Chapter. 21

Written by. She_Liu

Saat sudah melihat bangunan rumahnya, Estelle nyaris berlari untuk bisa mencapainya dengan segera.

Buru-buru, dia membuka pintu dan menutupnya, lalu melepas jubahnya untuk segera mencapai sebuah ruangan yang ada di lantai atas. Degup jantungnya bergemuruh kencang, begitu tidak sabaran untuk segera melihat putranya.

Lilou, pengasuhnya, menoleh saat Estelle sudah memasuki kamar itu, lalu membungkuk hormat padanya. "Anda sudah kembali, Yang Mulia?"

"Putraku?" tanya Estelle dengan suara tercekat sambil mendekati boks bayi.

Seorang bayi yang masih berusia 3 bulan itu tampak tertidur dengan lelap di dalam sana. Melihatnya, Estelle menghela napas lega dan menatapnya penuh kasih. Spontan, dia mengangkat bayi itu ke dalam gendongannya, lalu mengecup kening bayinya dengan dalam.

Royce Brick Konstantinus, itulah nama yang Estelle berikan pada putra semata wayangnya. Royce adalah nama kakeknya, sedangkan Brick adalah nama ayahnya. Keduanya adalah raja Almauric terdahulu, dan Estelle berharap jika putranya akan menjadi raja yang bijaksana di masa depan.

Bukan tanpa alasan, Estelle merasa cemas dan gelisah saat kembali ke rumah. Semua karena pertemuan tidak disengaja dengan Jared di hutan perbatasan tadi. Tampaknya, pria itu mengenalinya dan Estelle sudah merasa terancam dengan hal itu.

"Apakah ada yang pernah datang di saat aku tidak ada, Lilou?" tanya Estelle sambil menatap pengasuhnya.

Lilou menggeleng. "Hanya ada aku dan Pangeran Royce, sementara 2 orang penjaga berjaga-jaga di sekitar sini. Itu saja."

Estelle mengangguk saja, meski cukup merasa bingung dengan keadaan ini. Jika memang Jared mengenalinya, itu berarti orang itu sudah mengetahui keberadaannya.

Juga, tidak mungkin para petinggi yang lain tidak mengetahui hal ini dan tidak memberitahunya sama sekali. Meski dirinya tahu jika pria itu memutuskan untuk menjadi kepala pertahanan istana, tapi dia yakin keberadaan dirinya sudah disembunyikan dari siapapun.

Menjalani kehidupannya selama setahun terakhir adalah masa tersulit yang dia lewati. Menjalani masa kehamilan, merasakan ketidaknyamanan yang membuatnya hampir menyerah, dan melahirkan putranya dengan susah payah.

Semua dijalaninya sendiri tanpa ingin ada yang menemani dirinya. Dia yakin jika dirinya mampu menghadapi persoalan apapun. Tapi saat melihat Jared dan bertatapan dengannya, keraguan perlahan merambat dalam hatinya.

Ada rasa nyeri yang terasa dalam dada ketika melihat sosok pria itu. Masih begitu tegap dan gagah, namun terlihat lebih tirus. Sepertinya, pria itu tidak mendapatkan asupan makanan dengan baik dan kehilangan berat badan yang cukup lumayan.

Estelle menggelengkan kepala seolah bisa mengusir rasa kuatir yang tiba-tiba menyergap. Dia harus melupakan dan menganggap pria itu tidak pernah ada dalam kehidupannya.

Fokus hidupnya adalah mengurus dan merawat Royce hingga dewasa. Dia tidak ingin putranya memiliki nasib yang sama seperti dirinya, yaitu kurang kasih sayang seorang ibu.

"Kau akan selalu bersama denganku, Nak," bisik Estelle pada bayinya dengan lembut, lalu mencium pipi gembulnya dengan singkat, dan menaruhnya kembali ke dalam boks dengan hati-hati.

Estelle memerintahkan Lilou untuk menjaga Royce dengan seksama, lalu meninggalkan kamar itu untuk segera menuju ke ruang utama, melakukan telepon untuk sekedar bertanya dan...

"Halo."

"Apa yang sudah kau lakukan sampai posisiku bisa diketahui oleh orang itu, My Lord?" tanya Estelle cepat.

Jeda sejenak, lalu terdengar helaan napas di sebrang sana. "Apa kau sudah bertemu dengannya?"

"Apakah itu adalah rencanamu?" tuduh Estelle.

"Tidak! Aku sama sekali tidak mempunyai rencana untuk mempertemukanmu dengan cara seperti itu, Princess. Yang kutahu adalah saat ini, pihak keamanan sedang membentuk tim baru untuk mengisi lini pertahanan dan para anggota menjadikanmu sebagai target mereka," balas Darren.

"Target?"

"Kau dianggap mencurigakan. Apa kau tidak merasa mencolok dengan memakai jubah merah dan datang dari perbatasan? Para anggota memiliki insting yang kuat dan cukup jeli dalam menjalani misi yang diberikan. Sebaliknya, Jared berusaha memerintahkan mereka untuk tidak menjangkaumu atau mengelabui mereka dengan berbagai tanda yang dibuatnya, agar tidak sampai menemukanmu."

Deg! Estelle mengerjap cepat dan tidak percaya dengan penjelasan Darren barusan. "Jadi, selama ini dia memang sudah mengetahui keberadaanku?"

"Sepertinya demikian. Dia tidak pernah bersuara, apalagi bercerita pada kami. Asumsiku adalah sudah tahu sejak lama, tapi sepertinya orang itu tahu diri untuk tidak mengusikmu, selain melindungi dan menjauhkanmu dari jangkauan orang lain," jawab Darren.

Estelle terdiam sambil teringat apa yang dilakukan Jared saat bertemunya tadi. Dia bersikap layaknya seorang penjaga, yang menghormati atasannya dan sama sekali tidak bereaksi berlebihan ketika tatapan mereka bertemu. Justru, pria itu memerintah para anggota untuk memberi hormat dan meninggalkannya begitu saja.

"Apa yang sudah dilakukan bajingan itu? Beritahu aku, maka aku akan segera membereskannya," suara Darren membuyarkan pikiran Estelle.

"Tidak! Dia tidak melakukan apapun dan hanya membiarkanku pergi," jawab Estelle cepat.

"Benarkah?" tanya Darren dengan nada tidak percaya.

"Itu benar," jawabnya lagi.

"Apa kau baik-baik saja, Princess?"

Pertanyaan Darren membuat Estelle kebingungan untuk memberi jawaban. Kondisinya baik-baik saja, tapi tidak dengan perasaan yang sudah mati-matian dihilangkannya.

"Kenapa kau membiarkannya berada di Almauric? Bukankah kau tahu jika..."

"Tidak ada yang bisa menahannya ke sana," sela Darren cepat. "Sebulan sejak kejadian itu, Jared mengasingkan diri, mengajukan pengunduran diri pada FBI, dan datang secara sukarela kepada ayahku untuk mengabdi di negeri kita. Melihat kesungguhannya, ayahku memberinya kesempatan untuk melakukan sesuatu pada Almauric."

"Itukah alasannya?" tanya Estelle lirih.

"Mungkin saja dia menyesal dan merasa perlu menghukum diri atas apa yang sudah dilakukannya padamu. Entahlah. Para petinggi tidak memberitahu apa-apa, selain membiarkannya dan tetap mengawasi pergerakannya untuk tidak menjangkaumu. Itu saja," jawab Darren.

Mendengar penjelasan Darren, justru membuat perasaan Estelle gamang. Bayangan tentang Jared yang akan menyakitinya, mengambil putranya, dan berusaha untuk mengusik hidupnya kembali memenuhi benak. Bisa jadi, Jared sudah mengetahui tempat tinggalnya karena bisa memberi tanda jalan pintas menuju rumah ini.

Jika demikian, harusnya Jared bisa langsung mendatanginya dan membuat perhitungan karena dirinya masih hidup, tapi pria itu tidak melakukannya hingga sekarang. Lantas, apa yang diinginkannya? tanya Estelle dalam hati dan menjadi kebingungan.

Terdengar Lilou memanggil dan sudah saatnya bagi Estelle untuk menyusui Royce karena bayi itu sudah terbangun. Segera menuju ke kamar, Estelle mengambil alih Royce dari gendongan Lilou dan mulai menyusui Royce yang begitu tidak sabaran untuk mendapatkan asupannya.

Tersenyum kecil, Estelle menyukai bagaimana bayi itu begitu kuat dalam mengisapnya dan tampak begitu haus. Pertumbuhan Royce sangat baik dan menggemaskan. Tidak ada kesulitan yang berarti selama merawat bayi itu.

Royce akan terlelap sepanjang malam, hanya bangun sebanyak dua kali untuk meminta asupan, dan kembali terlelap hingga pagi menjelang. Waktu tidur Royce masih cukup panjang sehingga Estelle memiliki waktu untuk membeli beberapa perlengkapan di kota.

Setiap harinya, di jam yang sama, Estelle akan menyambangi kota untuk membeli sesuatu, memperhatikan perkembangan negeri lewat kesejahteraan rakyatnya, juga memberi makan bagi tunawisma yang dia jumpai di tengah perjalanan.

Meski membutuhkan waktu selama 3 jam untuk melakukan semua itu, tapi setidaknya ada kesenangan tersendiri bagi Estelle.

"Yang Mulia," panggil Lilou dan Estelle spontan menoleh.

"Ada apa, Lilou?" tanya Estelle sambil menyudahi kegiatannya untuk menyusui Royce, lalu menaruh bayinya di salah satu bahu, dan menepuk punggung mungilnya dengan lembut.

"Stok kayu bakar hampir habis dan sepertinya tidak cukup untuk memanaskan tungku perapian. Aku ingin pergi mencari..."

"Biar aku saja," sela Estelle sambil melebarkan cengiran. "Aku tahu dimana aku bisa mendapatkannya."

"Tapi, Yang Mulia, itu..."

"Tidak apa-apa, Lilou. Selain mendapatkan hal itu, aku juga bisa melatih pertahanan diri. Tenang saja, aku tidak akan lama," sela Estelle lagi sambil menyerahkan Royce pada Lilou.

Selama tinggal di sebuah rumah yang terdapat di tengah hutan bagian utara, yang banyak disebut sebagai daerah terlarang oleh kebanyakan orang, Estelle berusaha menyenangkan diri dengan berbagai aktifitas yang bisa dilakukannya di sana.

Para sahabat ayahnya terus membujuk dirinya untuk tinggal di tempat yang jauh lebih pantas, tapi Estelle tetap ingin tinggal di dekat Almauric. Tujuannya bersembunyi adalah untuk merawat Royce dan baru mengenalkannya pada dunia saat remaja nanti.

Tidak ingin mencoreng nama baik ayahnya, karena memiliki anak di luar nikah adalah larangan yang tidak diperbolehkan oleh aturan kerajaan. Baginya, pernikahannya dengan Jared tidak pernah terjadi dan itu akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

Setelah memakai jubahnya kembali, lengkap dengan sarung tangan dan boots, Estelle kembali keluar rumah dan berjalan menuju ke sisi barat untuk mendapatkan beberapa potongan kayu bakar. Penjaga yang diutus pamannya yang kini adalah baginda Raja, Brice, membungkuk hormat saat Estelle melewatinya.

"Maaf, Yang Mulia. Apa yang ingin Anda lakukan di sana?" tanya penjaga yang bernama Alban, dengan ekspresi tidak setuju.

"Hanya untuk mencari beberapa kayu bakar," jawab Estelle tanpa menghentikan langkah.

"Maaf, Yang Mulia. Di sana cukup berbahaya, kau tahu jika itu adalah red zone. Akan ada hewan buas seperti beruang coklat yang bisa datang kapan saja. Biarkan aku dan Eryk yang mencarinya untukmu," seru Alban yang kini sudah menyusul Estelle, berjalan lebih cepat darinya, lalu menghadang langkah Estelle dengan berdiri di hadapannya sambil membungkuk hormat.

"Tidak akan lama, ini masih siang," balas Estelle tenang.

"Sudah mendekati pukul 3, cuaca sudah berawan dan kabut akan segera turun. Aku dan Eryk tidak akan lama. Kembalilah, Yang Mulia," ujar Alban sambil tetap membungkuk hormat.

"Aku tidak suka dibantah," ucap Estelle dingin. "Aku tidak akan lama dan tidak akan jauh."

"Tapi..."

"Tidak ada tapi! Kau bisa mengutus Eryk untuk mengikutiku dan kau kembali menjaga rumahku," sela Estelle sambil berjalan melewati Alban dan tidak menggubris panggilan penjaganya kembali.

Arkouda, adalah hutan yang berada di sisi barat. Estelle tahu jika hutan itu termasuk daerah terlarang karena termasuk hutan liar yang berbahaya untuk dikunjungi. Selama setahun tinggal di rumah yang dikelilingi 4 hutan liar itu, Estelle tidak pernah menemukan hal berbahaya yang sering disebut oleh banyak orang.

Meski tidak menjalani pelatihan ekstrim seperti yang pernah diceritakan oleh para sahabat ayahnya, tapi Estelle sudah cukup tahu tentang proses pelatihan itu sendiri. Lagi pula, dia tidak akan pergi terlalu jauh. Hanya untuk mencari kayu dan akan segera kembali.

Menoleh ke belakang untuk melihat, Estelle mendengar ada derap langkah yang menyusul di belakang, tapi tidak ada siapa pun di sana. Keningnya berkerut, lalu kembali melanjutkan langkah untuk tujuan semula, yaitu mengambil kayu bakar yang berada sekitar 200 meter dari posisinya.

Derap langkah terdengar kembali, Estelle pun menoleh dan tidak mendapatkan siapa pun.

"Eryk? Apa kau di sana?" tanya Estelle dengan suara lantang.

Tidak ada jawaban. Dan saat Estelle hendak kembali melanjutkan langkah, derap langkah yang didengarnya semakin cepat, begitu cepat, dan seperti mengarah ke arahnya.

Spontan, Estelle mengambil pisau yang terselip di boots untuk bersiap melihat apa yang mendatangi dan napasnya tertahan ketika bisa melihat seekor beruang coklat yang begitu tinggi dan besar berada tidak jauh darinya.

Estelle terpaku, tidak tahu apa yang harus dilakukan selain bergeming, karena lari akan membuat beruang itu semakin mengejarnya, tapi diam bukanlah jalan keluar.

Cengkeraman pada pisau menguat dengan tangannya yang sudah gemetar, pikirannya berusaha fokus untuk mengingat kembali semua pertahanan diri yang sudah diajarkan Ashton dan Liam padanya.

Saat beruang itu tinggal 10 langkah darinya, dan Estelle berusaha sekuat tenaga untuk memberanikan diri untuk menghadapinya, terdengar suara tembakan dari jarak jauh. Memekik kaget, Estelle sampai menjatuhkan pisau, lalu merosot ke tanah karena dua kaki yang mendadak terasa lemas.

Beruang coklat yang begitu besar itu sudah jatuh sambil meraung kesakitan. Tembakan itu seperti mengenai bahu, tapi matanya menghunus tajam pada Estelle yang tidak jauh darinya.

Posisi Estelle masih terancam, tapi tubuhnya tidak sanggup bergerak karena terlalu kaget untuk mendapati seekor beruang yang begitu besar, hendak memangsanya.

Menjerit histeris, Estelle menutup wajahnya ketika beruang itu berusaha untuk melompat ke arahnya karena tidak sanggup melihat lebih banyak. Tidak tahu apa yang terjadi, tapi seperti ada yang menghadang beruang itu agar tidak menimpa tubuhnya, dan terdengar pergulatan di sana.

Dengan sisa kesadarannya, Estelle menurunkan tangan untuk melihat seseorang sedang bergulat dengan beruang itu. Meski bahu sudah tertembak, tapi beruang itu masih cukup kuat untuk menyerang, dan menggigit tepat di bahu kanan orang itu.

Sedetik kemudian, suara tembakan kembali terdengar, kali ini tembakan itu datang dari Eryk yang mengenai punggung beruang itu. Tidak hanya sekali tembakan, tapi berkali-kali, hingga beruang itu sudah tidak mampu bergerak.

"Apa kau baik-baik saja, Yang Mulia?" tanya Eryk sambil berlutut di samping.

Estelle sama sekali tidak melihat pada Eryk, melainkan pada sosok yang tertindih beruang coklat itu. Matanya mengerjap cepat dan segera beranjak dengan sisa tenaga untuk melihatnya.

"Yang Mulia," panggil Eryk cepat.

"Singkirkan beruang itu dan lihat keadaan..." suara Estelle tertahan dan mulai terisak pelan ketika melihat Jared yang berada di bawah tindihan beruang besar itu.

"Sir!" seru Eryk dan segera melakukan panggilan darurat dari alat komunikasi, lalu berusaha menarik Jared dengan susah payah.

Jared meringis dan terlihat menahan sakit. Berusaha melepaskan diri dari tindihan beruang besar dengan menggeliat. Bahu kanannya terluka dengan sisi pakaian yang sudah lembap. Itu darah, dan sangat banyak sekali, hingga membuat napas Estelle semakin memberat.

Segera melepas jubahnya, Estelle bergerak mendekat untuk menangkup bahu kanan Jared yang terluka akibat gigitan beruang itu, mencoba menghentikan pendarahan di sana. Wajah Jared mulai memucat, tapi tatapannya menatap Estelle dengan penuh penilaian.

"Apa kau baik-baik saja, Yang Mulia?" tanya Jared dengan suara tercekat.

Estelle mengangguk, bersamaan dengan airmata yang sudah mengalir begitu deras. "Seharusnya kau menembaknya saja, tidak dengan..."

"Aku tidak ingin Anda terluka," sela Jared cepat, lalu menoleh pada Eryk yang berusaha memberikan pertolongan lewat sesuatu yang disuntikkan ke dalam tubuh.

"Perluas penjagaan, aku tidak ingin... ada ancaman seperti ini. Jangan sampai... kawanan binatang itu menyerang..." Jared menarik napas dan mengembuskannya cepat, tampak menahan rasa sakit.

Gigitan beruang itu sepertinya cukup dalam hingga dua tangan Estelle yang menangkup bahu Jared, sudah bersimbah darah.

"Apakah ada yang datang? Dia akan kehabisan darah," ucap Estelle gemetar sambil menatap Eryk dengan tatapan memohon.

"Bantuan akan datang, Yang Mulia," jawab Eryk cepat sambil memeriksa kondisi Jared. "Maaf, aku akan merobek jubahmu untuk membebat luka agar menghentikan pendarahan, Yang Mulia."

Belum sempat menjawab, Eryk sudah bergerak cepat untuk bekerja pada jubah Estelle dan segera membebat luka pada bahu Jared dengan robekan jubahnya. Jared tampak menahan rasa sakit dengan geraman rendah dan bernapas dalam buruan kasar.

"Base Camp," ucap Jared dengan suara yang nyaris berbisik pada Eryk, lalu setelahnya tidak sadarkan diri.

"D-Dimana Base Camp itu?" tanya Estelle panik saat melihat Jared pingsan.

Eryk mengangkat Jared di punggungnya, lalu mulai beranjak untuk berjalan, diikuti Estelle di sampingnya. Bersamaan dengan itu, Albin dan para penjaga berdatangan untuk menghampiri mereka.

"Sekitar 20 km dari sini, Yang Mulia. Anda bisa ikut Albin untuk kembali ke rumah dan aku akan membawa Sir Jared ke Base Camp," jawab Eryk cepat.

Para penjaga membungkuk hormat pada Estelle, lalu segera membantu Eryk untuk membawa Jared, tapi Estelle dengan cepat menahan dan menatap semuanya dengan tatapan lirih.

"Aku yakin jika di rumahku memiliki berbagai perlengkapan kesehatan untuk mengurusnya, bukan?" ucap Estelle sambil menatap Albin dan Eryk secara bergantian.

"Benar, Yang Mulia," jawab keduanya dengan lantang.

"Kalau begitu, bawa dia ke rumah. Kau bisa tempatkan dia di kamar tamu untuk melakukan tindakan di sana," ucap Estelle tegas, namun gemetar.

"Tapi, Yang Mulia, kami..."

"Dan ini adalah perintah!" sela Estelle dengan penuh penekanan, tanda bahwa dirinya tidak ingin dibantah.

◾◾◾

Wednesday, Aug 26th, 2020.
21.30.

Doi bilang, part ini terinspirasi gara-gara abis denger lagu Tales of friendship-nya Winnie The Pooh.

She always listen to this song before to bed. (Until now😑)
Kok bisa tahu? Yoi. Kan pernah bareng, boboan juga haqhaqhaq 😛

Nih, gue kasih lu denger lagunya.

Don't forget that hug and kiss! She_Liu😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top