Part 4 - Bunch of creepy guys
Time decides who you meet in life
Heart decides who you want in life
And behavior decides who stays in life
Happy Reading 💋
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Nayla mendengus sambil menatap sinis kearah dua pria yang menjadi sasaran kemarahannya kali ini. Di hadapannya sudah ada Kim Shin dan Percy yang sedang menunggunya di ruang rapat pada gedung baru itu.
Semalam dia sudah tiba di Gimpo dan menempati sebuah mansion milik keluarga besar Kim di kota itu. Dan ketika dia tiba, dia diberitahukan soal adanya partisipasi dari Tristan group soal merger sialan ini. Dia yakin kalau ada permainan di balik semua ini dan kedua pria brengsek itu adalah biang keroknya.
"Apakah kau harus memberikan tatapan masam pada kami setelah berbulan-bulan tidak bertemu, cantik?", sapa Percy dengan wajah sumringah.
Kim Shin memberikan senyum setengahnya sambil menyilangkan tangannya dan menatap Nayla dengan tatapan menilai. "Kau tambah cantik".
Nayla memutar bola matanya sambil berjalan melewati kedua orang itu untuk menempati ke salah satu kursi dan menaruh barangnya dengan sedikit membantingnya sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Shin dan Percy sama-sama meringis mendengar suara bantingan itu.
"Dengarkan aku baik-baik! Aku tahu kalau kalian berdua memiliki rencana untuk mengerjaiku dan aku pastikan itu tidak akan berhasil karena... jika kalian macam-macam, aku tidak akan segan-segan untuk membunuh kalian dengan cara paling sadis!", desis Nayla dengan sengit.
Kim Shin berjalan untuk menempati kursi utama sambil tersenyum hambar. "Ancamanmu itu sangat dirimu sekali, Nayla. Entah kenapa aku sudah terbiasa dan berniat untuk merealisasikannya. Pertanyaanku saat ini adalah kapan kau akan membunuhku?".
Percy terkekeh dan menempati kursi yang ada di hadapan Nayla. "Kau berniat untuk bunuh diri, Shin?".
"Dibunuh. Bukan membunuh diri sendiri, Percy", ralat Shin santai.
"Wah, belum-belum kau sudah menyerah? Sayang sekali", balas Percy dengan wajah penuh simpati yang palsu.
Nayla menggertakkan giginya mendengar ocehan kedua pria sialan yang selalu saja membuat moodnya menjadi semakin buruk saja. Rasanya ide Noel untuk meladeni kedua orang itu guna menyembuhkan phobianya sangat salah. Belum-belum dia merasakan sekujur tubuhnya bergidik tidak jelas karena merasa... ewww, jijik!
"Aku bukannya menyerah, hanya memberi kesempatan untuk wanita cantik ini membuktikan ucapannya. Well... jika dia memang bisa", ujar Shin sambil menoleh kearah Nayla dan mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.
Astaga! Nayla malah mendesis ngilu mendengar ucapan Shin yang benar-benar tidak tahu malu itu. Apa dikiranya Nayla hanya bercanda? Belum-belum Nayla ingin segera menusuknya dengan pisau beracun ke dalam batang tenggoroknya atau mengebiri pria itu. Sial!
"Bilang saja kau ingin mencari kesempatan. Tapi aku tidak akan tinggal diam jika kau berencana untuk main curang", balas Percy dengan tatapan berkilat kearah Nayla sambil mengulumkan senyum lebarnya.
"Memangnya apa hadiahnya jika salah satu dari kalian bisa menarik perhatianku?", tanya Nayla sambil menopangkan dagunya dengan tatapan masam kearah kedua pria itu.
"Kau", jawab keduanya dengan kompak.
"Lalu apa yang akan kudapatkan jika aku tidak tertarik sedikitpun pada kalian berdua?", tanya Nayla lagi.
"Kerugian yang sangat banyak karena sudah melewatkan hal yang berharga sepertiku", jawab Percy dengan penuh percaya diri.
"Dan akan menjadi wanita paling dirutuki karena menolak most wanted man sepertiku", timpal Shin dengan mimik wajahnya yang sok tampan itu.
Nayla tertegun mendengar jawaban kedua pria itu lalu sedetik kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Ya Lord... kenapa bisa ada pria yang begitu memalukan seperti ini? Dan yang memperparah keadaan adalah adanya dua orang pria bodoh yang dengan jujurnya mengemukakan keinginan untuk mendapatkannya. Apakah mereka baru saja memberitahukan bahwa dirinya dijadikan bahan taruhan? Ckckckck.
"Kini aku tahu kenapa dua orang pria sialan seperti kalian bisa duduk disini dengan dalih proyek terkutuk ini. Aku pastikan aku akan membuat kalian kewalahan dan semoga sukses dalam menarik perhatianku", ujar Nayla dengan alis terangkat setengah.
"Well.. maaf jika mengecewakanmu tapi aku akan tetap bersikap professional jika sedang bekerja, sayang", balas Shin dengan senyuman hangat sambil membuka dokumen yang ada di depannya.
"Kalau aku pribadi sih fleksibel saja. Jika dalam jam kerja aku memiliki kesempatan untuk mendekatimu, aku akan mencari perhatian sambil kita mengerjakan pekerjaan kita", tukas Percy sambil mengangkat bahunya.
''Aku sama sekali tidak bisa percaya kepada para ayah keparat yang membiarkanku terjebak dengan dua pria seperti kalian. Lagipula ini adalah proyek miliaran dolar, kenapa bisa-bisanya mereka membiarkan kalian yang ada disini? Kenapa tidak Hyun Oppa atau kak Petra saja? Kenapa harus kalian berdua? Dan juga kenapa aku juga sial yang harus dipilih ayahku untuk mewakilinya, bukan kakakku?", sewot Nayla dalam suara bergumam sambil membuka dokumennya lalu menyalakan laptopnya.
Ini pasti ada permainan dan Nayla tidak suka itu. Jika dia tidak salah menafsirkan urusan yang ada di depannya sekarang, bisa jadi kakak bajingannya yang katanya ingin membantunya ada sedikit banyak mengerjainya juga. Karena tidak mungkin seorang Noel bisa tiba-tiba berbaik hati menawarkan bantuan padanya. Maksudnya bukan menganggap Noel itu jahat, dia termasuk kakak yang baik dan suka melindunginya sedari kecil. Tapi sekarang? Dia ragu akan hal itu.
Joan sudah memperingatkannya soal adanya Percy dalam proyek ini secara tiba-tiba, karena sedari awal tidak ada pembicaraan soal pihak Tristan yang ingin ikut terjun dalam usaha PLTU seperti ini.
Nayla tersentak saat tiba-tiba ada sekotak bunga disodorkan dari arah samping kirinya, dia langsung menoleh dan mendapat seorang asisten pribadi yang bernama Eunha tersenyum kearahnya.
"Sekotak mawar untuk menyambut kedatangan Anda disini dari Mr. Tristan dan Mr. Kim", ujar Eunha dengan ramah sambil membungkuk lalu berlalu meninggalkannya.
Nayla menatap sekotak mawar itu dengan alis berkerut tidak suka lalu menoleh pada Shin dan Percy yang sedang tersenyum dalam diam sambil berlagak sibuk dengan laptopnya masing-masing.
"Jadi ritual kirim bunga dalam setiap harinya itu adalah ulah kalian saat aku di Jakarta? Mawar merah di pagi hari dan mawar pink di sore hari?", tanya Nayla sinis.
"Sebenarnya ide soal bunga itu dari Percy, bukan aku. Dan soal yang mengirimimu bunga di Jakarta juga bukan aku tapi dia", jawab Shin sambil menunjuk Percy dengan santai lalu menoleh kearah Nayla dengan ekspresi meringis. "Maaf sekali aku bukan pria romantis yang memberikan bunga karena kau itu bukan batu nisan. Aku lebih senang menjadi sandaranmu jika kau membutuhkan pelukan".
Nayla mengerutkan alisnya dengan sebal dan menatap Shin tajam. "Jangan berharap banyak, Oppa".
"Ah kau memanggilku Oppa. Aku senang sekali", seru Shin dengan alis terangkat senang lalu kembali menunduk kearah laptopnya.
"Yang mengirim bunga itu aku, sayang. Karena aku senang memberikan sesuatu yang indah kepada wanita cantik sepertimu. Mawar itu ibarat dirimu, cantik tapi menyakitkan. Jadi, tidak ada salahnya kan kalau aku terus mengirimimu bunga supaya kau ingat padaku?", ujar Percy hangat.
Nayla memberikan senyuman setengah. "Asal kau tahu saja kalau aku bukan Joan yang akan luluh diberikan bunga terus-terusan oleh kakakmu dulu atau kak Alena yang dikirimi bunga bertubi-tubi selama bertahun-tahun hanya sebagai tanda bahwa kak Joel memperhatikannya selama ini. Itu sudah kuno dan sangat basi. Tidak semua wanita suka dengan kiriman bunga. Perlu kau ketahui kalau mansion orangtuaku bukan rumah duka yang harus dipenuhi oleh bunga-bungamu yang tidak diperlukan".
Shin terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya dan Percy hanya melirik sebal kearah Shin.
"Aku mengirimimu bunga bukan karena mengikuti jejak kakakku. Bunga mawar itu hanya symbol untukmu saja", balas Percy dengan seulas senyuman hambar.
"Ah kau tidak tahu saja kalau yang kusuka dari mawar itu bukan bunganya tapi durinya. Karena duri itu sangat berguna untuk menusuk seseorang atau membuat orang kesakitan", sahut Nayla sambil meraih sekotak mawar itu lalu dia beranjak dari kursinya untuk berjalan kearah sudut ruangan.
"Eh, kau mau bawa kemana bunga itu?", tanya Percy yang ikut beranjak dari kursinya untuk melihat apa yang Nayla lakukan.
Brakkkk!!!
Sekotak mawar itu langsung dijatuhkan Nayla ke dalam sebuah tempat sampah dengan menumpahkan semua bunga yang ada di dalam kotak itu tanpa sisa, lalu menoleh kearah Percy dengan wajahnya yang ceria. "Ketempat dimana bunga itu seharusnya ditaruh".
"Itu bukan ditaruh, tapi dibuang", seru Percy tidak terima sambil menunjuk kearah tong sampah.
Shin hanya terdiam sambil menopang dagu untuk melihat kedatangan Nayla kembali ke kursinya dan duduk dengan santai seolah tidak melakukan apa-apa seperti barusan.
"Terserah kau mau bilang apa. Intinya aku tidak suka dan berhenti membahas yang tidak penting. Ayo kita mulai bekerja", sahut Nayla datar.
Percy terdiam lalu kembali duduk di kursinya sambil mengerutkan alisnya dan menghela nafas setelahnya. Shin hanya mengangkat bahunya kearah Percy tanpa berkata apa-apa. Selama beberapa saat mereka terdiam dalam kesibukan masing-masing dalam mempersiapkan bahan pertemuan mereka.
Shin yang memimpin rapat itu dan memberikan penjelasan dalam presentasi singkat berupa rencana kerja dan realisasi pekerjaan yang akan dilakukan kedepannya. Pria itu melakukan presentasinya dengan sangat lugas dan jelas, terlihat sekali dia menguasai bidang yang dilakukannya dan Nayla sempat heran kenapa dengan kepiawaiannya dalam bekerja seperti itu masih diragukan oleh kakaknya sendiri.
Setelah itu Percy melanjutkan presentasi mengenai anggaran dan forecast pengeluaran yang akan dikeluarkan. Pria itu juga terlihat kompeten dalam menyampaikan maksudnya dan terlihat begitu serius sekarang.
Nayla menunduk untuk membaca struktur organisasi yang terpampang pada satu bundle dokumen yang dipegangnya bahwa Kim Shin ditunjuk sebagai CEO pada proyek ini dan bertanggung jawab sepenuhnya atas jalannya perusahaan itu, sementara Percy bertindak sebagai CFO karena Tristan Group menjadi salah satu penanam modal untuk proyek ini.
Nayla sendiri ditugaskan sebagai wakil COO atau Chief Operating Officer, dimana jabatan itu seharusnya dipegang oleh Wayne, ayahnya. Dia mewakili ayahnya dan masih diarahkan dalam masa pelatihannya yang katanya harus mencari pengalaman baru diluaran sana agar dirinya semakin siap dalam melanjutkan usaha bisnis orangtuanya.
"Sementara seperti ini dulu. Aku sudah menugaskan manager operasional untuk segera bekerja dalam menjalani konstruksinya", ujar Shin kalem sambil mengetik sesuatu di laptopnya. "Aku akan mengirimkan beberapa lembar kerja yang bisa kalian bahas nanti dengan pihak manajemen kalian sebagai update mingguan".
Nayla masih berkutat pada laptopnya untuk membaca dokumen yang terkirim sambil mencatat beberapa hal penting yang harus dia sampaikan kepada ayahnya setelah pertemuan ini. Dia yakin kalau dia akan sangat sibuk untuk beberapa hari kedepan karena ayahnya termasuk orang yang tidak sabaran alias tidak mau buang-buang waktu yang tidak perlu dengan laporan tanpa hasil.
"Apakah kau mempunyai pertanyaan untuk kau ajukan, Nayla?", tanya Percy kemudian.
Nayla mengangkat wajahnya untuk menatap pria yang sudah tersenyum lebar padanya. Bahkan Percy sudah bersandar di kursinya sambil bertopang dagu untuk menatapnya dengan mata yang berkilat nakal disitu. Mimik serius yang tadi dipasangnya saat presentasi menguap entah kemana berganti ekspresi seorang Percy yang genit.
"Ada", jawab Nayla sambil mengangguk. "Pertanyaannya adalah kapan kau akan berhenti memberikanku kerlingan nakal yang tidak diperlukan sehingga tanganku tidak perlu gatal untuk melepas sepatuku lalu menyambitmu dari sini?".
Percy tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya. Dia terlihat sangat menikmati apa yang dilakukannya tanpa mempedulikan tatapan risih dari Nayla. Sementara Shin hanya menggelengkan kepalanya sambil terus mengetik di laptopnya dan terlihat tidak tertarik dengan ulah Percy yang menggoda Nayla.
"Maaf kalau aku bersikap apa adanya. Tidak seperti temanku yang sok dingin dan sok menjaga sikap padahal dia hanya ingin menarik perhatianmu lewat sikap diamnya itu", celetuk Percy sambil melirik kearah Shin dengan tatapan geli.
"Aku diam bukan berniat untuk menggodamu atau menarik perhatianmu, Nayla. Aku memang sibuk memberikan laporan tentang urusan kerjaanku pada kakak sialanku yang tidak sabaran menunggu kabar dariku perihal proyek kami yang lain", balas Shin tanpa menoleh kearahnya dan masih berkutat pada laptopnya.
Nayla melirik singkat kearah Shin yang sepertinya memang sibuk tapi dia tidak peduli. Bisa jadi dia seperti apa yang dikatakan Percy barusan bahwa menjadi dingin adalah caranya untuk tetap terlihat keren. Seperti Hyun Oppa kepada kak Ashley. Ya Lord... Nayla lagi-lagi teringat dengan kisah cinta para kakaknya yang terbilang klise dan tidak menyenangkan itu.
"Shit!", desis Shin kesal sambil menggeram pelan dengan wajahnya yang marah.
Spontan Percy dan Nayla langsung menoleh kearah Shin yang terlihat tidak senang itu. Ekspresi wajahnya mengeras dan dia menutup laptopnya dengan kasar sambil mengumpulkan berkas-berkas dokumennya.
"What the hell happened, dude?", tanya Percy heran.
Shin mendengus. "Pertemuan hari ini cukup sampai disini, aku ada urusan yang harus aku selesaikan".
"Really? Secepat itu?", tanya Percy lagi.
Shin melirik kearahnya dengan alis berkerut. "Memangnya kenapa? Sepertinya kau senang sekali".
"Tentu saja, itu artinya aku bisa berduaan saja dengan Nayla disini", balas Percy riang.
Nayla menghela nafas sambil mematikan laptopnya. Jika pertemuan ini sudah selesai tandanya dia juga bisa mengundurkan diri sekarang juga dari ruangan ini sebelum Percy berniat untuk mendekatinya lebih lagi.
Dia bisa merasakan kalau Shin mulai beranjak dari tempatnya ketika dia merapikan laptopnya dan dokumennya lalu... cup! Seperti ada sengatan listrik yang membuatnya tersentak selama sepersekian detik karena menerima ciuman di pipi secara tiba-tiba dari arah kanannya, Nayla merasakan tubuhnya gemetar dan nafasnya seolah tertahan.
Dia melirik cemas kearah kanan dengan mata terbelalak ketika melihat Shin memberikan senyuman lebar yang sedang membungkuk di samping kanannya lalu... PLAK! Tangan kirinya spontan melayang dan mendarat di pipi Shin dengan kencang.
"Shit, man! You're in a deep shit!", ucap Percy dengan kaget. "Kau berbuat curang dan langsung mendapatkan akibatnya".
Nayla bisa melihat tanda merah di pipi Shin akibat tamparannya dan dia segera beranjak menjauh dari situ sambil menatap Shin dengan tatapan waspada. Sekujur tubuhnya sudah berkeringat dingin dan kedua tangannya mengepal erat sambil menatap Shin dengan sorot matanya yang menyipit tajam.
"Aku bilang jangan pernah macam-macam denganku", ucap Nayla dengan suara tercekat.
Shin menegakkan tubuhnya sambil mengusap pipinya yang merah dengan senyuman setengahnya yang hambar. Dia menatap Nayla dengan hunusan tajam.
"Menarik", ucapnya dengan suara bergumam.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Shin meraih barang-barangnya lalu menatap Nayla selama beberapa saat lalu berlalu dari ruangan itu tanpa menoleh kearahnya lagi. Bahkan saat Percy mencoba memanggilnya pun diabaikannya.
Nayla menarik nafasnya dengan dalam lalu menghembuskannya keras karena merasa dadanya sesak. Dia mengusap kasar pipinya yang sempat dicium Shin tadi. Dasar pria sialan! Berani-beraninya Shin menciumnya sampai dia merasa jijik dengan pipinya sendiri.
"Apakah itu normal untuk ukuran wanita sepertimu jika mendapat kecupan dari pria?", tanya Percy tiba-tiba dan Nayla tersentak karena baru sadar kalau masih ada Percy disitu.
"Jangan coba-coba melakukan hal itu padaku!", ancam Nayla langsung sambil terus mengusap-usap pipinya dengan tissue.
Merasa tissue tidak cukup untuk membersihkan pipinya, dia merogoh tasnya untuk mencari tissue basah dan mengusap pipinya lagi sebanyak berkali-kali. Shit! Sebentar lagi pipinya pasti akan ruam-ruam karena diusap dengan kasar.
"Jangan seperti itu, Nayla. Nanti pipimu luka. Kau itu perempuan dan jangan mengasari diri dengan mengusap pipimu seperti itu. Tadi itu hanya ciuman ringan dan..."
"Ciuman ringan katamu?!", sela Nayla dengan sengit. "Aku tidak suka disentuh apalagi dicium! Aku tidak suka dengan kontak fisik dengan pria! Kecuali ayah dan kakakku!".
Alis Percy berkerut. "Apa kau lesbian?".
"Aku tidak suka disentuh bukan berarti aku tidak normal. Aku hanya tidak suka pria yang bertingkah seenaknya terhadap wanita dan menganggap kaum kami sebagai pemuas kalian! Itu jijik!", balas Nayla ketus.
Arrrggghhh.. dia merasa kalau dia harus membersihkan diri dan itu berarti dia harus pulang untuk mandi. Buru-buru dia kembali mengumpulkan barangnya dan mendekapnya dalam pelukan sambil beranjak dari posisinya.
Nayla mendesis tajam kearah Percy ketika merasakan ada gerakan dari pria itu.
"Woooo... easy, woman! Aku hanya ingin membukakan pintu untukmu karena kau akan kesusahan untuk membuka pintu", ujar Percy sambil mengangkat kedua tangannya saat dilirik tajam oleh Nayla.
Nayla mendengus sambil mundur untuk membiarkan Percy membukakan pintu untuknya dan setelah itu dia melesat keluar tanpa berkata apa-apa lagi. Bahkan dia hampir berlari untuk segera keluar dari kantor itu dan memanggil pengawal pribadinya, Russel agar segera menyiapkan mobilnya.
Sial! Nayla mulai merasa gelisah dan ruam-ruam pada kulit itu sepertinya sudah menyebar. Jika dalam waktu setengah jam dia tidak menyentuh air untuk membersihkan dirinya, dia akan mengalami ruam-ruam merah di sekujur tubuhnya dan akan mengalami gatal-gatal yang menyakitkan.
Grrrr... baru hari pertama saja dia sudah sesial ini karena harus kecolongan dicium oleh Shin. Kedepannya dia harus menyiapkan atribut pribadi untuk serangan darurat jika salah satu dari dua pria menyebalkan itu kembali melakukan hal yang tidak pantas.
"Silahkan masuk, Ms. Nayla", ucap Russel dengan pintu yang sudah dibukakan.
Nayla tersentak dan menyerahkan barang bawaannya kepada pengawal pribadi suruhan kakaknya untuk menjaganya selama berada disini. Dia melirik risih ketika mendapati Russel menatapnya dengan alis berkerut.
"Aku akan mencongkel matamu jika kau masih melihatku seperti itu", desis Nayla ketus sambil masuk ke dalam bangku belakang.
"Sorry", gumam Russel sambil menutup pintu mobilnya.
Ugh! Nayla mengerang kesal ketika sudah berada di dalam mobilnya dan segera mengambil kaca kecil yang ada di dalam tasnya. Dia melihat pipinya yang sudah memerah lalu memeriksa lehernya yang mulai muncul ruam-ruam kecil. Damn you, Shin! Sehabis ini dia akan membuat perhitungan dengan pria sialan itu! Lihat saja!
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Good night, genks!
Santai aja kali ngeliat fotonya.
Kayak aku dong yang nyantai tapi
dalam hati udah nahan nafas saat
upload foto mereka 😥😥😥😥😥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top