Part 30 - Bad dream is a painful memory
Udah lama nggak main ngegas 😎
Yuk kita seru2an lagi 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Nayla mengerutkan alisnya ketika mendengar suara yang mengganggu. Dia membuka matanya yang begitu berat dan mendapati kalau kamar yang sedang ditempatinya masih tampak remang dengan penerangan yang samar dari lampu duduk.
Dia terbangun dan mencoba bergerak untuk pindah posisi dengan malas. Ketika dia berbalik, matanya melebar kaget melihat Shin yang seperti mengigau tidak jelas.
"Tidak... tidak..." racau Shin dengan gelisah. "Jangan lakukan itu! Kumohon jangan..!"
Nayla langsung beranjak dari rebahannya dan mendapati wajah Shin tampak begitu pucat, keningnya pun berkeringat, dan ekspresinya terlihat kesakitan.
Nayla segera menyalakan saklar lampu tengah, yang ada di sisi nakas, lalu mendekati Shin sambil menepuk-nepuk pipinya.
"Shin, bangun! Hey!" panggil Nayla keras.
Shin masih belum bergeming. Dia masih mengigau dengan kegelisahan yang tampak dari wajahnya. Bibirnya tidak henti meracau tentang permohonan maaf, penyesalan, dan berbagai macam ungkapan yang terkesan bahwa dia memohon pengampunan.
"Shin, bangunlah!" panggil Nayla kembali, kali ini dengan nada yang lebih keras dari sebelumnya.
Shin belum terbangun juga. Malahan pria itu semakin gelisah dan terus meracau tidak jelas. Tentu saja Nayla merasa geram dan mulai naik pitam.
"SHIN!" bentak Nayla lalu menampar keras pipi Shin.
Tamparan keras dan bentakan Nayla barusan berhasil membangunkan Shin, sehingga pria itu bisa membuka matanya dengan ekspresi kagetnya. Meski Nayla tahu bahwa apa yang dilakukannya barusan sangat keterlaluan, tapi Nayla tidak mempunyai pilihan lain.
Shin yang kaget tampak menatap Nayla dengan sorot matanya yang sempat kebingungan, lalu sekarang berganti menjadi sorot kelegaan. Pipi kanannya memerah akibat tamparan keras Nayla, dan Nayla merasa sangat bersalah sekarang.
Harus sampai kapan aku terus menyakiti Shin? batin Nayla menyesal. Dia merasa begitu kasar menjadi wanita dengan memukul pria seperti tadi. Dia baru saja ingin menyentuh pipi kemerahan Shin, tapi tangannya sudah dicekal dengan kuat oleh Shin sekarang. Deg!
Tanpa berkata apapun, Shin menyerangnya dengan mengubah posisinya menjadi di bawah tindihan Shin dan menekan tubuhnya. Wait! Nayla mendadak panik. Apa yang ingin dilakukan oleh pria sialan ini?
"Sudah kukatakan untuk jangan pernah memukulku lagi," ucap Shin dengan suara berat.
Nayla hendak melepaskan tangannya dari cekalan erat Shin, tapi Shin malah semakin mengeratkan cekalannya dan menangkup kedua tangannya di atas kepalanya. Kedua kakinya pun tidak bisa bergeming karena tindihan tubuh besar Shin yang membuatnya merasa kerdil.
Pria itu bisa dibilang dua kali lipat lebih besar darinya, namun tidak merasa bersalah dengan menindih tubuh mungil Nayla dengan seluruh berat badannya.
"Aku hanya ingin..."
Suara Nayla tertelan karena Shin sudah meraup bibirnya dan menciumnya dengan penuh hasrat. Nayla memekik dan berusaha memberontakkan dirinya sekuat tenaga. Damn! Kemana kekuatan dan pertahanannya sebagai seorang petarung? Dia merasa kalah dengan seorang pria yang hanya menempati posisi sebagai backup lapangan untuk kakaknya sendiri dalam Eagle Eye.
Nayla terus menggeliatkan kedua tangannya dalam cekalan erat Shin dan terus memberontak. Ketika Shin mulai menyesap bibir bawahnya dan menggigitnya, disitu Nayla membuka mulutnya untuk membiarkan lidah Shin menerjang masuk ke dalam rongga mulutnya. Bukan untuk menikmatinya, tapi untuk memberi pelajaran singkat bagi pria mesum itu.
"Aarrrggghhhhh..." Shin meringis kencang sambil melepas cekalannya dan menarik diri sambil menangkup mulutnya sendiri. Barusan Nayla menggigit keras lidah pria kurang ajar itu.
Nayla menggeram kesal dan langsung melompat diatas tubuh Shin yang sedang membungkuk. Dia mendarat tepat diatas punggung Shin lalu melingkari leher Shin dengan kedua tangan yang menekan batang tenggorokan Shin.
Shin bergeming untuk mencengkeram kedua tangan Nayla, tapi itu sia-sia. Karena Nayla menggunakan seluruh tenaga dalamnya untuk mencekik leher Shin sampai wajah pria itu memerah.
Nayla merasa Shin mulai menggoncangkan tubuhnya agar dirinya turun dari tubuhnya, tapi Nayla semakin mengetatkan tubuhnya diatas punggung Shin dengan melingkari kedua kakinya di pinggang Shin.
"Ini adalah pelajaran untuk pria yang selalu mencuri kesempatan sepertimu!" desis Nayla geram.
Shin seperti akan kehabisan nafas karena kedua tangan Nayla semakin mengetat di lehernya. Dia pun berjalan mundur dan mendesak tubuh Nayla ke dinding kamar. BUKK!
Punggung Nayla membentur dinding kamar dengan keras dan dia meringis pelan. Dia masih belum melepaskan Shin dan masih berusaha untuk terus mencengkeram Shin.
BUKK!
Shin kembali membenturkan punggungnya di dinding, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Shit! Nayla menahan nafasnya merasakan ngilu pada tulang punggungnya. Dia masih menahan rasa sakit itu, ketika punggung lebar Shin itu menekan tubuhnya tanpa ragu. Double shit!
Tekanan terasa di punggung dan dadanya. Itu menyesakkannya dan membuat rasa nyeri di punggungnya menguar. Belum lagi kondisi tubuhnya yang masih belum pulih dari hubungan intim yang dilakukannya beberapa jam yang lalu.
Alhasil, kedua tangan yang melingkar di leher Shin dan kedua kaki Nayla yang melingkar di pinggang Shin, melemah. Dia melepaskan Shin dan meringis saat Shin bergerak maju menarik diri darinya, sehingga dia jatuh terduduk.
Dia masih belum sempat melakukan apa-apa, bahkan belum sempat berkedip, tapi Shin sudah kembali untuk mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di atas ranjang.
Nayla mendongak dan menatap Shin yang terlihat berang dengan wajah yang menggelap. Lehernya begitu merah akibat belitan kedua tangannya.
"Hey! Apa yang kau lakukan?!" seru Nayla kaget ketika Shin dengan cepat membuka kancing piyama yang dikenakannya, lalu melepaskannya dari tubuhnya.
Nayla yang tidak memakai bra di dalamnya, spontan menutup sepasang payudaranya dengan kedua tangannya.
Shin masih belum berkata apa-apa, dia tampak bergegas menuju ke sebuah nakas dan membuka lacinya untuk mengambil sesuatu. Shin pun kembali dengan sebuah botol kecil yang ada dalam genggamannya.
"Lepaskan tanganmu," ucap Shin sambil membuka botol itu.
"Heh? Tidak! Kau selalu saja berniat mesum padaku! Aku kan sudah bilang kalau mau seperti itu, minta baik-baik! Lagipula aku masih dalam fase pemulihan dan..."
Nayla tersentak ketika Shin membuka kedua tangan yang menutupi payudaranya, lalu kemudian mendaratkan satu tangannya yang sudah berlumuran minyak beraroma rempah di atas dadanya yang sakit. Satu tangannya lagi mendarat di balik punggungnya yang sakit.
Deg! Degup jantung Nayla berpacu lebih kencang. Sentuhan kedua tangan Shin yang memijat lembut di dadanya dan punggungnya membuatnya merasakan gejolak asing seperti di kolam renang, namun menyenangkan di saat yang bersamaan.
"Lain kali jika aku mengigau atau gelisah dalam tidurku, biarkan saja. Tidak usah membangunkanku, apalagi menamparku." ucap Shin pelan.
Nayla mengerjap dan menatap Shin heran. "Apa kau tidak tahu kalau aku terganggu?"
"Kalau begitu aku akan pindah dan kita tidak harus tidur dalam satu kamar," balas Shin enteng.
"What? Maksudmu pisah ranjang? Apa kau gila? Kita baru menikah dan kau mengajakku pisah ranjang?" seru Nayla tidak terima.
"Kau merasa terganggu olehku, dan aku tidak mau dibangunkan seperti tadi. Jika tidak ada yang mau mengalah, kita ambil jalan tengah." sahut Shin sambil melanjutkan ritual pijatnya.
"Apa kau sinting? Mana ada yang seperti itu? Kau terlihat kesakitan saat mengigau dan aku kebingungan. Bagaimana bila kau mendadak mati?" ucap Nayla kesal.
"Aku tidak akan mati. Sekalipun aku berharap seperti itu, tetap saja aku tidak akan bisa mati. Kau tidak usah cemas." ujar Shin datar.
Nayla bungkam. Dia menatap Shin dengan sorot mata sedih dan dadanya terasa sesak. Kenapa pria itu terus mengharapkan kematian? Apakah dia memang ingin mati saja? Bahkan ekspresi kesakitan saat Shin mengigau itu semakin menguatkan dugaan Nayla bahwa Shin membutuhkan pertolongan.
Nayla menaruh tangannya diatas punggung tangan Shin untuk menghentikan pijatannya. Shin menaikkan tatapannya dan menatap Nayla dengan alis terangkat setengah.
"Jika kau ingin mati, pastikan kalau aku sudah mati lebih dulu." ucap Nayla dengan lantang.
"Apa yang kau maksud, Nayla?" desis Shin tajam.
"Aku membutuhkanmu untuk kesembuhanku. Bersamamu, aku merasa nyaman. Bahkan ketika kau tidak ada, jantungku seolah bermasalah karena mengharapkan kehadiranmu." tukas Nayla sambil mengerjapkan matanya dengan bingung.
Apakah matanya berkaca-kaca dan ingin menangis saat ini? Nayla merasa kebingungan dengan perasaan yang menyesakkan seperti ini. Baru kali ini, dia merasakan hal yang begitu mendalam kepada seorang pria.
"Nayla..." panggil Shin lembut dan memeluk Nayla. "Aku tidak akan kemana-mana."
"Aku membencimu setengah mati karena membuatku merasakan hal seperti ini, Shin. Jika waktu bisa kembali ke masa lalu, aku lebih memilih menjadi anak kurang ajar yang tidak mau menuruti perintah ayahku untuk ke Gimpo, supaya aku tidak bertemu denganmu dan menjalani kebersamaan yang membuatku berubah pikiran tentangmu," ucap Nayla dengan suara tercekat.
Shin menggeleng dan menarik diri dari pelukan itu untuk menatap wajah Nayla, lalu menangkup kedua pipinya. "Jangan berkata seperti itu, please. Aku minta maaf karena sudah membuatmu kebingungan. Aku juga tidak sepantasnya bertindak kasar dengan membalasmu seperti tadi. Maafkan aku."
"Sudah seharusnya kau mempertahankan diri seperti tadi. Tidak apa-apa. Aku yang sudah keterlaluan karena mencekikmu tadi," ucap Nayla sambil menyentuh leher Shin. "Apakah terasa sakit?"
Shin mengangguk. "Oleskan minyak ini di leherku. Minyak ini terbuat dari bunga-bunga untuk menyembuhkan. Aku diberi minyak ini oleh kakakku."
"Kenapa kakakmu memberikan minyak seperti ini?" tanya Nayla sambil membuka botol itu dan menaruh sedikit minyak diatas telapak tangannya.
"Pengalaman pribadi katanya. Dia bilang jika menikah dengan keturunan perempuan dari para ayah, maka akan mendapatkan kejutan seperti tindakan kekerasan yang mengarah pada rasa kasih sayang yang abadi. Tadinya aku tidak mengerti, tapi barusan aku paham." jawab Shin sambil melepaskan kaosnya dan menengadahkan kepala untuk Nayla usapkan minyak di lehernya.
Nayla menahan senyuman ketika mengingat sosok Ashley dalam pikirannya. Wanita itu sudah menjadi panutan bagi Nayla sejak dulu. Sifatnya yang gigih dan tidak pernah menyerah itulah yang dikagumi Nayla. Juga Alena yang menjadi wanita luar biasa yang sanggup mendapatkan Joel yang penuh kendali itu. Jika mereka mampu mendapatkan prianya, kenapa Nayla tidak?
"Aku bisa membayangkan kesusahan seorang Hyun Oppa," gumam Nayla sambil mengusap leher Shin yang kemerahan.
"Yeah, lihat saja kesusahan seorang pria yang ada di depanmu. Dan leherku ini adalah bukti dari dari kejutan yang dikatakan kakakku," sahut Shin sambil terkekeh.
"Tindakan kekerasan yang mengarah pada rasa kasih sayang yang abadi, huh?" balas Nayla geli.
Shin mencengkeram pergelangan tangan Nayla yang sedang bekerja untuk mengusapkan minyak pada lehernya. Dia menunduk untuk menatap Nayla dengan penuh arti.
"Aku mencintaimu dengan seluruh perasaanku, Nayla. Inilah yang harus kau ketahui," ucap Shin lembut.
Nayla tersenyum. "Tentu saja. Tidak ada pria yang bisa menolak pesona yang dimiliki oleh seorang Nayla."
Shin tersenyum lalu tatapannya menunduk kearah dadanya dan kembali menatapnya dengan sorot mata yang mendamba.
"Apakah kau memang selalu mengigau, Shin?" tanya Nayla kemudian.
Shin langsung mengangguk dan menghela nafas lelah. Dia menggenggam tangan Nayla lalu mengecup punggung tangannya dengan lembut, kemudian menaruh tangan Nayla pada dadanya yang bergemuruh kencang.
"Aku sering mengalami mimpi yang tidak menyenangkan selama belasan tahun ini, yeobo. Aku merasa bahwa aku sudah tidak tertolong lagi." u6cap Shin dengan suara bergumam.
"Ceritakan padaku," ujar Nayla langsung. "Aku ingin kau bisa berbagi dan buat aku mengerti supaya aku tidak bingung."
Shin menatapnya dengan tatapan hangat ketika Nayla menarik dirinya untuk bersandar padanya. Shin memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Nayla, dan kedua tangan yang melingkar erat di perutnya.
Nayla menarik nafasnya dengan berat ketika lengan kokoh Shin menyentuh payudaranya, dan nafas hangat Shin menyembur lembut diatas kulitnya. Hal itu menimbulkan sensasi yang menggelenyar dalam diri Nayla.
"Mimpi yang sama. Aku berada di ruang yang gelap dan mendengar ada teriakan kencang dari luar. Aku melihat sesuatu yang tidak kuinginkan," ucap Shin dengan suara berbisik. "Lalu penyesalan itu datang kembali dan menyesakkan dadaku, lalu aku akan terbangun dalam keadaan berkeringat dingin dan ketakutan."
Nayla mengusap kepala Shin dan membelainya dengan lembut. "If I had to guess, I would say that this dream is a memory. And your mind doesn't want you to remember the rest of it because it will be very painful."
Shin mendongak dan Nayla menunduk. Tatapan mereka bertemu dalam satu titik pemahaman yang penuh dengan rasa pengertian satu sama lain. Nayla bisa merasakan nafas Shin memberat dan matanya mulai berkaca-kaca. Ya Lord... apakah pria itu akan menangis?
"Ssshhhh..." Nayla langsung memeluk Shin dengan pelukan yang lebih erat ketika tubuh pria itu bergetar. Shit!
Ini adalah pertama kalinya Nayla mendapati seorang Shin terpuruk dalam rasa sakit yang begitu mendalam. Membuat Nayla kembali pada ingatannya akan phobianya yang menyakitkan dan merasakan apa yang dirasakan Shin lewat dari luapan kesedihannya saat ini.
Pria itu sedang bersikap jujur padanya, memperlihatkan rasa sakitnya yang begitu mendalam terhadap sesuatu hal yang belum diketahui Nayla. Dia pernah berniat untuk menanyakan sesuatu tentang Shin pada Hyun, karena dia yakin kalau kakaknya mengetahui apa yang dialami Shin.
"Jika kau benar-benar menyayanginya, maka kau akan menunggu penjelasannya. Dan jika Shin benar-benar menyayangimu, maka dia yang akan menjelaskannya padamu." kata Hyun waktu itu.
"Kini kau bersamaku, Oppa. Tidak usah cemas. Aku akan membantumu untuk mengatasi hal ini," ujar Nayla menenangkan.
Shin mendongak dan kembali menatap Nayla dengan wajahnya yang sembap. "Tidak ada yang bisa..."
"Ada! Apapun caranya akan kita lakukan bersama, okay?" sela Nayla langsung.
"Tidak ada cara yang bisa membuatku melupakan apa yang pernah kualami, Nayla." balas Shin lirih.
"Masa lalu memang tidak bisa dilupakan, tapi sudah menjadi bagian dalam hidupmu. Kita bisa mencari tahu apa yang membuatmu seperti ini. Apa setelah mimpi yang kau alami itu, ada kelanjutannya lagi? Apakah ada seseorang disana?" tanya Nayla kemudian.
Sorot mata kesedihan Shin semakin terlihat jelas lalu mengangguk. "Dia... wanita yang kucintai."
Deg!
"Wanita... yang sangat kuhargai dan kuhormati sampai saat ini. Sampai detik ini. Sampai kapanpun," lanjut Shin dengan suara tercekat dan mata yang memerah akibat airmata yang terus mendesak keluar.
Deg!
"Sampai... sekarang?" tanya Nayla kaget.
Shin mengangguk lalu memeluknya dengan begitu erat, seolah tidak ingin melepasnya. "Aku sudah membuka hati beberapa kali terhadap siapapun. Tidak ada yang bisa menghilangkan perasaanku padanya. Aku... aku baru bisa merasakan hal yang berbeda saat bersamamu. Aku merasa bahwa kau adalah penolong yang dikirimkan untuk menolongku yang sudah kacau ini."
Nayla terdiam. Dia masih belum bisa merespon ucapan Shin barusan karena mencoba menenangkan degup jantung yang memompa keras di dalamnya. Pelukan Shin begitu kencang sampai dia merasa gerah, mereka berdua bahkan sudah berkeringat meski keduanya sama-sama tidak mengenakan atasan.
"Apa kau sudah pernah melakukan Hypno Therapy?" tanya Nayla dengan suara yang nyaris berbisik.
Shin menggeleng sebagai jawaban. "Aku tidak ingin melakukan...AWWW!"
Nayla memukul kepala Shin dengan kencang sehingga pria itu mengadu kesakitan, dan melepas pelukannya. Dia menatap kesal kearah pria bodoh itu.
"Kau yang tidak mau melakukan sesuatu, bukan berarti tidak ada caranya untuk membuatmu menjadi pria normal! Pantas saja kau begitu bodoh!" sewot Nayla dengan geram.
"Aku tidak gila! Aku tidak membutuhkan bantuan psikiater ataupun melakukan terapi semacam itu!" balas Shin ketus.
"Perlu kau ketahui kalau Hypno Therapy adalah teknik relaksasi yang memandu pasien untuk fokus terhadap sesuatu dan menghalangi segala sesuatu yang lain. Sebagian besar psikiater menggunakan teknik ini untuk mengetahui apa yang menjadi sumber masalah dari pasien yang ditanganinya. Jika kau benar-benar ingin sembuh dari lukamu, maka ini adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang harus kau lakukan! Supaya kau tidak lagi mendapatkan mimpi buruk dan kau bisa melihat apa yang tersembunyi dari dirimu sendiri!" ujar Nayla menjelaskan panjang lebar sambil menghela nafas dengan lelah.
Shin terdiam cukup lama, lalu menatap Nayla dengan alis berkerut. "Apa kau pernah melakukan terapi seperti itu?"
Nayla mengangguk. "Aku tidak mau menjadi wanita gila yang anti terhadap pria padahal aku normal. Aku juga tidak mau berakhir menjadi perawan tua karena tidak bisa berdekatan dengan pria. Aku berusaha keras untuk mencari penyebabnya."
"Kau sudah mendapatkan penyebab dari phobiamu?" tanya Shin kemudian.
"Hanya sugesti. Aku terlalu paranoid dan tidak bisa mengendalikan diriku terhadap pria, khususnya bajingan." jawab Nayla langsung.
"Lalu kenapa aku bisa menghalau semua sugestimu dan rasa paranoidmu?" tanya Shin lagi.
"Karena aku memiliki kemauan untuk berubah dan aku bisa merasakan kalau kau tidak akan seperti pria lain, yang hanya menginginkan sebuah keuntungan dariku. Instingku mengatakan kalau kau adalah seseorang yang tepat untukku. Entahlah. Mungkin karena dirimu yang bersikap kasar dan mengeluarkan kata-kata jahat padaku itulah, yang membuatku merasa kau itu berbeda."
Shin tersenyum hambar sambil mengusap wajahnya. "Kau aneh."
"Memang aku aneh. Tapi itu dulu. Sekarang tidak lagi. Karena aku mau berubah dan tidak membiarkan diriku jatuh dalam lubang kubur yang kugali sendiri," balas Nayla dengan lugas.
Shin mengerjap menatapnya dengan sorot mata penuh arti yang mendalam.
"Dengar, Shin. Aku masih tidak tahu apa yang kau alami, tapi sedikit banyak aku paham kalau mungkin saja kau mengalami patah hati dan membenci wanita setelahnya. Kau mungkin telah menyakiti wanita yang kau cintai itu dan merasa bersalah karenanya." ujar Nayla sambil mendekat untuk menangkup kedua pipi Shin. "Tapi percayalah, aku sama sekali tidak merasa cemburu kepada wanita itu. Meskipun aku cukup kesal kau berani mengatakan hal seperti itu di malam pertama kita sebagai suami istri, tapi aku menganggap ini sebagai cobaan."
Shin tertawa dan menarik Nayla dalam dekapannya. "Kenapa kau selalu menggemaskan seperti ini? Hal yang begitu serius selalu kau ubah menjadi lelucon yang bisa membuat orang tertawa?"
"Hidupku sudah terlalu banyak drama, tolong jangan kau tambah lagi. Jadi ceritakan padaku, siapa wanita itu dan..."
Shin mencium bibirnya, menyelipkan lidahnya pada rongga mulutnya, lalu menyesapnya dengan hisapan yang cukup keras. Shit! Ucapan Nayla kembali tertelan seperti tadi, namun tidak mampu memberontak karena ciuman yang dilakukan Shin begitu lembut dan penuh perasaan.
"Aku akan bercerita banyak hal padamu," bisik Shin di sela-sela ciumannya. "Tapi berikan aku kebutuhan yang kuinginkan terlebih dulu. Anggaplah sebagai terapi untukmu demi menjadi wanita sejati yang tidak mampu menolak sentuhan pria."
Nayla mengerang pelan dalam suara yang tertahan ketika merasakan tangan besar Shin sudah menangkup satu payudaranya, mengangkatnya naik, lalu kemudian meremasnya lembut. Rasanya jauh lebih menyenangkan dibanding apa yang diterimanya saat di kolam renang. Apakah ini alasannya kenapa banyak pasangan yang senang waktu kencannya berakhir di ranjang? Pikiran ngawur Nayla malah semakin konyol saja.
"Shin..."
"How it feels, wifey?" goda Shin dengan bisikannya yang membuat kulit tubuh Nayla meremang. "Cat got your tongue, huh?"
Nayla menggeram pelan dan merasa diremehkan oleh Shin. Baiklah. Tidak ada salahnya mencoba sesuatu untuk pertama kalinya, batin Nayla penuh tekad. Dia akan menjadi satu-satunya wanita yang dicintai dan dihormati oleh Shin, menggantikan posisi siapapun wanita sialan itu yang terus mengganggu kehidupan Shin.
Dia bahkan bertekad akan membuat Shin jatuh sejatuh-jatuhnya padanya, dan membuat pria itu bertekuk lutut padanya, sampai Shin lupa bagaimana caranya untuk mencintai oranglain selain dirinya.
Dia pun bergerak untuk mengubah posisi. Shin di bawahnya dan dia di atas tubuh Shin. Pria itu tampak kaget dan menatap Nayla dengan ekspresi yang tidak terbaca, tapi Nayla tidak gentar. Dia bergerak pelan untuk turun, turun, dan semakin turun. Sampai batas celana jogger yang dikenakan Shin dengan ketegangan yang timbul disitu, tanpa ragu Nayla menariknya turun beserta boxer yang dikenakan Shin.
Matanya mengerjap dan degup jantungnya bergemuruh sangat kencang. Tapi tekadnya mengalahkan segala rasa cemas dan ketakutannya. Dia memberanikan diri untuk menggenggam ketegangan yang terasa begitu keras dan besar di telapak tangannya, sambil membalas tatapan Shin yang mengawasi dirinya saat ini.
"Cat got your tongue, Oppa?" Nayla menggoda dengan suara gemetar, lalu menundukkan kepalanya dan menjalankan lidahnya di sepanjang ketegangan yang digenggamnya. "It doesn't have mine."
Shin terkesiap ketika Nayla mulai meliukkan lidahnya di atas kepala kejantanannya, lalu menjilat bagian belakang, lalu ke atas dan ke bawah, dan berulang seperti menikmati lollipop. Apa yang dilakukannya saat ini adalah sepenggal film porno yang sanggup ditontonnya, ketika Ashley menyodorkannya dan itulah yang membuatnya mual. Tapi sekarang? Entah iblis mana yang merasuk dalam dirinya sehingga dia bisa melakukan hal itu seturut dengan naluri liarnya.
"F*ck," erang Shin dengan tubuh bergetar.
Oh yes! Nayla sanggup menyeringai puas ketika bisa melihat ketidaksanggupan Shin dalam menerima serangannya kali ini. Kedepannya dia akan terus menyerang pria bodoh itu, dengan amunisi lengkap yang sudah disiapkannya.
Sebagai pembuktian bahwa Nayla bukanlah wanita lemah yang akan bersedih hanya karena urusan lama yang belum selesai. Sorry not sorry. Sebab Nayla adalah wanita sombong yang tidak akan mengaku kalah begitu saja, jika belum ada upaya untuk memenangkan hal itu. Apalagi soal wanita yang katanya dicintai oleh Shin itu. Cih!
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Setelah aku pikir-pikir,
Aku emang nggak bakat bikin cerita sedih-sedihan,
Bakatku itu bikin hepi. Asek! 😂
Drama terbaru Oppa emang bikin nyesek,
Tapi yaudah lah...
Sebagai bucinnya, aku nontonin aja.
Meski kudu sirik hati sama nenek itu 😑
Jadi, apakah kalian sudah bisa menebak sosok wanita yang dicintai Shin dulu?
Cowok tinggi, muka senga, ekspresi tengil and angkuh itu kelemahanku 😭
Terus, mau tahu siapa Yun-Hee?
Nih, aku kasih. Lagi demen sama dia..
Yang ternyata adalah beneran mantan 🙈
Bagusnya udah putus.
Gak cocok keknya, kayak emak anak.
Cocoknya sama aku, gimana? 😛😛
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top