Chapter. 8

WARNING : 21+


“Kemana kau membawaku?” tanya Estelle gugup, ketika mereka sudah tiba di sebuah rumah kayu yang berada sekitar 5 kilo dari rumah keluarga Jared.

Terletak di sisi kanan jalan panjang, tepatnya di sebuah pedalaman hutan liar yang tidak pernah dilalui oleh siapapun.

“Tempatku untuk bersenang-senang,” bisik Jared sambil merangkul Estelle, dan berjalan berdampingan untuk masuk ke dalam rumah.

“Apa maksudmu?” tanya Estelle bingung, dan mengikuti arahan Jared untuk masuk ke situ.

Jared menyeringai senang melihat ekspresi Estelle yang tertegun, atau bisa dibilang kagum dengan interior rumah kayunya yang sederhana. Memiliki tempat tinggal yang jauh dari kota besar, membuat masa remaja Jared cukup jenuh, dengan lingkungan yang itu-itu saja. Termasuk pendiam dan tidak banyak bersosialisasi, Jared meminta ayahnya untuk memberikan sebuah tempat pribadi yang nyaman, dimana dirinya bebas melakukan apa saja.

Rumah kayu dengan bangunan sederhana ini adalah tempat pertama yang dimiliki Jared, hingga sekarang. Dan dia akan membangun rumah dengan model dan ukuran yang sama, demi mencari kenyamanan seperti rumah sendiri, di setiap titik lokasi pekerjaan yang mengharuskannya untuk menetap.

“Aku merasa familiar dengan rumah seperti ini,” ucap Estelle dengan suara tercekat.

Jared memeluk Estelle dari belakang, lalu mengarahkan bibirnya tepat di telinga Estelle. “Exactly. Ini adalah rumah yang sama saat kita bercinta, hanya saja beda lokasi.”

Estelle segera menoleh dan menatapnya kaget. “K-Kau membangun rumah pribadi seperti ini, di mana pun kau berada?”

Jared mengangguk, sambil menatap bibir sensual milik Estelle dengan penuh damba. “It feels like at home.”

Jared mencium bibir Estelle, memagutnya pelan, menggoda sesaat dengan liukan lidah selama beberapa saat, lalu menggigit gemas bibir bawahnya. Seperti memiliki kerinduan yang sama, Estelle membalasnya, seiring dengan desahan yang mendamba. Yeah, Jared tahu jika Estelle juga menginginkan hal yang sama dengannya. Sebab, dia tidak pernah menolak ciumannya, meski diawali dengan sedikit paksaan.

Jared membalikkan Estelle agar menghadapnya, mengubah tempo ciuman menjadi lebih tinggi, dan dalam, dan liar, dan semua yang dirindukannya selama ini. Wanita itu begitu lembut, hangat, mempesona, dan semua kata-kata indah yang ada di dunia, mewakili sosoknya.

Jika kemarin dia bersikap bajingan, semua karena untuk menampik kehadirannya sebagai seorang anak angkat dari ayahnya, dimana dia harus menerima Estelle sebagai adik. Damn! Adik? Mustahil, desis Jared dalam hati. Sebab, begitu dia sudah melihat Estelle saat pernikahan Patricia, tangannya sudah begitu gatal ingin menyentuhnya, atau sekadar membelai rambutnya.

Begitu mendengar harapan dan kesedihan wanita itu, Jared tidak rela membiarkannya pergi begitu saja. Meski dia masih dalam misi untuk mencari informasi yang dibutuhkan pihak Eagle Eye, tapi tetap ada hal yang ingin dilakukannya di sela-sela waktunya bekerja, yaitu bercinta dengan sang ratu.

Tiba-tiba, Estelle mendorong bahu Jared, yang langsung menghentikan ciuman, dan menatapnya dengan lirih.

“Ada apa?” tanya Jared parau.

“Aku tidak ingin mendapat penghinaan atas penyesalanmu, karena mendapatkan darah perawanku, Jared. Aku…,”

“Ssshhh, tidak akan ada penghinaan. Maaf,” sela Jared sambil menaruh satu telunjuknya di bibir Estelle. “Aku sudah melakukan kesalahan, sama seperti dirimu. Kau tidak menyukai jika aku mengungkit kesalahanmu, bukan? Demikian juga aku.”

“T-Tapi…,”

“Aku menginginkanmu, Estelle. Demi Tuhan, aku sangat menginginkanmu saat ini. Kau sudah membuatku gila,” desis Jared geram, lalu melepas atasan Estelle dengan cepat, dan kembali mencium bibirnya sambil membuka kaitan bra-nya.

“Mmmmm,” desah Estelle berat.

Napas Jared memburu, bahkan nyaris terasa sesak, ketika tangannya sudah menangkup payudara Estelle dengan penuh, lalu meremasnya dengan bernapsu, tanpa mengurangi kecepatan ciuman yang sedang dimainkannya.

Sudah melakukan make out saat di bahu jalan tadi, membuat kepala Jared sudah begitu pening oleh gairah. Tanpa melakukan apa pun, pesona Estelle sudah begitu kuat dalam menggodanya. Tidak peduli dengan mereka yang harus segera kembali ke rumah keluarganya, atau barang belanjaan yang masih ada di bagasi, yang Jared pedulikan saat ini adalah mendapatkan pelepasannya.

“Ah, Jared,” erang Estelle ketika Jared sudah mengulum satu putingnya, dengan kedua tangan yang sedang bekerja untuk membuka jeans Estelle.

Jared berhasil melepaskan jeans yang dikenakannya, dan hanya menyisakan celana dalam di tubuh Estelle. Senang dengan upaya yang sudah dilakukan, dia mengangkat tubuh Estelle dengan ringan, dan berjalan menyusuri ruang untuk menuju ke ranjangnya.

Cumbuan dihentikan untuk merebahkan Estelle di atas ranjang, lalu Jared membuka atasan dan ikat pinggangnya, sambil memandangi Estelle yang hampir telanjang dan terlihat malu.

“Aku sudah melihat tubuhmu, tidak usah menutupinya, sebab itu akan mengalihkan keindahan yang ada di hadapanku,” tukas Jared hangat, lalu menaiki ranjang sambil mengelus kaki Estelle dengan lembut.

Wanita itu tersentak, lalu mendesah pelan menerima belaian Jared di kedua kakinya dari arah bawah hingga ke lutut. Membelai selama beberapa saat, merasakan kelembutan kulit itu, lalu mengarahkan tangan ke pinggang untuk menarik turun sisa kain tipis yang menutupi tubuh. Kini, Estelle sudah sepenuhnya telanjang.

“Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, jika Mom dan Dad mengetahui kita…,”

“Kalau begitu, jangan sampai mereka tahu,” sela Jared cepat, lalu mendaratkan sebuah kecupan di atas perut Estelle. “Meski sebenarnya, aku tidak peduli jika mereka sampai tahu.”

“Kau benar-benar ingin aku diusir, bukan begitu?” balas Estelle lirih, lalu mengerang pelan ketika Jared meliukkan lidah dari perut hingga ke belahan dadanya.

“Aku tidak berpikir sampai ke situ,” gumam Jared sambil asik melakukan kegiatannya.

Jika orangtuanya mengetahui hal ini, bisa jadi mereka berpikir bahwa Jared berusaha membuat aksi protes karena tidak menginginkan adanya anggota baru dalam keluarganya. Sengaja mencari masalah atau membuat onar, itulah yang akan Jarvis lontarkan padanya. Tapi siapa peduli? Yang Jared inginkan adalah saat ini, menikmati apa yang ada di bawahnya.

Sepasang payudara yang bulat dan kencang, yang sedang dihisapi, dipilin, dan diremas olehnya. Juga celah sempit yang sudah basah di bawah sana, sedang diusapnya, dengan kedua kaki Estelle yang sudah dilebarkan untuknya menjamah lebih banyak.

Mulutnya sudah bekerja untuk mengisap puting mungil yang menegang, lidah yang memberi gerakan memutar di areola, lalu gigi yang menggigit gemas setelahnya. Erangan parau yang keluar dari Estelle adalah kepuasan bagi Jared dan semakin membuatnya bernapsu.

“Jared, a-aku…,”

Tubuh Estelle yang mulai menegang kaku, pertanda bahwa sebentar lagi, gulungan klimaks akan datang. Untuk itu, Jared segera merambat turun, menghadap celah basah yang begitu indah, lalu menusukkan dua jari ke dalamnya, dimana lidah sudah meliuk di klitoris.

Jared mengerang pelan, sambil memejamkan matanya untuk merasakan manisnya tubuh Estelle. Mulutnya sudah mengisap klitoris mungil, dengan dua jari yang sedang memompa bergerak keluar masuk ke dalam lubang sempit itu.

Estelle menjerit. Cukup keras. Juga gemetar. Tubuhnya menggelinjang, lalu menggeliat gelisah. Pinggulnya bergoyang, mengikuti gerakan jari Jared yang masih memompanya, dan erangan yang tidak henti-hentinya berkumandang. Jared tersenyum dalam hati dengan kebutuhan biologis Estelle yang sepertinya sudah lama tertahan, sama seperti dirinya.

Setelah Estelle mulai tenang, barulah Jared beranjak dan turun dari ranjang untuk melepaskan celana beserta boxer-nya. Melihat posisi wanita itu yang begitu menggairahkan dan tak berdaya, membuat kejantanannya berkedut nyeri, hingga tidak sabar untuk segera memasukinya.

Jared menarik Estelle agar beranjak dari rebahannya, mengarahkan untuk menuju ke meja kerjanya, lalu membalikkan tubuh agar membelakanginya. Satu kaki Estelle sudah terangkat ke meja, di situ Jared memposisikan diri, bersiap untuk memasuki.

“Ahhhh,” erang Estelle ketika Jared sudah berhasil memasukkan dirinya dalam satu hentakan keras.

Jared memejamkan mata, sambil mendesis geram menerima sensasi nikmat yang menggelung sepanjang ketegangannya. Kerinduannya seketika lenyap, berganti kenikmatan yang sudah menjadi imajinasi liar dalam bunga tidur di setiap malam. Wanita itu masih begitu sempit, persis saat pertama kali Jared menyetubuhinya.

Memasuki dari belakang, dengan posisi yang begitu intens, dimana tangan Jared mulai menjamah tubuh Estelle dengan leluasa. Pinggul sedikit dinaikkan, tangan yang meremas payudara dan memainkan puting, dan satu tangan lagi memberi gerakan memutar pada klitoris, hal itu menambah kenikmatan bagi Estelle.

Jared mulai mendesak keluar masuk, dorongan-dorongan yang pelan, teratur, namun mantap. Keduanya sama-sama mengerang, tenggelam dalam luapan gairah yang sama, juga menikmati setiap detik kenikmatan yang sedan terjadi saat ini.

Dia mencium tengkuk Estelle, menggeliatkan lidahnya dan meninggalkan jejak basah, bersamaan dengan sentuhan demi sentuhan yang dilancarkan. Sama-sama mengerang, ketika gerakan mereka mulai mendesak dan gelisah, nyaris seperti berlari untuk mencapai garis finish.

Sampai akhirnya, Estelle kembali menjerit dalam klimaks keduanya yang begitu panjang, dan erangan Jared yang parau, menandakan bahwa keduanya mencapai puncak kenikmatan bersamaan. Buruan napas kasar mengudara, sengat panas yang menjalar di sekujur tubuh, dan gulungan klimaks yang membuat detak jantung bergemuruh cepat.

You’re fucking good, Estelle,” desis Jared dalam nada berbisik, lalu mencium pucuk kepala Estelle dengan dalam.

Estelle tidak mampu membalas karena masih bernapas dengan terengah. Tubuhnya melemah, dan Jared segera melepaskan penyatuan, lalu mengangkat Estelle dalam gendongan untuk merebahkannya di ranjang.

Jared ikut merebahkan diri di samping Estelle, sambil memeluknya erat, dan menghela napas lega. Keduanya saling merengkuh, berpelukan dalam diam, dan masih menenangkan diri untuk menormalkan degup jantung.

“Kita harus segera kembali ke rumah, nanti Mom akan mencari,” ucap Estelle serak.

Jared membelai kepalanya dengan lembut, lalu mengecupnya di sana. “Beristirahat sebentar saja, nanti bilang jika aku mengajakmu jalan-jalan.”

“Tapi…,”

“Ssshhhh, diamlah,” sela Jared sambil memejamkan mata, karena rasa ngantuk tiba-tiba datang. “Kita beristirahat sejenak selama setengah jam, lalu setelahnya, kita segera pulang.”

Tidak ada balasan dari Estelle, karena dia yakin jika wanita itu juga mengantuk. Dengkuran halus terdengar semenit kemudian, tanda bahwa wanita itu sudah terlelap, membuat Jared terkekeh pelan sambil mengeratkan dekapan.

Setengah jam. Itu yang dikatakan Jared untuk beristirahat melepas lelah sehabis bercinta. Ternyata, mereka terlelap hingga melewati batas waktu, atau sampai tiga jam kemudian. Estelle yang panik, dan Jared yang masih begitu santai seolah tidak peduli.

Ketika hari mulai beranjak tengah malam, dimana keduanya berusaha mengendap untuk masuk ke dalam rumah. Di situ, mereka berhadapan dengan Jarvis yang sedang duduk di ruang utama, tepat di sofa kebesarannya, sambil menyilangkan tangan dan menatap keduanya dengan tajam.

"Darimana saja kalian berdua, dan apa yang kalian lakukan di luar sana, hingga tengah malam seperti ini?" desis Jarvis tajam.


■■■■■


Saturday, Feb 22th 2020
22.21 PM

Lanjutannya, biar She_Liu aja yang mikir haqhaqhaq 🍌

Apa kabar semua kesayangan babangse?
Bang toyib balik, pasti bikin basyahh 🍌
Ngegempur tengah malam, yuk.
Mumpung lagi hujan. Lol 🤣



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top