Rahasia
Jangan salfok sama pict diatas yak 😚
.
.
.
.
.
.
Happy reading~
Sakura menggeliat. Tubuhnya pegal serta bagian bawahnya terasa ngilu. Kakashi sama sekali tak memberi kesempatan untuk istirahat semalam.
Hari sudah siang. Matahari bersinar begitu teriknya diluar. Kakashi sudah berangkat sejak pagi. Meninggalkan Sakura yang tertidur setelah hukumannya.
Bekas kissmark dimana-mana. Sakura tersipu mengingat ganasnya hukuman dari kekasihnya.
"Kakashi no baka!!" Teriak Sakura meluapkan rasa kesal.
Di lain tempat.
Seorang pria bersurai perak menyentuh telinganya yang sedikit gatal. Sekejap saja gatal itu hilang.
"Siapa yang membicarakanku?" gumamnya heran.
Kakashi menekan tombol panggilan untuk asistennya. Seorang pria masuk kedalam ruangannya tak lama kemudian.
"Ada perlu apa, Uchiha Sasuke?"
Tanpa melihat siapa yang berdiri dihadapan meja kantornya. Kakashi sudah hafal gerak gerik anak buahnya.
Sasuke menatap datar wajah Kakashi yang masih sibuk mengamati dokumen.
"Aku meminta surat pemindahan unit."
Kakashi mendongak. Wajahnya yang tertutup masker mengeras. "Aku tidak menyetujuinya."
"Asuma dan Yamato sudah setuju. Hanya kau yang menolak."
"Katakan alasanmu."
"Tak ada."
Kakashi memijat kepalanya. Sasuke Uchiha, inspektur muda yang sikap keras kepalanya terkenal sampai markas pusat.
"Kau tahu peraturannya, Uchiha."
"Ada pengecualian yang memperbolehkan untuk pindah." bantah Sasuke kemudian.
"Baik, baik. Aku menyerah. Satu pertanyaan lagi, dan kau harus menjawabnya."
Sasuke diam. Pertanda setuju.
"Apa tujuanmu pindah ke Unit Kriminal?"
"Hanya ingin menangkap sampah diluar sana."
"Hanya itu tujuanmu? Kau yakin?"
"Aku tidak harus menjawabnya."
Kakashi mengerdikkan bahu. Mengambil dokumen pemindahan unit, kemudian menandatangani.
"Kuharap kau tidak membuat keonaran disana." ujar Kakashi seraya menyerahkan dokumen Sasuke.
Sasuke hanya diam, mengambil dokumennya. Kemudian berbalik tanpa permisi.
Pintu ditutup dengan keras, hingga Kakashi menggelengkan kepala.
"Astaga, bocah itu..."
###
Sakura mengambil minum di pantry. Baru saja hendak minum, seseorang memencet bel apartemennya.
"Siapa yang--"
Sakura melihat layar kecil dekat pintu apartemennya. Layar yang terhubung dengan CCTV pintu depan. Menampilkan wajah tampan inspektur muda kepolisian Jepang.
"Sasuke-kun?" Sakura membuka pintu apartemennya.
Sasuke menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Sasuke-kun, ada apa?" senyum manis Sakura menyambut kawannya.
"Hn."
Tanpa permisi Sasuke melangkah masuk apartemen gadis pink pujaannya.
Sakura hanya geleng-geleng melihat tingkah laku kawan sebangkunya dulu. Ia segera menutup pintu apartemennya.
"Kupikir kau akan pindah tempat tinggal begitu setelah peristiwa kemarin."
Kata Sasuke seraya duduk di sofa ruang tamu.
"Ah percuma saja aku pindah. Surat itu akan terus datang."
"Seharusnya kau segera melaporkannya. Bila tidak segera ditindak lanjuti akan bahaya." Sasuke menatap Sakura yang duduk diseberangnya.
"Aku tahu, Sasuke-kun. Biasanya surat itu akan berhenti sendiri begitu aku mengabaikannya."
Sakura berdiri mengambil minuman kemasan kemudian meletakkan diatas meja.
"Kakashi kemari?"
Sasuke mengedarkan pandangannya ke segala arah. Seolah mengamati jejak seseorang.
"Uhm, itu..."
"Dia sudah tiba di kantor pagi-pagi. Tanpa pulang ke apartemennya."
suara Sasuke tampak menahan amarah.
Tentu saja Sasuke tahu Kakashi pulang atau tidak. Mereka bertetangga.
Sakura mengernyitkan dahi. Merasa aneh dengan intonasi Sasuke yang tak biasa.
"Itu... Bukan urusanmu kan?"
Sasuke menggertakkan giginya, marah. "Bukan urusanku?" iris jelaganya menatap tajam Sakura yang terkejut karena Sasuke langsung berdiri dan mendekatinya.
"S-Sasuke-kun?"
Sasuke mengurung Sakura diantara kedua lengannya. Posisi yang menguntungkan baginya, namun merugikan bagi Sakura.
Sakura mendongak. Menatap Sasuke penuh tanya. Tak mengerti dengan tindakan tiba-tiba teman lamanya.
Sasuke mendekatkan wajahnya. Hingga hidung mereka hampir bertabrakan.
Suara pintu apartemen terbuka menyadarkan mereka. Sakura segera mendorong Sasuke. Dan berlari menyambut Ino yang datang.
"Oh, pig~"
Ino menautkan alis melihat ekspresi sahabatnya yang tak biasa.
"Hn, aku pulang." Sasuke segera berjalan keluar apartemen seraya menatap Sakura sekilas.
"Eh, iya.. Hati-hati, Sasuke-kun." balas Sakura tanpa menatap wajah Sasuke.
Sepeninggal Sasuke, Sakura menghembuskan napas lega. Hingga memancing rasa kepo Ino.
"Hayo ada apa? Pasti terjadi sesuatu diantara kalian kan? Ngaku ngaku! Hihihi..." Ino langsung menggoda Sakura yang wajahnya sedikit bersemu.
"T-tidak ada apa-apa. Kau salah paham!"
"Bohong. Aku lihat kau gugup ketika Sasuke pamit. Ah, bocah itu sekarang sudah menjadi pria tampan yang seksi. Wajar kalau kalian tidak bisa menahan--"
"Apa maksudmu, pig? Kau pikir aku wanita apa?! Aku sudah memiliki Kakashi."
Sakura marah karena Ino menuduhnya yang tidak-tidak.
"Santai, Saku. Santai. Aku hanya bercanda saja." Ino memegang tangan Sakura. Berusaha menenangkan.
"Bercandamu tidak lucu, tahu."
"Hehehe, gomen. Tapi bisa saja Sasuke melakukan sesuatu padamu. Aku pikir Sasuke memiliki rasa untukmu."
"Kau kan tahu itu tidak mungkin, pig."
"Mengapa tidak? Kau kan tidak mengetahui perasaannya. Mana kau tahu dia menyukaimu atau tidak, kan?"
"Meski dia menyukaiku sekalipun. Aku sudah memiliki kekasih sekarang. Jadi, tidak ada bedanya."
"Apa ini? Kau mengharapkan sesuatu?"
Ino menatap giok Sakura yang tampak menerawang seolah membayangkan sesuatu.
"T-tidak kok. Maksudku ada Kakashi jadi yah, sama saja kan? Siapapun yang menyukaiku, hanya Kakashi yang menjadi kekasihku."
"Kau yakin?"
"T-tentu saja. Hanya Kakashi yang aku cintai."
"Kau adalah pembohong yang buruk, jidat. Feeling ku berkata lain. Kau mungkin akan terjebak cinta yang rumit."
"Jangan berkata tentang feeling mu atau apapun itu, pig." Sakura menggeleng, membayangkan feeling Ino menjadi nyata adalah hal terakhir yang dia inginkan.
"Hehe, habis mau bagaimana lagi? Insting ku tajam bila terkait artis cantikku ini."
Ino memeluk Sakura erat.
Sakura balas memeluk sahabatnya. "Arigatou, Ino."
"Hmm, sama-sama Saku."
"Pig, aku boleh bertanya?" Sakura melepas pelukan Ino. Menatap wajah sahabatnya dengan serius.
"Tentu. Tanya saja. Tidak biasanya kau seperti ini. Memang apa yang mau ditanyakan?" Ino duduk di sofa dekat mereka.
"Mengenai ucapanmu tempo hari. Kau masih ingat?" Sakura memutuskan untuk duduk disebelah Ino.
"Ah, tentang fans club VIP mu itu?"
"Iya. Jujur aku penasaran siapa yang menjadi sumbermu."
"Astaga, jidat! Kupikir kau penasaran dengan lanjutannya atau bagaimana. Malah sumber lagi yang ditanyakan! Duh." Ino sweatdrop begitu mendengar kata-kata sohib kentalnya.
"Yaah, aku juga penasaran dengan versi lengkapnya sih."
"Untuk sumber aku sudah pernah berkata padamu. Aku tidak bisa mengatakannya. Tapi untuk versi lengkap ceritanya. Aku juga kurang tahu."
"Kukira kau tahu."
"Aku bilang kurang tahu. Tapi Bukan berarti aku tidak tahu sama sekali. Begini, aku juga mendengar hal lain tentang hal itu. Katanya... mereka akan melakukan apapun untuk mendekatimu. Bahkan mereka selalu mengawasimu. Dan anggotanya juga tidak sedikit. Aku dengar ada enam orang pria." bisik Ino hati-hati.
"Me-mengawasi?!" Sakura tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut.
Ino menutup mulut Sakura yang meringis. "Jidat... Kendalikan suaramu."
"M-maaf, Pig. Habis ini agak mustahil. Mengapa mereka mendekati dan mengawasiku? Kalau ngefans ya ngefans saja kan. Tidak perlu menguntit segala. Menyeramkan."
"Aku juga tidak tahu soal itu, jidat. Aku kan hanya mendengar cerita seseorang."
"Kau mendengarnya dari siapa sih? Aku benar-benar kepo nih!"
"Aku tidak bisa bilang, jidat. Gomennasai~"
"Haaaah... Ya sudahlah. Lalu, apalagi yang kau dengar?"
"Hmm, sepertinya hanya itu. Aku agak lupa karena itu cerita lama."
"Oh begitu... Tunggu, cerita lama? Jadi fans club itu ada sudah lama?" Sakura sekali lagi terkejut. Bisa-bisa dia terkena serangan jantung karena terlalu banyak mendengar berita yang mengejutkan.
Ino mengangguk. "Maaf aku baru menceritakan sekarang. Aku sempat lupa dan kembali teringat setelah kejadian kemarin."
"Tak apa. Setidaknya sekarang kau sudah mengingatnya."
"Hmm, untungnya aku ingat sekarang. Oh ya, ngomong-ngomong mengapa Sasuke kemari?"
"Entahlah, mungkin hanya ingin main sebentar."
"Aneh. Biasanya dia tidak seperti ini, kan? Kau bilang dia menghindarimu."
"Iya, aku juga tidak tahu. Beberapa hari lalu dia sempat menghindariku sih. Agak aneh juga melihat dia kemari."
"Bau-baunya dia terlibat sesuatu. Aku yakin dia mungkin bagian dari fans club itu juga."
"Hahahaha, pig pig. Kau ini lagi-lagi berkhayal!" Sakura tertawa geli sambil menggeleng.
Yosha, selesai 1000+ kata💪
Nggantung ya? Masih kepo lanjutannya?
Masih setia baca ff ini kan? 😚😚😚
Uuuuh terharu aku liat komenan kalian 😭😭😭
Hontou ni arigatou gozaimasu 🙇♀️
Tinggalkan vote, dan komen kalian ya
Karena dengan itu aku makin semangat nulisnya 🤗🤗🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top