Part 5 - The anger Shin, the confused Percy and the anxious Nayla
Trust gets you killed
Love gets you hurt
And being real gets you hated...
Happy Reading 💋
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Shin menaruh handuk hangat pada pipinya yang tadi ditampar Nayla. Sial! Wanita itu benar-benar kasar dan Shin harus mendengus kesal setiap kali mengingat kejadian tadi siang. Seumur hidupnya, dia tidak pernah dipermalukan seperti ini oleh seorang wanita hanya karena sebuah ciuman ringan di pipi! Heck! Bagaimana bisa respon berlebihan itu dilakukan Nayla hanya karena Shin berniat iseng? Selama ini, semua wanita yang diciuminya malah kesenangan.
Shin tidak habis pikir apa yang akan didapatkannya jika dia mencium lebih dari apa yang dilakukannya tadi pada Nayla. Apakah wanita itu akan benar-benar membunuhnya hanya karena dia mencium bibirnya atau tubuhnya? Crap! Ini benar-benar penghinaan untuk Shin secara pribadi.
Prinsip Shin dalam urusan wanita adalah satu, yaitu mematahkan hati mereka. Itu saja. Dia senang mendapatkan perhatian dari wanita lalu membuat wanita itu jatuh cinta padanya. Setelah mampu mendapatkan cinta seorang wanita, maka dia akan meninggalkannya begitu saja. Karena membuat wanita sakit hati adalah bonus untuk dirinya yang membenci para wanita cantik yang bisanya hanya membodohi pria dengan tubuhnya dan tipu dayanya.
Yeah. Itulah alasannya mengapa Shin menjadi seorang playboy ulung. Dia menyukai bagaimana wanita cantik terlihat begitu sakit lewat airmatanya lalu memberikannya tatapan penuh kebencian. Makian atau hinaan yang dilontarkan para wanita yang tersakiti adalah kepuasan untuk dirinya bahwa dia berhasil menyakiti mereka.
Dia bahkan tidak merasa berdosa sedikit pun untuk setiap pemberitaan tentang dirinya yang menjadi penjahat perasaan bagi setiap wanita yang pernah dikencaninya. Rata-rata korbannya adalah orang ternama seperti model, selebriti dan anak pengusaha kaya. Jika pemberitaan semakin heboh, maka Shin pun semakin merasa senang. Setelah itu dia akan dipanggil untuk menghadap ayahnya dan menerima setiap ocehan panjang lebar dari keluarganya bahwa apa yang dilakukannya sudah mempermalukan nama keluarga blablabla...
Dan mendapat tamparan hanya karena sebuah ciuman kecil adalah sesuatu yang baru untuk Shin karena hal itu membuatnya geram.
"Hanya karena ditampar oleh Nayla, kau memintaku untuk menarikmu dari proyek itu agar aku memilih oranglain untuk menduduki posisi CEO disitu? Ckckck... semudah itukah kau menyerah?", terdengar ejekan dari kakak sialannya, Hyun.
Shin sedang melakukan video call bersama Hyun setelah membicarakan proyek keluarga mereka yang memiliki sedikit masalah di pulau Jeju.
"Godamnit, hyeong! Aku tahu kau sengaja menaruhku disini agar aku bisa meladeni ketidakwarasan wanita itu! Aku bukan menyerah, aku tidak mau melakukan sebuah peperangan yang tidak kuingini", balas Shin dengan sinis.
"Yang tidak kau ingini atau yang tidak yakin kau menangi?", sahut Hyun dengan mimik wajah yang terlihat menyebalkan di mata Shin.
Mata Shin menyipit tajam kearah layar laptopnya. "Jadi benar kan kalau kau sengaja menaruhku disini dalam proyek kerjasama ini? Sudah ada Percy yang akan melakukannya untuk membantu Noel menyembuhkan phobia konyol adiknya itu. Aku tidak suka kalau wanita berlaku kasar padaku!".
"Perlakukan oranglain seperti kau ingin diperlakukan, Shin. Selama ini kau kan suka menyakiti wanita", tukas Hyun kalem.
"Aku tidak pernah mengasari wanita!", balas Shin dengan penuh penekanan.
"Apa bedanya? Pada intinya kan sama-sama menyakiti. Lagipula itu pelajaran untukmu yang berani-beraninya main cium orang begitu saja. Nayla bukan wanita sembarangan seperti wanita-wanita yang menjadi targetmu", ujar Hyun.
"Aku hanya ingin melihat sejauh mana ketidaksukaannya pada pria! Kau bahkan tidak melihat pipinya memerah dan... astaga! Aku seperti orang penyakitan yang sudah menularkan penyakit menular pada tubuhnya", erang Shin kesal.
"Bisa jadi kau terkena penyakit menular setelah meniduri banyaknya wanita yang tidak beres diluaran sana", sahut Hyun geli.
"Hyeong!!!!".
Hyun tergelak dan Shin mendengus. Tidak ada gunanya meminta kakaknya untuk membantunya kali ini. Meskipun sudah terlihat sangat sengaja soal dirinya yang diterjunkan kesini, akan tetapi proyek yang harus dijalankan bukanlah omong kosong. Ini adalah kerjasama dengan pemerintah dan sudah pasti menyangkut kebesaran nama perusahaan keluarganya.
"Sudahlah, Shin. Jika kau memang tidak mau dengannya, kau diam saja. Aku memasukkanmu dalam proyek ini semata-mata karena ingin kau mengasah dirimu yang sudah banyak mendapat kemajuan. Kau tahu jelas kalau aku tidak mau menjadi ahli waris tunggal di keluarga ini", tukas Hyun dengan nada serius.
"Kita adalah tiga bersaudara dan kenapa kau tidak melatih Tan?", protes Shin langsung.
"Soal melatih Tan adalah urusanmu. Aku terlalu sibuk untuk melatih dua orang sekaligus. Jika kau merasa kau sudah mampu melatih Tan, silahkan. Tapi jangan asal-asalan atau aku akan bertindak tegas untuk membuat keadaanmu dua kali lipat lebih parah dari sebelumnya", cetus Hyun dengan alis terangkat setengah.
"Kenapa sih kau selalu menjadi bajingan yang menyebalkan?", keluh Shin dengan wajah tidak senang.
"Aku memang bajingan dan kau tidak layak mengataiku seperti itu. Aku sudah mencatat tanggal dan jam berapa hari ini saat kau sudah mengataiku barusan, jika kau kembali kesini maka kau akan menerima ganjaran dariku!", balas Hyun sambil menulis sesuatu lalu meletakkan pulpen metaliknya dengan tatapan sinis.
"Seriously?", celetuk Shin dengan nada tidak terima. "Aku bukan anak kecil lagi!".
"Jika kau tahu kalau kau bukan anak kecil lagi, berhentilah mengeluh! Tidak usah protes dan meminta ini itu hanya karena kau merasa terhina. Kekuatan seorang pria sejati terbentuk dari hinaan dan caci maki yang terlempar kearahnya lalu membuktikan bahwa apa yang dituduhkan para musuh adalah tidak benar. Jadi pertanyaanku adalah apa kau sudah menjadi pria sejati yang kumaksud barusan?", ucap Hyun dengan alis terangkat menantang.
Shin menggertakkan giginya dan mengumpat dalam hati betapa menyebalkannya sang kakak yang sialnya selalu berhasil membungkam mulutnya. Dasar pengacara keras kepala, rutuknya.
"Aku masih tidak percaya kalau Ashley sanggup menghadapimu", ucap Shin dengan suara bergumam.
Hyun terkekeh senang. "Kau tidak tahu saja bagaimana kakak iparmu dalam menghadapiku. Dia memang luar biasa tapi tetap tidak bisa mengalahkanku".
"Oh yah? Dalam hal apa?".
"Banyak hal. Kau tidak perlu tahu dan kerjakan apa yang harus kau lakukan. Kita hanya diberi waktu beberapa bulan dan kau tahu sendiri uncle Wayne adalah orang yang tidak sabaran. Pemerintah pun juga sama. Jadi tunjukkan kemampuanmu lewat proyek ini dan aku tidak akan menekanmu lagi. Kau akan resmi menjadi ahli waris selain diriku", ujar Hyun dengan tegas.
"Aku tidak perlu menjadi ahli waris, hyeong! Aku sudah cukup kaya", balas Shin langsung.
"Really? Bagaimana kalau semua kartu kreditmu, akun bankmu dan semua asetmu kubekukan dalam waktu lima menit kedepan? Apa kau masih merasa sudah cukup kaya?".
"What the hell?", pekik Shin kaget. "No! kau tidak bisa melakukan itu padaku!".
"Tentu saja bisa karena akulah yang memegang kendali saat ini, Shin. Apa yang kau miliki dan berapa won yang kau punya sekarang, bahkan uang receh yang ada di dalam dompetmu pun aku tahu! Jadi jangan coba-coba untuk sombong padaku! Jika kau memiliki sesuatu yang bisa kau banggakan, silahkan menyombongkan dirimu! Tapi sayangnya kau masih belum memiliki apa-apa", ujar Hyun dengan seringaian liciknya.
Damn! Shin mendengus kesal dan melepas handuk hangatnya yang sudah menjadi dingin dari pipinya lalu membuangnya ke lantai begitu saja. Tidak ayahnya, tidak kakaknya, semuanya sama saja.
"Mentang-mentang kau menjadi anak tertua maka kau bisa bersikap seenakmu", umpat Shin dingin.
Hyun kembali menulis sesuatu diatas meja lalu kembali menatapnya dengan datar. "Silahkan terus memprotes atau menggerutu atau menghinaku, namdongsaeng! Tabungan dosamu kepada kakakmu ini sudah cukup banyak dan kau akan menerima ganjaran dariku sepulangnya dirimu kesini. Lihat saja nanti".
"Terserah kau saja, hyeong. Aku sudah lelah", balas Shin dengan ketus.
"Aku juga. Kalau begitu jangan mencariku untuk memperdebatkan hal yang kau sudah tahu jawabannya", sahut Hyun datar.
Kemudian panggilan itupun dimatikan. Shit! Beginilah nasib seorang adik yang memiliki kakak diktator seperti Kim Hyun. Semenjak ayahnya memutuskan untuk pensiun, hidup Shin sudah tidak sama lagi. Dia seolah menjadi bulan-bulanan Hyun untuk menjadi penerusnya. Dia dilatih, digembleng dan dituntut untuk memimpin perusahaan yang tidak dia inginkan. Kembali dia harus merasa iri pada Kim Tan, adiknya yang masih begitu santai dalam menjalani dunia modellingnya. Ugh!
Shin pun beranjak dari duduknya dan segera keluar dari kamarnya karena merasa bosan dan mulai lapar. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan saatnya membuat makan malam. Begitu dia keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua, disitu bersamaan dengan Percy yang keluar dari kamarnya yang ada di sebelah.
"Hey, Shin! Apa kau baik-baik saja?", tanya Percy dengan seringaian lebarnya dan melirik pipinya.
"Tidak usah pura-pura menanyakan keadaanku", jawab Shin ketus.
Percy tertawa geli lalu menghampirinya sambil merangkul bahunya. "Sudahlah. Bagaimana kalau kita mencari makan malam? Aku lapar dan aku ingin menikmati bir dingin disini. Apakah ada?".
"Sepertinya ada. Tapi aku sedang malas untuk keluar rumah", jawab Shin lagi.
"Ah, kau tidak seru. Aku malah ingin.."
Ceklek!
Suara Percy terhenti ketika bisa mendengar suara pintu terbuka yang ada di hadapan mereka. Baik Shin dan Percy sama-sama menoleh pada sosok wanita mungil yang mengenakan kaos kebesaran yang bertuliskan PINK dan celana pendek berwarna biru. Ekspresi wajah wanita itu terlihat kaget. Ralat. Dia shocked. Matanya melebar dan mulutnya terbuka. Tapi bukan itu yang menjadi perhatian Shin saat ini.
Tatapan Shin mengarah pada pipi kanan wanita itu yang membengkak, kaki dan tangannya yang terdapat ruam-ruam merah. Overall, wanita itu sepenuhnya memerah. Ya Lord... apa yang terjadi dengan Nayla?
"Ke.. kenapa kalian berdua ada disini?!", tanyanya dengan nada gelisah.
"Well... kurasa kau tidak memperhatikan kami karena kau baru tiba semalam disaat kami berdua sedang pergi minum. Dan kau berangkat ke kantor agak siang disaat kami sudah berangkat lebih dulu", jawab Percy sambil menatap Nayla dengan sorot mata bingung.
"Apa maksudnya?", tanya Nayla lagi. Kali ini terdengar seperti memaksa.
Senggolan siku Percy pada pinggangnya membuyarkan lamunan Shin yang masih menatap tubuh Nayla dengan ekspresi meringis. Ada apa dengan wanita itu?, pikirnya lagi.
"What?", tanya Shin kearah Percy.
"Jelaskan padanya karena sepertinya dia belum tahu", jawab Percy dengan nada berbisik.
"Menjelaskan apa?", tanya Shin lagi.
"Kenapa kalian ada disini? Apakah kalian menguntitku?", tanya Nayla dengan nada tinggi.
Shin kembali menoleh kearah Nayla dan melirik Percy sekilas lalu menatap Nayla lagi.
"Ini adalah mansion keluargaku dan selama kita melakukan proyek kerjasama ini, kita tinggal di mansion ini", ucap Shin kemudian. "Di depan kamarmu adalah kamarku dan itu adalah kamar Percy".
"APA?!", teriak Nayla histeris dan membuat Shin tersentak sampai tidak sadar dia melonjak kaget bersama dengan Percy.
"Tidak! Ini tidak benar! Ini salah. Ya Lord... apa yang harus kulakukan kalau ada mereka disini? Kenapa daddy tega padaku? Kenapa Noel juga tega? Aaarrrggghhhh.. this is disaster", ucap Nayla seorang diri sambil berjalan ke kanan dan ke kiri.
Wanita itu bergumam, mengumpat lalu memeluk tubuhnya sendiri seperti orang frustrasi. Dia terlihat gelisah dan semakin tidak terkendali sampai berteriak sendiri. Shin kebingungan. Percy juga. Kedua pria itu sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukannya dalam menghadapi wanita gila yang ada di hadapannya.
"Nayla, bisakah kau berhenti? Itu akan..."
"Jangan mendekat!", bentak Nayla dan Shin langsung terdiam.
"Maksud kami adalah..."
"Kau juga! Jangan mendekat padaku dan jika kau maju satu langkah lagi maka kau akan kubunuh!", desis Nayla sambil menunjuk kearah Percy dengan tatapan penuh ancaman.
Baik Shin dan Percy sama-sama mengangkat kedua tangannya lalu mundur selangkah dari Nayla dengan tatapan tercengang. Demi apapun, Shin meringis melihat ruam-ruam merah yang ada pada tubuh Nayla yang begitu... parah? Wanita cantik itu menghilang entah kemana berganti menjadi wanita yang tampak seperti... mengerikan? Oh dear.
"Apa yang terjadi padamu, Nayla? Apa kau baik-baik saja?", tanya Shin dengan hati-hati.
Nayla menoleh kearahnya dengan sorot mata penuh amarah dan kebencian disitu. "Ini semua gara-gara dirimu, bajingan! Jika saja kau tidak mencium pipiku maka.."
"Wait! Kau seperti ini hanya karena Shin mencium pipimu tadi?", sela Percy dengan mata terbelalak lebar.
"Hanya katamu?! Lihat apa yang sudah bajingan itu lakukan!", bentak Nayla dengan nada tidak terima.
"Aku tahu bukan aku yang melakukannya tapi aku bersumpah kalau ciuman yang dilakukan Shin itu bahkan tidak mengenai pipimu. Itu hanya HAMPIR mengenai pipimu, Nayla", koreksi Percy dengan lugas dan wajah yang seolah meyakinkan.
"Jadi kau mau bilang kalau aku mereka-reka apa yang terjadi padaku?!", desis Nayla dengan mata menyipit tajam.
"Bukan seperti itu maksudku. Hanya saja..."
"Sudahlah! Kau dan Shin sama saja. Aku tidak heran kalau kalian berteman karena sama-sama bajingan! Aku harus angkat kaki dari sini supaya aku tidak perlu melihat benalu seperti kalian!", sela Nayla sambil menggeram.
Apa katanya barusan? Benalu? Heck! Shin langsung meradang dikatai seperti itu oleh Nayla barusan. Selain kasar, Nayla benar-benar tidak memiliki kosakata yang bagus untuk bisa dia ucapkan sebagai seorang wanita.
"Baguslah! Sana keluar saja dari mansion keluargaku! Aku juga tidak sudi menerima wanita yang memiliki penyakit kulit sepertimu. Kau sangat menjijikkan!", sembur Shin dengan seluruh emosinya yang tertahan.
"Shin!", tegur Percy dengan alis berkerut.
"What? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Seenaknya saja mengatai kita benalu padahal dirinya sendiri juga terlihat lebih parah", balas Shin sambil melirik sinis kearah Nayla.
Nayla tertegun menatapnya. Ekspresi wajah wanita itu berubah dari kesal menjadi kaget. Bahkan bisa dibilang wanita itu sepenuhnya tercengang melihatnya sekarang. Jika dia mau merasa tersinggung atau terhina, baguslah! Shin tidak perlu repot-repot meminta Hyun memindahkannya. Biar saja wanita itu yang melapor pada ayahnya dan mengirimkan pengganti untuk wanita itu.
"Tapi kau tidak seharusnya berkata seperti itu. Perkataanmu terlalu kasar", tegur Percy dengan suara rendah sambil melirik cemas kearah Nayla yang masih terdiam.
"Bukankah dengan sikapku yang seperti ini justru akan mempermulus rencanamu untuk mendapatkannya? Go ahead! Ambil saja dia, aku tidak peduli dengan kesepakatan kita!", balas Shin dengan suara berbisik lalu berjalan meninggalkan Percy dan Nayla di belakangnya untuk masuk kembali ke kamarnya sambil membanting pintu.
Dia bisa mendengar Percy menggedor pintu kamarnya tapi dia tidak peduli. Dia sudah cukup mumet dan butuh penyegaran. Saatnya dia mencari pengalihan untuk menyalurkan hasratnya yang masih tertahan. Dia berganti pakaian untuk mendatangi sebuah klub malam milik temannya.
Setelah memberitahukan temannya bahwa dia akan datang dan meminta temannya untuk menyiapkan seorang wanita yang sesuai dengan keinginannya lewat sebuah pesan singkat, Shin pun segera keluar dan dia langsung tersentak melihat Nayla yang masih berdiri di depan kamarnya.
"Mau kemana, dude?", tanya Percy yang juga masih berdiri di samping kamarnya dengan alis mengerut.
"Bukan urusanmu", jawab Shin langsung sambil mengerutkan alisnya membalas tatapan Nayla yang menyipit tajam.
Nayla menyilangkan tangannya sambil menatapnya tanpa ekspresi.
"Minta maaf!", ucap Nayla dengan nada perintah.
"Kau yang harus lebih dulu meminta maaf padaku", balas Shin dengan dingin.
Nayla menekuk wajahnya cemberut. "Kau sudah main cium pipiku sampai aku menjadi seperti ini! Aku tidak terima!".
"Memangnya kau pikir aku terima dikatakan benalu olehmu padahal aku tinggal di mansionku sendiri sementara kau yang menumpang disini?", sahut Shin tidak mau kalah.
"Okay, guys! Aku tidak suka adegan pertengkaran seperti ini! Jika kalian saling membenci dan mengatai satu sama lain, nantinya malah kalian yang akan saling mencintai sementara aku hanya seperti seorang figuran disini! Hargai aku yang ada disini, okay?", sela Percy sambil menarik Shin agar menjauh dari Nayla.
"Tutup mulutmu!", sembur Nayla dan Shin secara bersamaan.
Percy mendengus sambil menatap keduanya dengan tatapan tidak suka. "See? Kalian bahkan sudah kompak untuk membalasku seperti itu!".
"Aku tidak akan melanjutkan omong kosongmu, Percy!", tukas Shin ketus.
Alis Percy mengerut. "Jadi maksudmu kau akan membiarkanku begitu saja? Really? Dan sekarang jangan-jangan kau berniat untuk mencari wanita?".
"Siapa yang ingin mencari wanita?", tanya Nayla antusias.
Shin dan Percy sama-sama menoleh kearahnya dengan heran. Nayla terlihat memamerkan cengiran lebarnya dan mimik wajah galaknya sudah entah kemana.
"Kenapa kau bertanya dengan senyuman yang mencurigakan seperti itu?", tanya Shin curiga.
"Bisakah kita berunding sejenak? Ada yang ingin aku sampaikan", ujar Nayla kemudian.
"Tentu! Aku suka berunding!", seru Percy langsung.
Shin memberikan senyuman sinisnya melihat keakraban yang dilakukan kedua orang itu secara spontan.
"Apa yang ingin kau rundingkan? Cepatlah. Aku sudah lapar", cetus Shin sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Kalian kan katanya suka padaku tapi aku merasa itu adalah omong kosong. Toh kalian berdua itu adalah pria tampan dengan sejuta pesonanya yang bisa memikat wanita manapun kecuali aku. Bukan begitu?", ujar Nayla memulai perundingannya.
Shin dan Percy mendengus pelan mendengar ucapan Nayla yang membuat mereka merasa diangkat lalu dijatuhkan dalam sepersekian detik.
"Langsung intinya saja", ucap Shin tidak sabaran.
"Dan aku mendapatkan informasi bahwa kalian juga pesakitan sepertiku", balas Nayla dengan lugas.
What an F word! Setelah Nayla mengatainya benalu, kini Shin sudah harus menerima hinaan berupa pesakitan?
"Jangan tersinggung dulu, aku tidak ada maksud untuk mencari masalah tapi kalian yang memulai lebih dulu jadi aku punya ide", seru Nayla ketika melihat Percy dan Shin hendak protes.
"Apa sih yang ingin kau sampaikan sebenarnya? Mendadak aku menjadi kesal karena lapar", dengus Percy sebal.
Shin melirik kearah Percy yang tumben sekali kalau pria itu bisa kesal juga dengan Nayla.
"Aku tahu Shin memiliki kebencian terhadap wanita cantik yang suka menyombongkan diri dan berniat untuk menyakiti hati para korbannya. Dan aku juga tahu kalau kau itu masih memendam rasa sakit hati pada wanita yang pernah menjadi kekasihmu", ujar Nayla dengan lantang.
Tidak usah dijelaskan lagi darimana asal mula informasi absolute itu didapati Nayla. Shin bahkan menggelengkan kepalanya dan Percy mengumpat pelan.
"Tapi kau tenang saja. Aku tahu kelicikan kakakku yang sampai tega memberitahuku soal itu dan juga memberitahu kalian soal phobiaku jadi... bagaimana kalau kita sama-sama menyembuhkan diri?", ajak Nayla kemudian.
"Menyembuhkan diri?", tanya Percy bingung.
Nayla mengangguk mantap. "Kita bertiga menjadi teman dan saling memberi masukan kepada calon pasangan masing-masing. Maksudku, aku bisa memberikan saran sebagai seorang wanita dan kalian yang memberiku saran tentang pria. Bagaimana?".
"Aku menyukaimu dan menginginkanmu, Nayla. Aku sama sekali tidak ingin ada wanita lain selain dirimu", cetus Percy lantang yang membuat Shin memutar bola matanya dengan jengah.
"Hentikan sandiwaramu itu, Percy! Aku tahu kalau kau hanya tertantang untuk mendapatkanku dan bukan karena benar-benar menyukaiku. Asal kau tahu saja soal ancamanku pada kalian itu bukan main-main", balas Nayla sambil menyipit tajam.
Percy terkekeh geli sambil membungkuk untuk menatap Nayla dengan intens sementara wanita itu mengerutkan alisnya sambil mundur selangkah.
"Terserah kau mau bilang sandiwara, yang jelas urusan hati tidak bisa dipaksakan dan aku memang benar-benar menyukaimu", ucap Percy mantap.
Shin melumat bibirnya untuk menahan tawanya. Percy benar-benar pemain ulung yang berniat untuk melancarkan rencananya demi mendapatkan Nayla.
"Pokoknya aku tidak bercanda soal ancamanku", sahut Nayla dengan penuh penekanan.
"Jadi apa maumu, Nayla?", kini giliran Shin yang bertanya.
"Seperti yang sudah kubilang tadi agar kita berteman saja untuk mendukung apa yang ingin kita lakukan tanpa perlu saling menyakiti, okay? Aku juga tidak bisa menghindar ataupun menjauh dari kalian dan kalian pun tidak bisa melakukan apa-apa selain harus menghadapi keanehanku ini", jawab Nayla sambil bergeser dari posisinya berdiri untuk menjauh dari Percy dan membalas tatapan Shin.
"Darimana semua usul yang mendadak ini? Kalau kau sudah tahu niat terselubung kakak sialanmu itu, berarti kau tahu jelas kalau kami tidak berniat untuk..."
"Aku yang memiliki niat dan Shin tidak. Jadi, pilihlah aku menjadi kekasihmu", sela Percy tidak sabaran.
Nayla melirik cemas kearah Percy dengan tatapan risih dan malah mendekati Shin untuk bersembunyi di balik punggungnya. Astaga! Shin menjadi kebingungan.
"A... apa-apaan ini?", tanya Shin bingung.
"Ucapan kasarmu soal diriku yang menjijikkan itu adalah bukti bahwa kau tidak menyukaiku dan itu membuatku lega. Aku jadi yakin kalau kau hanya sengaja membuatku kesal dan kini aku tenang kalau kau tidak berniat mendekatiku", jawab Nayla langsung.
"W...what?", balas Shin kaget dan Percy juga.
Nayla berdiri tepat di hadapan Shin dan sedikit menjauhi Percy sambil menautkan rambutnya ke belakang telinganya lalu menunjukkan pipinya yang tadinya kemerahan, kini mulai memudar.
"See? Bengkak di pipiku akan menghilang dalam hitungan menit, juga ruam-ruam yang ada di sekujur tubuhku. Ucapanmu tadi yang..."
"Wait a minute! Jadi apa yang kulontarkan tadi bukannya membuatmu tersinggung malah membuatmu lega dan kembali normal?", sela Shin yang masih dengan mimik wajah kagetnya.
Nayla mengangguk mantap.
"Dan sekarang karena aku yang menyukaimu terang-terangan jadi kau berniat untuk menjauhiku?", timpal Percy.
Nayla kembali mengangguk dengan cepat dan sekarang dia malah mendekat kearah Shin lalu mencengkeram lengan pria itu sambil menatap Percy dengan waspada.
Shin masih kebingungan dan semakin dipikirkan malah dia semakin pusing saja. Sepertinya sikapnya yang sudah tidak tahan dengan kekonyolan Nayla malah menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Crap!
"Aku benar-benar membutuhkan minuman dan wanita saat ini", gumam Shin sambil melepas tangan Nayla yang mencengkeramnya tapi dia langsung mengurungkan niatnya. "Tolong lepaskan tanganmu karena aku tidak mau menyentuhmu".
"Why?", tanya Nayla dengan alis terangkat.
"Karena mencium pipi yang hampir kena saja kau sudah seperti itu, aku tidak mau kau sampai kejang nantinya", jawab Shin asal.
Percy tertawa hambar dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Okay, baru kali ini aku mengalami hal yang tidak masuk akal. Mendadak aku menjadi tolol soal wanita dan kemana pengalamanku selama ini? Shame on me!".
"Aku adalah kemustahilan untuk kalian", balas Nayla sambil melepas cengkeramannya lalu terkekeh begitu saja.
"Kenapa begitu?", tanya Percy kemudian.
"Karena kalian bukan Baekhyun Oppa atau Suga Oppa. Mereka adalah biasku dengan Ji-Sub Ahjussi sebagai calon suami idamanku", jawab Nayla santai sambil berjalan menuju kearah kamarnya lalu masuk kedalam tanpa berkata apa-apa lagi.
"Si..siapa? Nama aneh seperti itu menjadi apamu?", tanya Percy bingung lalu menoleh kearah Shin untuk menuntut penjelasan. "Apa kau tahu apa maksud ucapannya barusan?".
Shin menghela nafas lelah. "Tidak usah didengar. Itu adalah bentuk frustrasi seorang wanita yang terlalu banyak berhalusinasi untuk mendapatkan sesuatu yang mustahil. Tidak heran kalau dia itu gila".
"Jadi karena itu makanya dia bilang kalau dia adalah kemustahilan untuk kita?", tanya Percy lagi.
"Karena dia tidak bisa menerima kenyataan. Itu saja intinya", jawab Shin dengan senyum sinisnya.
Percy mengerjap dengan ekspresinya yang begitu tolol selama beberapa saat. Kemudian dia menghela nafas dan mengusap wajahnya dengan masam.
"Kurasa aku juga membutuhkan minum dan wanita saat ini", gumam Percy kemudian dan senyuman Shin langsung mengembang.
"Apa kubilang?", tukas Shin sambil tersenyum senang.
Tapi kesenangannya tidak bertahan lama karena tiba-tiba saja pintu kamar Nayla kembali terbuka dan wanita itu muncul dengan penampilan yang... shit!
"Bukankah barusan kau terlihat berantakan dan kenapa kau bisa secantik ini sekarang?", tanya Percy dengan sorot mata yang naik turun menatap Nayla.
Wanita itu memakai terusan selutut berwarna merah dan rambut yang tadinya digulung olehnya kini dilepas dan membentuk ikal natural yang membingkai wajahnya dengan pas. Dia tidak memakai pemulas wajah, hanya sedikit pelembap bibir dan terlihat menawan.
Soal kata 'menjijikkan' yang sempat dikeluarkan Shin mendadak membuatnya menyesal karena apa yang terlihat di hadapannya sungguh jauh berbeda.
"Ke...kemana semua ruam-ruammu itu?", tanya Shin heran.
Senyum Nayla mengembang. "Jika aku sudah bisa merasa tenang, ruam-ruamku akan cepat menghilang. Jadi, aku mau ikut kalian! Aku belum makan dan aku kelaparan. Sekalian aku ingin melihat selera wanita kalian dan aku akan memberi beberapa tips dalam memilih wanita jika kunilai wanita yang kalian pilih nanti tidak sesuai ekspektasiku".
Baik Shin dan Percy melongo menatap Nayla yang kini sudah berjalan melewati mereka begitu saja untuk menuruni anak tangga.
"Apakah maksudnya dia berniat untuk menemani kita memilih wanita satu malam yang akan memuaskan kita?", tanya Percy dengan suara tercekat.
Shin menoleh pada Percy dengan kesal. "Bisakah kau hentikan pertanyaan bodohmu itu dan tidak membuatku semakin penat?!".
Shin pun berjalan dan diikuti Percy untuk turun ke lantai lobby mansionnya. Dalam hatinya sudah mengumpat keras dengan keadaan yang sama sekali tidak diprediksinya akan seperti ini.
Dan kekesalannya bertambah ketika dia bisa melihat adanya sebuah mobil sport dengan atap terbuka berwarna merah menyala sudah terparkir di depan lobby dengan Nayla yang duduk di kursi kemudi.
Wait a minute! Apakah dia bermaksud untuk...mengemudi?
"Aku yang akan mengemudi sebagai bentuk maafku karena sudah melampiaskan kekesalanku seharian ini pada kalian. Silahkan duduk di kursi belakang karena aku tidak mau salah satu dari kalian duduk di sampingku, untuk menghindari alergi. Anggap saja aku sebagai supir pribadi kalian", ujar Nayla sambil mengarahkan dagunya kearah kursi belakang dengan pintu yang sudah dibukakan oleh pengawal pribadi wanita itu.
"Kami tidak pernah membiarkan wanita menyetir", balas Percy dengan alis berkerut karena pengawal pribadinya yang bernama Russell sudah menarik pria itu untuk masuk ke kursi belakang.
"Sekarang sudah. Anggap saja sebagai pengalaman pertama kalian", sahut Nayla kalem.
Shin mendesis tajam kearah Russell yang ingin menariknya dan mundur selangkah. "Aku bisa sendiri".
"Kalau begitu masuklah", balas Russell dengan wajah jenuh.
Shin mendengus dan berjalan untuk masuk ke kursi belakang di samping Percy dengan wajah tidak senang. Percy pun begitu.
Nayla tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya kearah Russell. "Thanks, Russell. Kau boleh beristirahat karena aku bisa menjaga diriku sendiri".
Russell hanya mengangkat bahunya dan berlalu begitu saja. Shin dan Percy saling melempar tatapan masam dalam diam sementara Nayla mulai melajukan kemudinya dalam kecepatan yang gila-gilaan.
"Are you crazy, woman? We're not supposed to be that hurry!", seru Percy kaget sambil memasang seatbeltnya dengan terburu-buru.
"I'm famished", balas Nayla cepat. "Shin, cepat beritahu kemana kita akan pergi?".
Shin tidak menyahut. Kepenatannya semakin menjadi karena kecepatan yang diambil Nayla sudah kelewatan. Dia bahkan hanya memejamkan matanya dan mengusap keningnya untuk menenangkan dirinya agar bisa menekan kemarahan yang sedang ditahannya.
I'm really in a deep shit, batinnya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Apa kabar semuanya?
Semoga kalian sehat-sehat disana.
Jangan lupa untuk bahagia
Karena pura-pura bahagia pun cukup melelahkan 😆
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top