Chapter. 24
WARNING: 21+
Colabs with She_Liu
Aturan kerajaan sebanyak 70 point utama, diwajibkan untuk diingatkan di luar kepala sebelum melakukan tugas pertama. Hal itu berlaku bagi para pekerja dalam semua divisi, terlebih lagi bagi divisi pertahanan yang sering berhubungan dengan anggota kerajaan.
Jared sangat mengingat point utama yang berada di butir keempat, yaitu tidak diperkenankan untuk memiliki hubungan dengan anggota kerajaan, terutama dengan ratu atau anggota kerajaan wanita.
Sanksinya adalah hukum kebiri yang harus dilakukan, meski sebenarnya tindakan kebiri ada dalam daftar wajib bagi para pekerja yang terpilih untuk mengabdi. Namun daftar itu tidak diharuskan semenjak pemerintahan raja sebelumnya, yaitu Brick.
Monogami adalah sistim pernikahan yang ditetapkan sejak awal berdirinya kerajaan dari generasi pertama. Hal itu berkaitan dengan menghindarkan kerajaan dari sabotase atau campur tangan orang luar yang akan berdampak pada kerajaan nantinya.
Saat Jared memutuskan untuk mengabdi, aturan itulah yang selalu terngiang di kepala dan memberatkan hati. Namun, dia rela melakukannya demi supaya bisa melihat Estelle dan Royce dari dekat.
Tapi saat ini? Saat dimana Estelle tiba-tiba menciumnya dengan penuh damba, saat itulah Jared tidak mampu memikirkan apapun selain menikmati bagaimana bibir yang sangat dirindukannya sedang menyesap lembut bibirnya.
Selama beberapa detik, Jared tidak mampu berkutik selain berdiam diri. Masih berusaha mencerna, juga berpikir tentang situasi dan kondisi di sekitarnya. Sangatlah tidak mungkin untuk membiarkan para anak buahnya mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
Selain petinggi divisi lainnya, Alban dan Eryk sudah mengetahui siapa dirinya sejak awal, juga pengasuh bayi itu, Lilou.
Dengan sangat hati-hati, Jared merengkuh pinggang Estelle dengan satu tangannya yang bebas, sambil menahan rasa sakit yang masih menguat di sisi yang lain.
"Yang Mulia," panggil Jared di sela-sela ciuman mereka.
Seperti baru tersadar, Estelle menghentikan ciuman dan menatapnya lirih. Keningnya berkerut, bibirnya merekah sempurna, dan rona merah di pipi membuatnya terlihat sangat cantik, hingga membuat napas Jared memberat.
"Apa boleh seperti ini?" tanya Jared ragu, tapi dalam hati memang menginginkan lebih.
Estelle mengerjap pelan, tampak berpikir, dan membasahi bibirnya cepat. Hal seperti itu saja sudah membuat Jared mengeras di bawah.
"Kenapa tidak?" balas Estelle parau.
Jared tertegun dan menatapnya tidak percaya. "Ada aturan yang melarang untuk..."
"Yang kutahu adalah tidak ada larangan bagi suami istri untuk bercinta," sela Estelle yang tampak bingung dengan ucapannya sendiri.
"Betul sekali. Kita belum bercerai tapi atas dasar hukum di negaraku, bukan di negerimu," ucap Jared serak.
"Dan aku adalah salah satu pemimpin negeri ini, yang artinya memiliki hak untuk mengubah aturan," sahut Estelle dengan suara gemetar.
Jared menatap Estelle dengan tatapan tidak mengerti. Masih berusaha mempelajari maksud dari wanita itu, Jared tidak bergerak dan hanya menunggu pergerakan Estelle selanjutnya.
Selain karena bahunya yang masih sakit, Jared juga tidak ingin melepaskan satu-satunya peluang untuk tetap bisa mengawasi Estelle dan Royce dari dekat, hanya karena napsu sesaat.
Meski sebenarnya, kedekatan ini memberikan pengaruh besar pada dirinya. Begitu membuatnya haus akan gairah yang selama ini tertahan, mendambakan pelukan hangat Estelle dalam mimpinya yang liar, dan menjadi pecundang yang akan berakhir dengan menyentuh dirinya sendiri.
"Kupikir, kau tidak akan keberatan, bukan?" ucap Estelle sambil membelai tubuhnya dengan berani, yang sudah menegang dan menyesakkan celananya.
Jared menahan napas sambil memejamkan mata. Terasa pening oleh gairah, tapi masih berusaha untuk menahan diri karena tidak ingin gegabah.
"Yang Mulia," ucap Jared parau, lalu membuka matanya untuk menatap sepasang mata biru yang berkilat cantik. "Kumohon, hentikan."
Belaian Estelle terhenti, dan wanita itu menatapnya kaget, juga tersinggung.
"Kau... tidak menginginkanku?" tanyanya getir.
"Bukan seperti itu," balas Jared cepat. "Aku tidak ingin melepaskan satu-satunya kesempatan yang kumiliki untuk menjaga kalian."
Estelle mengerjap lirih, tampak seperti ingin menangis, tapi kemudian menunduk sambil melanjutkan belaiannya. Shit.
"Kenapa harus seperti itu? Apa kau berniat untuk selamanya menjadi penguntit?" tanya Estelle pelan.
"Hanya itu yang bisa kulakukan untuk menebus semua kesalahanku. Aku rela mengawasi kalian dari kejauhan, dan akan menjadi orang pertama yang berdiri di depan kalian untuk menghadapi ancaman," jawab Jared serius, lalu menggeram pelan karena tangan Estelle sudah begitu nakal untuk membuka celananya, dan membelai dirinya secara langsung.
"Yang..."
"Panggil namaku, Jared," sela Estelle sambil mendongak untuk menatapnya, saat tangannya sudah menggenggam penuh ketegangannya.
"Tapi..."
"Aku masih menginginkanmu. Mungkin terdengar bodoh, tapi aku masih merasakan getaran yang menyenangkan saat berhadapan denganmu," tambah Estelle cepat.
Jared meringis pelan ketika Estelle mendorongnya untuk duduk bersandar di sofa, membuat kejantanannya mengacung tinggi, menantang untuk memberi kenikmatan.
"Aku... ingin kau menjadi budak seks-ku," ucap Estelle gemetar dan melepaskan jubah tidurnya.
Napas Jared memberat melihat lekuk tubuh wanita itu yang semakin menggoda. Payudaranya lebih besar, bokong yang lebih padat, dan begitu cerah. Hal itu membuat kejantanannya berkedut nyeri.
"My pleasure, Your Majesty," balas Jared sambil menurunkan celana hingga terlepas, membiarkan Estelle menatapnya dengan sorot mata liar dan penuh damba.
"Aku tidak perlu pemanasan," gumam Estelle sambil melepas gaun tidurnya, disusul dengan pakaian dalam, dan sepenuhnya telanjang. "Aku sudah sangat siap."
Melihat Estelle tanpa sehelai benang pun di hadapannya, Jared merasa mimpi liarnya menjadi kenyataan. Wanita itu begitu berani, liar, dan agresif. Jared menyukai bagaimana Estelle tanpa malu-malu menyatakan keinginannya untuk bercinta.
Saat Estelle berjalan mendekatinya, Jared mengangkat satu tangannya untuk membelai sisi tubuh mulus itu, dan menyambut Estelle yang menaiki pangkuannya dengan mencium dan menyesap satu puting Estelle.
Liur dan cairan susu bercampur menjadi satu dalam mulutnya, lalu hisapannya terhenti karena mengerang saat Estelle menurunkan tubuh untuk tenggelam di dalamnya.
"Fuck!" umpat Jared pelan.
Kepala Jared begitu pening ketika Estelle menjepit dirinya dengan begitu ketat. Wanita itu masih terasa sempit. Dan basah. Estelle benar tentang dirinya yang sudah sangat siap.
Kehangatan menyelubungi dirinya, ditambah kenikmatan yang dirindukannya saat Estelle sudah bergerak naik turun di atasnya. Wanita itu benar-benar bersikap seperti seorang ratu yang menggauli budak seks-nya.
Pinggul Estelle bergoyang dengan ritme yang cepat, mendesak, dan panas. Dia pun menyentuh dirinya dengan meremas payudaranya sendiri sambil memejamkan mata dan mengerang gelisah.
Jared bisa merasakan jika Estelle akan sampai pada puncak kenikmatannya. Kemudian, dia merengkuh pinggang Estelle dengan satu tangan, lalu membantunya untuk mempercepat gerakan pinggul, sehingga bisa masuk lebih dalam.
Jared menyukai sensasi liar yang terjadi saat ini. Panas dan dingin. Basah dan licin. Gairah dan klimaks. Saat keduanya saling berangkulan dalam desakan-desakan yang semakin cepat, disitulah mereka mencapai puncak kenikmatannya bersama.
Tubuh keduanya bergetar, begitu nikmat hingga pencapaian, dan nyaris kehabisan napas. Selama setahun tidak bersenggama, hal itu membuat kegiatan bercinta mereka menjadi lebih terasa dalam kerinduan yang mendesak.
"Aku tidak memakai pengaman," bisik Jared parau sambil mencium pipi Estelle dengan lembut.
Estelle masih bernapas dengan terengah sambil merangkuk bahu Jared. "Aku sedang menyusui, dan pelepasanmu tidak akan membuatku hamil. Jika aku hamil, itu bukan urusanmu."
"Estelle!" tegur Jared dengan suara tertahan karena emosi yang tiba-tiba merambat naik.
Estelle melepas rangkulan dan menatap Jared dengan alis terangkat. "Kenapa? Apa itu mengganggumu? Bukankah hal ini bukan masalah? Seperti saat aku mengandung Royce dan kau berpikir jika bisa saja anak itu bukan milikmu."
Jared bungkam. Tidak bisa membalas, juga tidak mampu membela diri selain terdiam dan membiarkan Estelle melepas penyatuan.
"Kuharap kau tidak terlalu menganggap serius tentang malam ini. Barusan, hanya sekedar seks. Aku adalah ratumu dan kau adalah budakku, jadi aku memiliki hak untuk melakukan apa saja denganmu," ucap Estelle sambil memakai gaun tidurnya kembali.
Jared menghela napas dan memakai kembali celananya dengan gerakan pelan. Memaklumi sikap dingin Estelle yang sangat pantas dia dapatkan.
Tidak ada penyesalan. Yang ada hanya penerimaan diri karena sudah melakukan kesalahan, dan dia mencoba untuk memperbaiki.
"Apa ada yang bisa kubantu lagi, Yang Mulia?" tanya Jared dengan sikap formal setelah selesai berpakaian.
Estelle tampak enggan menatap wajahnya dengan sibuk memakai jubah tidurnya kembali, lalu berjalan menuju ke boks bayi.
"Kurasa tidak ada. Terima kasih, kau bisa kembali ke tempatmu," ucap Estelle tanpa menoleh ke arahnya.
Jared masih terdiam di tempatnya dan menatap punggung Estelle dengan penuh arti. Wanita yang sudah begitu kuat dan mampu bertahan dalam keadaan ini, yang rela mengasingkan diri demi melahirkan dan membesarkan darah dagingnya. Shit. Jared merasakan nyeri yang membuat dadanya sesak.
Nalurinya membawa dirinya spontan memeluk Estelle dari belakang, yang ternyata wanita itu sedang menahan tangis, lalu kemudian menangis terisak seketika.
"Estelle," panggil Jared lirih, sambil membalikkan Estelle untuk menghadap ke arahnya.
"Tinggalkan aku," ucap Estelle serak.
"Aku akan tetap di sini," balas Jared.
Estelle menggeleng cepat. "Kembalilah ke tempat asalmu, Jared. Aku akan baik-baik saja dengan Royce."
"Tidak," sahut Jared serak. "Aku sudah pernah melepasmu, dan kali ini tidak akan membiarkanmu sendirian."
"Kau tidak akan mendapatkan apa-apa."
"Setidaknya, aku bisa melihat kalian berdua baik-baik saja."
"Sekalipun aku bersama dengan orang lain nantinya?"
Jared tidak langsung menjawab, meski sorot matanya yang sedih sudah bisa menjadi jawaban. Namun akhirnya, dia mengangguk tanpa ragu.
Isakan Estelle semakin memberat, tampak begitu sedih dan tidak terkendali. Jared memeluknya kembali, begitu erat dan semakin erat, seolah itu bisa menuntaskan kerinduannya. Tidak yakin jika akan ada kesempatan seperti malam ini.
"Aku menguji diriku sendiri dan kembali jatuh, Jared," ucap Estelle dengan suara tercekat.
Jared melonggarkan pelukan, mengangkat dagu Estelle untuk bisa menatapnya. "Apa?"
"Seperti tadi. Aku masih menginginkanmu, dan... perasaanku masih sama seperti sebelumnya. Aku... bodoh dan naif, berusaha menyangkalnya selama ini, tapi tidak bisa. Apalagi saat melihatmu diterkam oleh beruang itu. Kupikir kau akan mati dan aku..."
Jared kembali memeluk Estelle yang terisak dan tidak mampu melanjutkan ucapannya. Perasaannya membludak dan matanya sudah berkaca-kaca. Waktu itu, Estelle yang menyatakan perasaannya lebih dulu. Kini? Tidak seharusnya Estelle melakukan hal itu kembali.
Estelle berhak menjadi orang asing, menjadi wanita yang kejam untuk membalas dendam padanya, tapi justru melakukan hal sebaliknya. Wanita itu memiliki kebaikan hati yang mampu meruntuhkan kesombongannya.
"Aku mencintaimu," ucap Jared dengan seluruh perasaannya sambil mengeratkan pelukan. "Aku sangat mencintaimu, Estelle."
Isakan Estelle terhenti dan langsung mendorong dada Jared dengan pelan untuk bisa melihatnya. Ekspresi Estelle tidak percaya dan seakan seperti salah dengar.
"Aku tahu jika aku sudah menjadi bajingan untuk kalian berdua. Aku sudah tidak berguna dan sangat mengecewakan. Sekalipun aku sudah tidak diperkenankan untuk membawa atau mendekati kalian, izinkan aku untuk tetap berada di sekeliling kalian, menjaga dan melindungi dari kejauhan. Meskipun nantinya sudah ada pria lain bersamamu, aku akan tetap mengabdikan diriku sepenuhnya untuk kalian," ucap Jared parau, merasakan rasa sakit yang begitu hebat di dada saat mengatakan ucapan itu.
Estelle mengerjap bingung, lalu airmatanya kembali mengalir. "Mom akan sangat merindukanmu jika kau masih di sini, Jared."
"Aku sudah mengecewakan dan mempermalukannya. Kurasa Mom akan mengerti keputusanku," ucap Jared.
Estelle menangis sambil menutup wajahnya, dan menghamburkan dirinya kembali ke dalam pelukan Jared. Entah karena tangisan Estelle mulai mengganggu, Royce tiba-tiba menangis dan mengaduh.
Jared membelai kepala Estelle dan mengecupnya, lalu melepas pelukan untuk segera mengangkat Royce dari boks, dan menenangkannya.
Kali ini, usaha Jared untuk menenangkan tidak berhasil, karena bayi itu terus memberontak. Kini, Estelle mengambil alih dan duduk di sofa, lalu Royce segera tenang karena Estelle sudah menyusuinya.
"Apakah dia merepotkan?" tanya Jared setelah berlutut dengan satu kaki di depan pangkuan Estelle yang sedang menyusui Royce.
"Dia adalah anak terbaik dan tidak pernah rewel sebelum kau berada di sini. Semenjak kau menempati kamar itu, dia membingungkan," jawab Estelle dengan gugup.
Jared menyukai kegugupan yang sering dilakukan Estelle di setiap kali berhadapan dengannya. Hal itu tidak berubah dan dirinya merasa senang. Melihat bagaimana wanita itu menyusui darah dagingnya, memberi kehangatan yang begitu dalam.
Spontan, Jared membelai kepala Royce dengan hati-hati sambil menatapnya penuh arti. Bayi itu tampak kehausan dan menyesap puting Estelle dengan kuat.
Hal yang menarik perhatian Jared adalah satu payudaranya yang lain, sepertinya mengeluarkan air susu yang cukup banyak, sehingga gaun tidur bagian itu tampak basah.
"Apa itu baik-baik saja?" tanya Jared sambil menjatuhkan satu tali bahu untuk melihat payudara Estelle yang tampak meneteskan air susu dengan banyak.
"Ini akan terjadi jika salah satu dihisap," ujar Estelle gugup, dan mengerang pelan saat mulut Jared sudah beralih untuk mengisap payudaranya.
Jared menyukai hal baru seperti ini. Tidak heran jika Royce begitu bernapsu dalam mengisap payudara Estelle, karena ternyata cairan susu itu tidaklah buruk.
"J-Jared, hentikan," desah Estelle sambil mendorong kepalanya dan menatap lirih.
"Aku tidak ingin cairan itu terbuang sia-sia," ucap Jared menjelaskan.
Bibir Estelle menekuk dan terlihat kesal. "Tapi itu memberiku pengaruh! Kau tidak bisa meneruskannya."
Jared menatap Estelle dengan penuh arti, tersenyum hangat sambil membelai pipinya, lalu belaiannya turun ke payudara Estelle yang kencang dan membulat sempurna.
"Jared," desah Estelle.
"Penawaranmu kuterima dengan senang hati, Yang Mulia," ucap Jared serak.
"Penawaran?" tanya Estelle bingung.
"Penawaran untuk menjadi budak seks-mu. Mulai malam ini, aku siap melayanimu kapan saja," jawab Jared dan kembali mengisap payudara Estelle dengan bernapsu.
◾◾◾
Wednesday, Nov 12th, 2020.
00.21.
Biar ngepas jadi sebulan, bantuin lu yang tiap hari ngitungin waktu dan minta update.
Lu tahu kan bagian mana yang gue tulis? Gosah sok polos, gue emang niat bagi asupan lendir buat lu yang hornian. Haqhaqhaq 🍌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top