• 0.9

Kantor

Kalau nanti Jay mengajakku, akan ku terima. Tapi, sampai saat ini dia belum datang, apa mungkin tidak jadi yah atau dia sudah bersama karyawan yang lain. Ya sudahlah, aku tidak ingin banyak berharap soal Jay ini.

Aku mendengar suara sepatu, tapi bukan suara sepatu pria, melainkan wanita.

"Selamat pagi."

Aku berdiri dan membungkuk, takut saja kalau itu adalah tamu yang penting atau atasan lain yang belum aku kenal.

"Siapa kamu?"

Duh nih cewek kenapa jutek banget gitu, padahal dia cantik dan kelihatan mewah gitu gayanya.

"Saya sekretaris baru, Pak Jay."

Dia hanya diam dan berjalan tepat kedepanku.

"Hmmm... Saya harap kamu tidak godain Jay, karena Jay milik saya dan sampai kapanpun tetap milik saya."

Aku hanya mengangguk dan cewek pergi berjalan keruangan Jay.

"Aku milik semuanya."

Eh, tunggu aku kenal suara itu. Jay? Sejak kapan dia ada di depan pintu masuk dan aku tidak mendengar suara sepatu itu.

"Kenapa kamu datang lagi kesini? Tidak ada telepon dari Papa kamu," dia berjalan menghampiri wanita itu dan menghalanginya agar tidak masuk ke dalam ruangan "Jangan masuk keruangan saya, ini adalah privasi dan kamu tidak ada keperluan apapun di dalam sini."

Aku pertama kali melihatnya berbicara seperti itu, dia terlihat tidak suka dengan cewek itu, bahkan seringkali menghindari tatapan langsung dengan si cewek mewah.

Aku menyicil tulisan novelku, tiba-tiba aku mendapatkan ide, lebih baik seperti ini daripada aku mendengarkan pertengkaran sepasang kekasih, mungkin saja. Mereka berdua terlihat cocok dan terlihat seperti sepasang pangeran dan putri. Berbeda denganku yang mirip seperti Upik abu.

Setelah pertengkaran kecil, cewek itu menghentakkan kakinya dan berjalan pergi, wajahnya memasang kekesalan dan Jay hanya ketawa melihat itu.

Heran.

"Dia benar-benar aneh, menurutnya jika dia mengancam akan mengadukan kepada ayahnya, aku akan takut. Tentu saja tidak, hahaha."

Ini pertama kalinya aku melihat Jay tertawa lepas seperti itu, haahhh.... Ketawanya sangat manis, dia benar-benar tampan saat seperti ini.

"Aileen, malam nanti tidak ada acara kan?" Ini pertanyaan yang aku tunggu dari tadi.

"Tidak ada, Pak. Ada apa yah?"

"Baiklah, nanti malam akan saya jemput kamu. Saya ingin membicarakan banyak hal. Jika di kantor, saya takutnya akan menggangu karyawan yang lain."

Aku mengangguk, setelah itu aku izin untuk mengambil berkas di tempat lain. Banyak hal yang harus aku kerjakan dan setelah mengambil berkas itu, aku harus mengecek perhitungannya, apakah sudah benar atau belum.

Semuanya sudah selesai, sebelum jam makan siang. Seperti biasa, aku kali ini makan siang di ruangan saja, karena aku membawa bekal dan agar bisa melanjutkan ceritaku ini.

Jam makan siang selesai.

Melanjutkan pekerjaan.

Disini Jay selalu melihatku, bukannya kepedean, tapi itu nyata. Saat aku melirik balik kearahnya, dia terlihat membuang tatapan matanya kearah lain. Apakah ada yang salah denganku?

"Pak, ini berkas dari bagian keuangan dan ini adalah berkas yang perlu bapak tandatangani untuk menyetujui beberapa kebijakan dari perusahaan yang meminta kerjasama kemarin."

"Soal perusahaan ini, bisakah kamu hubungi mereka, saya ingin mengadakan rapat kembali dengan mereka, saya masih ragu."

Aku mengangguk, "Tunggu." Cegatnya saat aku akan melangkah menuju ruanganku.

"Ya, ada apa Pak?"

"Duduklah disini, saya ingin mendiskusikan soal perusahaan yang meminta kerjasama ini denganmu."

Aku mengiyakannya dan duduk tepat di depan Jay. Tapi, dia menyuruhku membawa kursi itu kedekatannya, alasan agar enak untuk berbicara dan tidak ada jarak.

Ini pertama kalinya aku duduk bersebelahan dengan Jay, saat makan siang kemarin kami berhadapan tidak bersebelahan. Tunggu, saat dekat seperti ini dia sangat tampan, terlihat sangat tampan. Aku tidak bisa bernafas rasanya, dadaku sesak, tidak aku harus mengatur nafasku dan membuat sedikit tatapan mata secara langsung.

"Untuk perusahaan yang ini saya masih khawatir untuk melakukan kerjasama karena perusahaan ini...."

Tidak, aku tidak bisa konsentrasi sekarang sebagian kalimat yang dia katakan hilang dari pendengaranku, aku tidak fokus jika sedekat ini. Ditambah ini bukan seperti hubungan atasan dan bawahan.

"Bagaimana, Aileen?"

"Pardon?"

Ah, sepertinya aku akan kena marah. Ini benar-benar buruk Aileen.

"Apa kamu tidak nyaman, karena kita sedekat ini. Maaf."

Aku menjauhkan sedikit kursiku, ini terasa lebih baik, dia mengulanginya kembali dengan pelan dan membahas satu persatu perusahaan itu, aku merasa tidak enak dengannya, dia jadi harus mengulang kembali.

"Banyak perusahaan dengan bidang yang sama, meminta kerjasama ke kita. Tapi, pasti diantara perusahaan itu ada yang menguntungkan untuk perusahaan ini. Jay-nim, sepertinya kita hanya memilih dua atau tiga perusahaan saja yang ajakan kerjasamanya kita terima. Hanya yang menguntungkan untuk kita." Aku memberikan pendapat dia mengangguk.

Aku mengambil beberapa berkas dan membaca isi kebijakan dari semua perusahaan itu, aku sudah meminta izin untuk membaca berkas ini.

"Lalu, perusahaan yang mana, yang harus saya terima?"

"Mungkin yang ini dan yang ini, tapi ini menurut saya karena kebijakannya tidak hanya menguntungkan mereka, melainkan perusahaan kita juga."

Dia mengambil berkas yang aku pilih dan membacanya kembali, kurasa dia setuju dengan pilihanku, tunggu aku kan hanya sekretaris tapi kenapa dalam hal ini aku ikut campur juga.

"Maaf, Pak."

Dia menoleh kearahku, menaikkan satu alisnya "Buat apa? "

"Seharusnya saya tidak ikut untuk memilih perusahaan mana yang harus diajak kerjasama, kan saya hanya sekretaris."

"Tidak! Saya menganggap kamu tim saya dan itu sangat membantu. Saya berterimakasih."

Semua sudah beres, beberapa waktu lalu aku menelepon para pemilik berkas ini dan membuat janji untuk rapat, membicarakan hal-hal kedepannya nanti.

Ah, sebentar lagi jam pulang dan itu tandanya, kami berdua akan pergi kencan. Tunggu, tidak apa-apa kan aku mengatakan itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top