1. Mimpi Tenang

“Aku ingin tidur, tanpa mimpi indah ataupun mimpi buruk. Hanya mimpi tenang nan gelap.”

***

"Bangun, Rule!"

"Ngh ...." Aku mengucek mata saat ia mengguncang tubuhku.

"Rule!"

"Hm?" Mataku kini terbuka sempurna. Kulihat langit-langit kamar dengan berbagai hiasan benda malam. Lalu, aku hanya ingin tidur lagi.

"Sudah bangun?" tanya Law memastikan, membuatku terpaksa terjaga.

"Iya," jawabku dengan suara serak. "Ada apa?"

"Huft, kamu membuatku jantungan tahu!"

"Memangnya ada apa?" Aku sedikit menoleh.

Dari tempatku berbaring, hanya kepalanya saja yang menyembul di tepi kasur. Aku masih sangat mengantuk dan belum bisa melihat wajah Law dengan jelas. Ekspresinya sekarang seperti apa, ya?

Law adalah anak laki-laki dari luar yang diambil oleh ibuku. Dia berusia empat belas tahun. Empat tahun lebih tua dariku, namun menurutku dia sangat kekanakan—selalu mencari adik angkatnya pagi-pagi buta. Bahkan matahari belum beranjak. Dia bersikap kekanakan sejak pertama kali menginjakkan kaki di istana.

"Kalau tidak ada apa-apa, tolong biarkan aku tidur, Law. Aku ingin istirahat." Mataku perlahan memejam.

Dia lanjut mengganggu dengan menarik-narik selimut. "Hei, ayolah buka matamu! Kamu sudah bangun. Jangan tidur lagi! Rule!" bisiknya pelan.

Aku berusaha mengabaikannya meski telingaku terasa panas oleh bisikan-bisikan Law.

Dia terdengar kesal dan berdecak tiga kali. "Wah, wah, lihatlah ini. Entah siapa yang sepanjang malam berteriak 'tolong, tolong', tapi setelah ditolong bangun, dia malah kembali tidur. Apa kamu tahu, mimpi buruknya akan bersambung lagi jika kamu tidur."

Ah, lagi-lagi mimpi buruk. Aku tidak ingat secara menyeluruh mimpi seperti apa yang kualami. Yang kuingat hanyalah perasaan menakutkan. Lalu sekujur tubuh terasa pegal. Itu membuatku lelah.

Aku sering terbangun dini hari sebab mendengar teriakanku sendiri. Namun akhir-akhir ini, aku sulit terbangun dari mimpi buruk kecuali seseorang mengacaunya dari luar.

"Law, terima kasih sudah membangunkanku. Aku sangat menghargainya, tapi sungguh, aku sangat mengantuk sekarang. Aku ingin istirahat sebentar. Tolong bangunkan aku lagi nanti," pintaku masih memejamkan mata. Dia terdengar mendengus kasar.

Sekilas aku memberinya senyum tipis. "Tolong, ya."

"Iya, sana cepatlah tidur. Semoga mimpi indah."

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top