Chapter. 17

Written by. She_Liu

Babang cuma bisa ngomong vhangke untuk part ini.

Kini Estelle mengerti alasan Jared ingin menikahinya. Bukan karena cinta atau rasa tanggung jawab atas kehamilannya, tapi Jared ingin menariknya keluar dari keluarganya.

Sepertinya, Jared memang tidak ingin Estelle dekat dengan orangtuanya. Darren benar soal Jared yang tidak akan membahagiakannya, Estelle sama sekali tidak bisa membantah karena hal itu. Tapi dirinya juga tidak bisa pulang ke Almauric. Tidak sama sekali.

Tinggal di sebuah vila yang berada di pulau terpencil, yang katanya adalah tempat mereka untuk berbulan madu. Estelle tersenyum getir ketika kata bulan madu terngiang di kepala. Sebaliknya, dia justru merasa seperti berada di rumah khusus di Forks. Dia kembali menjadi seorang tahanan dengan semua tuduhan yang dilemparkan Jared padanya.

Katanya, Estelle adalah ancaman. Katanya lagi, Estelle masih memiliki komunikasi dengan pihak Cobra yang masih mengincar Almauric. Bagaimana mungkin dirinya yang sudah tidak diperkenankan untuk memakai ponsel, bisa berhubungan dengan pihak musuh? Estelle tidak mengira jika Jared akan sekritis itu dalam menentukan pihak bersalah.

Jared masih memenangkan intuisi dan instingnya dalam menghadapi Estelle. Dia juga tahu jika pria itu tidak akan pernah mencintainya, dan itu melegakan Estelle.

Melihat sosok Jared yang begitu gigih dalam mencari dan mengejar sisa pihak Cobra yang masih mengincar Almauric, membuat perasaan Estelle terenyuh. Dia cukup lega karena masih ada yang sukarela untuk melindungi negeri tercintanya, negeri yang sangat dilindungi oleh almarhum ayahnya.

Kondisi kehamilan yang dijalani cukup melelahkan, tapi Estelle masih bisa menanganinya. Mual di pagi hari, hanya ingin menikmati makanan tertentu, dan terus merasa lapar, membuatnya cukup terbiasa.

Baru saja dia mengeluarkan sandwich yang tadi dimakannya sampai perutnya kosong. Jika terus lemah seperti ini, bagaimana bisa dirinya melakukan sesuatu yang jauh lebih besar dan menguras tenaga nantinya? Estelle tidak yakin jika bisa melewati semua itu.

“Muntah lagi, huh? Apakah seorang anak ratu harus menjadi manja sejak dalam kandungan? Wah, itu akan sangat merepotkan,” sindiran Jared terdengar. Hal itu sering dilakukannya setiap kali Estelle mengeluarkan isi perutnya atau hanya terbaring lemah di sandaran sofa.

“Tidak akan merepotkan jika kau membunuhku sekarang,” balas Estelle pelan, lalu beranjak dari posisinya.

Dia segera membersihkan mulut dan tangannya di washtafle, sementara Jared menunggu di ambang pintu. Seperti biasa. Kemudian, Estelle bergerak untuk keluar tapi Jared tetap berdiri di ambang pintu, enggan memberinya ruang untuk keluar dari sana.

Mau tidak mau, Estelle mengangkat wajahnya untuk menatap Jared yang sedang melihatnya dengan sorot mata tajamnya yang menyakitkan.

“Aku ingin keluar,” ucap Estelle pelan.

Jared mengerjap pelan dan melangkah maju untuk mendekat. Satu tangan terarah pada kening Estelle, kebiasaan yang sering dilakukan Jared untuk memeriksa suhu tubuh sehabis Estelle muntah.

“Kau tidak bisa makan sandwich juga, hm,” gumamnya pelan dan menarik Estelle keluar dari sana.

Estelle membiarkan Jared membawanya ke tepi ranjang, mendudukkannya di sana, dan berlutut di depan pangkuan untuk membuka laci nakas.

Sudah menjadi rutinitas selama seminggu, atau sejak mereka tinggal di vila itu, Jared akan mengusap tengkuk dan perut Estelle dengan minyak rempah agar dirinya merasa lebih baik.

Estelle berusaha mengabaikan kebaikan atau perhatian yang ditunjukkan Jared padanya, semua demi hatinya yang sudah tidak ada ruang untuk merasa lebih sakit atau pengharapan yang mustahil.

Estelle mencintai Jared, meski terdengar lucu dan bodoh, tapi dia memang sudah mencintai pria itu. Perjuangannya dalam menjunjung nilai keadilan dan mencari kebenaran itulah yang memberi arti bagi Estelle terhadap Jared. Tentunya, perasaan ini lebih baik dipendam dan tidak ada gunanya jika diungkapkan.

“Kenapa harus menjadi wanita manja dan tidak memiliki kemampuan untuk membela diri seperti ini, Estelle? Kau bisa menjadi lebih baik karena kau adalah seorang ratu,” ucap Jared setelah menyudahi usapannya.

“Aku memang bukan Patricia,” balas Estelle.

Kini, Jared sepenuhnya menatap Estelle dengan ekspresi berang. “Aku tidak sedang membahas wanita lain, tapi kenapa Patricia bisa dibawa dalam pembicaraan ini?”

Estelle tidak ingin melanjutkan obrolan karena tidak menyukai bagaimana Jared begitu menaruh peduli pada Patricia. Betapa beruntungnya menjadi seorang Patricia yang bisa dicintai oleh semua pria, pikir Estelle sedih. Apakah menjadi hebat dan angkuh adalah keharusan, supaya bisa menarik perhatian lelaki yang dicintainya?

Estelle teringat dengan ajaran ayahnya bahwa menjadi wanita harus lemah lembut, pandai bercakap, dan menjaga sikap. Terutama adalah menjadi seorang ratu yang akan melindungi negerinya. Tapi tidak mengajarkan soal menjadi hebat dan angkuh.

“Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Jared dengan nada curiga.

“Aku teringat dengan ayahku,” jawab Estelle jujur.

“Untuk apa? Tidak usah mengingat orang yang sudah berjasa dalam hidupmu, jika kau tidak mampu menjadi diri sendiri,” balas Jared dengan sindiran tajam.

Estelle menatap Jared dengan seksama. “Apa kau tahu tentang satu hal?”

Alis Jared terangkat. “Apa?”

“Saat bersamamu, aku sedang menjadi diri sendiri.”

Ucapan Estelle membuat Jared tersenyum hambar dan bahkan terkesan mengejek. Apakah Jared memang harus bersikap seperti itu padanya? Atau hanya untuk memberinya tekanan supaya mengakui semua tuduhannya?

“Aku tidak menyukai kebohongan, Estelle. Jika kau...”

“Apa yang kau pikirkan saat memintaku menjadi istrimu, Jared? Aku yakin jika aku sudah menolak dan mencoba menjauh darimu. Aku tidak menuntut tanggung jawabmu,” sela Estelle cepat.

“Karena aku ingin melihat sejauh mana kau bersandiwara!” desis Jared tajam.

“Dan kau berpikir jika pernikahan ini adalah sandiwara? Aku dan kau bukan suami istri yang sah, begitu?”

Ada rasa sakit hati yang begitu mendalam ketika pemikiran itu muncul dalam benaknya. Apakah dirinya sama sekali tidak diberi kesempatan untuk merasakan sedikit kebahagiaan? Sekiranya Jared memberi jawaban yang menyenangkan, tapi tetap saja, menambah jumlah rasa sakit dalam hatinya.

“Semua tergantung darimu, Estelle. Aku mencoba fleksibel di sini. Pada intinya, kau tahu jika aku menghalangi dirimu untuk menjadi ancaman bagi siapa saja. Seperti kau yang ingin kembali ke Almauric, atau harus menikahi pemuda bodoh yang ditawarkan Mom untuk menggantikanku,” jawab Jared santai.

Plak!

Rasa sakit hati itu membuat Estelle mampu melayangkan sebuah tamparan pada Jared. Isakannya sudah mengudara dan menatap Jared dengan pilu.

Jared mengusap pipinya dengan punggung tangan, lalu menatap Estelle sambil menyeringai sinis. Rasanya sudah tak tertahankan. Semua amarah harus dikeluarkan karena tubuh Estelle sudah bergetar begitu hebat.

“Kau adalah satu-satunya bajingan paling laknat di muka bumi ini. Aku berusaha untuk mengimbangi pikiranmu, berpikir jika kau benar-benar ingin membina hubungan denganku, dan bisa menjadi ayah yang baik untuk anak yang kukandung,” seru Estelle dengan berderai air mata.

“Aku memang berniat untuk membina hubungan denganmu,” balas Jared dengan ekspresi biasa saja saat melihat Estelle menangis terisak.

Dia bahkan beringsut mundur untuk duduk di kursi yang ada di belakangnya, seolah aksi tangis Estelle adalah tontonan.

“Kau sama sekali tidak berniat!” teriak Estelle putus asa. “Kau berniat untuk semakin menghancurkanku! Kau tidak mencintaiku dan terus membandingkanku dengan Patricia! Apa salahku, Jared? Kenapa kau selalu membenciku? Menyakitiku?”

“Aku tidak membencimu,” sahut Jared tenang.

“Kau membenciku!” sembur Estelle sambil beranjak dan melotot tajam pada Jared dengan dua tangan yang terkepal erat di sisi tubuh.

Meski Jared terlihat santai, tapi sorot matanya waspada. Dia memperhatikan ekspresi, gerak tubuh, dan menerka apa yang akan dilakukan Estelle saat ini.

“Aku tidak membencimu,” balas Jared lagi.

Estelle semakin terisak dan menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainan kesukaannya. “Aku bahkan rela membiarkanmu menjadi pria pertamaku. Aku terlena oleh kebaikan dan perhatianmu padaku selama di Forks. Aku juga merasa jika kau sedikit berubah dan mau menerimaku menjadi keluargamu. Tapi apa yang kuterima? Kau tidak mencintaiku, karena kau terlalu membenciku. Kau juga menghinaku, menuduhku, dan menyakitiku. Kupikir, menikah denganmu akan membuat penderitaanku berakhir, tapi kau justru menambahnya.”

“Oh, jadi kau menuduhku sekarang?” tukas Jared sinis.

“Kau tidak berminat menikahiku dan berpura-pura untuk meyakinkan semua orang jika bisa melindungiku. Janji pernikahanmu palsu karena kau hanya menghapalnya, juga... kau bahkan tidak mempersiapkan apa-apa! Bahkan, cincin pernikahan yang kukenakan adalah hadiah pemberian Uncle Ashton.”

“Itu bukan...”

“Dan kau memperkosaku saat malam pertama kita menjadi suami istri. Aku sampai pendarahan dan untungnya kandunganku baik-baik saja. Apa kau tidak merasa bahwa apa yang kau lakukan sangat jahat padaku? Kenapa kau harus tega sampai sebesar ini? Jika kau tidak menyukaiku, silakan. Tapi anak yang kukandung tidak bersalah.”

Estelle meringis pelan ketika rasa nyeri terasa di perutnya dan terduduk begitu saja sambil mengusap perut di sana. Jared segera mendekat untuk memperhatikan keadaannya, tapi Estelle langsung beringsut mundur.

“Terlalu emosi dan stres, akan membuatmu melemah dan mempengaruhi kandunganmu. Kau tidak perlu sampai...”

“Persetan dengan ucapanmu, Jared! Aku tidak peduli dengan perhatian palsumu! Jika aku mati, kau akan baik-baik saja dan merasa senang!” sela Estelle berang.

“Jika kau mati, maka aku akan merasa gagal karena sudah membuatmu mati sia-sia. Intinya, aku tidak membencimu dan ingin kau hidup. Aku akan...”

“Untuk apa aku hidup jika harus bersama dengan pria yang tidak pernah mencintaiku? Atau setidaknya, yang menaruh belas kasihan padaku? Apa salahku padamu? Kenapa kau begitu jahat padaku?”

“Estelle...”

“Kau yang lebih dulu menggodaku, meniduriku, dan bukan aku yang menginginkan semua ini. Aku tidak pernah menggodamu, atau berusaha menarik perhatianmu. Aku hanya ingin melihat dunia baru, yang tidak pernah kudapati dari Almauric. Apakah itu salah? Apakah aku sangat berdosa untuk mengharapkan kebebasan?”

“Cukup untuk mengeluarkan ucapan yang...”

“Hanya karena aku pernah melakukan kesalahan, bukan berarti aku akan mengulanginya, Jared. Aku berusaha memperbaiki diri dan berjuang untuk melindungi negeriku sendiri. Tidak bisakah kau percaya itu? Bahwa aku menjadi diriku sendiri seperti saat ini?” sela Estelle dengan nada suara yang sudah sangat lelah.

“Baiklah. Aku tahu kau menjadi dirimu sendiri saat ini,” ucap Jared akhirnya.

Estelle tersenyum getir. “Tidak. Kau bahkan tidak mengenal diriku dengan baik, Jared. Kau hanya bersikap angkuh untuk memenangkan intuisi sepihakmu, tanpa melihat kemungkinan yang lain.”

“Apa maksudmu?”

“Aku sudah lelah dan sangat lelah. Aku hanya inginkan perdamaian. Itu saja,” jawab Estelle kemudian.

Tanpa ingin mendengar Jared atau berada di dekatnya, Estelle beranjak dan segera keluar dari kamar itu. Dia mengabaikan panggilan Jared dari arah belakang, dan terus berjalan keluar untuk menghirup udara segar.

Hari sudah akan menjelang senja, mungkin saja tidak sampai melewati malam. Perasaan seperti ini sungguh tidak menyenangkan karena Estelle tahu waktunya sudah sangat singkat. Semuanya akan segera selesai jika dirinya sudah memutuskan.

Dan barusan saja dia sudah memutuskan untuk segera menyelesaikan semuanya. Dengan mata yang berkaca-kaca sambil menengadah ke atas untuk melihat langit cerah, Estelle menaikkan doanya agar diberi kekuatan lebih dalam menjalani hari ini.

Father, I miss you,” ucap Estelle dalam hati ketika mengingat wajah ayahnya dalam ingatannya.

Kemudian, dia mengusap gelang kerajaan yang selalu dipakainya, menekan sisi belakang untuk memberi sinyal memanggil penjemputan, dan melakukan penyelesaian.

Estelle mendengar suara Jared yang semakin keras dari dalam rumah. Dia menoleh ke belakang dan melihat Jared sudah hampir mendekatinya. Tidak ingin didekati olehnya dan berharap jika Jared menjauhinya saja, Estelle segera bergerak untuk berjalan lebih cepat menjauhi teras vila.

“ESTELLE!” seru Jared keras dan itu membuat langkah cepat Estelle berubah menjadi tergesa, lalu kemudian berlari.

Tanpa alas kaki, meski sedikit menyakitkan karena jalanan yang berbatu, Estelle berlari sekencang-kencangnya untuk menghindar dari Jared.

“Kau sedang hamil! Berhenti berlari!” seru Jared lagi yang mengejar Estelle sekarang.

Estelle tidak mengindahkan peringatan Jared. Dia terus berlari sambil menangkup perutnya yang terasa nyeri. Mungkin lebih baik seperti itu saja. Tidak ada yang mengharapkan kehadirannya, juga anaknya kelak. Sebab pria itu tidak akan peduli.

“Ahh,” pekik Estelle kaget saat dia menginjak batu yang begitu tajam sehingga membuat telapak kakinya terluka.

Alhasil, Estelle tersungkur dan meringis kesakitan ketika dua lututnya terkena gesekan dengan batu kerikil itu. Dia bisa merasakan Jared semakin mendekat, tapi tidak sampai menjangkaunya sebab halangan sudah tiba.

Langkah Jared terhenti dan menatap tajam pada beberapa orang yang datang melingkupi Estelle yang sedang tersungkur. Estelle mendongak dan menatapi Bowie, pria yang adalah putra dari pendiri Cobra.

Melihat pria itu, ekspresi Estelle berubah menjadi dingin sepenuhnya. Dia menerima uluran tangan dari Bowie untuk membantunya berdiri.

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya pelan.

Estelle mengangguk tanpa ekspresi, lalu menoleh pada Jared yang menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. Tapi itu tidak lama, karena Jared sudah menyeringai dingin di sana.

“Sesuai perkiraanku, bahwa kau memang jalang yang pandai bersandiwara,” ucap Jared sinis.

Estelle tersenyum miring, memberi kesan yang semakin membuat Jared meradang. Bowie merangkul bahu Estelle dengan santai sambil menatap Jared meremehkan.

“Apakah kau mendapatkan informasi tentang dimana base camp Eagle Eye dan titik lokasi dari kepala polisi bodoh itu?” tanya Bowie dengan nada lantang, seolah sengaja agar Jared bisa mendengarnya.

Tanpa mengalihkan tatapannya pada Jared, Estelle mengangguk. “Aku tahu semua dan mengingatnya dengan sangat jelas.”

Sorot mata Jared menyipit tajam, tampak mendengus kasar dengan ekspresi mengeras. Hal itu membuat senyum dingin Estelle mengembang.

Memiliki ingatan fotografis, Estelle tahu dan mengingat semua yang pernah dilihatnya saat berada di rumah Jared. Memakai gelang kerajaan yang tersimpan sebuah chip sebagai penyadap, itulah cara Estelle bisa berkomunikasi dengan Bowie.

Harus diakui oleh Estelle bahwa kecurigaan Jared tidak teralihkan oleh bagaimana dirinya bersikap biasa saja. Semenjak berada di rumah penahanan khusus di Forks, semenjak itulah Estelle berusaha mencari celah untuk bisa keluar dari sana dan melakukan sesuatu. Pada negerinya. Juga, demi ayahnya.

“Kau sangat jenius, aku sangat bangga,” balas Bowie sambil menoleh pada Estelle, hendak memberi ciuman tapi Estelle dengan cepat menarik diri dari rangkulan Bowie.

“Inikah yang kau lakukan selama ini? Membohongi semua sahabat ayahmu yang sudah begitu baik memberimu belas kasihan?” desis Jared sinis.

“Itu adalah urusanku,” balas Estelle datar.

Jared tertawa sinis dan menatapnya penuh dengan kebencian. “Kau juga sudah menyalagunakan kebaikan dan perhatian ibuku! Seandainya mereka tahu apa yang kau lakukan padanya! Aku sudah yakin jika kau adalah jalang yang tidak akan pernah berubah karena sikap diammu yang aneh dan tertutup!”

Bugg! Sebuah pukulan keras tiba-tiba dilayangkan oleh salah satu anak buah Bowie, sehingga membuat Jared terjatuh ke samping. Estelle menahan diri untuk tidak memekik atau menjerit melihat Jared yang meringis kesakitan di sana.

Dilihat dari pakaian dan posisinya, Jared tidak membawa senjata apapun di sana.

“Aku tidak percaya kau membiarkan dirimu dihamili dan dinikahi oleh bajingan polisi itu. Damn! Apa yang kau pikirkan, Estelle? Apa tidak Ada cara lain untuk mencari informasi yang kita butuhkan?” ucap Bowie dengan nada tidak percaya.

Jared tertawa meremehkan dan menatap Bowie dengan delikan tajam. “Kenapa harus heran jika sekutumu adalah ratu jalang yang bodoh?”

Kilatan marah terpancar dalam sorot mata Bowie, tapi Estelle segera menahan pria itu agar tidak maju. “Biarkan dia!”

“Apa kau gila? Dia sudah menghinamu,” sembur Bowie.

Bahkan, untuk penjahat ulung seperti Bowie memiliki rasa tidak terima ketika mendengar hinaan yang dilemparkan Jared padanya. Estelle tersenyum miris dalam hati, merasa tidak menyesal tentang keputusannya kali ini.

“Hinaan tidak berarti apa-apa dibanding apa yang akan kita lakukan. Kita akan menyerang Almauric, dan dunia akan segera mengenalnya. Setelah itu, kau berhak atas setengah bagian dari negeriku yang memiliki tanah kesuburan paling banyak,” jawab Estelle tegas dan lantang.

“Itukah yang dipikirkan oleh ratu dari Almauric? Sungguh menyedihkan bagi rakyat itu karena ratunya sama sekali tidak menghargai mereka yang begitu mengagungkan negeri! Apa itu yang kau pikirkan di otak kecilmu? Kurasa, kau lebih pantas menjadi jalang dan layak menderita seumur hidup!” seru Jared lantang.

Dua orang sudah bergerak untuk menahan Jared dimana Bowie langsung memukulnya secara membabi buta. Estelle mengerjap cemas dan menarik napas untuk menenangkan diri. Sedikit lagi, pikir Estelle. Tinggal sedikit lagi, dia akan membawa Almauric dalam perdamaian.

“Lepaskan dia, Bowie! Jika tidak, kesepakatan kita dibatalkan!” seru Estelle dan sukses membuat Bowie menghentikan pukulannya.

Jared sudah babak belur dan dihempaskan begitu saja. Berada di pulau terpencil, juga penduduk yang tidak seberapa banyak, membuat Bowie dan anak buahnya dengan mudah memasuki pulau itu setelah mendapat titik lokasi yang dikirimkan Estelle sejak dua hari lalu.

Jared tidak memiliki banyak penjaga dan hanya ada sekitar 10 orang. Itupun sudah dibereskan oleh Bowie sehingga tidak ada yang bisa memberikan pertolongan pada Jared saat ini. Lagi pula, akan ada pertolongan untuknya, tapi nanti. Nanti setelah Estelle berhasil keluar dari pulau itu.

“Jadi, apa yang kau inginkan sekarang, Yang Mulia?” tanya Bowie sambil menyeringai licik, tampak puas dengan hasil pukulannya pada Jared.

“Kau tidak harus berbuat seperti itu, Estelle,” ucap Jared dengan parau, tampak susah payah untuk bernapas.

“Kenapa tidak? Negeriku adalah urusanku, bukan urusanmu. Kau sudah terlalu banyak ikut campur!” balas Estelle lantang.

Satu tangan menangkup perutnya, Estelle menarik napas untuk menahan rasa nyeri yang terasa di perutnya sekarang. Hal itu diperhatikan Jared dan mengerjap cemas di sana. Cemas? Batin Estelle lirih. Dia yakin jika Jared hanya berpura-pura untuk mencari perhatian dan menarik simpati seperti yang sudah-sudah.

“Kau harus melindungi negerimu! Ayahmu pasti akan sangat kecewa padamu karena...”

“Aku tahu apa yang kulakukan!” sembur Estelle sengit, lalu mendelik tajam pada Bowie. “Apa kau sudah menyiapkan semuanya untuk keluar dari pulau sialan ini?”

“Tentu saja,” jawab Bowie senang.

Estelle mengangguk. “Ayo pergi, dan jangan menyakitinya lagi! Biarkan dia menjadi saksi untuk mengumumkan kekalahan pada Eagle Eye karena sudah berani menyerang kita! Saat mereka tahu, mungkin saja semua base camp-nya sudah dihancurkan.”

Setelah mengatakan hal itu, Estelle berbalik dan tidak lagi menoleh ke belakang. Dia yakin jika Jared akan baik-baik saja di sana, dan memutuskan untuk segera melangkah dengan tertatih-tatih mengikuti Bowie yang mengarahkannya pada sebuah mobil.

Seruan keras dan umpatan kasar Jared terdengar. Meski menyakitkan, tapi itu melegakan Estelle bahwa pria itu tidak sekarat dan masih memiliki tenaga ekstra untuk menyakitinya dengan hinaan yang semakin parah saja. Itu sudah biasa, batin Estelle.

Saat dia sudah tiba di depan sebuah mobil dan pintu sudah terbuka untuknya, Estelle memberanikan diri untuk menoleh dan melihat Jared untuk terakhir kalinya.

Senyumannya mengembang lirih, saat melihat tatapan penuh kebencian yang diberikan Jared padanya. Meski terkapar di jalan, dengan wajah yang babak belur, tapi sepertinya tidak berarti bagi Jared.

Estelle mengatupkan bibir dan masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang tidak menentu. Perutnya nyeri, dua lututnya berdarah, dan itu tidak seberapa dengan rasa sakit yang sudah menjalar dalam hatinya. Dia merasa sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat. Tapi, setelah urusan penyerangan ini diselesaikan.

“Semua sudah siap dan tinggal menunggu informasi yang kau ketahui mengenai lokasi base camp Eagle Eye dan jalan masuk menuju Almauric,” ujar Bowie yang sudah duduk di sebelahnya.

Mobil sudah melaju kencang untuk menuju ke dermaga. Estelle tahu jika sudah ada kapal yang disiapkan Bowie untuk menjemput mereka di sana.

“Aku tidak percaya jika kau bisa melakukan serangan di pusat kota waktu itu,” desis Estelle geram sambil melirik tajam pada Bowie yang sedang terkekeh geli.

“Aku hanya meyakinkan diri agar kau tidak berkhianat padaku, Sayang. Kulihat kau terlalu terlena pada bajingan itu, juga keluarga barumu,” balas Bowie.

“Aku hanya menjalani peran agar tidak ada yang mencurigaiku. Dengan adanya serangan itu, aku dicurigai!”

“Bukankah suami dadakanmu itu memang tidak pernah percaya padamu dan selalu mencurigaimu? Bukan salahku jika kau terlihat canggung di depannya.”

“Setidaknya, aku hampir berhasil mengelabuinya dan kau mengacaukannya dengan serangan waktu itu.”

“Baiklah, baiklah! Aku minta maaf soal serangan itu. Jadi, berikan informasi tentang semua titik lokasi base camp Eagle Eye itu, aku sudah tidak sabar untuk menghancurkan mereka,” tukas Bowie dingin.

Estelle menghela napas dan menatap lurus ke depan sambil mengusap perutnya yang terasa nyeri. “Kumpulkan semua orang-orangmu di pusat kendali. Base camp mereka tidak jauh dari sarang kita.”

“Apa?” tanya Bowie bingung.

Estelle menoleh dan menatapnya tajam. “Aku ingin semua orang-orangmu bekerja dan tidak ada yang bersantai. Suruh mereka menunggu kedatangan kita di sana, karena aku ingin penyerangan dilakukan secara serempak. Tentu saja, aku ingin melihat semuanya dalam waktu yang bersamaan.”

Bowie menatap Estelle takjub dan menyeringai puas sekarang. “Aku tidak percaya jika kau memiliki rencana yang begitu hebat, Yang Mulia. Ini akan menjadi tindakan pengkhianatan secara besar-besaran dan tidak salah jika aku menunjukmu sebagai pemimpin Cobra.”

Estelle tidak membalas dan hanya membuang tatapan ke luar jendela. Pengkhianatan. Ya, itulah yang akan dilakukannya saat ini dan tidak akan menyesali perbuatannya. Mungkin saja, ayahnya akan kecewa terhadap apa yang dilakukannya saat ini, tapi itu akan menjadi layak.

Tidak ada perasaan yang tertinggal. Beban hidup yang harus dipikul. Atau kehilangan. Yang dia tahu adalah tidak ada yang murni dan abadi di dunia ini. Juga kehadirannya tidak akan berpengaruh pada siapa pun karena memang seperti itu.

Ketika tiba di dermaga, Estelle segera keluar dari mobil dan berjalan menuju ke sebuah kapal yang sudah menunggu di sana. Semua membungkuk hormat melihat kedatangannya dan Bowie, lalu Estelle diberikan sebuah ruang khusus untuk beristirahat.

Menghela napas dan menoleh pada jendela yang menampilkan pemandangan indah dengan garis senja di sana, Estelle memainkan antingnya dan bergumam lirih. “I’m in.”

Balasan datang dalam sedetik. “Be ready for Armageddon.”

Confirmed,” balas Estelle langsung. 

Hidupnya hanyalah sebuah kesedihan, diriingi dengan kesendirian, juga berujung dengan kesalahan. Sambil memejamkan mata dan mengusap lembut perutnya, Estelle meyakinkan diri bahwa sudah saatnya membuktikan siapa dirinya pada dunia.

Yaitu sebagai ratu Almauric yang sebenarnya, dan pemimpin tertinggi Cobra saat ini.

◾◾◾

Friday, June 5th, 2020.
22.40.

Kebanyakan WFH, otak She_Liu makin gak beres.
Aing lebih syukak ngerjain Chandra dan Joy, doi senengnya ruwet gini.

Tetibaan doi kirimin part lanjutan, kirain paket makanan. Aing kan laper 😭
Mau minta sama Mami, nanti ngoceh suruh cari pacar.
Apes. 🍌



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top