Chapter. 15
Just realized that tonight is Friday night lol.
I almost forgot what day I live in almost everyday.
Damn you, Corona!
◾◾◾
Estelle menahan kegelisahannya dengan meremas dua tangan sambil menatap Darren penuh arti. Setelah berpikir keras selama satu minggu, akhirnya Estelle sudah memberi keputusan mutlaknya.
“Apa kau yakin?” tanya Darren memastikan, dengan sorot mata yang begitu tajam seolah menerobos masuk untuk mencari kebenaran.
Estelle menelan ludah dengan susah payah. Berusaha untuk mengeluarkan suara dengan tenang, meski degup jantungnya berpacu sedemikian hebat di dalam sana.
“Aku adalah seorang anggota kerajaan, bukan rakyat biasa. Seharusnya, aku memberi contoh yang baik dan bukan mempermalukan nama baik kerajaan,” ucap Estelle pelan.
“Aku mengerti,” balas Darren kalem. “Tapi, jangan karena itu, kau melakukan keputusan yang akan membuatmu menyesal seumur hidup, Estelle. Itu tidak sepadan.”
“Aku tahu, tapi ini adalah hidupku, My Lord. Aku sudah memutuskan untuk menerima Jared sebagai suami,” sahut Estelle cepat, lalu merasakan degupan yang lebih keras dari sebelumnya ketika mengucapkan kalimat terakhir.
Darren menghela napas sambil memejamkan mata, tampak menahan diri untuk tidak meluapkan emosi. Terlihat tidak senang dan tidak menyetujui keputusan Estelle, lalu mengumpat pelan sambil membuang tatapan ke arah lain.
“Apa kau menerimanya karena dia mengancammu?” tanya Darren kemudian.
Estelle segera menggeleng. “Aku... tidak ingin anak yang kukandung harus terlahir tanpa seorang ayah.”
“Damn you, Estelle! Dari semua pria, kenapa kau harus menyerahkan dirimu pada bajingan itu? Dia sempat merebut Patricia, dan kini dia juga yang merebutmu dariku. Kau bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik darinya, kau tahu?” sembur Darren dengan seluruh emosinya.
Mendengar nada tinggi yang dilemparkan Darren, Estelle mundur selangkah sambil menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. “Setidaknya, itu lebih baik dan masuk akal daripada menikah dengan kakak sepupuku sendiri, bukan?”
Ekspresi Darren berubah menjadi pias. Dia mengusap wajahnya dengan kasar dan mendengus untuk kesekian kalinya. “Aku tahu kau masih kecewa dengan keputusanku, tapi kau tahu jika kita tidak mungkin bersama, bukan?”
“Kau adalah kakakku. Kedua ayah kita adalah saudara, tidak mungkin kita melakukan perkawinan saudara, My Lord. Aku tahu ayahku hanya ingin memastikan agar aku bersama lelaki yang baik dan mampu melindungiku, dan yang dia tahu hanya kau saja,” balas Estelle lirih.
Darren mengembuskan napas berat dan tampak tidak rela. Sorot matanya masih menampilkan ketidaksetujuannya atas keputusan Estelle untuk menikah dengan Jared. Sebab, pria itu masih bersikeras untuk menarik Estelle kembali ke Almauric.
“Apa kau yakin bisa bahagia dengannya? Jangan menikah hanya karena kesalahan yang telah kau perbuat. Soal anak, bisa diselesaikan dengan baik,” ucap Darren tegas.
Estelle tersenyum hambar. “Kau mengatakan hal itu sangat mudah karena kau sudah berjuang dan memiliki cinta yang kau inginkan. Untuk orang yang sudah berusaha keras dalam mendapatkan kebahagiaannya, rasanya itu adalah saran terburuk yang pernah kudengar.”
Darren bungkam dan menatap Estelle dengan tatapan menyesal. Dia menghela napas kembali. “Tapi, kau tidak mencintainya dan dia tidak mencintaimu.”
Mungkin benar, pikir Estelle dalam hati. Tapi tidak soal dirinya yang tidak mencintai, sebab Estelle tahu jika sudah menaruh perasaan pada Jared sejak kebersamaannya waktu itu. Soal Jared yang tidak mencintai, setidaknya pria itu memilih untuk bersama dengannya.
“Biarkan itu menjadi urusanku dan kau hanya perlu pikirkan keluargamu sendiri,” balas Estelle dengan lugas.
“My Princess...”
“Jangan memanggilku seperti itu, My Lord. Aku bukan lagi seorang Konstantin karena sudah memberi aib dalam keluarga atas kehamilan di luar nikah seperti ini,” sela Estelle dengan gemetar.
“Kau tetap seorang Konstantin, dan adalah Yang Mulia sebenarnya, bukan aku,” sahut Darren tegas.
“Aku bukan seorang pemimpin. Hanya karena ayahku adalah seorang raja, tidak berarti aku layak menggantikannya,” balas Estelle sedih.
Brak! Suara pintu terdengar dibuka dengan kasar dan keduanya langsung menoleh pada Jared yang memaksa masuk ke dalam ruangan yang dipakai Estelle dan Darren untuk berbicara. Ada Patricia yang ikut menyusul, hanya saja wanita itu cuma berdiri di ambang pintu sambil menyilangkan tangan dengan ekspresinya yang angkuh.
“Kami belum selesai!” desis Darren geram.
“Sudah terlalu lama! Aku tidak menginginkan adanya penghasutan karena waktu yang kuberikan adalah untuk Estelle menyampaikan keputusan kami! Jangan coba-coba membujuknya untuk kembali ke negeri itu!” balas Jared dengan nada tidak mau tahu, sambil berjalan ke arah mereka, lalu menarik Estelle menjauh dari Darren untuk berhadapan dengannya.
“Hey! Jangan berlaku kasar padanya!” seru Darren tidak terima, ketika melihat Estelle hampir terhuyung ke belakang karena tarikan Jared yang tiba-tiba.
“Apa kau kesakitan, Estelle?” tanya Jared malas sambil menoleh pada Estelle.
Mengerjap bingung dan tidak ingin adanya keributan, Estelle menggeleng meski cengkeraman Jared begitu erat di pergelangan tangannya.
“See? Kau terlalu berlebihan dan tidak usah memanjakannya. Dia baik-baik saja dan pergilah dari sini!” ucap Jared sengit.
Darren melotot tajam pada Jared. “Lepaskan cengkeramanmu sekarang juga!”
“Kenapa harus kulepaskan?” tantang Jared.
Ekspresi Darren semakin mengancam. “Atau aku akan membuatmu lebih parah dari minggu lalu. Bagimu, itu tidak berarti, tapi itu menyakitkan baginya. Lepaskan!”
Estelle menahan diri untuk tidak menangis ketika Jared melepas cengkeramannya dan Darren segera meraihnya kembali.
Darren menunduk untuk melihat pergelangan tangan Estelle yang memerah dan mengusapnya perlahan. Dia tidak berkata apa-apa, hanya dengusan napas kasar yang terdengar dan itu pertanda bahwa dia sedang marah.
“Inikah yang dilakukannya jika sedang tidak senang? Aku tidak percaya jika kau memilih bersama orang yang tidak tahu bagaimana memperlakukan wanitanya,” gumam Darren dengan nada tidak percaya.
“Maafkan aku karena sudah mengecewakanmu, aku akan baik-baik saja, My Lord,” balas Estelle pelan.
Darren menggertakkan gigi lalu menoleh pada Jared yang tampak semakin tidak senang. “Memang seharusnya begitu. Karena jika tidak, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri.”
“Ayolah, Darren! Mereka sudah dewasa dan memiliki urusannya sendiri. Kenapa kau harus bersikap drama seperti itu?” keluh Patricia kemudian.
Kini, Darren mendelik tajam pada Patricia dengan rahang mengetat, tampak semakin marah. “Jika begitu, kau bisa kembali dengannya karena dia begitu mencintaimu, bukan? Seharusnya, kalian bersama jika tidak ada aku. Maka dari itu, aku tidak heran jika kalian berdua, sama sialannya dalam memperlakukan orang lain semaunya!”
Estelle tersentak kaget dan menatap Patricia yang memberi ekspresi kaget yang sama. Dia bisa melihat mata Patricia berkaca-kaca dan segera pergi dari situ. Sementara itu, Jared tampak mengumpat kasar dan kembali merebut Estelle dari Darren.
“Pergi dan kejar dia. Kau sudah menyakiti hatinya,” desis Jared.
Darren menyeringai sinis dan menatap Jared dingin. “Kalian sudah menyakiti kami dan sama sekali tidak mempedulikan perasaan kami. Bukankah itu hal yang setimpal? Kenapa aku harus mengejarnya?”
“Kau...”
“Satu hal lagi, Jared!” sela Darren sinis. “Jika kau berani menyakiti Estelle dan membuatnya tersiksa, aku akan datang dan membawa kepalamu untuk kugantung di pohon tertua yang ada di hutan liar Almauric, sebagai tanda bahwa kau adalah orang terkeji karena berani menyakiti ratu kami.”
“My Lord,” panggil Estelle sambil menggelengkan kepala, berharap agar Darren menyudahi kemarahannya.
Darren menoleh padanya dan menatapnya dengan kecewa. “Aku hanya berharap kau bisa bahagia dengan keputusanmu. Jika kau menyesal di satu hari nanti, Almauric akan selalu terbuka untukmu.”
“Yeah, dia tidak akan menyesal,” sahut Jared dengan nada malas. “Dan jangan kembali dulu karena ada pernikahan yang harus kau hadiri besok.”
Estelle mengerjap kaget dan menoleh pada Jared. Pernikahan? Besok? Bagaimana mungkin hal itu tidak dirundingkan dengannya?
“Hm, apa kau menikah seorang diri, Jerk? Dilihat dari ekspresi Estelle, aku yakin dia tidak tahu menahu soal yang kau bilang pernikahan,” cibir Darren dengan senyum setengah.
“Itu adalah kejutan, dan sayangnya harus terbongkar karena kau membuatku gerah,” balas Jared kalem.
Itu bukanlah kejutan, batin Estelle. Jared hanya ingin mengelak dan tidak ingin kalah debat dengan Darren, Estelle yakin itu. Lucunya, lidah Estelle terasa kelu untuk sekedar menyindir atau membongkar kepalsuannya. Lagi pula, seorang kepala agen rahasia memang pandai bersilat lidah dan bersikap biasa saja dalam hal apapun, bukan?
“Maaf, aku ingin beristirahat. Bisakah kalian meninggalkanku?” tanya Estelle kemudian.
Jared dan Darren sama-sama menatapnya dengan ekspresi yang berbeda. Jared dengan tatapan tidak percaya dan Darren dengan tatapan seolah Estelle akan menarik diri. Tentu saja, Darren sangat mengenalinya hingga tidak bisa berbohong, meski sudah berkata demikian.
Meski begitu, Darren tidak membalas atau melarang, melainkan menghela napas dan mengusap kepala Estelle dengan ringan. “Beristirahatlah.”
Estelle mengangguk dan tersentak ketika Jared tiba-tiba mencengkeram lengannya. “Aku akan mengantarmu ke kamar.”
Darren meletakkan tangannya pada tangan Jared yang mencengkeram lengan Estelle dengan kuat. Tatapannya begitu tajam seolah itu peringatan. “Jangan mengasarinya!”
“Aku tidak mengasarinya!” balas Jared geram.
“Kau tidak bisa mencengkeramnya seperti itu. Dia tidak pernah diperlakukan kasar dan perlakukan dengan baik-baik!” sahut Darren tajam.
“Aku baik-baik saja, My Lord. Biarkan Jared mengantarku dan kau bisa menyusul Patricia. Dia pasti akan sedih karena sikapmu,” lerai Estelle.
“Dia tidak akan sedih, tapi justru merutuk atau marah-marah saat ini,” ujar Darren tegas.
“Kalau begitu, bantu aku untuk tidak menimbulkan pertengkaran. Aku lelah dan ingin beristirahat. Jared akan mengantarku,” tukas Estelle lelah dan menahan diri untuk tidak meringis karena cengkeraman Jared di lengannya terasa menguat.
Darren memperhatikannya selama beberapa saat, mendengus pelan sambil melepas cengkeramannya di tangan Jared, lalu meninggalkan ruangan itu setelah memberi tatapan mengancam pada Jared.
“Kau bisa lepaskan aku,” ucap Estelle sambil menoleh pada Jared, saat Darren sudah keluar dari ruangan itu.
“Apa yang kalian bicarakan? Kenapa dia begitu menyebalkan dan kau tampak seperti terpengaruh dengannya?” tanya Jared tidak senang.
“Lepaskan aku,” ucap Estelle lagi dan Jared langsung melepasnya sambil mendengus.
“Sekarang, kau bisa tinggalkan aku,” lanjut Estelle sambil berbalik dan kembali meringis ketika ada cengkeraman lagi di lengan yang sama.
“Kau tidak bisa menyuruhku pergi begitu saja! Aku... hey! Kenapa kau menangis?”
Estelle sudah terisak pelan dan merasakan letih pada tubuhnya yang semakin menyakitkan. Luka bahu kanan yang belum sepenuhnya pulih, memberi rasa nyeri yang teramat hebat di sisi tubuh bagian kanan, dan kini bertambah sakit dengan cengkeraman kuat Jared di lengan kanannya.
Untuk marah pun, Estelle sudah tidak sanggup. Ingin istirahat pun, rasanya mustahil. Estelle tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain terus menjadi pihak yang lemah karena tidak memiliki kekuatan apapun.
“Apa aku menyakitimu? Maafkan aku,” ucap Jared sambil mengerjap cepat dan tampak kebingungan di sana.
“Maafmu tidak berarti jika kau tidak bermaksud untuk memperbaiki diri, Jared. Jika kau bertanya soal menyakiti, jelas aku sangat tersakiti oleh semuanya. Kau bertindak semaunya, memutuskan tanpa bertanya, dan melakukan segala sesuatu seturut dengan kehendakmu. Kau sama sekali tidak menganggapku ada,” tukas Estelle.
“Apa lagi salahku, huh? Aku ingin menikahimu, bertanggung jawab karena sudah menghamilimu, dan berurusan dengan sepupumu untuk merebutmu darinya. Apa itu masih belum cukup?” balas Jared dengan sorot mata penuh amarah.
Estelle hanya tersenyum getir dan menggelengkan kepala. “Terserah saja, aku sudah lelah.”
Estelle hendak berbalik tapi cengkeraman kuat itu datang lagi, kali ini jauh lebih kuat karena disertai remasan kencang di sana, seolah memberitahukan bahwa ada kemarahan dari tindakan itu.
“Berkali-kali sudah kubilang agar jangan menghindar atau pergi di saat kita belum selesai bicara. Apa kau tidak mengerti?” ucap Jared sengit.
“Apa yang harus kita bicarakan saat kau sudah menyelesaikan semuanya? Aku hanya tinggal mengikuti, bukan begitu?” balas Estelle pelan.
“Itu berarti kau masih tidak mengerti!” sahut Jared dingin.
“Kumohon, lepaskan aku,” mohon Estelle sambil menaruh satu tangan di tangan Jared yang mencengkeram lengannya. “Ini sangat menyakitkan.”
Seolah baru tersadar jika cengkeramannya begitu kuat, Jared mengerjap kaget dan spontan melepasnya. Pria itu segera menarik lengan bajunya ke atas untuk melihat lengan Estelle yang memerah dan sedikit lebam.
Ada penyesalan di mata Jared, tapi itu tidak membuat Estelle tersentuh. Baginya, Jared sama seperti dirinya, sama-sama tidak tahu bagaimana menjalani sebuah hubungan atas dasar cinta karena keduanya tidak mengerti arti kata itu.
Perasaan Estelle yang rapuh karena tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang lain selain ayah dan keluarganya, juga Jared yang tidak pernah memiliki waktu untuk hal romansa. Mereka adalah pasangan yang payah dan bertahan hanya karena terpaksa, dengan adanya janin yang bertumbuh di dalam rahimnya. Sebuah kesalahan yang membuat mereka berdua terjebak dalam hubungan yang terasa tidak benar.
“Aku ingin membuat beberapa poin perjanjian pernikahan,” ucap Estelle kemudian. “Kita mungkin tidak saling mencintai, tapi masih bisa bertahan untuk membesarkan anak ini.”
“Perjanjian untuk apa?” tanya Jared bingung, sambil mengusap lengan Estelle dengan lembut.
“Perjanjian tentang batasan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Aku tidak ingin tertekan dan kau tidak perlu terbeban,” jawab Estelle.
“Apa yang ada dalam pikiranmu sebenarnya, Estelle?”
“Aku tidak tahu dan tidak mampu berpikir lagi, Jared. Jadi, tinggalkan aku karena aku sangat lelah.”
Jared terdiam sambil menatap Estelle dengan penuh penilaian. Tidak membalas tapi hanya mengangguk dan mempersilakan Estelle untuk keluar terlebih dulu.
Estelle segera berjalan dan diikuti Jared di belakangnya untuk menuju ke kamar tidur yang berada di ujung koridor. Ada beberapa penjaga yang berjalan mengitari rumah dan membungkuk hormat ketika keduanya melewati mereka.
Di lantai bawah, terdengar beberapa suara orang sedang berbicara tapi Estelle tidak tahu siapa dan tidak ingin peduli. Yang dia inginkan saat ini adalah ketenangan dan kesendirian untuk beristirahat.
Setibanya di kamar, Estelle berhenti di depan pintu, lalu berbalik untuk menahan Jared di sana.
“Aku sudah sampai. Terima kasih,” ujar Estelle kemudian.
“Kau tidak mengijinkanku untuk mengantarmu sampai masuk ke dalam?” tanya Jared dengan satu alis terangkat.
“Tidak perlu,” jawab Estelle cepat.
“Sayangnya, laranganmu tidak berlaku karena kita akan menikah dan berbagi kamar yang sama nantinya,” ucap Jared tegas, lalu mendekap tubuh Estelle dan mengangkat tubuhnya dengan mudah sambil berjalan masuk ke kamar.
Meski Estelle memekik dan menyerukan agar Jared menurunkannya, tapi dia seakan tidak peduli. Jared menutup pintu dengan kakinya, lalu membawa Estelle menuju ke ranjang.
“Aku membencimu yang terus bersikap semena-mena padaku!” desis Estelle geram sambil menepis tangan Jared yang berusaha menarik selimut untuknya.
Jared memutar bola mata dan meliriknya tajam. “Silakan membenciku, maka jangan salahkan aku jika nanti kau bertambah cinta padaku.”
“Dalam mimpi!” balas Estelle ketus.
Jared menghentikan aktifitasnya yang berusaha menaikkan selimut dan mengangkat tatapannya pada Estelle. Dia menyeringai sinis, tentu dengan kesan angkuhnya yang selalu melekat di wajahnya.
Seharusnya, itu sudah menjadi hal yang biasa untuk Estelle karena sikap Jared yang keterlaluan padanya. Tapi saat pria itu mengeluarkan ucapannya, degup jantung Estelle berdegup dua kali lebih kencang dari biasanya dan membuat semburat merah menjalar di kedua pipinya.
“Tentu saja, Yang Mulia. Saat ini, aku memang sedang menjalani mimpiku dan akan segera mewujudkannya, yaitu menikahi seorang ratu cantik yang selalu sedih dari negeri antah berantah dan menjadi ayah dari keturunan yang akan dilahirkannya.”
◾◾◾
Thursday, May 14th, 2020
22.16
Written by CH x She_Liu
Doi udah tulis dari Senin, tapi Babang males cek dan tambal sana sini.
Next week, will be slow update, because I have a ton of shit to do. Took leave for a week, that's why I can make daily update.
And that rare moment goes to my only Joy, who magically make me smile over and over again.
Night, Fellas.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top