PART. 8 - KISS AND MAKE OUT

WARNING : MATURE CONTENT (21+)
Rewrite by. CH-Zone

Hilang akal, tapi masih begitu sadar dengan apa yang dilakukan, nyatanya Brant tidak mundur atau mencari cara lain untuk menghindar. Justru, dia tenggelam dalam permainan konyol yang ditawarkan wanita muda yang terus membuatnya gila dengan berbagai pertanyaan yang menjurus pada godaan yang tidak sanggup ditolaknya.

Tidak pernah menaruh minat pada sebuah hubungan, atau komitmen, tapi justru berani bermain api dengan mempermainkan perasaan wanita muda yang baru beranjak dewasa. Shit! Brant tidak menyangka akan terpikat dengan mudah pada pesona Irina, yang naif dan penuh semangat.

Selama ini, wanita hanya sekedar pemuas, tidak lebih. Berkenalan singkat, mengobrol santai, menyambut setiap godaan yang dilayangkan, dan berakhir dengan kenikmatan semalam. Pagi menjelang, Brant akan menghilang tanpa kabar. Terkadang, dia menaruh sejumlah uang sebagai ucapan terima kasih untuk kepuasan yang diterima.

Tapi Irina, jelas bukanlah wanita seperti itu. Begitu setia, teguh, tulus, dan masih sangat muda. Kenaifannya dinilai tidak masuk akal oleh Brant, tapi justru dimanfaatkan sebagai peluang yang tidak akan dua kali.

Sudah berusaha keras untuk menahan diri, saat Irina dengan mudahnya bercerita tanpa beban dan bertanya tanpa ragu. Apa yang terjadi dengan internet saat ini? Kenapa tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan Irina? Atau mungkin wanita itu tidak bisa menggunakan laptopnya dengan baik? Berbagai pertanyaan memenuhi benak Brant, tapi diabaikan begitu saja saat mendengar keinginan Irina. Yaitu kebahagiaannya.

Dan pertahanannya runtuh seketika.

"U-Uncle..."

Panggilan gemetar Irina, menyadarkan Brant pada mereka yang masih berada di dalam mobil. Posisi kursi yang diduduki Irina sudah dimundurkan hingga batas terjauh, sandaran kursi pun direndahkan, Brant sudah berada di atas Irina, membungkuk sedikit untuk mengukung tubuh mungil, dengan dua tangan Brant sudah berada di kedua sisi tubuh Irina.

"Jangan bergerak," bisik Brant parau. "Cukup diam dan rasakan."

Terlihat ketegangan di wajah Irina, juga sedikit memucat. Wanita sungguh membingungkan, pikir Brant. Seringkali, wanita memancing gairah, tapi jika pria sudah sampai batas pertahanan diri, mereka juga ketakutan.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Irina dengan suara tercekat.

"Memberimu jawaban," jawab Brant mantap.

Irina yang masih bersandar di punggung kursi, tampak seperti setengah berbaring, memudahkan Brant untuk bertindak lebih. Matanya mengerjap naik turun, memperhatikan lekuk tubuh Irina dengan seksama, dan sukses membuatnya menegang sempurna.

Tanpa ragu, Brant mencondongkan tubuh untuk memberi ciuman liar yang jauh lebih dalam dari sebelumnya. Melumat, lalu mengisap. Berkali-kali, lalu menggigit bibir bawah untuk mendesakkan lidahnya masuk ke dalam rongga mulut Irina. Menjelajahi, dan mengeksplor rasa lebih banyak.

Terbuai, Irina membalas ciumannya, kali ini sudah lebih berani dengan saling bertukar lidah, berbagi rasa dalam gairah yang sama. Hal itu membuat Brant menaikkan ritme ciumannya menjadi lebih tinggi, cepat, dan dalam.

Kedua tangan Irina sudah melingkar di lehernya, mengeluarkan erangan lembut yang spontan, dan terbawa naluri gairah yang membuatnya untuk menarik Brant lebih dekat, memperdalam ciuman itu.

Semakin bernapsu, satu tangan Brant sudah bekerja untuk menaikkan atasan Irina hingga batas dada, menyelinap ke belakang untuk membuka pengait bra, lalu dengan cepat berpindah ke depan untuk menangkup satu payudaranya.

"Ah," erang Irina saat Brant mulai meremas pelan.

"Sudah bisa mendesah, huh?" ejek Brant sambil melepas ciuman, menyeringai licik melihat ekspresi Irina yang mendamba, lalu mulai menggigit pelan dagunya, dan menjilat dalam gerakan menurun sampai ke leher.

"I-Ini.."

"Ssshhh, nikmati saja!" desis Brant yang sudah berhadapan dengan payudara terindah yang pernah dilihatnya, lalu membuka mulut untuk mengulum satu putting dengan keras dan dalam.

"AHHH!"

Erangan Irina lebih kencang dari sebelumnya. Sangat sensitif sekali, pikir Brant senang. Dia bahkan belum melakukan apapun, tapi Irina sudah terlihat begitu nikmat. Mulutnya bekerja untuk mengisap dan menjilat, tangannya bekerja untuk membuka pengait jeans Irina, selagi wanita muda itu tampak terlena dengan apa yang dilakukannya.

"Uncle!" pekik Irina kaget saat tangan Brant sudah menyelinap masuk ke celana dalam, dan membelai celahnya yang basah. Ralat. Sangat-sangat basah.

"Nikmat?" balas Brant sambil mengangkat wajah untuk menatap Irina dengan sorot matanya yang liar, penuh gairah, sambil mengusap naik turun celah basah itu.

Brant sudah menegang sepenuhnya, bernapas dalam buruan kasar, menikmati apa yang terjadi di bawahnya. Irina yang penuh hasrat, mengerang frustrasi dalam gairah asing yang baru dirasakan, dan tidak mampu berkutik meski dua tangannya sedang mencengkeram kuat pergelangan tangan Brant yang sedang bekerja untuk menggelitik klitoris-nya dalam gerakan naik turun.

"Ah, Uncle! Cukup! A-Aku sudah mengerti, dan... ahhhh, ahhhh," erang Irina parau, seiring dengan tubuhnya yang mengejang.

Mata Irina terpejam, mulutnya tidak berhenti mengeluarkan erangan, dadanya membusung, dan kedua kaki semakin melebar, menikmati setiap sentuhan Brant yang memabukkan. Klimaks pertama Irina begitu mendebarkan, sekaligus membuat Brant bangga. Untuk memperpanjang kenikmatan, Brant kembali mengulum dan mengisap puting, tanpa sekalipun berhenti untuk memainkan klitoris.

Erangan Irina terdengar semakin frustrasi, tubuhnya mulai bergerak tak beraturan, dan menggoyangkan pinggul secara alamiah. Shit! Wanita muda ini benar-benar senang menggoda, umpat Brant dalam hati.

"You're so soft, Baby," ucap Brant dengan serak, saat klimaks Irina mereda.

Irina bernapas dengan terengah, menatap dengan sorot mata yang sayu, dan wajah yang merona. Brant menarik tangannya dan memasukkan jarinya untuk mengisap habis cairan gairah Irina yang tertinggal di sana. "And so sweet."

Wajah Irina semakin memerah dan Brant menyukai kegugupan yang ditampilkan wanita itu, lalu tersenyum miring melihatnya. Sama sekali tidak merasa bersalah dengan apa yang sudah dilakukannya.

"This is exactly what you feel when man touched you, Sweetheart," ucap Brant sambil menunjuk Irina dari atas hingga ke bawah disertai seringaian yang begitu puas.

Mengerjap gugup, Irina spontan menarik turun atasannya, seperti baru tersadar jika dadanya terekspos. "Aku..."

"Listen to me, Irina. You have to be careful for what you ask and what you wish for. Aku tidak akan tinggal diam jika ada pria lain yang melakukan hal ini padamu. Satu lagi, jangan pernah melempar pertanyaan seperti yang kau lakukan tadi, mengerti?" sela Brant dengan alis terangkat.

Irina mengangguk. "Kupikir, aku akan baik-baik saja jika denganmu."

"Apa kau baik-baik saja saat ini?" tanya Brant langsung.

Irina kembali mengangguk.

"Good," lanjut Brant dengan nada yang lebih tegas. "Dan tidak ada yang boleh menyentuhmu seperti itu, selain aku."

Mengerjap cepat, Irina tampak bingung selama beberapa saat, tapi kemudian mengangguk meski sorot matanya tampak ragu. "Yes, Uncle."

"Aku juga tidak mau kau menanyakan hal konyol seperti tadi kepada orang lain," tambah Brant.

Kening Irina berkerut. "Kenapa banyak sekali larangan?"

"Itu adalah kesepakatan dariku, jika kau ingin tahu banyak hal tentangku," balas Brant santai.

"Jadi, aku bisa bertanya apa saja padamu, dan kau akan memberiku jawaban? Apa itu berarti kau akan segera mengangkat teleponku, atau membalas pesanku jika kau sedang bekerja?" tanya Irina dengan penuh minat.

Menyeringai licik, Brant mengangguk sebagai jawaban. "Betul sekali."

Memekik senang, Irina segera memeluk Brant dengan erat. "Kyaaa, aku senang sekali. Terima kasih, Uncle."

Tersenyum geli, Brant mengeratkan pelukan, lalu menyisipkan tangan ke balik punggung Irina untuk mengancingkan pengait bra, dan menarik diri. Saat ini, dirinya masih bisa bersabar dan tidak perlu tergesa untuk menuntaskan hasrat yang tertunda.

"Uncle, jika sudah berciuman dan menyentuh seperti tadi, apakah kita akan mengobrol dan pria akan membantu untuk memakaikan pakaian wanitanya Kembali?" tanya Irina saat Brant mengaitkan celana Irina.

Tertawa pelan, Brant menangkup wajah Irina dengan dua tangannya, lalu memberi kecupan ringan di bibir. "How can you be so impossible, Irina?"

"Aku..."

"Cukup sudah untuk pelatihan hari ini. Bagaimana jika kita mencari makan terlebih dulu? Aku membutuhkan pengalihan untuk mengabaikan rasa laparku yang lain," sela Brant sambil kembali ke kursi kemudi.

Mengembalikan posisi sandaran kursi, Irina segera merapikan rambut dan pakaiannya, lalu menoleh pada Brant dengan senyuman lebar. Cukup takjub, Brant tidak menyangka jika Irina akan bersikap setenang itu setelah mendapatkan sentuhan pertamanya. Umumnya, wanita akan menjadi panik, tapi Irina bisa menerimanya dengan baik.

Sedikit merasa menyesal, seharusnya Brant melanjutkan hingga batas terjauh atau melampaui batas. Tidak perlu menunda atau menahan, pikirnya.

"Kita akan makan nasi campur khas Bali. Aku yakin kau akan menyyukainya karena kau penyuka makanan pedas," ucap Irina sambil melakukan pengaturan pada navigator yang terpasang di dashboard.

"Whatever, Lady" gumam Brant sambil melajukan kemudi.

"Aku suka jika kau memanggilku seperti itu, Uncle. Terasa berbeda," balas Irina senang.

"Berbeda?"

"Yeah, terasa sepadan, menyenangkan, dan lebih dekat."

Sambil tersenyum, Brant menggelengkan kepala sambil terus melajukan kemudi. Cukup heran dengan anak muda di zaman sekarang, yang tidak sama seperti dulu. Irina tampak begitu santai dan sama sekali tidak panik. Rasa ingin tahunya masih terasa tidak masuk akal bagi Brant, tapi juga merupakan tantangan bagi dirinya sendiri. Seperti memiliki mainan baru dan Brant tidak sabar untuk memainkannya.

Meski Irina sedang bercerita apa saja, tapi Brant tidak menyimak apa yang diceritakan, dan bisa dibilang tidak mendengar sama sekali. Sebab, dia lebih memilih untuk tenggelam dalam pikirannya sendiri, dengan berbagai rencana yang sudah terbentuk saat ini. Yaitu, membawa Irina menikmati momen kedewasaan yang sebenarnya dalam kepuasan yang menyenangkan.

Sebab, sesuatu yang sudah dimulai, harus diselesaikan sampai tuntas, karena mundur tidak ada dalam kamus hidupnya.

Republished : 07.10.2020 (19.00 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top