Part 29 - Behind the reason

Annyeong 💜

Kuharap kamu senang mendapat update cerita ini.

Happy Reading 😘


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


"Jadi apakah kita benar-benar tidak menyusul hyeongnim dan Nayla-ssi?" tanya Jin-Wook untuk yang kesekian kalinya.

Percy hanya bisa menarik nafas dan melirik kearah Jin-Wook dengan jengah. Sementara yang lainnya, yaitu para kakak sedang duduk bersama dengan mereka sambil menikmati brandy.

"Untuk apa kita menyusul mereka? Toh juga mereka berhak mendapatkan privacy untuk berduaan saja," jawab Percy ketus.

Jin-Wook mengerucutkan bibirnya. "Aku rindu pada hyeongnim. Aku takut kalau dia akan melupakanku begitu saja."

Sebuah pembuka tutup botol melayang begitu saja dan mendarat diatas kepala Jin-Wook hingga pria itu mengadu kesakitan. Itu dari Hyun.

"Jika kau masih tidak bisa menjaga mulutmu dengan benar, aku akan memberikan surat peringatan terakhir agar kau keluar dari firma hukumku! Aku tidak akan peduli sekalipun Ashley akan kesal karena sudah mengeluarkanmu!" ucap Hyun dengan sinis.

"Jadi benar kata orang kalau Jin-Wook diterima karena wajahnya mirip dengan Idol Ashley?" tanya Petra dengan alis terangkat setengah.

Hyun mendengus lalu mengangguk. Spontan Joel, Noel, dan Petra langsung menoleh kearah Jin-Wook dengan tatapan menilai. Termasuk Percy. Sementara yang ditatap membenarkan letak rambutnya dan memberikan ekspresi yang penuh percaya diri.

"I'm the worldwide handsome man, dudes. Aku sudah bilang kalau... Hentikan itu, hyeongnim! Jangan menyambitku dengan botol itu!" seruan Jin-Wook terdengar panik karena Hyun sudah menggenggam botol brandy yang ada di dekatnya.

"Jangan berulah, brother." ujar Percy dengan wajah penuh simpati.

Jin-Wook berdecak. "Kenapa sih aku selalu diperlakukan dengan tidak adil? Mentang-mentang aku adalah maknae diantara kalian, tapi setidaknya kehadiranku menarik perhatian."

"Sudahlah, Jin-Wook. Jangan berkomentar ataupun bersuara yang tidak perlu," ucap Joel dengan wibawanya. "Lakukan saja pekerjaanmu dengan benar."

"Aku hanya mencemaskan hyeongnim saja. Juga kepada Nayla-ssi. Tidakkah kalian merasa kalau keputusan mereka untuk menikah terlalu cepat? Aku takut kalau nantinya mereka akan saling menyakiti," ujar Jin-Wook dengan serius.

"Kurasa Shin akan bisa mengendalikan dirinya kali ini," balas Percy mantap. "Aku sudah memperhatikannya sedari awal kami memulai proyek itu. Tidak ada yang perlu dikuatirkan. Dia tampak baik-baik saja."

"Aku masih tidak percaya kalau Nayla bisa menerima Shin," gumam Noel dengan wajah masam. "Aku pikir kalau dia masih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghilangkan phobianya. Tapi ternyata? Apa sih yang dilakukan oleh bajingan itu sampai Nayla bisa terlena padanya?"

"Bukankah sedari awal kau yang meminta bantuan Shin untuk menyembuhkan Nayla?" tanya Petra bingung.

Noel mengangguk. "Maksudku adalah bantuan seperti latihan percobaan agar Nayla bisa didekati oleh pria, bukannya malah menikah seperti ini."

"Apa kau tidak setuju jika Nayla menikah dengan Shin?" kini giliran Percy yang bertanya.

"Bukan masalah setuju atau tidak setuju. Kau tahu jelas kalau Shin belum melupakan wanita yang bernama Yun-Hee!" desis Noel tajam.

"Lalu kenapa kau membiarkan mereka berdua menikah, Noel?" tanya Hyun dengan lantang.

"Dan kenapa kau juga membiarkan mereka berdua menikah, Hyun?" balas Noel sambil membalikkan pertanyaan Noel.

"Karena kupikir Nayla akan bisa membantu Shin melepas kenangan pahit tentang Yun-Hee." jawab Hyun langsung. "Aku melihat bagaimana sorot matanya, gestur tubuhnya, dan caranya bersikap setiap kali berhadapan dengan Nayla. Semuanya tampak seperti saat Shin berhadapan dengan wanita itu."

Noel mendesah malas. "Kau juga melihat sikap dan sorot mata Nayla ketika menatap Shin. Anak itu seperti memahami apa yang terjadi pada Shin, namun tidak mengungkapkannya. Dia sendiri masih mencoba untuk mencari tahu."

"Kurasa dengan membiarkan mereka berdua menikah adalah cara terbaik untuk mereka saling menyembuhkan." celetuk Petra kemudian. "Aku melihat kalau keduanya bisa saling menghargai keputusan masing-masing."

"Terlalu banyak berasumsi bukanlah hal yang baik untuk kita konsumsi. Baik Shin ataupun Nayla, sama-sama sudah dewasa dan mampu mengatasi permasalahan mereka. Kurasa, mereka tahu apa yang akan menimpa mereka lewat keputusan yang diambil." ucap Joel sambil memainkan gelas brandynya dengan tatapan menerawang. "Tapi tetap harus kalian pantau untuk kebaikan bersama."

"Bagaimana kalau kita memberi tahu Nayla-ssi soal..."

"Itu bukan bagianmu dan bukan urusanmu," sela Joel tegas. "Biarkan Shin yang menjelaskannya."

"Aku tidak yakin kalau dia akan membicarakan hal itu pada Nayla. Menyebut nama wanita itu saja sulit, apalagi menceritakannya." Sahut Hyun dengan gusar.

Percy terdiam. Dia memperhatikan ekspresi Hyun yang terlihat begitu terluka. Yang lainnya pun seolah memberikan waktu untuk Hyun merasakan apa yang menjadi kesulitan adiknya itu.

"Nayla adalah wanita yang kuat," ucap Noel yang memecah keheningan itu. "Aku yakin kalau dia tidak akan menyerah, sekalipun apa yang terlihat mungkin tidak seperti kelihatannya. Dia akan bisa menerima masa lalu yang terus dipertahankan Shin."

"Kurasa Shin akan bisa melepas masa lalu tentang Yun-Hee setelah bersama dengan Nayla," gumam Percy dengan suara pelan.

"Aku tidak yakin. Maafkan jika aku berpikir lancang seperti barusan, tapi justru sebaliknya, aku takut jika Shin meninggalkan Nayla demi untuk mempertahankan Yun-Hee." cetus Petra langsung.

"Jika hal itu terjadi, maka dia harus mempersiapkan dirinya untuk kuhabisi." desis Noel tajam.

Hyun langsung menoleh kearah Noel. "Maka kau harus berhadapan denganku dulu."

"Aku tidak masalah," balas Noel sengit.

"Cukup!" sela Joel tegas. "Shin tidak selemah itu dan Nayla tidak akan sebodoh itu membiarkan hal itu terjadi!"

Percy dan Jin-Wook mengangguk seakan mendukung ucapan Joel barusan. Keduanya tahu betul seperti apa mereka berdua ketika bersama. Secara tidak sadar, mereka bahkan sudah saling membutuhkan. Bagaimana reaksi tubuh Nayla ketika bersama dengan Shin, bagaimana Shin bisa tersenyum dan tertawa melihat kekonyolan Nayla.

"Lagipula apa yang bisa dipertahankan dari Yun-Hee? Wanita itu sudah mati dan tidak ada yang tersisa darinya," ucap Hyun dengan nada pahit.

Noel mengerjap dingin. "Tentu saja ada. Karena Shin, wanita itu mati. Dan rasa bersalahnya itulah yang mempertahankan pria bajingan itu untuk tidak mampu melupakannya."

"Cukup, Noel!" desis Joel sambil menarik Hyun, ketika Hyun sudah akan menggapai Noel.

Petra mendengus sambil menahan tubuh Noel yang sudah ingin menantang Hyun. Jin-Wook kembali mengarahkan ponselnya, tapi Percy sudah lebih dulu merebut ponsel sialan itu.

"Ini menarik," seru Jin-Wook dengan wajah tidak terima.

"Tapi tidak dengan bertingkah seperti orang gila!" balas Percy dengan suara berbisik.

Jin-Wook berdecak pelan lalu terdiam sambil menekuk wajahnya, sementara Percy kembali menatap keempat pria itu dengan jenuh. Masih dengan saling berargumen dan saling mengeluarkan pendapat, seolah mereka paling tahu dan paling berhak untuk menilai Shin.

"Bisakah kalian hentikan perdebatan ini? Tidakkah kalian bisa membayangkan apa yang dirasakan Shin jika karena dia, kalian bertengkar?" tanya Percy dengan suara lantang.

Keempat orang itu menoleh kearahnya. Joel dan Petra memberikan ekspresi yang sama kepadanya. Ekspresi yang menyiratkan bahwa mereka berdua tahu betul kondisi saat ini, sementara Noel dan Hyun? Mereka berdua masih memberikan ekspresi pembelaan untuk adiknya masing-masing.

"Shin sudah berusaha sekeras mungkin untuk membuka hatinya ketika mengetahui kalau dia memiliki perasaan untuk Nayla. Dia yang merasa ketakutan ketika Nayla pingsan dan kalian membawanya pergi dari mansion setelahnya. Dia yang terus menyalahkan dirinya pada malam itu, dan merasa bimbang dengan perasaannya sendiri." Percy kembali melanjutkan ucapannya sambil membalas tatapan mereka. "Aku pun tadinya tidak percaya kalau dia akan memutuskan pernikahan secepat ini, tapi kurasa aku bisa memahaminya. Dia tidak ingin melepaskan Nayla dan ingin memilikinya dengan segala kehancuran yang tersisa dalam hidupnya."

Hening. Tidak ada yang berkomentar. Hyun dan Noel pun kembali pada kursinya dengan ekspresi yang tidak terbaca.

"Hyeongnim sempat memintaku untuk membuat surat alih waris kemarin," ujar Jin-Wook memberitahu. "Tapi aku belum sempat membuatkannya. Sepertinya dia tahu kalau keputusannya untuk menikah dengan Nayla, mempercepat waktu kematiannya."

Yang memberikan ekspresi tegang adalah Joel dan Petra. Keduanya saling melempar tatapan tajam lalu beralih pada Hyun dan Noel.

"Hentikan sikap kekanakan kalian berdua mulai dari sekarang," ucap Joel sambil mendengus kasar. "Jika penilaianku tidak salah, Shin sudah mempersiapkan dirinya untuk dibunuh oleh kalian."

"See? Dia memang berniat untuk menyakiti Nayla!" desis Noel geram.

"No!" balas Petra langsung. "Dia tidak berniat melakukan hal itu. Justru sebaliknya, dia merasa tidak percaya diri dalam menjaga Nayla dan berpikir kalau keluarga Nayla akan melakukan sesuatu padanya."

"Kenapa dia begitu bodoh?" cetus Hyun sinis.

"Kau baru tahu kalau adikmu itu bodoh?" balas Noel.

"Yeah, adikmu lebih bodoh lagi karena memilih Shin yang bodoh itu," sahut Hyun cepat.

"Kenapa sih kalian berdua tidak bisa bersikap dewasa saat ini?" keluh Petra malas.

Joel beranjak dari kursinya. "Aku ingin menemui istriku saja. Melihat kalian membuatku gerah dan tidak senang."

"Hyeongnim, apakah kau bergairah melihat kedua orang itu bertengkar?" tanya Jin-Wook antusias kepada Joel.

Joel mendelik tajam kearah Jin-Wook dimana pria itu langsung terdiam dan menelan ludah. Ekspresinya memucat ketika menerima tatapan membunuh dari Joel barusan.

"Aku hanya bercanda, okay?" ucap Jin-Wook dengan suara mencicit.

Joel hanya menatapnya dan berlalu tanpa berkata apa-apa lagi, sementara yang lainnya masih duduk disitu untuk menghabiskan brandy yang masih tersisa. Percy pun melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam delapan malam. Saatnya bergegas, pikir Percy.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan dirimu sendiri, Percy?" tanya Petra dengan alis terangkat setengah. "Kudengar dari Daddy bahwa kau akan menikah dengan Laura minggu depan?"

Semuanya mengangkat alisnya dengan tatapan yang sudah terarah pada Percy.

Percy mengangguk. "Yeah. Aku tidak mau membuang waktu lagi."

"Setelah semuanya terjadi dan kau menerima semua ini begitu saja? Really?" tanya Petra takjub, malahan lebih terkesan mengejek dalam kesan wajahnya. "Aku malah mencurigai dirimu yang akan melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan. Harus kutegaskan dari awal bahwa jika kau menyakiti Laura, maka aku yang akan mematahkan lehermu."

"Kenapa kau harus merasa bertanggung jawab pada wanita itu? Apa kau sudah pernah menidurinya ketika dia menemuimu dengan dalih untuk mencariku?" balas Percy sambil menyeringai sinis.

Ketiga orang yang lainnya kini menatap Petra yang bersikap begitu santai sambil menyesap brandynya. Pria itu seperti tidak merasa terganggu dengan sindiran adiknya seperti barusan. Dia bahkan sudah kebal dan tidak perlu merasa kaget dengan balasan Percy.

"Kau tahu sekali. Aku tersanjung. Dia termasuk wanita yang cukup hebat diatas ranjang," ucap Petra sambil memberikan senyum setengahnya yang menantang.

Shit! Percy menggertakkan giginya mendengar ucapan Petra.

"Apa kalian berbagi wanita?" tanya Jin-Wook sambil meringis jijik.

"Tutup mulutmu, Jin-Wook!" sembur Percy berang.

"Lihat siapa yang marah disini?" ejek Petra langsung. "Kau sendiri yang memancing untuk memulai perdebatan yang tidak diperlukan, tapi kau sendiri yang kesal. Asal kau tahu saja, Percy! Seleraku jauh lebih tinggi darimu, apalagi soal wanita. Tidak usah merasa sombong untuk pengalamanmu yang masih setengah jadi seperti itu."

"Aku heran dengan otak pria jaman sekarang," gumam Noel tanpa ekspresi. "Kenapa kalian malah menjadikan pernikahan sebagai ajang untuk mencoba-coba? Tidakkah kalian tahu kalau pernikahan itu sakral?"

"Memangnya kau tidak begitu?" cibir Hyun sinis.

Noel memberikan senyum angkuhnya kepada Hyun. "Aku memperlakukan wanitaku dengan sangat baik. Bahkan aku memikirkan baik-baik soal rencana pernikahan kami dan membuatnya sebagai wanita paling bahagia yang ada di dunia. Tidak main paksa atau keputusan mendadak seperti kalian."

"Kalau sudah jodoh, tidak akan kemana," balas Petra santai.

Hyun mengangguk setuju. "Jodoh harus diusahakan, bukan pasrah saja meski itu di tangan Tuhan. Lagipula tidak ada salahnya jika kita mengusahakan jodoh sendiri."

"Dengan menghamilinya lebih dulu?" tanya Noel dengan seringaian mengejeknya.

"Atau dengan cara mengambil keperawanannya saat berumur 17 tahun? Lalu menjadi penguntit sejati dengan menaruh ini itu pada wanitamu?" balas Hyun sambil mengangkat satu alisnya.

"Tidak hanya aku sendiri yang seperti itu," sahut Noel enteng, lalu melirik kearah Petra dengan tatapan penuh arti. "Masih ada yang menjadi penguntit sekaligus pengkhianat untuk mendapatkan wanitanya."

Petra mengusap keningnya dengan singkat lalu menatap Noel dengan licik. "Aku lebih terhormat darimu, anak muda. Tidak usah membandingkan dirimu yang hina itu dengan diriku. Sudah jelas kalau kita kalah kelas."

Percy hanya memutar bola matanya dan beranjak berdiri. "Aku pergi dulu. Aku ingin mencari Laura dulu."

"Perlu kutemani?" tanya Jin-Wook menawarkan diri.

"Tidak, terima kasih!" jawab Percy ketus.

"Pelit sekali." cibir Jin-Wook sambil mengerucutkan bibirnya.

Percy mengabaikan tatapan dari ketiga pria lainnya, khususnya Petra. Dia keluar dari cottage itu dan mencari keberadaan Laura.

Setelah jamuan makan malam tanpa adanya Shin dan Nayla disitu, Percy ditarik oleh kakaknya untuk menikmati minuman bersama teman-temannya, sementara Laura ditemani oleh Joana. Dia berjalan menyusuri jalan pantai itu untuk menuju ke cottage yang dipakai Laura, yang tidak jauh dari cottage yang ditempatinya tadi.

Tatapannya beralih pada seseorang yang sedang memegang sesuatu yang menyala. Langkahnya terhenti dan Percy menyipitkan matanya untuk melihat orang itu dengan jelas. Dia melangkah kearah orang yang sedang berdiri di ujung dermaga dekat cottage itu.

Lullaby and good night, in the skies stars are bright
May the moon, silvery beams, bring you sweet dreams
Close your eyes, now and rest, may these hours be blessed
'till the sky's bright with dawn, when you wake with a yawn.
Lullaby and good night, you are mother's delight
I'll protect you from harm, and you'll wake in my arms.

Tampak Laura sedang menaruh beberapa lentera di lantai dermaga sambil menyanyikan lagu pembawa tidur dengan ekspresi yang begitu mendalam. Wanita itu duduk disitu dengan tatapan mengarah keatas langit, dan memeluk kedua lututnya yang ditekuk. Dia bahkan tidak menyadari jika Percy sedaritadi sudah berada disitu, dan memang selalu seperti itu. Wanita itu tidak akan pernah menyadari keberadaan Percy setiap kali melakukan hal itu di setiap malamnya.

Percy melangkah dengan pelan lalu mengambil duduk di samping Laura. Wanita itu tersentak dan menoleh kearahnya dengan mata yang mengerjap kaget.

"Untuk apa kau berada disini sendirian? Nanti kau sakit, bee." ujar Percy sambil melepas jasnya dan memakaikannya pada Laura.

Laura menunduk untuk memperhatikan jas Percy yang menutupi tubuhnya. "Aku suka dengan langit yang indah malam ini. Banyak bintang ada diatas sana."

"Memang selalu bertabur bintang jika di malam hari," balas Percy dengan suara bergumam.

"Tidak selalu ada bintang di setiap malam, boo." ujar Laura sambil memeluk tubuh Percy untuk mendapatkan kehangatan.

Percy membawa Laura dalam pelukan yang lebih erat. "Jadi inikah alasanmu untuk pulang di setiap jam delapan malam? Menikmati langit bertabur bintang di malam hari?"

"Dan menikmati kesunyian yang menenangkan," timpal Laura langsung. "Aku merasa kesendirian sudah menjadi temanku selama ini, tanpa perlu merasa harus mengenal dunia luar yang menyakitkan."

"Apakah aku termasuk dunia luar yang menyakitkan itu?" tanya Percy kemudian.

Laura tersenyum lalu mendongak menatap Percy dengan hangat. "Tadinya begitu. Kau yang paling menyakitiku, sampai rasanya luka itu tidak akan pernah hilang. Tapi semakin kurasakan, aku tidak bisa membencimu ataupun melupakanmu."

"Karena itukah kau menerima lamaranku?" tanya Percy dengan senyum hambar di wajahnya.

Laura mengerjap dan menatapnya dengan sorot mata sayu disitu. "Tidak. Karena aku masih mencintaimu dan tidak bisa melepasmu dari pikiranku seumur hidupku."

"Benarkah?"

"Ya."

"Apakah kau memang semudah ini dalam menerimaku begitu saja? Tidak ada syarat yang harus kupenuhi untuk mendapatkanmu?"

Laura mengangguk. "Setibanya kita di Chicago, aku akan menunjukkan sesuatu padamu."

Percy terdiam dan membalas tatapan Laura dengan tajam. Keduanya saling berangkulan dan mengeratkan pelukan untuk berbagi kehangatan. Mereka bertatapan dalam diam seakan berbicara dalam hati, tidak ada yang mengatakan apapun setelahnya. Seolah keheningan itu memang diciptakan untuk dinikmati keduanya.

Dan Percy bersumpah dalam hatinya bahwa suasana tenang yang seperti ini adalah yang terakhir kali dilakukannya bersama dengan Laura. Keheningan yang ada akan segera berlalu dengan keadaan yang berbeda dari sebelumnya.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Aku agak kesel karena hari ini abis nonton drama terbaru Shin.
Disitu dia kasihan banget,
Hiks... nggak tega aqutu 😭

Aku juga agak sedih mau lanjutin cerita ini, makin kesini kok malah menjorok kearah sedih gini 😔

Sudahlah...
Mungkin aku terlalu baper.








Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top