Pengorbanan
Pict diatas emang bikin salfok ❤️
Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sakura memijat kepalanya yang pusing. Pilihan yang diberikan oleh presdirnya beberapa hari lalu itu membuat perasaannya tak menentu.
Ino menyodorkan minuman. "Minumlah ini, Saku. Jangan terlalu dipikirkan."
"Bagaimana aku tidak memikirkannya? Ini tentang karierku! Juga... Kakashi." Sakura menunduk setelah menerima minuman dari Ino.
"Aku tahu." Ino duduk disebelah Sakura.
"Apa yang harus kupilih? Aku... Aku bingung."
"Hmm, aku sudah menduga Itachi akan berkata begitu sih. Tapi aku tidak menduga bila ia menciummu. Hihihi... Selamat ya, jidat. Kau sungguh beruntung!"
Ino menyenggol bahu Sakura.
Sakura mendelik, wajahnya bersemu mengingat ciuman lembut Itachi yang membuatnya terbuai.
" I-itu hanya kecelakaan! Tidak disengaja."
Sakura mengalihkan wajahnya. Menyembunyikan raut malu yang kentara.
" Tidak disengaja bagaimana? Jelas-jelas kalian sadar saat itu. Aku yakin Itachi cemburu melihatmu tak rela melepaskan Kakashi."
"Cemburu? Itu tidak mungkin, pig. Jangan berkhayal!"
"Ck, begini-begini aku calon peramal yang sukses. Melihat ekspresi Itachi dan Neji waktu itu seperti menyembunyikan perasaan lebih kepadamu." ujar Ino seraya membanggakan dirinya sendiri.
"Sudah kubilang itu tidak mungkin."
"Haaah... Kau ini. Kita lihat saja nanti, apakah ucapanku ini benar atau tidak."
"Ya, ya. Terserah kau saja, pig."
"Kalau memang dia tidak menaruh rasa padamu, tak mungkin dia menciummu kemarin. Iya kan? Bila dipikir sekarang, sepertinya akan ada perselisihan antar saudara dan sahabat karena seorang wanita."
"Apa maksudmu? Siapa yang berselisih dengan siapa? Dan itu karena... Aku?"
Sakura menoleh. Mendapati Ino yang sweatdrop menyadari sahabat pink nya tidak peka.
"Siapa lagi kalau bukan kau! Astaga jidat... Aku tahu kau memang bebal, tapi aku tidak tahu bila kau setidak peka ini!"
"Hehe, gomen..."
"Tentu saja. Kakashi dengan Itachi, Itachi dengan Sasuke. Mereka bisa bertengkar hanya karena ingin mendapatkanmu!"
"Sasuke-kun dengan Itachi-san? Bertengkar karena aku? Astaga... Itu sangat tidak mungkin! Pig, aku tidak percaya, kau benar-benar menganggap mereka memiliki perasaan padaku?"
Ino mengangguk yakin. "Kita lihat saja bagaimana nanti. Tapi feeling ku tidak pernah salah."
"Ah sudahlah! Daripada kita memikirkan hal itu. Lebih baik beri aku saran mengenai syarat dari presdir." respon Sakura kemudian.
"Kau benar. Hmm, bagaimana ya..." Ino merebahkan dirinya seraya berpikir.
"Pig, bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan fotografer itu?" tanya Sakura tiba-tiba.
Ino menoleh. Menatap Sakura yang ikut tiduran disampingnya. "Ya begitulah." Ino menjawab dengan lesu.
"Begitulah bagaimana? Bicara yang jelas dong. Aku tahu kau menyukainya sejak dulu."
"Dia profesional, jidat. Tidak ingin melibatkan pekerjaan dengan asmara. Susah mendekatinya."
"Hmm, kalau begitu mungkin kau bisa mengajaknya kencan. Siapa tahu dia bersedia."
"Kenapa kita jadi membahas tentang dia, sih? Kau bilang kau butuh solusi untuk masalahmu." Ino mengingatkan.
"Hehe, niatnya agar kepalaku tidak semakin pusing memikirkan ucapan Itachi-san. Tapi ternyata sama saja. Aku harus bagaimana, pig?"
Ino mengetuk dinding. Berpikir solusi yang tepat untuk artis cantiknya. Dia terdiam beberapa saat.
Sakura yang sebal melihat manajernya yang diam saja, menyenggol lengan Ino."Kenapa malah diam?"
"Aku sedang mikir, nih." Ino menoleh kemudian bangun untuk duduk. "Bagaimana kalau kau memutuskan Kakashi untuk sementara saja? Sampai gosipnya mereda."
"Putus? Apa harus sampai seperti itu, pig? Apa tidak ada cara lain?"
"Kau harusnya menyadari resiko pekerjaanmu, jidat. Jika kau memilih ingin tetap berkarir menjadi artis, tentu kau harus mengikuti keinginan perusahaan. Aku rasa Uchiha Entertainment juga sangat baik kepadamu selama ini, lalu apa yang akan kau lakukan untuk membalas kebaikan mereka?"
Sakura termenung mendengar ucapan Ino. Ino benar, Uchiha Ent. sudah banyak sekali membantunya. Tanpa mereka ia bukanlah apa-apa. Seharusnya kali ini ia bisa membalas kebaikan mereka. Dengan mengorbankan sesuatu yang berharga baginya.
"Baiklah, aku akan mencoba saranmu. Aku akan mengatakannya pada Kakashi. Aku harap dia mengerti." putus Sakura kemudian.
"Tunggu, jidat. Kau mau mengatakannya sekarang?" Ino memegang tangan Sakura yang meraih ponsel diatas meja.
"Kapan lagi? Aku tidak ingin menundanya."
"Kau tidak takut bila dia mengamuk? Aku membayangkan dia tidak terima diputuskan secara mendadak. Apalagi jika dia tahu alasannya. Duh, Kakashi-mu kan mengerikan!"
Sakura menggeleng. "Tenang saja, aku bisa mengatasinya. Lebih baik segera mengatakannya daripada menunda sampai tak tahu kapan. Lagi pula aku tidak akan mengatakan alasannya. Biar Kakashi membenciku, aku... Tidak apa." Sakura tersenyum pilu.
###
Duak! Duak Duak! Duak!
Suara kepalan tangan Kakashi meninju samsak dihadapannya dengan wajah mengeras. Amarahnya membara. Iris hetrochromia miliknya berkilat.
Bisa ditebak apa yang terjadi. Sakura mengatakan putus beberapa saat lalu. Meninggalkan dirinya yang termangu. Ketika ditanya apa alasannya, gadis pink itu hanya terdiam. Tak menjawab.
Kakashi masih meninju samsak yang ada diruangan gym didalam mansionnya. Ya, dia adalah jenderal muda yang kaya raya. Kekayaannya bisa disandingkan dengan bangsawan Jepang. Dia tampan, badannya indah, hampir semua wanita bertekuk lutut padanya. Rela memberikan tubuhnya secara cuma-cuma.
Tapi tidak dengan cinta. Tidak semudah itu ia dapatkan. Sudah sejak lama ia mendambakan Sakura. Mungkin sejak ia sekolah? Entahlah, itu sudah beberapa tahun berlalu. Yang Kakashi ingat, ketika gadis pujaannya menjadi artis... Ia menjadi jauh untuk dijangkau.
Kakashi bertekad mengejarnya. Dengan mempersembahkan gelarnya Jenderal Muda yang disegani, ia berniat menjadikan Sakura miliknya. Beruntung, Sakura juga mencintainya.
Satu tahun, baru satu tahun ia menjalin hubungan lagi dengan Sakura. Tapi lagi-lagi takdir memisahkan. Kakashi menghentikan aktivitas meninju nya.
Pikirannya kacau. Rasanya ia ingin membunuh siapa saja yang menghalangi asmaranya. Ia tidak bodoh, Kakashi tahu siapa yang membuat Sakura memutuskannya.
"Ini pasti ulah mereka. Benar-benar mencari mati rupanya." desis Kakashi penuh kebencian.
Kakashi melangkah mengambil ponselnya didalam tas. Menekan nomor seseorang, ia menelepon.
"Moshi moshi.."
"Apa rencana kalian?"
"Ya ampun, Kakashi? Bagaimana kabar? Rencana, apa maksudmu?"
"Buruk. Sangat buruk. Sampai rasanya aku ingin membunuhmu." Kakashi menatap jendela kamarnya dengan tatapan mengerikan. Bila matanya bisa mengeluarkan laser, mungkin jendela sudah berlubang.
"Astaga! Apa salahku sampai kau berkata begitu? Kau sama saja seperti Uchiha. Mudah sekali mengatakan bunuh. Astaga..."
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Jawab pertanyaanku, Sasori. Aku tahu kau tidak bodoh. Atau ketajamanmu hilang setelah berkumpul dengan para pecundang itu?"
"Aa gomen, aku lupa tadi. Hmm, rencana ya? Entahlah, aku tidak ikut-ikutan soal itu. Kau bisa tanyakan ke sahabatmu yang lain."
"Aku bertanya karena percaya padamu. Tapi rupanya kau sama saja dengan mereka. Kau tidak bisa dipercaya. Lupakan pertanyaanku barusan. Lain kali, jaga lehermu dengan baik sebelum aku melubanginya."
Khusus untuk hari ini. Update 2 chap!
Suka gak, suka gak? 😌😌😌
Makin kepo lanjutannya?
Tekan vote, komen n share juga yaa 😚😚😚
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top