Part 8 - I'm a mess!

TGIF!!!

Cukup senang hari ini karena mbak udah balik dari kampung
So... ME TIME after work hour 😙

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Shin terdiam saja ketika mendengar serentetan ocehan Percy yang tidak selesai-selesai sedaritadi. Dia menaruh handuk hangat pada lebam yang ada di pipi kirinya akibat pukulan keras yang diberikan Nayla padanya. Punggungnya pun masih terasa nyeri karena dibanting begitu saja oleh wanita itu.

Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Nayla padanya. Memukulnya, memelintir tangannya dan menariknya dengan kencang sampai terpelanting ke depan. Astaga! Terbuat dari apa wanita mungil yang mampu mengangkat tubuhnya yang memiliki tinggi 188 cm dan berat 88 kilo itu.

Jika diukur dari bentuk tubuh Nayla yang hanya memiliki tinggi sekitar 170cm dengan berat kira-kira 50kilo itu, rasanya terlihat mustahil. Tentu saja itu adalah penghinaan besar untuk dirinya dan Shin menjadi berang.

Dia akui memang dia yang memulai karena kembali mengecup kepalanya karena merasa tidak tega dengan ekspresi wajahnya yang seperti habis menangis. Itu hanyalah respon alamiahnya ketika melihat wanita bersedih. Sepertinya harinya cukup berat, apalagi Shin baru tahu kalau orang kepercayaan kakaknya ditarik kembali ke Jakarta.

Tapi rasa tidak teganya itu malah membuatnya melakukan hal yang dibenci wanita itu. Sampai dia kehilangan akal untuk membalas penghinaan yang dilakukan Nayla padanya dengan mencium bibir wanita itu yang terasa manis. Shit!

"Bisakah kau tidak menjadi pria pemaksa? Selain suka mencuri kesempatan, kau juga tidak pengertian! Kau kan tahu kalau dia tidak suka disentuh, apalagi dicium. Lalu kau tadi menciumnya..Sialan! Kau ini maunya apa sih? Aku tahu kau membutuhkan wanita tapi jangan melampiaskannya pada Nayla", sewot Percy dengan mulut yang sudah komat kamit tidak karuan.

Shin masih terdiam saja dan tidak menggubris Percy yang marah-marah sambil berjalan kesana kemari seperti orang frustrasi.

"Sekarang kau lihat ulahmu! Gara-gara kau, dia sampai demam dan pingsan! Heck! Apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi Noel dan ayahnya? Apalagi sekarang uncle Adrian dan kakakmu sedang menuju kemari", kembali Percy sewot dengan wajahnya yang gusar.

"Salahmu sendiri yang terlalu gegabah. Untuk apa sampai menelepon Noel dan memberitahukan soal keadaan Nayla?", kini Shin bergeming untuk membalasnya.

Dia tahu apa yang akan dihadapinya nanti tapi masa bodo dengan semua itu. Setidaknya ini adalah kesempatannya untuk keluar dari proyek sialan ini dan tidak usah berurusan lagi dengan Percy dan Nayla.

"Memangnya kau tahu bagaimana caranya merawat orang sakit? Kalau Nayla bisa disentuh, aku sih mau-mau saja menjadi penghangatnya. Masalahmya disini adalah aku sampai kebingungan bagian mana yang harus kusentuh kalau nanti malah mendapat pukulan telak sepertimu! Baru kemarin kau ditampar, sekarang kau sudah dihajar seperti itu! Kalau kau memang sudah suka padanya yah mengaku saja. Jangan menyalipku dengan cara yang kurang terhormat seperti itu. Aku tidak suka", balas Percy berapi-api.

Shin memutar bola matanya dengan jengah dan melepas handuk hangatnya. Tatapannya mengarah pada Nayla yang masih tertidur di ranjangnya dengan wajahnya yang pucat.

Kenapa wanita itu bisa memiliki phobia terhadap pria sampai sedemikian parah?, pikirnya. Baru kali ini dia menemui tipe unik seperti Nayla yang tidak biasa dengan pria. Padahal saat mereka berkenalan dulu, tidak ada yang aneh dengannya. Dia bersikap layaknya wanita normal pada umumnya. Memberikan senyuman yang ramah dan sorot mata yang mengaguminya. Semuanya berubah ketika Shin mencoba mendekatinya karena merasa tergoda untuk menyalurkan naluri lelakinya dalam mendapatkan seorang wanita baru kala itu.

"Coba kau cek suhu tubuhnya, apakah sudah menurun?", suruh Shin sambil menyenggol kaki Percy dengan kakinya.

"Kenapa aku? Kau saja. Aku tidak mau dipukul sepertimu karena pipimu sudah membiru seperti itu", balas Percy sambil meringis.

"Justru kalau aku yang mengecek, nanti dia semakin menjadi. Kalau kau kan masih bersih di hadapannya", ujar Shin beralasan.

Percy menatap kearah Shin dengan ekspresi meringis lalu menoleh kearah Nayla dengan ragu. Dia terlihat seperti bergumam seorang diri lalu kemudian melangkah pelan ke sisi ranjang wanita itu dan dengan sangat hati-hati, dia meletakkan tangannya diatas kening Nayla selama sekilas lalu menarik tangannya kembali.

"Bagaimana bisa kau tahu suhunya sudah menurun atau tidak kalau begitu caramu menyentuhnya?", decak Shin malas.

"Rasanya sudah tidak panas", balas Percy dengan nada ragu.

"Yang tadi kau pegang itu adalah handuknya, bodoh!", ucap Shin gemas.

Percy menepuk keningnya lalu mencoba menarik handuk basah yang ada di kening Nayla dan kemudian menaruh telapak tangannya diatas kening Nayla. Tapi belum sempat dia menyentuhnya, dia langsung menarik tangannya karena Nayla bergerak tiba-tiba dengan mata terpejam dan suara gumaman yang tidak jelas.

"Enggghhhhh", gumam Nayla pelan.

Percy langsung mundur dua langkah dan menoleh kearah Shin. "Aku tidak akan mengeceknya".

"Dia hanya bergumam", balas Shin langsung.

"No. Jika dia terbangun, aku takut sentuhanku malah akan memicu suhu tubuhnya semakin naik dan sepertinya kita harus membawanya ke rumah sakit", ujar Percy dengan wajah cemas.

"Kalau begitu kau bawa saja", sahut Shin mantap.

"No! Tapi kau. Karena gara-gara kau, dia seperti ini. Anggap ini sebagai pelajaran untukmu supaya kau tidak usah main cium orang dengan sembarangan", tukas Percy menjauh.

"Aku?!", seru Shin kaget. "No! Pipiku masih bengkak dan punggungku masih terasa ngilu. Lagipula seperti yang kau bilang tadi kalau nanti jika aku menggendongnya malah akan memperparah kondisinya", ujar Shin.

"Lalu kita harus bagaimana? Dia semakin pucat dan kompresan ini tidak memberi faedah sama sekali", balas Percy sambil menggaruk kepalanya.

"Ya sudah, kita tunggu sebentar lagi", ucap Shin dengan nada lelah.

"Menunggu sebentar lagi bagaimana? Kita sudah terdiam seperti orang tolol selama empat jam disini! Uncle Adrian dengan brother Hyun masih dalam perjalanan. Aku juga tidak tahu mereka tiba jam berapa", sahut Percy sambil menggeram pelan.

Shin mendengus sambil menatap kearah Nayla yang terlihat gelisah dalam tidurnya. Melihat kondisi wanita itu membuat Shin merasa bersalah dan sambil mengumpat dalam hati, dia beranjak dari duduknya.

"Aku coba dulu, jika dia bergerak atau memberontak, giliranmu yah", ucap Shin.

Percy mengerjap dengan alis berkerut hendak protes tapi dia menoleh kearah Nayla lalu mengangguk saja tanda dia setuju.

Shin pun melangkah untuk mendekati wanita itu sambil meringis pelan. Sial! Punggungnya terasa nyeri seperti melebam. Begitu dia sudah berdiri di sisi ranjang, dia menunduk sambil memperhatikan Nayla yang masih bergumam tidak jelas.

Shin mengarahkan tangannya pada kening Nayla dengan hati-hati dan nafasnya tertahan ketika mendapati suhu tubuh Nayla yang begitu tinggi.

"Shit, man! Dia sangat panas", pekik Shin kaget dalam suara yang nyaris berbisik.

"Fuck!", umpat Percy pelan sambil mengacak rambutnya dengan frustrasi. "Itu semua gara-gara kau! Ah, sial! Baru dua hari kita tinggal bersama tapi sudah mendapat masalah seperti ini!"

Shin yang mulai panik segera menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Nayla dan mengangkat Nayla dalam gendongannya. Hawa panas yang menguar dari tubuh Nayla mau tidak mau membuatnya kalang kabut.

Tubuh wanita itu begitu mungil dalam gendongannya dan dia terus bergumam tidak jelas. Apakah dia akan kejang? Ya Lord... dia tidak mau kalau Nayla seperti keponakan kembarnya yang sempat kejang saat demam tinggi.

"Cepat siapkan mobil, Percy!", seru Shin sambil berjalan keluar dari kamar itu ketika Percy sudah membukakan pintu.

Percy tidak menjawab dan langsung melesat lebih dulu untuk turun ke lantai bawah menjalani perintah Shin barusan. Kedua pria itu terlihat menegang dan cukup panik sampai mereka tidak berkomunikasi satu sama lain dan fokus kearah tujuan yang dikehendaki mereka. Rumah sakit.

Percy duduk di bangku kemudi dan Shin duduk di kursi belakang sambil tetap mendekap Nayla yang didudukkan diatas pangkuannya. Dia terus mengusap kening Nayla untuk mengecek suhu tubuh Nayla yang meninggi.

Tiba-tiba Shin tersentak karena mengingat sesuatu, spontan dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang yang sepertinya bisa membantunya.

"Halo", ucap suara bariton yang terdengar dari sebrang sana.

"Maaf jika aku mengganggumu, bisakah kau memberitahuku bagaimana menangani orang yang sedang demam tinggi?", tanya Shin tanpa basa basi.

Orang yang diteleponnya adalah Joel, dia adalah orang yang memiliki keahlian dalam memberikan pertolongan pertama jika ada keadaan darurat. Seperti semacam dokter UGD, demikian kata kakak iparnya.

"Demam tinggi? Siapa yang kau maksud dan kenapa dia bisa tiba-tiba demam tinggi?", tanya Joel bingung.

Dalam kepanikannya, Shin menceritakan semua kronologis ceritanya dengan cepat. Sementara Percy masih melajukan kemudinya mengikuti arahan dari gps yang terpasang disitu.

"Aku tidak percaya kalau kau akan melakukan hal seperti itu, Shin. Kau tahu jelas seperti apa Nayla dan kau nekat melakukannya. Apakah selama kau mengikuti pelatihanku, aku ada mengajarkan hal seperti itu padamu?", ujar Joel setelah mendengar penjelasan Shin.

"Aku tahu aku brengsek dan tolong jangan memberiku ceramah saat ini. Apa yang harus kulakukan sekarang?", sahut Shin dengan nada mendesak.

"Sekarang kau ada dimana?", tanya Joel kemudian.

"Di dalam perjalanan ke rumah sakit membawa Nayla", jawab Shin langsung.

"Apa kau menyetir?", tanyanya lagi.

"Tidak, Percy yang menyetir", jawab Shin.

Joel terdiam beberapa saat lalu menghela nafas. "Mendengar kau dan Percy yang sedang bersama Nayla dalam satu kesempatan seperti itu, aku sudah bisa mengira kalau semua ini adalah ulah Noel".

"Tidak perlu kujelaskan lagi. Jadi, aku harus bagaimana?", tanya Shin cepat.

"Tidak usah sampai ke rumah sakit. Sekarang kau kearah apotik saja untuk membeli obat penurun panas lewat injeksi dengan dosis 1000mg, itu akan menurunkan demamnya dan mengurangi rasa nyeri. Beri cairan lewat selang infus agar dia tidak dehidrasi dan pantau suhu tubuhnya selama beberapa jam kedepan", jawab Joel lugas.

"Kau yakin hanya seperti itu? Dia bergumam tidak jelas dan aku tidak mau sampai dia kejang", balas Shin lalu berseru pada Percy agar menuju ke apotik terdekat.

"Reaksi tubuhnya berlebihan dengan menerima seranganmu, Shin. Dia mengalami ketakutan lewat apa yang kau lakukan dan itu adalah pemicu stres lalu berakhir dengan pelepasan arus deras hormon adrenalin oleh kalenjar adrenal. Akibatnya dia mengalami sesak nafas, tubuh menegang kaku dan jantung yang berdetak tidak normal", sahut Joel dengan penjelasan yang membuat otak Shin bekerja semakin lambat saja.

"Baiklah, brother. Aku akan coba menjalaninya", ujar Shin kemudian.

"Aku harap kau tidak gegabah dalam melakukan hal yang tidak diinginkan. Nayla adalah adikku dan aku tidak akan membiarkan kau menyakitinya, Shin. Jika aku tahu kau kembali berulah, maka aku tidak akan segan menindak tegas dirimu", tukas Joel dengan tegas.

"Baiklah, aku bersalah disini karena terlalu lancang tadi. Tapi aku lakukan itu sebagai pembalasan karena Nayla sudah menghinaku dengan memberiku pukulan keras dan membantingku begitu saja. Aku tidak terima".

Joel terkekeh. "Jadi kau berpikir dengan membalas hal itu sebagai bajingan akan membuatmu merasa hebat? Ckckckck... kau salah besar, anak muda. Aku ingatkan sekali lagi untuk tidak berbuat macam-macam".

Telepon pun dimatikan dan Shin hanya mendengus pelan. Dia melihat Percy sudah membelokkan kemudinya untuk memarkirkan mobilnya tepat di depan apotik.

Shin memberitahukan soal obat apa saja pada Percy dan pria itu segera keluar untuk membeli obatnya. Suhu tubuh Nayla yang meninggi membuat Shin berkeringat, dia menunduk untuk menatap Nayla yang masih tampak gelisah disitu.

"What's wrong with you, woman?", gumam Shin pelan dan kembali mengusap kening Nayla.

Selama di dalam mobil, dia terdiam karena sepertinya Percy cukup lama. Dia menyandarkan kepalanya di kursi sambil tetap mendekap Nayla dan memejamkan matanya untuk sekedar beristirahat.

Tidak berapa lama kemudian, Percy pun kembali dan membuat Shin membuka matanya untuk segera melakukan tindakan pengobatan. Percy mengeluarkan sebuah jarum suntik dan satu tabung obat lalu mengisi penuh ke dalam tabung suntik kemudian menyerahkannya pada Shin.

Tanpa ragu sedikitpun, Shin mengarahkan jarum suntik ke lengan Nayla lalu menusuknya dengan mantap dan menekan cairan itu untuk masuk ke dalam tubuh Nayla. Dia memberikan suntikan itu kepada Percy dan Percy yang memberikannya sebuah penutup luka berupa kapas basah yang sudah dibubuhi alkohol lalu menempelkannya pada bekas suntik yang ada di lengan Nayla.

"Apa kita akan membawanya pulang?", tanya Percy cemas.

"Menurut El begitu", jawab Shin.

"Ya sudah kita pulang saja dan segera melakukan infus padanya. Jika dia sudah diberi obat, harusnya sudah tidak apa-apa", ujar Percy sambil kembali melajukan kemudinya.

"Yeah, begitu saja", balas Shin singkat.

"Apa kau baik-baik saja, dude? Kenapa kau jadi terlihat tidak sehat juga? Jangan membuatku kerepotan untuk mengurus dua orang sakit", ucap Percy sambil melihatnya dari arah spion.

"Kepalaku sakit dan punggungku semakin nyeri", jawab Shin seadanya.

"Sakit sekali yah?", tanya Percy kemudian.

"Lain kali kau coba saja", jawab Shin lagi.

"No. Pengalaman mengajarkanku segalanya. Aku tidak mau bernasib sama sepertimu. Aku akan bermain aman saja dan tidak mau iseng sepertimu", ujar Percy sambil menggeleng.

Shin hanya tertawa hambar melihat Percy yang sepertinya malah ketakutan menghadapi Nayla. Biasanya, Shin tergolong orang yang tidak akan melakukan hal nekat jika orang itu tidak mau meladeninya.

Apalagi ketika Shin mencoba menyatakan rasa sukanya hanya untuk melihat reaksi Nayla karena suruhan Noel, disitu Shin sudah menyatakan untuk tidak akan mendekati Nayla lagi karena dia bukan tipe pemaksa dan ditolak tidak ada dalam kamusnya.

Tapi sekarang? Melihat reaksi Nayla yang ruam-ruam ketika tidak sengaja memberi kecupan yang tidak sampai seperti waktu itu, membuat Shin merasa tertarik untuk melihat respon Nayla terhadap pria. Apalagi Nayla terkesan lebih senang dengan sosok yang tidak menyukainya dan mulai bersahabat ketika Shin meluapkan kemarahannya padanya. Aneh tapi menarik, pikirnya.

Rasa tertariknya berkembang menjadi sebuah naluri yang tidak pada waktunya karena Shin menjadi berang dengan melakukan ciuman intens yang dilakukannya tadi. Sejak mendapati Nayla yang mendapat ruam-ruam seperti alergi berat, disitu Shin sempat berpikir bagaimana jika wanita itu mendapat ciuman pada bibirnya dan apa yang akan terjadi?

Dan dia sama sekali tidak menyangka kalau tadi dia akan bereksperimen untuk menjalankan pertanyaannya begitu saja. Sialnya lagi, Shin malah menikmatinya sampai tidak sadar telah menggigit bibir wanita itu karena gemas. Malahan dia mengulanginya lagi untuk menciumnya dengan cara yang paling lembut seolah itu ucapan maafnya karena sudah menciumnya dengan kasar sebelumnya.

Lamunan Shin terbuyar ketika mobil sudah berhenti melaju dan ternyata mereka sudah tiba di lobby mansion. Ada beberapa SUV disitu dan sepertinya pamannya sudah datang bersama kakaknya. Shin hanya menghela nafas dengan malas ketika pintunya sudah dibuka diiringi suara pamannya yang berteriak marah padanya.

"Kau selalu saja berbuat onar dan keterlaluan! Apa maksudmu membuat Nayla sampai seperti ini?", umpat pamannya yang bernama Adrian itu dengan geram.

Shin tidak menjawab dan keluar dari mobil sambil tetap menggendong Nayla yang belum sadarkan diri. Disitu sudah ada kakaknya, Kim Hyun dan juga istrinya Ashley yang sedang memberikan ekspresi datar namun terkesan dingin padanya.

"Nayla sudah diberi penurun panas lewat injeksi dan kami harus memberikannya infus agar tidak kekurangan cairan", ujar Percy yang sudah berjalan di samping Shin untuk menemaninya berjalan menuju ke lantai atas.

Ketiga orang itu sudah mengekorinya di belakang dan pamannya tidak berhenti mengoceh. Mau bagaimana lagi? Lantaran tidak memiliki anak perempuan, Adrian begitu menyayangi Nayla dan para anak perempuan lainnya dengan cara yang berlebihan. Seperti sekarang. Ayah dan kakak dari Nayla tidak sampai seheboh itu tapi pamannya yang seperti kebakaran jenggot saja.

"Aku tidak suka kalau kau memperlakukan Nayla seperti ini! Ide siapa yang sampai membuat Nayla harus tinggal dengan kedua pria ini?", kembali Adrian mengoceh sambil mengusap kening Nayla ketika wanita itu sudah direbahkan diatas ranjang.

"Tidak tahu", jawab Percy dan Shin bersamaan.

"What?", pekik Adrian heran. Kini matanya melirik tajam kearah Hyun dan Ashley secara bergantian. "Apa kalian tahu ulah siapa ini?".

"Aku tidak tahu menahu soal ini, uncle. Jangan melotot kepadaku. Tanyakan saja kepada suami konyolku ini", balas Ashley sambil berjalan kearah Nayla dan melihat keadaannya. "Bisakah kalian para pria keluar dari sini? Aku ingin menggantikan pakaiannya".

Tanpa perlu disuruh dua kali pun, Shin menjadi orang pertama yang keluar dari kamar itu dan bermaksud untuk kembali kekamarnya saja. Tapi baru saja dia mencapai pintu kamarnya, sebuah tangan besar sudah menahan bahunya sampai dia meringis. Shit!

"Kenapa kau malah memberikan ekspresi kesakitan?", tanya Hyun datar.

"Tadi dia dihajar Nayla", jawab Percy yang mengambil alih jawaban.

"Oh", respon Hyun singkat. Malahan dia terlihat seolah tidak peduli dan menatap Shin dengan tajam. "Bisakah kau perjelas kenapa kau melakukan hal itu sampai Nayla men..."

"Aku iseng saja", sela Shin dengan alis terangkat setengah. "Tidak usah banyak menceramahiku atau memberikan ocehanmu itu. Kalau kau mau memberi tindakan padaku, silahkan. Aku tidak peduli".

"Jadi bisa beritahu siapa yang memberikan ide soal Nayla yang harus tinggal di mansion ini berdua dengan kedua pria ini, Hyun? Dan lagi kenapa kau tidak pindah ke penthousemu saja, Shin? Apa kau memang sengaja untuk membuat Nayla seperti itu karena dia menolakmu?", cetus Adrian dengan ekspresi tidak terima.

Diberkatilah uncle Wayne beserta istrinya yang memilki sahabat yang begitu menyayangi putrinya sampai mereka tidak perlu repot untuk mengurus Nayla, batin Shin kesal. Tidak bisakah para ayah memperlakukan seorang anak perempuan dengan cara yang normal? Ayahnya pun juga menyayangi keponakannya yang bernama Hyuna dan kakak iparnya sampai sedemikian. Sungguh sangat aneh sekali, umpatnya dalam hati.

"Tanyakan saja kepada hyeong kenapa aku tidak bisa tinggal di penthouseku sendiri! Sudah pasti itu adalah akal-akalan dari hyeong dan sahabatnya", balas Shin sambil melirik judes kearah Hyun.

Adrian menoleh kearah Hyun dengan mata yang meyipit curiga. "Apakah Noel yang memintamu mengambil alih akses pribadi Shin agar dia tetap tinggal di mansion ini karena tahu kalau Shin akan menolak?".

Hyun mendengus lalu mengangguk pelan.

"What the fuck? Kenapa kau melakukan hal seperti itu? Kupikir kau adalah orang yang paling waras dalam melakukan sesuatu diantara para sahabatmu yang lainnya. Ternyata kau sama saja!", umpat Adrian berang.

"Alasan Noel cukup masuk akal", balas Hyun kalem.

"Masuk akal? Dengan posisi Nayla yang collapse seperti itu? Dan kau, Percy! Kenapa kau bisa ada disini sementara yang kutahu kau tidak ada hubungannya dengan proyek ini", desis Adrian tajam sambil menatap berang kearah Percy.

"Aku berniat untuk mendekati Nayla dan mendapatkannya. Yeah kau tahu kalau aku memang menyukainya tapi... sepertinya aku berubah pikiran melihat dia yang seperti itu. Dia seperti wanita tidak normal", ucap Percy sambil meringis.

Shin bisa melihat mata Adrian melebar dengan ekspresi tidak terima mendengar ucapan Percy barusan. Sudah bisa ditebak jika pamannya akan meluapkan kemarahannya.

"Dia normal dan sangat normal! Kehadiran kalianlah yang membuatnya tidak seperti biasanya dan jangan pernah mengganggu anak itu lagi", omel Adrian dengan wajah yang memerah.

"Kau ini kenapa sih, samchon? Dia bukan putrimu tapi kau malah marah-marah melebihi uncle Wayne", keluh Hyun dengan alis berkerut tidak senang.

"Gara-gara kalian, aku sampai kena semprot dan dimaki oleh Wayne karena tidak bisa mendidik keponakanku dengan benar! Aku sudah berbaik hati untuk membesarkan kalian disaat ayahmu begitu brengsek! Apakah seperti ini balasan kalian kepadaku? Kalian telah mempermalukanku sebagai paman kalian yang sudah gagal dalam mendidik kalian!", sahut Adrian berang.

Shin dan Hyun hanya menahan nafasnya melihat sikap berang dari pamannya itu. Mereka menunduk patuh sambil menggumamkan maaf. Bagaimanapun, sosok Adrian adalah panutan untuk Shin dan kedua saudaranya. Shin tidak bisa membantah akan hal itu karena ketika mereka membutuhkan figure seorang ayah, hanya Adrian yang ada untuk mendukung dan mendidik mereka sampai saat ini.

Percy mengerutkan alisnya sambil mengikuti Shin yang menundukkan kepalanya meski raut wajahnya terlihat bingung. Mereka bertiga masih mendengarkan ocehan Adrian yang everything about how disappointed he is. Jika Adrian yang terkesan santai bisa semarah itu, maka tidak ada yang bisa dilakukan mereka selain mendengarkan dan mengaku salah. Seperti itu.

"Uncle", panggil Ashley tiba-tiba ketika wanita itu keluar dari kamarnya dan spontan Adrian langsung terdiam lalu menoleh kearahnya.

"Bagaimana kondisi Nayla?", tanya Adrian.

"Demamnya sudah turun dan aku sudah memasangkan infus padanya. Biarkan dia beristirahat selama beberapa jam kedepan dan dia akan segera membaik", jawab Ashley dengan tenang.

"Kalau begitu mumpung dia belum sadar, pindahkan dia ke..."

"Easy, old man. Jangan uring-uringan seperti itu atau tekanan darahmu akan meninggi", sela Ashley sambil mengusap punggung pamannya seolah menenangkan.

Shin dan kedua pria lainnya hanya mengangkat alisnya melihat aksi Ashley yang berusaha meredakan amarah Adrian namun lirikan wanita itu berubah tajam kearah ketiganya. Well... Shin paham betul jika kakaknya yang dingin cukup bernyali untuk memiliki wanita sebahaya itu.

"Intinya aku tidak mau Nayla tinggal disini lagi. Aku memiliki sebuah rumah disini dan biarkan Nayla tinggal disitu dengan fasilitas yang sudah ada. Soal proyek ini, nantinya Wayne akan mengirimkan perwakilan baru untuk membantu Nayla sehingga dia tidak perlu berhadapan dengan mereka berdua setiap hari", ucap Adrian dengan tegas dan tidak mau diganggu gugat.

"Benarkah?", tanya Shin dan Percy bersamaan. Mereka berdua mendadak kesenangan.

Adrian mendelik tajam kearah mereka secara bergantian. "Tidak usah kesenangan. Aku akan mengontrol pengeluaran kalian dengan tidak memfasilitasi apapun selama kalian disini. Sekarang kalian bekerja dibawahku dimana aku akan mengambil alih semua aktifitas proyek ini karena masih bernaung di bawah nama Ryeung Holdings Group! Jangan lupa kalau aku masih memegang peran penting untuk kelangsungan bisnis keluarga ini karena ayahmu sudah pensiun dan kakekmu yang memberikan semua wewenang padaku, termasuk kepada keponakan kurang ajar seperti kalian!".

Shin sudah tidak bisa membalas perkataan pamannya karena dia pun sudah lelah untuk berdebat. Percy mengerang kecewa dan Hyun masih bersikap datar saja.

"Kalau begitu bagaimana kalau kau bersantai dulu sejenak sebelum kita melakukan pemindahan Nayla ke rumahmu, uncle?", ucap Ashley kemudian.

"Aku tidak akan santai sebelum membuat perhitungan pada Noel karena dialah dalang dari semua ini", balas Adrian sambil mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan sambil bergerak menjauh dari mereka.

Mereka menatap kepergian Adrian yang sudah menjauh lalu kemudian tatapan mereka teralihkan oleh sosok Ashley yang sudah berdiri dengan angkuh sambil menyilangkan tangannya.

"Aku tidak percaya kalau kalian akan berbuat tolol seperti itu", ucap Ashley dengan suara rendah.

"Dia yang memulai lebih dulu", balas Percy sambil menunjuk kearah Shin.

"Lain kali jaga sikapmu, Shin. Tindakanmu bisa mengancam keselamatan Nayla. Kuharap ini pertama dan terakhir kalinya", ujar Hyun sambil menatap pipi Shin yang memar. "Obati lebammu! Kau terlihat menyedihkan karena dipukul wanita sehingga tampak begitu kacau".

Shin hanya melirik sinis kearah Hyun tanpa membalas perkataannya. Dia sudah terlalu lelah dan ingin segera tidur saja. Biarkan mereka membawa wanita itu pergi kemanapun mereka ingin membawanya, Shin tidak ambil pusing karena dia sudah cukup pening dengan situasi yang ada seperti ini.

"Lagipula Shin yang melakukan tapi kenapa aku juga yang harus mendapat getahnya?", protes Percy dengan wajah tidak terima. "Aku tidak suka diberi tindakan hukuman yang lebih pantas diterima oleh anak kecil".

"Kau juga sama saja. Kau dan Shin bersekongkol untuk mengerjai Nayla", sahut Ashley dengan ketus.

"Aku tidak sampai hati melakukan tindakan tidak terpuji seperti Shin", balas Percy bersikeras.

"Yeah, karena kau adalah bajingan tengik yang tidak berani ambil resiko. Aku ingin melihat apa reaksimu jika mendapati dirimu harus berhadapan terhadap sesuatu yang kau hindari, apakah kau masih bisa membela diri seperti itu atau kau malah kabur seperti pengecut?", tukas Ashley sadis.

Percy bungkam dengan ekspresinya yang merengut cemberut. Hyun hanya terdiam saja mendengar ucapan Ashley dengan sorot mata yang paham betul apa yang sedang dibicarakan Ashley barusan.

"Jika sudah tidak ada yang harus dibicarakan, aku undur diri dulu", ucap Shin datar sambil memutar kenop pintunya dan lagi-lagi dia meringis tertahan karena ada yang menepuk bahunya. Itu Ashley.

"Ada apa lagi sih? Aku sudah cukup kesakitan dan..."

Sebuah kotak berwarna putih sebesar telapak tangan diulurkan Ashley padanya dengan senyum setengahnya yang hambar. "Obati lebam di pipi dan punggungmu dengan salep ini. Tindakanmu sudah cukup berani dengan memberikan pelatihan secara tidak langsung pada Nayla untuk mengobati phobianya tapi tetap tidak bisa dimaklumi. Kau tetap bersalah tapi ada benarnya juga".

Shin mengerjap tidak mengerti. Demikian juga dengan Hyun dan Percy.

"Apa maksudmu, yeobo? Kenapa kau malah terkesan seperti mendukung Shin?", tanya Hyun heran. "Apakah diam-diam kau mendukung Noel?".

Ashley mendesis sinis sambil menatap Hyun dengan tajam. "Apa yang kukatakan barusan tidak ada hubungannya dengan bajingan tengik itu. Lagipula kau sebagai kakak tidak bisa memberi contoh yang benar. Dengan kau menahan semua akses pribadinya termasuk uangnya, apa yang bisa kau dapat selain pemberontakan secara tidak langsung dari adikmu? Mungkin saja Shin merasa geram diperlakukan seperti anak kecil olehmu hanya karena kau tidak terima dia membalasmu sehingga dia melakukan hal yang sengaja diperbuatnya agar kau menariknya dari proyek ini tanpa memahami bahaya yang akan dialami oleh Nayla".

"Kenapa kau jadi membela Shin? Dia memang sudah kurang ajar dan tidak seharusnya..."

"Aku tidak membelanya, honey darling", sela Ashley dengan nada bicara yang sengaja dilebih-lebihkan.

Baik Percy ataupun Shin mengerutkan alisnya ketika melihat Ashley melangkah mendekat kearah Hyun lalu melingkari bahu Hyun dengan kedua tangannya dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh besar Hyun. Oh please..

"Apakah dia bermaksud berhubungan seks di depan kita dengan melakukan foreplay seperti itu?", bisik Percy pelan yang hanya bisa didengar Shin.

Shin menoleh kearah Percy lalu terlihat meringis sesaat karena Percy mencoba menahan rasa gelinya. "Kau sangat gila".

"Aku ingin kau belajar bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan dan biarkan itu mengalir secara alamiah. Aku tahu kau setiakawan pada Noel tapi kau tidak bisa memaksakan kehendak pada Shin ataupun Percy disini dengan menekan mereka", ujar Ashley dengan senyuman hangat.

"Kenapa aku merasa kakak iparmu itu berusaha untuk mempengaruhi kakakmu lewat senyumannya yang seperti itu? Terkesan mengerikan", bisik Percy lagi.

Shin mengangguk menyetujui. "Itulah kenapa wanita dan ular bersahabat. Karena mereka memang selalu bekerja sama untuk merobohkan pertahanan pria".

"Jadi kau mau apa?", tanya Hyun dengan alis terangkat sambil menunduk untuk menatap Ashley.

"Berikan saja apa yang dimiliki mereka. Kau tinggal bilang kepada Petra untuk membuka akses Percy kembali. Jika keduanya memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan, mungkin mereka bisa lebih bermartabat dalam hal bersikap dan tidak terlihat menyedihkan. Karena pria yang tidak bisa apa-apa sama sekali tidak akan dilihat oleh wanita manapun. Apalagi kalau tidak punya uang ckckck itu nol besar", jawab Ashley sambil melirik kearah Shin dan Percy dengan tatapan meremehkan.

Holy shit! I love that woman, batin Shin senang. Kakaknya sudah pasti adalah bajingan paling sialan yang bisa mendapatkan wanita seperti itu. Apalagi pengertiannya terhadap pria sangatlah masuk akal.

Hyun terdiam sejenak lalu menoleh kearah Shin dan Percy kemudian kembali menunduk untuk membalas tatapan Ashley yang sedang menyeringai.

"Baiklah", ucap Hyun akhirnya dan hal itu membuat Percy dan Shin memekik senang.

Tapi kesenangan mereka berdua tidak bertahan lama karena belum-belum ucapan Hyun dengan nada perintah membuat mereka kembali bungkam.

"Dengan catatan kalau mereka harus menyelesaikan proyek ini lebih cepat dari sebelumnya dan tidak ada waktu bersantai. Aku akan membuka akses kalian dan akan memberi kebebasan asal dalam tiga bulan kalian bisa menyelesaikannya! Take it or you won't get anything!".

Shin dan Percy sama-sama terdiam lalu kemudian mengangguk. Yeah. Dirinya pun mengharapkan agar bisa cepat-cepat menyelesaikan urusannya disini supaya tidak berhadapan dengan wanita itu terlalu lama.

Pembicaraan sudah selesai dan mereka mulai kembali untuk melakukan urusannya masing-masing. Ketika Shin hendak menuju ke kamarnya dan sudah memutar kenop pintunya, disitu dia teringat sesuatu dan menoleh kearah belakang untuk memanggil Ashley dengan pelan saat wanita itu hendak kembali ke kamar Nayla.

"Ada apa?", tanya Ashley dengan alis terangkat ketika Hyun sudah berlalu menyusul Adrian dan Percy yang sudah menuju ke kamarnya.

"Jika Nayla sudah siuman nanti, pastikan kau memberinya makan berupa samgyetang dan garlic rice kesukaannya yang belum sempat dimakannya. Makanan itu sudah kusiapkan di meja pantry. Dia belum makan sedari pagi", jawab Shin lugas dan kemudian dia berbalik untuk masuk ke dalam kamarnya tanpa melihat ekspresi tertegun dari Ashley.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Nulis part ini bikin seneng karena aku bisa nostalgia sama Ashley, Hyun dan Appa Ian yang so hot itu 🙈

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top