• 0.3
Aarrggghhhhh... Ini gara-gara dia, kenapa ribet banget sih, lagian gak ada aktor yang seribet dia, pakai harus diganti adegan, dialog dan lain sebagainya.....
Aku sedang mengganti dialog dan adegan, berulang kali aku tanya ke dia ini itu sudah benar atau tidak. Tapi, jawabannya tidak, dan ini yang terakhir, akhirnya dia mau. Oke. Tapi, masalahnya bukan cuma disini saja, tapi selanjutnya dia menyuruhku mengambilkan minum dan cemilan. Heeiiii!!! Aku itu bukan Staff. Ugh.
"Ne, Rain-Nim. Apakah ada lagi yang bisa saya bantu? Dengan senang hati akan saya bantuuuuuuuu," ucapku dengan menekan bagian paling akhir.
"Tidak!"
"Baiklah..."
Aku pergi, menuju tempat penulis duduk dan duduk disampingnya, aku menghembuskan nafas kasar, aku mengomel gak ada hentinya.
"Hei, sudahlah. C'mon keep smile."
Aku memaksakan untuk tersenyum, setelah itu aku harus memperhatikan adegan yang ganjil bersama dengan sutradara.
"Dia tidak pernah seperti itu. Tapi, entah mengapa saat ada kamu dia jadi seperti itu," ucap salah satu Staff.
Tepat pukul 12 malam syuting untuk film ini selesai dan aku diperbolehkan pulang. Tapi, ini masih satu episode untuk film dan masih ada beberapa episode lagi. Tidak! Aku tidak ingin memikirkan tentang selamanya bertemu dengan dia.
Untuk pulang ini aku menaiki bus, aku takut aja kalau naik kereta akan ketemu dia lagi.
Aku memilih tempat di dekat jendela, agar aku tidak mengantuk dan bisa melihat suasana malam yang menenangkan. Aku juga sambil mencatat ide-ide yang terlintas di pikiranku, ide ini akan aku buat untuk menulis ceritaku. Yah, aku diam-diam menulis cerita, setelah itu aku membaca novel kesukaanku dari dulu.
Mataku terasa berat, aku menguap berkali-kali dan pada akhirnya aku tertidur.
----
"Permisi... Nona...." Seseorang menepuk pundak, aku terbangun dan sadar bahwa tadi aku tidur di bahu seseorang.
"Mianhamnidha.. aku tidak sadar telah tidur di pundakmu."
Mata kami bertemu, aku melihat wajahnya yang seperti dipahat oleh malaikat. Ah, dia benar-benar tampan.
Tubuhku tidak seimbang dan membuatku jatuh di tubuhnya, ini gila. Aku tadi tanpa sadar menatap matanya dan melihat wajahnya, tapi ini jelas. Ini sangat jelas dan dekat, aku melihat wajahnya sangat dekat dan dia benar-benar tampan. Tampan sekali.
"Maaf sekali lagi. Aku tidak sengaja. Maafff.." setelah aku sadar aku segera turun.
Setelah aku turun, aku baru menyadari sesuatu. Novelku, yah novelku tertinggal sepertinya dan bus yang tadi aku tumpangi sudah tidak ada saat aku berbalik. Siaalllll!!! Aku harus mencari kemana, kalau novel itu ada bersama cowok itu.
----
Change POV
Kebiasaanku menunggu di halte bus itu terus berlanjut bahkan saat aku sudah berada di Korea, malam ini pun sama, aku pergi ke Halte dan menunggu seseorang, aku tidak tahu menunggu siapa. Bahkan tidak yakin apakah aku bertemu dengannya lagi atau tidak.
Seorang wanita berdiri menunggu di halte bus itu, aku melihatnya dari samping, tapi saat melihatnya aku seperti mengulang waktu yang lama, seolah dia adalah gadis dikehidupanku beberapa tahun lalu.
Aku tidak yakin, tapi kata hatiku harus mengikutinya.
Yah, aku juga ikut masuk ke dalam bus itu yang aku saja tidak tahu akan pergi kemana.
Bus ini cukup sepi di jam sekarang, bahkan tidak ada 10 orang di dalam bus ini. Aku mencari wanita itu dan duduk di dekatnya. Ingat hanya untuk memastikan.
Melihatnya yang sudah hampir terjatuh di kursi samping, aku segera berjalan kearahnya dan membiarkan dia duduk di sebelahku.
Mustahil!
Tapi nyata!
Walaupun tidak terlalu yakin!
Tapi, aku sangat mengetahui ini, dia adalah gadis yang pernah ada dihidupku, novel yang dia baca pun sama. Aku tahu itu, karena novel ini jarang sekali yang menjual, bahkan jika tidak di toko khusus tidak akan ada.
Busnya berhenti.
Waktu saat bersamanya terasa berhenti begitu saja. Membiarkan aku menikmati waktu bersamanya.
"Nona, busnya telah berhenti."
Dia mengusap matanya dan meregangkan tubuhnya, mata kami bertemu, sangat jelas. Dia bukan asli Korea.
Dia wanita yang sangat cantik, walaupun sekarang dirinya terlihat berantakan.
"Maaf..."
Aku hanya tersenyum dan membiarkan dia lewat. Tapi, tubuhnya masih belum seimbang, hingga membuatnya terjatuh keatas tubuhku. Kini aku bisa melihat wajahnya dengan dekat.
Setelah sadar dia meminta maaf kembali.
Dia turun.
Aku melihat kearah samping.
Novelnya tertinggal dan membuatku ikut turun juga. Aku tidak langsung menemuinya. Yah, dia terlihat bingung. Apakah dia sadar novelnya tertinggal.
Aku memberanikan diri untuk bertemu dengannya.
"Maaf Nona. Apakah ini novelmu?"
Dia menoleh kearahku, melihat novel yang ada di tanganku dan mengangguk.
"Terimakasih. Aku tidak sempat berpikir bagaimana aku menemuimu jika novel itu ada bersamamu."
Aku hanya tersenyum.
"Sepertinya kamu sangat lelah, Nona. Sebaiknya kamu segera pulang dan beristirahat."
"Terimakasih sekali lagi, anda sangat perhatian Tuan."
Dia berlalu dengan sedikit berlari dan aku yang tidak tahu ini dimana, menelepon Mr. Ale yang dia juga ikut bersamaku ke Korea.
"Paman, tolong jemput aku disini."
[Bagaimana kamu bisa sampai sana]
"Nanti akan kujelaskan."
[Baiklah]
----
Change POV
Ahh... Untung saja pria itu turun dan mengantarkan novel ini, karena jika aku kehilangan ini sama saja aku kehilangan nenek untuk yang kedua kalinya. Novel ini adalah kenang-kenangan darinya.
Rasanya aku malas untuk pulang kerumah, suasana rumah ini benar-benar berisik ditambah dua adik tiriku yang argggghhhh.
"Aku pulang."
"Jam segini kenapa baru pulang?"
"Yah, aku ada sedikit masalah tadi di tempat pembuatan film."
"Naskah?"
"Ne."
Aku sangat malas dengan obrolan ini yang pasti pada akhirnya menyuruhku untuk cari pekerjaan yang tetap.
"Kamu itu lulusan sekolah yang bagus. Carilah pekerjaan yang lain."
"Ne, Eomma. Aku-"
"Atau kamu tidak aku bolehkan mendekati dunia tulis-menulis itu." Ucapnya dengan nada mengancam. "Pikirkan."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top