itu mekar dan memberikan kelopaknya yang merah sebagai kenang-kenangan.


Malam datang begitu cepat seakan memakan siang, apakah memang dunia ini sudah dikuasai oleh kesuraman dan kejahatan? Bila malam datang itu artinya waktunya untuk bercerita. Sang laba-laba muncul, pertama matanya yang berjumlah delapan bersinar bagai bara api, lalu warna tubuhnya yang berwarna putih keperakan, kemudian tubuhnya yang hitam, sang Laba-laba mengamati sesuatu dari balik jendela, badai datang dengan bersenjatakan petir dan angin.

"Badai datang, biasanya tidak ada badai," kata si Gadis kecil sambil memangku kucing kesayangannya.

"Badai? Aku pernah menjadi badai," balas sang Laba-laba yang suaranya menyerupai gema.

"Bagaimana bisa?"

"Jutaan tahun yang lalu, aku mengembara ke pelanet-pelanet dan bintang-bintang."

"Apa kaubertemu Alien?"

"Tidak, aku hanya bertemu batu, air, tanaman dan mahkluk melata."

"Kapan kausampai ke Bumi."

"Aku datang ke Bumi saat zaman purba, Manusia belum lahir."

"Apa ada dinosurus?"

"Aku tidak bertemu dinasurus, tapi ... aku bertemu monster-monster yang diciptakan Tuhan dari api, mereka bersenjatakan kapak, pedang, dan cambuk-cambuk api, tubuh mereka berselimut api dan panas membara, senjata mereka sepanas tubuh mereka, mereka adalah ... Ifrit!"

"Ifrit?"

"Mereka memerangi satu sama lain, saling bunuh dan saling bakar, mereka juga merusak Bumi, aku yang saat itu ada di Bumi sangat marah melihat perbuatan mereka. Aku berubah menjadi badai berbentuk hantu, bersenjatakan angin, hujan dan petir. Aku dan para Ifrit itu akhirnya saling berperang, mereka mengeroyokku, ribuan Ifrin menyerangku dengan semburan api panas dan mereka melempariku dengan tombak-tombak api, aku tembaki mereka dengan petir, kuterbangkan mereka dengan angin, aku dinginkan mereka dengan hujan."

"Apa kaumenang?"

"Aku kalah, api mereka terlalu panas, itu membuat intisari jiwaku meleleh, namun aku berhasil menembakan petir kearah Raja mereka, saat Raja mereka tewas, mereka meninggalkan medan perang, aku sekarat dengan hanya bisa mengambil bentuk cairan hitam, bersembunyi di dalam bagian Bumi terdalam, bersembunyi selama ribuan tahun untuk memulihkan intisari jiwaku. Nah sekarang aku akan bercerita, tutup matamu."

"Bukankah tadi sudah bercerita?"

"Itu pengalaman hidupku, bukan cerita. Sudah kaututup matamu?"

"Sudah."

"Apa yang kaurasakan?"

"Panas, aku terbakar."

"Itu sebuah Lautan api."

Istana kini dikepung oleh lautan api, sang Panglima memandang sang Dukun. "Apa ada tempat yang tinggi disini?"

"Ada, menara."

"Kita harus kesana."

Maka mereka pun bergegas menaiki menara, banyak sekali anak tangga yang harus dilewati saat menuju menara, dan waktu sudah mulai habis dibakar oleh api. Akhirnya mereka sampai, lalu sang Panglima berkata padaku yang berwujud bayangan, "kauadalah teman yang paling baik, ini permintaan terakhirku."

"Kata-kata sang Panglima seperti ..." kata Gadis kecil.

"Sebuah Permintaan terakhir adalah salam perpisahan," jawab sang Laba-laba.

Sang Panglima memandang sang Dukun dengan lembut dan itu padangan paling lembut yang pernah ada, lalu dengan suara yang tegas sang Panglima meminta tolong kepadaku, "bawa pergi orang yang paling aku cintai."

Aku berubah menjadi kelelawar raksasa, aku langsung menyambar sang Dukun dan menaikannya ke punggungku, sementara di menara yang terkepung api sang Panglima memadang kami dengan melambaikan tangannya.

"Sang Panglima, dia menangis, aku bisa melihat airmatanya, tolong selamatkan dia," pinta Gadis kecil.

"Aku hanya bisa menyelamatkan satu orang," jawab Sang Laba-laba.

"Dia menangis."

"Tangisan seorang pria hanya sekedar tangisan! tangisan mereka tidak memiliki makna dan tak berharga."

Sang Dukun melihat sang Panglima terbakar api didalam menara menangis sehebat-hebatnya, lalu dia mejatuhkan diri dari punggungku, dia menjatuhkan dirinya ke lautan api yang ada dibawah. "Aku tidak bisa hidup diatas pengorbanan pria yang mencitaiku," kata sang Dukun saat aku hendak menolongnya. Dia pun jatuh ke luatan api dan begitulah kisah cinta yang jatuh kedalam bara dan api.

Si Gadis kecil tiba-tiba membuka matanya dan mereka bagai tersedot keluar dari cerita, ada goncangan hebat sampai mereka terpelanting kelantai. "Demi Tuhan! Apa yang kau lakukan?!" Seru sang Laba-laba marah.

"Seharusnya kaumenyelamatkan sang Panglima," kata Gadis kecil sambil menangis dan tubuhnya sangat sakit akibat benturan keras, rasanya bagai jatuh terbanting.

"Sudah aku bilang! Aku hanya bisa menolong satu orang. Lihat perbuatanmu, kita ditarik keluar, perpindahan dimensi secara tiba-tiba sangat berbahaya, pondasi rumah Manusia di Bumi tidak tahan dengan goncangan perubahan dimensi, rumah ini akan roboh seperti rumah si Pria tua."

"Aku tidak peduli!" Teriak si Gadis kecil. "Kaujahat!"

"Jahat? Kautahu apa arti jahat?! Kebenaran sejati itu adalah kejahatan!"

"Jawab dengan kebenaran sejati, aku melihat air mata sang Panglima, apa airmata itu adalah dosa?"

"Kaubicara seperti para penyair pemberontak, hebat sekali untuk Manusia muda yang sok tahu!" Teriak sang Laba-laba marah, sang Laba-laba meniupkan sesuatu yang menyerupai asap hitam ke wajah si Gadis kecil, si Gadis kecil tiba-tiba jatuh tertidur. "Aku tidak mau berdebat, rumah ini harus segera kuperbaiki." Dan malam itu laba-laba berkerja keras memperbaiki rumah agar tidak roboh karena benturan perpindahan dimensi yang tiba-tiba, dunia yang baru saja mereka datangi adalah dunia yang terlarang dilihat oleh mata Manusia.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top