• 0.8
Sekarang kami berdua duduk berhadapan, dia mengunyah makanan pertamanya.
"Aileen."
Aku menghentikan kegiatan makanku dan menunggu Jay berbicara.
"Sambil makan juga tidak apa-apa."
Tapi ini tidak sopan.
"Saya yang memerintah kamu."
Aku melanjutkan makan dan menunggu dia mengatakan sesuatu.
"Besok malam kamu ada acara?"
Besok yah, aku ada acara itu pasti, lebih tepatnya pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan, tapi sepertinya aku bisa izin.
"Apa bisa saya memberikan jawaban itu nanti. Saya takut kalau tiba-tiba ada acara."
"Iya, tidak apa-apa."
Jujur saja ini terasa canggung, duduk berdua dan bersama bos kamu, itu sangat canggung. Beberapa pasang tatapan dari karyawati membuatku tidak nyaman.
"Maaf kalau saya membuat kamu tidak nyaman."
"Tidak Pak, seharusnya saya yang meminta maaf, bapak jadi kepikiran karena saya."
Makan siang selesai.
Saatnya melanjutkan pekerjaan, bukan membuat novel, tapi membuat laporan keuangan. Yah, aku kan sekretaris bos.
-Selesai- -Pulang-
Pulang ke Rumah Rain, aku perlu mengambil bajuku dan harus menjadi asistennya.
----
RAIN'S POV
Dia kemana? Kenapa sampai sekarang belum datang, padahalkan aku sudah sering bilang ke dia untuk tepat waktu. Yeah, aku tahu sekarang dia sudah bekerja, tapi setidaknya kan dia tidak lupa dengan pekerjaan dia sebelumnya.
"Malam."
"Hmmm," aku bergumam mengecek jam tangan "Terlambat," kataku dengan langsung pergi ke mobil. Ya, aku tahu dia sedang mendengus kesal, tapi itukan karena perbuatannya.
"YA!"
Aku tidak ingin dengar.
"YA! Aisshhh... Jinjja!!!"
Sekarang dia mulai marah, jujur sebelum dia datang aku merindukannya, tapi setelah dia datang aku ingin membuatnya marah dan bersikap tidak peduli. Itu lucu.
"Hellooo!!! Kamu gak denger aku?"
Aku masuk ke mobil, duduk, dan mengklaksonnya. Hahaha, aku sangat puas.
Dia kesal dan masuk ke dalam mobil, duduk di kursi pengemudi. Perlu diketahui aku tadi menekan klakson dari kursi sebelah.
"HAAAHHH... YA! Kenapa kamu membuatku kesal? Hah! Kamu, HAAAHHH benar-benar, dari tadi aku memanggilmu, padahal aku sudah mengucapkan kata malam dengan sangat bersahabat, tapi kamu acuh dan langsung pergi begitu saja, kalau aku tidak datang dan tidak bukan karena menggantikan asistenmu itu, aku tidak akan peduli terhadapmu dan bersikap bodo amat."
"Sudah pidatonya."
Hahaha, aku sangat bahagia. Saat dia marah, dia terlihat imut, menggemaskan.
"Hmmm."
----
Lokasi syuting
Saat lokasi syuting tidak ada hal yang istimewa, sama saja seperti sebelumnya. Aku yang selalu disuruh sama Rain dan membantu beberapa staff dalam pekerjaannya, untung saja sebentar lagi syuting ini selesai dan tersisa adegan untuk episode terakhir.
Aku ingat soal pertanyaan Jay itu dan sekarang aku sudah di dekat tuan direktur.
"Maaf Pak direktur, saya mau menanyakan sesuatu."
"Apa itu?"
"Saya boleh izin untuk besok malam tidak datang ke lokasi syuting, alasannya karena saya diajak bos saya untuk makan malam bersama. Mungkin membahas soal pekerjaan atau tentang hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan kantor." Aku mengatakan ini sedikit takut, takut saja kalau aku dikira tidak becus dalam hal pekerjaan.
"Oh iya saya baru ingat kalau kamu sudah diterima di kantor itu. Baiklah tidak apa-apa, lagi pula besok syuting untuk episode terakhir. Saya bisa mengaturnya sendiri."
Aku sangat bahagia. Bisakah aku mengatakan besok adalah ajakan kencan. Hahahaha...
-Syuting selesai-
Aku tidak mengantarkannya pulang, karena asistennya sudah bisa menjemput dia. Aku kembali kerumah dengan menggunakan bis. Seperti sebelumnya.
---
Rumah Aileen
Aku masih belum terbiasa dengan suasana Korea, walaupun tidak jauh beda dengan tempat yang aku tinggali sebelumnya.
"Aku pulang."
Kemana mama, aku hanya melihat tiga kurcaci yang sibuk dengan kegiatan mereka sendiri.
"Hei, mana Eomma?"
"Ada di dapur."
Hmmm, aku pergi ke dapur dan melihatnya, yah tentu saja aku menanyakan Mama dimana itu, bukan sekedar basa-basi, tapi sehari saja tidak melihatnya itu sangat merindukan bagiku.
"Eomma."
"Iya, ada apa?"
"Kamu tidak merindukanku, sehari saja tidak bertemu aku sangat merindukanmu."
Mama memelukku dan mengatakan merindukanku, setelah sekian lama semasa aku kecil tidak bermain dengannya, dan waktu itu aku kembali bertemu dengannya, itu membuatku bahagia. Walaupun kadang kesal dengan anak-anaknya yang lain.
"Segeralah mengganti pakaianmu, kamu belum makan kan, segeralah makan."
Mengganti pakaian.
Makan.
Kembali lagi ke kamar.
Ini sangat melelahkan, melakukan semua pekerjaan dalam satu waktu itu sangat melelahkan. Tapi, aku harus mendapatkan uang untuk kebutuhan hidup.
Aku melakukan hobiku, sama seperti sebelumnya, menulis dibuku diary, sudah ada 10 buku diary yang terisi penuh dengan pengalamanku sepanjang hidup dan ini diary kesebelas.
Aku mengingat kembali masa lalu.
Dulu saat pulang sekolah, aku selalu menunggu di halte, membaca novel kesukaanku dan memasang earphone, di halte itupun aku melihat anak laki-laki yang selalu ada dan entah dia sekolah dimana, karena seragamnya saja tidak seperti sekolahanku. Maksudku dia selalu menggunakan pakaian bebas. Dia juga selalu menunggu di halte, padahal dia sudah ada jemputan dan tidak menaiki bis. Aku mengetahuinya yang selalu melirik kearahku, membaca novel yang sama denganku sebelum anak itu tidak pernah terlihat dari pandanganku.
Aku tidak tahu dia pindah atau bagaimana, tapi dia tidak asing. Aku tahu itu, karena aku sempat meliriknya walaupun sebentar.
Dia anak yang pendiam, kurasa ada hal yang ingin dia katakan kepadaku, tapi dia tidak berani mengatakannya. Apa ini, masa laluku sangat misterius sekali, anak laki-laki itu juga siapa? Aku ingin mengenalnya suatu saat, kalau aku bertemu dengannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top