Chapter. 27

Written by. CH x She_Liu


Ada kerinduan yang terasa saat Estelle melihat keramaian jalan, hiruk pikuk orang berlalu lalang, dan padatnya kota seperti yang dia lihat saat ini. Bersama dengan Lilou dan beberapa pengawal, Estelle membawa Royce keluar dari Almauric dan menuju ke negara kelahiran Jared. Sambil mengeratkan gendongannya pada Royce, Estelle masih melihat suasana kota dari luar jendela.

Sudah mendarat, kini mereka sedang menuju ke kediaman keluarga Jared. Ingatan tentang kedua orangtua Jared, membuat perasaan Estelle menghangat dengan kerinduan, juga penyesalan yang membuatnya merasa bersalah karena sudah pergi meninggalkan mereka tanpa pesan.

Usapan lembut terasa di lengan dan membuat Estelle segera menoleh. Selain karena ingin menikmati pemandangan kota padat, menghindari kontak mata dengan Jared adalah alasan baginya untuk terus menatap ke luar jendela.

"Apa kau lelah?" tanyanya penuh perhatian.

Estelle mengangguk.

"Apa aku bisa membantumu untuk menggendong Royce dan kau bisa tidur sebentar?" tanyanya lagi.

"Tidak, aku baik-baik saja. Lagi pula, hanya satu jam perjalanan dari bandara menuju ke rumah keluargamu," jawab Estelle.

"Sebenarnya bukan satu jam," balas Jared kalem.

Estelle terkejut. "Apa maksudmu?"

Tidak langsung menyahut, Jared tampak mengamati ekspresi Estelle sejenak. Sorot mata Jared begitu menenangkan sekaligus membuat Estelle tidak nyaman, terutama debaran jantung yang memburu saat ini.

"Sejak serangan yang mengakibatkan dirimu tertembak, orangtuaku merubuhkan kediaman itu, juga rumah pribadiku di sana. Kini, mereka membangun rumah di pinggiran kota yang lebih jauh dari kepadatan dan keramaian. Kira-kira tiga jam untuk tiba di sana," jawab Jared.

Estelle menghela napas dan mengubah posisi untuk mengarah pada Jared, lalu membiarkan pria itu mengambil alih Royce dari gendongannya. Selama penerbangan, Royce cukup rewel dan harus bersandar pada dirinya atau Jared.

"Istirahatlah, Yang Mulia," ujar Jared lembut.

"Jangan memanggilku seperti itu. Aku bukan ratu di negerimu," sahut Estelle sambil membetulkan posisi duduk dan bersandar dengan nyaman.

"Kau tetap ratu bagiku," balas Jared langsung, dan itu membuat Estelle kembali menoleh untuk menatapnya.

"Tidak diperkenankan untuk..."

"Di negeri ini, kita masih resmi tercatat sebagai suami istri. Oleh karena itu, kurasa apa yang dilakukan oleh kita berdua bukanlah masalah," sela Jared santai.

Estelle terdiam sambil memperhatikan ekspresi Jared dengan seksama, berpikir jika pria itu kembali menjadi orang yang tidak berperasaan dan menyebalkan seperti dulu, maka kali ini, dia tidak akan mendiamkan hal itu.

"Apa kau tahu tujuanku datang ke sini?" tanya Estelle kemudian.

Alis Jared terangkat. "Karena kau ingin Royce mendapatkan kehidupan sosial yang layak hingga remaja."

"Benar sekali, tapi itu hanya satu dari banyaknya alasan yang kumiliki," ucap Estelle tegas.

"Apa maksudmu?"

"Seperti yang kau sebutkan tadi bahwa kita masih tercatat sebagai suami istri di negeri ini, untuk itulah aku ingin segera mengubah catatan itu, baik secara negara maupun agama."

Jared tersentak dan menatap Estelle tidak percaya. "Kau... ingin..."

"Ya, aku ingin bercerai. Aku juga sudah meminta bantuan Patricia untuk mencarikan pengacara yang akan mengajukan gugatan cerai. Lebih cepat lebih baik, sehingga aku tidak perlu terikat dengan pernikahan, dan kau tidak serta merta mengancamku dengan status atau merasa berhak atas Royce," ucap Estelle dengan penuh penekanan.

Jared masih tampak begitu kaget, mungkin tidak menyangka jika Estelle memiliki rencana seperti itu. Tentu saja, kesalahan yang sudah pernah dilakukan tidak akan pernah terulang. Estelle tidak ingin mengambil resiko atau merasa terbeban dengan urusan perasaan yang menghambat langkahnya.

Berada di luar Almauric adalah satu-satunya cara untuk membesarkan Royce dengan pendidikan dan kehidupan yang layak. Tujuan hidupnya adalah memastikan kebahagiaan putranya, kembali fokus pada hidupnya sendiri, dan memulai dari awal.

"Apakah aku masih menjadi ancaman untukmu dan Royce?" tanya Jared kemudian.

"Sudah tidak ada ancaman, atau tuntutan lagi, Jared. Aku hanya ingin menjadi orang biasa yang menjalani kehidupannya dengan damai dan tenang. Aku menginginkan permasalahan hidup seperti merasa lelah karena mengurus anak tunggalnya atau rumah yang berantakan, daripada memikirkan kesejahteraan rakyat atau serangan yang akan menghancurkan negeri," jawab Estelle masam.

"Jadi, kau ingin bercerai denganku karena tidak ingin..."

"Aku ingin merawat dan membesarkan Royce dengan penuh kasih dan damai, Jared. Meski kita bercerai, kau tetap bisa melihatnya, menjaga, dan melindunginya sebagai seorang ayah," sela Estelle cepat.

"Dengan hidup terpisah?" balas Jared tidak mengerti.

"Aku tidak ingin kita bertengkar dan dilihat oleh Royce."

"Kenapa kita harus bertengkar?"

"Dan aku tidak ingin dia mendengar ucapan kasarmu padaku."

"Aku..."

"Pada intinya, aku tidak ingin Royce melihat tindakan kekerasan atau kekasaran di dalam atau di luar rumah. Terlebih lagi dari orangtuanya."

Estelle menatap Jared yang tampak tercengang, lalu sorot matanya meredup, dan tidak membalas ucapannya. Royce merengek pelan dan Jared spontan mengubah posisi dengan hati-hati agar bayi itu tetap nyaman dalam tidurnya, lalu menepuk-nepuk ringan punggung mungil itu.

"Istirahatlah, Estelle. Kau tidak usah kuatir dan merasa perlu berjaga karena aku tidak akan membawa Royce pergi. Aku akan tetap ada di sisimu, meski kau sangat membenciku sekalipun," ujar Jared tanpa melihat ke arahnya.

"Aku tidak membencimu, Jared."

"Aku tahu," balas Jared sambil menoleh dan tersenyum. "Kumohon, tidurlah. Kau sudah sangat lelah."

Estelle mengangguk saja dan berusaha mengabaikan rasa tidak nyaman setelah melihat ekspresi Jared yang datar dan kosong. Rasa kantuknya menguap entah kemana, bukan karena cemas, tapi tidak tenang. Dia merasa sudah menyakiti atau menyinggung perasaan Jared karena ucapannya barusan.

Tersentak pelan, satu tangan Jared mengarahkan kepala Estelle pada sisi lengannya agar bersandar di sana. Hendak mendongak, tapi kepala Jared sudah lebih dulu mendarat di atas kepalanya.

"Aku adalah tembok hidup yang berjalan, bertugas untuk memberi sandaran nyaman bagimu dan Royce agar terlelap," ucap Jared sambil terkekeh ringan, berusaha membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu bagi Estelle, tapi herannya dia tersenyum dengan spontan.

"Benar, kau sangat nyaman," bisik Estelle sambil memeluk Jared dari samping.

Dengan Royce yang berbaring telungkup di dada bidangnya, dan Estelle yang memeluknya dari samping, Jared merangkul Estelle dan merengkuh Royce secara bersamaan. Ketiganya terlelap hingga mereka tiba sampai tujuan.

Estelle merasa lebih baik saat mendapatkan tidurnya. Terbangun karena Jared sudah memberitahukan bahwa mereka sudah tiba, Estelle segera menegakkan tubuh dan melihat ke luar jendela. Tampak Jarvis dan Marion sudah menunggu kedatangan mereka. Kening Estelle berkerut saat melihat bangunan rumah yang tidak asing meski berbeda lokasi.

"Rumah itu..." gumam Estelle pelan.

"Kami sangat menyukai rumah keluarga dengan tata letak, sudut ruang, dan bangunan yang sudah menjadi tempat tinggal sejak Dad dan Mom menikah. So, yeah, mereka membangun rumah yang sama persis seperti rumah keluarga kami sebelumnya," ujar Jared menjelaskan.

Estelle menoleh pada Jared dengan tatapan tidak mengerti. "Kurasa kalian memiliki hobi yang sama, yaitu membangun tempat tinggal yang sama dimanapun kalian berada. Apakah rumah kayumu juga?"

Jared terdiam sambil berpikir, lalu mengangkat bahu. "Aku baru saja kembali dan tidak melakukan komunikasi apapun dengan mereka. Kurasa rumah kayu itu belum jadi karena aku tidak ada."

Estelle mengangguk mengerti, lalu tersentak karena sudah ada yang membuka pintu mobil mereka. Itu adalah Marion, ibu mertuanya yang langsung berseru girang saat melihat dirinya.

"Estelle, putriku! Aku sangat merindukanmu!" seru Marion sambil menggenggam tangan Estelle untuk membantunya keluar dari mobil, lalu segera memeluknya.

Estelle mengusap matanya yang basah, mengeratkan pelukan sambil memejamkan mata karena rasa haru yang begitu besar. Pelukan Marion terasa begitu hangat, disertai kerinduan yang meluap.

"A-Apakah itu cucuku?" seru Marion sambil melepaskan pelukan dan melihat Jared yang sudah keluar dari mobil sambil menggendong Royce yang masih terlelap.

Jarvis tersenyum dan langsung memberi pelukan erat pada Estelle. "You did good, my Queen."

Estelle menggelengkan kepala dan menoleh untuk menyaksikan Marion yang sudah menggendong Royce dalam dekapannya dan menatap penuh kasih. Jared dan Jarvis saling bertatapan, lalu keduanya berjalan menghampiri dan bertemu dalam sebuah pelukan erat.

Para pengawal, termasuk Lilou, sudah turun dari mobil-mobil yang mengikuti mereka dari belakang. Segera bekerja untuk menurunkan semua bagasi dengan arahan dari Jarvis secara langsung.

"Ayo kita masuk," ajak Jarvis sambil merangkul Marion yang masih sibuk mengagumi Royce dalam gendongannya.

Estelle mengikuti keduanya, dimana Jared berjalan tepat di belakangnya. Pria itu masih bersikap layaknya seorang penjaga yang sedang bekerja untuk melindungi ratunya. Meski demikian, tatapan intens dan tidak teralihkan darinya, membuat Estelle seringkali menjadi salah tingkah.

Saat sudah memasuki rumah, Estelle merasa tidak asing dan sangat mengenali isi rumah itu, termasuk interior. Tidak ada yang berbeda, semua berada di tempatnya semula. Yang membedakan adalah wilayah, itu saja.

"Welcome home, Son," ucap Jarvis sambil merangkul bahu Jared, disusul dengan Marion yang berjinjit untuk memberi ciuman di pipi Jared dengan dalam.

"Kau sangat biadab karena tega meninggalkan ibu tuamu ini," tukas Marion dengan suara gemetar sambil terus mendekap Royce dalam gendongannya.

"Kau bahkan tidak menua dan tampak semakin muda, Mom. Jujur saja, aku menjadi cemas jika orang-orang akan mengira dirimu adalah menantuku, dan aku sebagai ayah mertuamu," balas Jared dengan mimik serius, lalu terkekeh saat Marion menginjak kakinya dengan kesal.

Estelle spontan tersenyum melihat interaksi ibu dan anak yang menyukakan hatinya. Lilou dan para penjaga lainnya masih membereskan segala sesuatu.

Sebuah kamar bayi pun sudah disediakan oleh Marion, dimana dirinya menceritakan dengan bangga bagaimana mengatur dan menata kamar itu sendiri.

"Untuk menyambut kepulangan kalian, kami menyiapkan sebuah hadiah," ucap Jarvis senang.

"Hadiah?" tanya Estelle dan Jared bersamaan.

Jarvis dan Marion sama-sama tersenyum dengan tatapan penuh arti, lalu mengangguk dengan ekspresi antusias yang sama. Lilou datang untuk mengambil alih Royce dari Marion dan berlalu menuju ke kamar yang berada di lantai atas.

"Kami akan membawa kalian pada hadiah kedatangan," ucap Jarvis sambil mengarahkan jalan ke arah belakang rumah.

"Kurasa nanti saja karena Estelle sudah sangat lelah," balas Jared serius.

"Kami sangat tahu bahwa kalian lelah, tapi hadiah kami tidak akan melelahkan," sahut Marion senang.

"Tapi..."

"Tidak apa-apa, Jared," sela Estelle saat Jared hendak menolak kembali. "Biarkan Dad dan Mom memberitahukan tentang hadiahnya. Aku sudah cukup tidur selama perjalanan tadi."

Jared menatapnya dengan tatapan menilai, lalu mengangguk sambil merangkul pinggangnya dengan lembut dan mengarahkan tangan agar Estelle berjalan lebih dulu. Merasa tatapan Jarvis dan Marion tampak menilai interaksi yang terjadi di antara mereka, Estelle merasa gugup dan spontan menundukkan kepala sambil melangkah melewati Jared.

Marion tersenyum sambil merangkul bahu Estelle untuk berjalan berdampingan, sementara Jarvis memimpin di depan, dan Jared di belakang mereka. Menuju ke sisi belakang rumah itu, terdapat sebuah taman bunga yang luas di sisi kanan kiri dengan jalan lurus yang mengarah pada hutan oak di sana.

"Darimana kalian mendapat tanah seluas ini?" tanya Jared.

"Apa yang tidak bisa dilakukan oleh ayahmu, huh?" balas Jarvis sambil terus memimpin langkah.

Estelle dan Marion saling melempar senyum mendengar percakapan ayah dan anak itu.

"Aku rindu sekali pertengkaran antar pria di dalam rumah," ucap Marion sambil terkekeh.

"Apakah itu berarti Mom lelah bertengkar dengan Dad?" celetuk Jared yang membuat Marion langsung menoleh ke belakang dan mendelik tajam.

"Aku tidak kurang kerjaan untuk mengambil alih bagianmu dalam bertengkar dengan Dad," balas Marion tegas.

Estelle ikut menoleh. "Kau tidak diperkenankan untuk berbicara seperti itu pada orangtuamu, Jared."

Jared mengangguk. "Baik, Yang Mulia."

Marion tertegun dan menoleh pada Estelle dengan takjub. "Apa yang kau lakukan padanya sehingga dia bisa menjadi seperti anjing penurut seperti itu?"

"Sikap seorang prajurit sejati. Dalam keadaan apapun, dimana pun, mereka akan selalu tunduk pada otoritas, khususnya pemimpinnya. Estelle adalah ratu di negeri yang dilayani oleh Jared, sudah pasti harus menjaga sikap di hadapan ratunya," sahut Jarvis santai.

"Aku bukan ratu," balas Estelle gugup.

"Tenang saja, yang dimaksud ratu oleh Dad bukan seperti itu," ucap Marion menjelaskan. "Kita adalah wanita yang menjadi ratu bagi kehidupan para pria."

Para pria tidak ada komentar, sementara Estelle merasa wajahnya memanas sambil mengikuti Jarvis yang memimpin di depan. Tak lama kemudian, mereka tiba di depan sebuah rumah kayu setelah memasuki hutan oak itu. Rumah yang tampak sama persis dengan milik Jared.

Estelle segera menoleh pada Jared yang tampak menatap rumah itu dengan ekspresi biasa saja, tidak terkesima atau merasa kaget. Marion dan Jarvis kini berdiri berdampingan sambil bergandengan tangan dan melebarkan senyuman, terlihat begitu bangga dengan hasil usaha mereka yang tampaknya tidak membuat Jared terkesima.

"Ini adalah hadiah untuk menyambut kedatangan kalian," ujar Jarvis kemudian.

"Sudah berapa lama kau mempersiapkan hal ini, Dad?" tanya Jared datar.

"Sudah beberapa bulan yang lalu, dibangun bersamaan dengan rumah keluarga. Aku hanya ingin kau memiliki ruang pribadi yang membuatmu merasa nyaman, Son," jawab Jarvis senang.

Estelle terdiam sambil menatap rumah kayu itu dalam diam. Berpikir tentang apa yang dirasakan Jared selama tinggal di Almauric dengan menempati tempat tinggal khusus penjaga yang sepenuhnya asing baginya. Jika dilihat dari bagaimana Jared dan keluarganya menjaga kenyamanan diri dengan membangun rumah yang sama persis di setiap negara, mungkin saja hubungan kekeluargaan yang begitu kental diantara mereka, membuatnya harus merasa seperti di rumah dimana pun mereka berada.

"Dan ini adalah rumah untuk kalian berdua, tentu saja. Aku sudah mengisi pakaian dan beberapa keperluan pribadi kalian di dalam sehingga kalian hanya tinggal menempatinya saja," tambah Marion dengan senang.

"Kurasa, apa yang kalian lakukan sangatlah..."

"Thanks, Dad, Mom, kami sangat senang," sela Estelle cepat, berusaha memberi senyuman sambil menggenggam tangan Jared dengan remasan yang kuat, tanda peringatan agar Jared bisa diam.

"Aku tahu jika kalian akan sangat senang," seru Marion sambil memeluk Estelle, kemudian Jared.

Jarvis memperhatikan Jared dan Estelle bergantian, lalu memasukkan dua tangannya ke dalam saku tanpa berkomentar. Hanya Marion yang begitu antusias dan Estelle yang berusaha terlihat menyukai semua usahanya. Sedangkan Jared masih memperlihatkan ekspresi datarnya yang tidak terbaca.

"Kalau begitu, kalian beristirahatlah. Tidak usah mencemaskan Royce, sebab aku yang akan menjaga cucuku," ujar Marion yang membuat senyum Estelle seketika lenyap.

"Mmm, apa maksudmu?" tanya Estelle ragu.

"Beristirahat, yaitu kalian berdua. Di rumah ini," jawab Marion sambil menunjuk rumah kayu itu, dan segera menarik lengan Estelle untuk ikut bersamanya.

"Tapi, kami..."

"Tidak ada tapi," sela Marion tegas. "Dengarkan aku, Anak Muda. Aku tahu jika putraku adalah bajingan sialan yang tidak pantas untuk diperjuangkan atau dipertahankan, tapi setidaknya beri kesempatan untuknya membuktikan jika dirinya sudah berubah. Paling tidak, pikirkan cucuku yang membutuhkan kasih sayang kedua orangtua secara utuh."

"MOM!" tegur Jared dengan nada kesal.

"Aku hanya ingin melihat kalian bahagia, itu saja! Tidakkah kau lelah dengan semua ini? Untuk apa terus mempertahankan ego saat kalian berdua masih memiliki perasaan satu sama lain? Jika keadaan memang tidak bisa berdamai, setidaknya damaikan hati dan lupakan apa yang sudah berlalu," sembur Marion keras.

"Marion, sudahlah. Mereka berdua baru saja tiba," ujar Jarvis menenangkan.

"Justru karena baru tiba, aku ingin mereka segera tahu bahwa aku tidak baik-baik saja dengan melihat keramahan yang palsu ini. Kita adalah keluarga, sudah pasti harus saling menjaga, mendukung, dan bersatu. Aku sudah cukup lelah dengan harus menahan diri selama ini, Jarvis!" desis Marion tajam.

"Cukup, Mom! Aku tidak..."

"Aku sangat lelah sekali," sela Estelle saat Jared hendak bersuara.

Estelle menatap tajam pada Jared, kembali pada ekspresi peringatan untuk menyuruhnya diam, dan pria itu hanya mendengus kasar sambil membuang muka dengan rahang mengetat. Estelle kembali menatap Marion dan Jarvis bergantian.

"Maaf, aku tahu jika suasana saat ini sangat canggung dan tidak berkenan. Untuk semua harapan yang kalian inginkan, aku dan Jared akan berusaha. Kami akan mencoba, tapi jika itu tidak berhasil, kumohon jangan memaksakan kehendak," ujar Estelle kemudian.

Tidak ada yang bersuara, semua hanya menatapnya dalam diam, lalu Marion dan Jarvis mengangguk pelan tanda setuju.

"Jika sudah selesai, aku ingin beristirahat. Aku akan kembali pada jam makan malam, dan tolong perhatikan Royce selama aku tidak ada," ucap Estelle yang langsung dibalas anggukan oleh Marion.

"Kau tidak perlu cemas. Royce akan aman bersamaku," ucap Marion yakin.

Estelle mengangguk dan kemudian langsung memasuki rumah kayu itu tanpa menoleh ke belakang. Tidak mempedulikan apa yang akan dikatakan Jared pada kedua orangtuanya, atau apa yang hendak dilakukan mereka atas hidupnya. Saat ini yang terpenting adalah tidur. Matanya sudah begitu berat dengan kepala yang semakin pusing,

Masih mengingat jelas tata letak dan sudut ruang rumah itu, Estelle dengan mudah menemukan kamar utama, melepas outer-nya, dan segera menaiki ranjang untuk merebahkan tubuhnya. Tidak membutuhkan waktu lama, Estelle sudah sepenuhnya tertidur, tanpa menyadari jika Jared berbaring di sampingnya sambil memandang dirinya yang sudah terlelap.

◾◾◾

Friday, Feb 12th, 2021.
08.30.

DM lewat IG buat konfirmasi. Tai Kuda! Sue banget gue dimiripin sama bencong-bencong korea. Ancuk banget sih itu.

Ini konfirmasi dari gue yg 100% gak diblur.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top