Chapter. 20
Written by. CH x She_Liu
One year later...
Almauric. 08.00 AM.
Jared memakai sarung tangan kulitnya sambil menatap satu persatu calon penembak jitu yang terpilih. Bertempat di sebuah bukit yang tidak jauh dari menara pengawasan, Jared memimpin sebuah permainan simulasi untuk para anggota yang akan dipilihnya menjadi penembak inti.
"Aku hanya memberitahu satu kali saja," ucap Jared tanpa emosi. "Perhatikan posisi, pandang sekelilingmu, dan cari titik teraman untuk bersembunyi. Selain itu, kau perlu menghitung kecepatan angin, kelembaban udara, dan jarak sasaran. Kesemua hal itu mempengaruhi laju peluru yang akan ditembakkan."
"Yes, Sir," seru para anggota sambil mengambil posisi berdiri tegak, lalu kembali pada gerakan sigap dengan dua tangan di belakang.
"Siapa pun yang terpilih akan menjaga titik utara wilayah. Oleh karena itu, kuharap kalian bisa memberiku kejutan dan tidak hanya memiliki kemampuan untuk menembak saja, tapi insting kalian dalam mengambil sikap dan keputusan di saat genting," lanjut Jared sambil menatap dingin kepada mereka.
Kembali para anggota berseru padanya dan melakukan hal yang sama seperti tadi. Dari total anggota sebanyak 20 orang, akan terpilih 2 orang untuk tim yang menjaga lini utara.
Sebagai seorang ahli militer, pengintaian dan pengamatan, juga keahlian dalam menembak yang dimiliki Jared, sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.
Mengambil keputusan untuk pensiun dini dalam pekerjaannya sebagai kepala senior agen FBI setahun yang lalu, Jared memutuskan untuk mengabdikan dirinya sebagai kepala pertahanan di Almauric.
Baginda Raja, yaitu Brice William Konstantinus, menerima dirinya dengan tangan terbuka karena putranya, Darren, yang lebih memilih untuk berkelana menjalani misi di berbagai tempat. Sementara istrinya, Patricia, menetap di Chicago karena baru saja melahirkan anak pertama mereka di sana.
"Aku ingin kalian melakukan pengintaian, terserah dengan cara apapun asal berdasarkan teknik-teknik kamuflase yang sudah kuberikan sebelumnya. Ini akan menjadi penentuan untuk dua orang dari kalian yang akan kupilih untuk menjaga benteng pertahanan di utara," ucap Jared tegas.
Setelah mengucapkan beberapa patah kata, para anggota membubarkan diri untuk segera melakukan tugas terakhir yang diberikan Jared. Menghela napas, Jared mengawasi kepergian mereka dengan seksama.
"Makanlah dulu, Sir," ucap Tobey, asisten kepala divisi logistik dari lini pusat.
Jared menoleh padanya dan menerima sebungkus sandwich dari Tobey, lalu memakannya tanpa minat. Dari posisinya berdiri, dia melihat pemandangan berupa negeri yang subur dan begitu indah. Almauric adalah negeri yang kaya akan keindahan alam dan kesuburan tanahnya. Sama sekali tidak menyesal untuk menjaga dan melindungi negeri itu selama setahun terakhir.
Jika saja negeri itu membuka diri, Jared yakin jika dunia akan tertarik pada kekayaan alam dan keindahan yang dimiliki Almauric. Pantas saja, Brick, almarhum sahabat dari ayahnya, sangat mencintai negeri itu dan tidak ingin terjamah oleh dunia yang sudah begitu jahat.
"Bagaimana status hari ini?" tanya Jared kemudian.
Tobey berjalan mendekat dan berhenti tepat di sisinya. "Baru saja melewati batas teritori dan sudah mendekati lintang MOA anggota. Kurasa, mereka sudah bisa mencapai target yang kau inginkan dan akan segera bertindak dalam waktu dekat."
Jared sepenuhnya menoleh pada Tobey dengan alis terangkat. "Bertindak?"
"Dalam artian mereka akan segera mengambil keputusan saat dinilai memberi ancaman. Target sudah memasuki kota, juga berinteraksi pada warga setempat. Para anggota sudah mengintai hingga berhari-hari di tempat persembunyian, demi mendapatkan satu kesempatan untuk mencapai Red Riding Hood," jawab Tobey.
Red Riding Hood, target yang menjadi sasaran para anggota dalam pelatihan khusus yang dipimpin oleh Jared. Target yang ditetapkan secara serempak oleh para anggota karena muncul dari daerah terlarang. Spekulasi berkembang menjadi mata-mata dari negeri tetangga yang ingin mengetahui perkembangan Almauric.
"Setidaknya ada perkembangan yang baik dari insting mereka dalam observasi kali ini. Jika banyak yang memuaskan, aku akan membentuk satu tim tambahan untuk lini pertahanan yang ada di timur," balas Jared dan mulai mengunyah sandwich pemberian Tobey.
"Dan kurasa kau perlu istirahat, Sir," ujar Tobey.
"Aku sudah beristirahat," sahut Jared dengan mulut penuh.
"Kau terus berjaga dan tidak mendapatkan tidur yang cukup. Selama setahun kau menjaga keamanan negeri ini, aku tidak pernah melihat dirimu mengambil cuti atau sekedar berjalan-jalan untuk mencari kesenangan. Kau pun tidak pulang ke negeri kelahiranmu," ucap Tobey panjang lebar.
"Kau tidak diperkenankan untuk mengaturku, Tobey," desis Jared sambil mendelik tajam pada Tobey.
"Maafkan aku, Sir," ucap Tobey sambil menganggukkan kepala. "Tapi, Baginda Raja terus menanyakan tentangmu yang tidak pernah mengambil cuti selama setahun bekerja. Juga, keluargamu mencari dan berusaha menghubungimu lewat sekretariat negeri. Seharusnya, kau tetap menggunakan ponsel untuk berkomunikasi dan bukannya meminta messenger sepertiku untuk memberi dan mengantar pesan padamu."
"Apa kau berniat untuk mengundurkan diri?" tanya Jared tanpa ekspresi. "Jika ya, silakan sampaikan pada Rodrix untuk segera mencari pengganti."
Tobey tersentak dan langsung menggelengkan kepala. "Tidak seperti itu, Sir. Aku... baiklah! Aku minta maaf karena sudah menyampaikan hal yang tidak diinginkan. Apa yang kusampaikan tadi adalah pesan yang harus disampaikan padamu."
Jared tidak menyahuti Tobey karena mulutnya masih sibuk mengunyah dengan sandwich yang sudah habis tak bersisa. Dia meraih botol minumnya yang berisi kopi hitam tanpa gula dan meneguknya sampai habis. Setelah itu, dia kembali meraih senapan laras panjang dan memakai kacamata hitamnya, kembali bertugas untuk mengawasi para anggota yang sepertinya sudah berada di titik masing-masing.
Bagi Jared, mengasingkan diri seperti ini adalah cara terbaik sekaligus hukuman yang tepat untuk dirinya sendiri. Kesalahan terbesarnya adalah intuisi yang tidak tepat hingga membuat seseorang yang seharusnya dia lindungi, tapi justru disakitinya.
Meninggalkan kehidupannya, termasuk keluarga, pekerjaan, dan komunitasnya, Jared memutuskan untuk mengabdikan hidupnya pada negeri yang sangat dicintai dan dilindungi oleh Estelle. Juga, dirinya tidak ingin melakukan komunikasi kepada siapapun, termasuk keluarganya sendiri, demi menenangkan diri yang masih belum bisa memaafkan diri sendiri.
Memiliki kemampuan untuk menembak dan memimpin misi pertempuran, Jared merasa perlu ikut andil dalam menjaga pertahanan Almauric. Berkat dirinya selama setahun bergabung, sistim keamanan negeri menjadi lebih baik dan tidak ada pihak asing yang berhasil menembus teritori Almauric, karena tim keamanan yang dibentuknya sudah menghadang lebih dulu di lini depan.
Jared tidak mengharapkan penghargaan atau pengakuan untuk apa yang sudah dilakukannya dari siapa pun. Baginya, apa yang dilakukannya tidak seberapa dibandingkan dengan kesalahan yang sudah diperbuat. Jika memang keadaan negeri jauh lebih baik, itu sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi Jared.
Di bukit Konos itulah, Jared tinggal di sebuah rumah pondok sederhana yang dibangun oleh dirinya sendiri, diperbantu dengan beberapa anggota. Dia membuat tata letak rumah yang sama seperti miliknya dimana pun dirinya berada agar merasa seperti di rumah sendiri.
Jared sudah mengalungkan senapan laras panjangnya dan menyampirkan ke punggung, menyelipkan pistol kecil di sisi boots-nya, dan beberapa serum pertolongan di sisi yang lain. Berbagai peralatan sudah dikenakan dengan lengkap dan Jared sudah bersiap untuk memulai aktifitasnya pagi itu.
"Tidakkah kau meluangkan sedikit waktu untuk menerima telepon dari ayahmu?" tanya Tobey yang masih bersikeras untuk menyampaikan pesannya hari ini.
"Katakan pada ayahku bahwa aku tidak berminat untuk kembali pada FBI. Masih banyak kepala senior yang terlatih untuk diikutsertakan dalam misinya dan aku bukan satu-satunya yang dia perlukan," jawab Jared sambil berjalan melewatinya.
"Yang dia perlukan adalah putranya," sahut Tobey yang sukses menghentikan langkah Jared.
Jared bergeming untuk mencerna ucapan terakhir Tobey. Cukup lama, hingga akhirnya Jared menghela napas dan berjalan kembali tanpa menoleh ke belakang, meninggalkan Tobey yang berteriak memanggilnya.
Jalanan terjal dan curam adalah jalan yang harus dilewatinya sehari-hari. Itu adalah hal yang biasa. Suara-suara burung mencicit di sekitar adalah musik yang mengiringi setiap langkahnya, selain komunikasi dari para anggota yang bisa didengarnya lewat alat komunikasi yang terpasang di telinga.
Dengan jalur dan arah yang sama, Jared akan berjalan sambil memantau pergerakan dan pelatihan yang dilakukan para anggotanya. Sebuah alat pelacak yang terhubung dengan sistim kendali pusat selalu dipegangnya untuk memberi informasi terkini mengenai keadaan sekitar.
Tatapannya turun menatap jejak langkah yang terjeplak di tanah yang basah, membungkuk untuk mengamatinya sejenak, lalu mengambil kamera digital yang hanya berukuran segenggam tangannya untuk memotret jejak itu, dan kembali beranjak untuk melangkah kembali.
"Target locked."
"Confirmed."
"Red Riding Hood showing up."
"Getting ready."
Komunikasi yang terdengar dari para anggota menghentikan langkah Jared dan membuat matanya melebar seketika.
"Hold the fire!" desis Jared dingin.
"Sire?"
"Pergunakan instingmu dan jangan gegabah. Sekali saja kalian menyentuh target tanpa mengetahui kejelasan status, aku tidak akan segan memberi kalian sangsi berkali-kali lipat untuk bisa membayar apa yang terjadi hari ini," ancam Jared sambil melanjutkan langkahnya dengan tergesa.
Komunikasi masih terhubung tapi tidak begitu jelas, membuat degup jantung Jared berpacu kian mengencang, berpikir bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pelatihan akhir sebagai penentuan, sudah pasti akan dilakukan dengan serius dan tidak main-main.
Dari kacamata hitam yang memiliki sistim komputerisasi yang dipakainya, Jared mulai berlari dan melesat cepat menuju pada titik-titik merah yang berkerumun pada koordinat yang menjadi pusat incaran.
"Sire is in the spot. Hold up." Seru kepala tim 1 ketika bisa melihat kedatangan Jared.
Begitu Jared tiba di lokasi, matanya mengerjap liar ketika melihat sosok berjubah merah sudah dikerubungi oleh para anggota dengan senjata yang terarah padanya.
Kini, sosok berjubah merah itu menatap Jared dengan sepasang mata birunya yang cemerlang. Tidak ada kesan ketakutan dari sorot mata itu, melainkan begitu tajam dan berani. Meski semua senjata terarah padanya, dia seakan mampu untuk menembus dan menghalau mereka.
Red Riding Hood, itu nama panggilan yang diberikan para anggota selama tiga bulan menjalani pelatihan khusus. Tidak ada yang aneh saat melihat sosok itu dalam penampilan tertutup. Kepala yang tertudung, memakai jubah panjang hingga menutupi kaki, juga penutup wajah. Akan tetapi, dia datang dari daerah terlarang dan melewati batas teritori Almauric di setiap pagi dan senja.
Sosok itu menjadi perhatian para anggota setelah mengikuti dan memantau dirinya selama 3 bulan terakhir dan memastikan bahwa dia adalah ancaman bagi negeri. Hanya saja, aktifitasnya di negeri itu tidak menimbulkan kecurigaan yang berarti. Dia hanya membeli beberapa tangkai bunga, memberi makan bagi rakyat miskin, dan berdiri tidak jauh dari istana untuk sekedar melihat dari kejauhan.
"Turunkan senjata," perintah Jared tanpa mengalihkan tatapannya pada sepasang mata biru itu.
Semua anggota segera menuruti perintah Jared sambil mengawasi sosok berjubah merah itu.
"Sire, kami..."
"Bungkukkan tubuh kalian dan beri hormat," sela Jared dengan memberi perintah kembali.
Kali ini, semua anggota menoleh ke arahnya dengan ekspresi bingung, dan segera menjalani perintahnya saat Jared mendelik tajam pada mereka dengan tatapan peringatan.
"Sekarang, putar balik dan bubarkan barisan. Tidak ada yang melihat hal ini dan tidak akan membicarakan hal ini lagi. Jika aku mendengar sedikit saja, maka nama kalian tidak akan diperhitungkan!" ucap Jared dingin dan para anggota langsung berseru keras dalam suara lantang, lalu melakukan perintahnya.
Tidak lama kemudian, semua anggota membubarkan diri, meninggalkan Jared dengan Red Riding Hood di tengah hutan itu. Tidak ada pembicaraan, hanya saling menatap dengan sorot mata tajam yang sama. Meski demikian, Jared merasakan debaran jantung yang begitu kuat saat menatap sepasang mata biru itu.
Mematikan alat komunikasi dan alat pelacak yang digenggamnya, Jared membungkuk hormat pada sosok itu dan mengangkat kepala untuk memberi senyuman tipis padanya.
"Maafkan untuk hambatan seperti tadi, Yang Mulia. Aku pastikan tidak akan ada yang menghalangi langkahmu seperti tadi," ucap Jared dengan lugas dan sorot mata yang tegas.
Sepasang mata biru itu mengerjap cepat, terlihat bingung, dan mulai gelisah seolah tidak nyaman. Jared memahami dan tidak ingin mempersulitnya. Kemudian, dia bergerak mundur untuk menjauh sambil mengangkat kedua tangan, tanda bahwa dirinya tidak berbahaya atau hendak mengancam.
"Anda bisa melihat di setiap sisi pohon pine yang ada di hutan ini, jika ada tanda bintang, maka itu adalah jalan terdekat yang bisa Anda lalui dengan singkat. Itu adalah jalur terbaru yang bisa Anda lewati tanpa perlu mendapat hambatan seperti tadi," ucap Jared kemudian.
Sorot mata Jared menyapu pada sosok itu dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu kembali pada sepasang mata biru itu. Sekalipun sosok itu menutupi diri dalam balutan tertutup seperti itu, Jared sudah bisa mengenalinya tanpa ragu. Sang Ratu, sosok yang bersembunyi dari jubah merah dan tudung kepala, Estelle.
Sebulan pertama menetap di Almauric, Jared hampir tidak bisa melakukan apa-apa selain berduka. Akan tetapi, saat dirinya sedang berjalan-jalan di pasar malam, dia sudah bisa melihat sosok berjubah merah itu berjalan ke arah yang diketahui Jared adalah jalur ke daerah terlarang. Mengikuti secara diam-diam, dia mendapati bahwa sosok yang memakai jubah merah itu adalah Estelle yang tampak lebih sehat dan mulai ceria.
Dari situ, keputusannya untuk menjaga dan melindungi Almauric adalah yang terbaik dan benar bagi dirinya sendiri. Masih ada Estelle di dalam negeri itu, meski bersama dengannya adalah kemustahilan yang harus diterima oleh Jared. Posisinya saat ini hanyalah seorang kepala di departemen pertahanan negeri, dan Estelle adalah ratu yang harus dihormatinya.
Secara status, Jared bukan orang yang pantas dan tidak akan pernah pantas jika bersanding dengannya. Itu adalah peraturan yang harus dipenuhi Jared jika ingin mengabdi pada negeri dan tidak akan melakukan affair kepada anggota kerajaan.
"Dalam hitungan ketiga, aku akan pergi dari sini. Anda bisa melanjutkan perjalanan ke mana pun yang Anda inginkan," ucap Jared kemudian.
Estelle masih bergeming tapi mulai memberi respon lewat anggukan kepala yang sangat pelan. Jared kembali bergerak mundur tanpa mengalihkan tatapannya pada mata biru Estelle. Ketika jarak yang diambilnya terasa cukup, Jared berhenti untuk menatap Estelle selama beberapa saat, lalu memberikan senyuman getir di sana.
"Aku bersyukur melihatmu cukup sehat, Yang Mulia. Hati-hati dan sampai jumpa," ucap Jared tulus, lalu berbalik untuk melangkah meninggalkan Estelle di sana.
Untuk hal yang sudah dilakukannya, baik kesalahan dan kesakitan yang sudah diberikan, Jared merasa pantas untuk tidak mendapatkan Estelle atau mengganggu ketenangan hidupnya, sebab wanita itu berhak mendapatkan kebahagiaannya.
Dan satu-satunya cara untuk membahagiakan wanita itu adalah membiarkan Estelle hidup tanpa dirinya. Meski demikian, Jared berjanji pada diri sendiri bahwa dia akan menjadi orang pertama yang akan segera membantunya dalam kesulitan, menolongnya dalam kesesakan, dan melindunginya dari kejahatan.
Jared menghentikan langkahnya setelah sudah melangkah cukup jauh, lalu menoleh ke belakang untuk melihat bahwa Estelle sudah tidak ada di situ. Senyuman getir kembali terpatri di wajah Jared dan kemudian ekspresinya kembali datar saat berbalik untuk melanjutkan langkahnya.
Menyalakan alat komunikasi dan alat pelacak, Jared kembali bekerja dan bersuara dengan lantang untuk memberi perintah. "Be prepare for general combat. Team one and team two take the battle to against all odds. Start on three, two, one, now!"
◾◾◾
Wednesday, Aug 5th, 2020.
22.10.
We took for almost 2 weeks to wrote this part. Can you imagine how dizzy I am now?
Gue selalu suka qlo Sheliu kesel kayak gitu. Imajinasinya suka kelewat batas, untung aja hopengan, jadinya sayang 😛
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top