Part 25 - I want you to be my destiny

Apa kabarmu hari ini?
Semoga hari Senin tidak membuatmu lelah dalam berkarya 😊

Ada yang kangen Ahjussi songong yang menghasilkan keturunan kakak beradik Kim yang absolute?

Happy Reading 💜


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Nayla mengerutkan alisnya ketika melihat seorang pria tua menatapnya dengan tatapan menilai. Sorot matanya yang tajam terlihat naik turun meneliti Nayla dari atas hingga ke bawah, lalu kembali lagi ke atas. Pria itu seakan tidak mempedulikan reaksi Nayla yang mulai mendengus tidak suka.


Alis Nayla terangkat setengah ketika pria itu kini berjalan memutarinya sambil mengusap dagunya dengan ekspresi seolah sedang menimbang-nimbang untuk membeli barang. Sial!

Abeoji, bisakah kau menjaga sikapmu?” tegur Shin yang sedang berdiri tidak jauh dari Nayla.

Pria yang dipanggil ayah oleh Shin itu menoleh kearah Shin dengan sinis. “Apakah kau menghamilinya sehingga mendadak memanggilku untuk melamar?”

What?

“Aku memang brengsek, tapi aku tidak seperti hyeong yang mengambil jalan pintas untuk memiliki seorang istri.” jawab Shin tersinggung.

Hyun yang ada disitu hanya memberikan ekspresi datarnya dengan kesan otoritas sebagai seorang kakak yang akan menghabisi adiknya karena sudah mengeluarkan perkataan yang kurang ajar, sementara Ashley terkekeh geli melihat tingkah mertuanya yang menurutnya sangat lucu.

Di mansion keluarga Nayla, tepatnya di ruang tengah itu, sudah ada beberapa tamu yang datang kesitu. Shin memenuhi janjinya untuk melamar Nayla dengan meminta kedua orangtuanya agar segera menyusulnya ke Jakarta, bahkan kakek Shin yaitu Master Kim pun turut hadir. Adrian dan Nadine, selaku orangtua baptis Nayla juga ada disitu atas permintaan Shin. Sementara Hyun dan Ashley spontan hadir untuk meramaikan suasana.

“Jangan meremehkan anak perempuanku, brother.” tegur Wayne yang sedang duduk di sofa utama didampingi Cassandra.


Ayah Shin, yang bernama Kim Hyuk-Shin itu menoleh kearah Wayne dengan wajah sok angkuhnya. “Aku hanya ingin memastikan kalau anakku tidak lagi memilih wanita gila sebagai istrinya, namun ternyata hal itu lagi-lagi terjadi.”

Adrian tertawa keras diikuti Ashley yang terang-terangan mengejek ayah mertuanya. Nayla hanya menggelengkan kepalanya dan mengambil duduk di sofa yang masih kosong, di hadapannya adalah ibu dari Shin yang tersenyum hangat padanya. Nayla membalasnya dengan senyuman tipis dan mengabaikan ayah Shin yang kini mengambil duduk di samping istrinya itu.

“Sudahlah, Hyuk-Shin. Ucapanmu seringkali bertolak belakang dengan sikapmu. Kau menyebut Ashley sebagai wanita gila, tapi kau juga menyayanginya seperti putrimu sendiri.” tegur Master Kim dengan kalem.

“Tidak apa-apa, harabeoji. Aku sudah biasa. Appa memang memiliki gengsi yang sangat tinggi.” balas Ashley sambil melirik sinis kearah Hyuk-Shin.

Nayla masih terdiam dan tidak menanggapi obrolan yang tidak diperlukan itu. Sebenarnya dia cukup kesal dengan Shin yang berlebihan. Awal pembicaraannya dengan Shin adalah pria itu menemui ayahnya saja untuk menyampaikan maksudnya soal keseriusannya, bukan dengan meminta orangtuanya, beserta kakek dan pamannya juga. Astaga! Belum-belum Nayla sudah merasa tegang dengan kecanggungan seperti ini. Dia hanya berharap untuk tidak bertindak kasar atau mengeluarkan sesuatu yang tidak enak didengar.

Pikiran Nayla pun kembali pada satu keadaan dimana dirinya harus mengalami pertemuan keluarga, ketika dirinya yang menjadi pusat perhatian kala itu. Saat dimana dirinya diminta oleh para ayah untuk berlagak menjadi perebut gebetan orang yaitu merebut Alex dari Joan, hanya untuk menguji keseriusan Petra. Saking gugupnya, dia harus mengeluarkan ucapan kasar yang keluar dengan begitu lancarnya karena terbawa emosi. Alex bahkan sempat mengejeknya dan merasa benar-benar disukai oleh Nayla. Cih! Mengingat wajah bajingan itu membuat kekesalan Nayla semakin menjadi.

“Apa yang ingin kau sampaikan, Shin? Meskipun kami sebagai orangtua sudah tahu apa maksudmu, tapi tentu saja kau harus mengeluarkan pernyataan yang ingin didengar oleh kami.” suara Adrian memulai pembicaraan dengan semua pasang mata terarah pada Shin.


“Aku ingin menikahi Nayla.” jawab Shin langsung tanpa perlu berpikir.

“Tidak semudah dan sesingkat itu. Setidaknya katakan apa alasanmu, Shin. Kalian saja tidak berpacaran dan...”

“Tidak perlu berpacaran. Kami melewati tahap itu untuk langsung meresmikan saja.” Shin menyela ucapan Adrian dengan tegas.

“Kurasa kau memang sudah menghamili wanita itu.” gumam Hyuk-Shin sambil memijit pelan keningnya.

“Aku tidak hamil!” seru Nayla kesal sambil mendesis tajam kearah Hyuk-Shin.

Hyuk Shin memberikan seringaian sinis pada Nayla. “Jika tidak hamil, untuk apa kalian berdua ngotot sekali untuk menikah? Bahkan Shin memintaku dengan amat sangat untuk segera menuju kesini.”

“Salahkan saja dirimu yang tidak bisa mendidik anakmu dengan benar. Dia yang terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu, seperti dirimu yang sekarang!” balas Nayla yang tidak kalah sinisnya.

“Nayla! Jaga ucapanmu!” tegur Wayne dan Cassandra secara bersamaan.

Nayla mendengus kesal sambil membuang muka kearah lain. See? Inilah alasannya kenapa dia lebih memilih untuk bungkam saja, karena ketegangan dan kecemasannya akan mempengaruhi mulutnya untuk berkata kejam.

“Lihat, ayahmu juga bersalah karena tidak bisa mendidik anak perempuannya untuk bersikap santun kepada orangtua.” celetuk Hyuk Shin dengan ekspresi mengejek.

“Ayahku hanya menyuruhku menjaga ucapanku, sikap santunku sudah kulakukan sekarang dengan memberitahu letak kesalahanmu sebagai orangtua yang bisanya mencibir dan menjelekkan anakmu sendiri.” balas Nayla tidak mau kalah.

“Nayla!” tegur Wayne lagi dengan suara keras.

“Kenapa sih kau berteriak padaku, Dad? Tidakkah kau lihat dia merendahkanku dan meremehkanmu? Memangnya kau terima begitu saja?” sewot Nayla dengan erangan protesnya.

“Tidak usah terpancing emosi. Dia hanya tidak ingin kau salah pilih, ambil positifnya saja. Dia tahu jelas siapa anaknya dan berpikir kalau kau akan berubah pikiran jika sudah menikah. Hitung-hitung supaya tidak mempermalukan dirinya sebagai orangtua yang tidak becus dalam mendidik putranya.” sahut Wayne dengan alis terangkat menantang ketika melihat Hyuk-Shin sudah bergeming untuk melakukan pembalasan.

Abeoji, sudahlah! Kenapa sih kau harus bersikap menyebalkan setiap kali menemui calon mertuamu? Dulu kau juga bersikap seperti itu kepada hyeong.” keluh Shin dengan muka busuknya.

“Memangnya apa yang salah dengan bersikap apa adanya? Daripada aku berpura-pura baik dan...”

“Jika boleh aku terjemahkan bahasa dalam kamus kegengsian seorang Kim Hyuk-Shin adalah selamat datang untuk Nayla ke dalam keluarga gila ini.” sela Ashley dengan tegas dan menatap Nayla senang. “Harap dimaklumi untuk ayah mertuamu yang harga dirinya begitu tinggi dalam mengakui kemampuan kita, karena kita bisa menaklukkan putranya yang dia sendiri saja tidak mampu untuk mengurusnya, sampai harus menyuruh adiknya untuk mengatur ketiga putranya.”

Nayla mengangguk paham dan menatap Hyuk-Shin dengan lirikan sinis. “Meski kau menyebalkan, tapi aku cukup berterima kasih karena kau sudah menghasilkan pria seperti Kim Shin. Dia adalah pria yang cukup baik dan dewasa yang pernah kutemui.”

Semua yang berada disitu langsung memberikan reaksi yang sama. Tercengang. Bagaimana tidak? Seumur hidupnya, Nayla tidak pernah memuji pria manapun, kecuali bias Idol K-pop yang tidak berguna itu. Tentu saja hal itu menjadi hal yang langka yang pernah terjadi karena Nayla bukanlah tipe orang yang mudah untuk memberikan pujian kepada oranglain, apalagi kepada seorang pria.

“Kalau begitu, kalian langsung menikah saja hari ini.” putus Hyuk Shin kemudian.

Semuanya langsung tersentak sambil menatap Hyuk-Shin dengan ngeri. Termasuk Nayla dan Shin.

Abeoji, aku memintamu melamar Nayla hari ini, bukan berarti harus menikahkan kami sekarang juga. Semuanya membutuhkan…”

“Soal urusan pernikahan tidak usah kuatir!” sela Hyuk-Shin cepat. “Kau tahu jelas kalau aku adalah penyelenggara acara pernikahan paling tercepat dan terhebat sepanjang masa.”

“Oh God, not again!” erang Hyun sambil mengusap wajahnya dengan kalut.

Ashley memberikan cengiran lebar penuh antusias sambil bertepuk tangan dengan senang. “Apakah kau akan membuat..”

“Tidak! Aku tidak mau pernikahan yang memalukan sepertimu, hyeong-su!” sela Shin dengan tegas. “Lagipula kami masih belum bisa melaksanakan pernikahan secepat itu. Kami masih…”

“Memangnya kau yakin kalau aku akan memberimu restu?” kini giliran Wayne yang menyela dengan ekspresinya yang kalem.

Eh? Nayla langsung menoleh kearah ayahnya dengan alis berkerut bingung. Bukankah ayahnya memang ingin phobianya bisa hilang? Kenapa dia bisa mengeluarkan pertanyaan yang seakan tidak mau dirinya bersama dengan Shin sekarang?

“Karena itulah aku mengatakan kalau kami belum siap menikah secepat itu. Pernikahan harus disertai dengan restu dari kedua belah pihak. Ayahku hanya asal bicara dan kau yang belum tentu membiarkan pria brengsek sepertiku menikahi putri semata wayangmu.” jawab Shin dengan lantang.

Nayla menoleh kearah Shin dan menatap pria itu dengan takjub. Astaga! Jika di dunia ini hanya ada satu pria seperti Shin, sudah pasti dia adalah wanita yang paling beruntung yang bisa memiliki pria langka ini. Terlepas dari siapa dirinya di masa lalu, atau apa yang pernah dia lakukan, Nayla tidak ambil pusing. Masa lalu adalah bagian dari Shin, sementara dirinya adalah bagian masa kini dan yang akan datang. Bukankah hidup tidak boleh menengok ke belakang?

“Jangan menunda-nunda sesuatu yang baik, Wayne. Mereka sudah merasa cocok satu sama lain, kenapa kita harus menghambatnya?” cetus Hyuk-Shin dengan sinis.

Wayne menoleh kearah Hyuk-Shin dengan masam. “Bukankah tadi kau sudah menghina putriku? Kini aku tahu penderitaan seorang Junolio Manata, soal dirinya yang mendapat seorang besan labil sepertimu. Umurmu yang paling tua diantara kami, tapi kau yang selalu terbawa perasaan.”

“Kau dan pria sialan itu sama-sama sombong. Padahal putri kalian juga tidak sanggup untuk menahan pesona dari putra keturunan Kim.” balas Hyuk-Shin sambil menyeringai angkuh.

“Cobai kami, brother. Aku dan Juno akan dengan senang hati menarik putri kami untuk menjauh dari putramu yang katanya memiliki pesona yang kau sebutkan tadi. Supaya…”

“Tidak boleh begitu!” sela Hyun dan Shin secara bersamaan.

Wayne memberikan senyum kalemnya kearah Hyuk-Shin yang mendesis geram kearah kedua putranya yang tidak bisa menjaga sikap. Para ibu pun hanya menghela nafas melihat aksi mereka yang kekanakan dan tidak mau berkomentar. Master Kim terlihat menikmati pertengkaran yang terpampang di hadapannya.

“Kalian sudah seperti keluarga. Aku sangat senang.” ujar Master Kim dengan penuh arti.

Adrian mengangguk menyetujui dan menatap Hyuk Shin. “Aku senang bisa melihatmu bahagia seperti ini, hyeong. Semenjak adanya sosok baru dalam keluargamu, kau menjadi lebih manusiawi.”

“Aku sudah mendengar banyak hal tentang Nayla dan Shin. Sepertinya mereka berdua sudah melewati fase yang cukup berat hingga mampu mencapai ke titik seperti ini.” kembali Master Kim berujar sambil menatap Nayla dan Shin secara bergantian. “Hargai perasaan dan keputusan mereka. Jangan menjadi penghambat. Sebagai orangtua harus mendukung mereka demi kebahagiaan mereka. Bukan begitu?”

Semuanya mengangguk dalam diam.

Wayne menoleh pada Nayla dengan tatapan menilai dari sorot matanya yang teduh. “Aku terserah Nayla saja. Dia sudah dewasa dan bisa memilih mana yang terbaik untuknya. Selama itu bisa membuatnya bahagia, aku pun begitu.”

Nayla merasa terharu mendengar ucapan ayahnya yang begitu menenangkan hatinya. Dia mengembangkan senyuman hangat kepada Wayne, begitu juga sebaliknya. Shin pun membungkuk hormat kearah Wayne dan Cassandra dengan penuh hormat.

“Wah… wah… wah… ada acara penting yang hampir kulewatkan disini.” seru Noel yang tiba-tiba datang bersama dengan istrinya.


“Kau selalu saja datang terlambat dalam setiap kesempatan, dude.” celetuk Hyun sambil melirik judes kearah Noel.

“Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Lagipula, kehadiranku yang selalu datang belakangan akan menjadi keuntungan dalam segala sesuatu. Bukan begitu?” balas Noel santai sambil mempersilahkan Vanessha untuk duduk di sofa kosong yang ada di sebelah Ashley.

“Shin ingin melamar Nayla, yah? Selamat.” ujar Vanessha sambil melebarkan senyuman.


“Ngomong-ngomong, dimana cucu kesayanganku?” tanya Cassandra dengan sumringah.

“Sedang kutitipkan pada Alena.” jawab Noel langsung dengan seulas senyum kearah ibunya.

“Maksudnya sehabis ini, kalian akan pergi berkencan?” tanya Ashley dengan ekspresi curiga.

Vanessha tersipu malu dan Noel terkekeh geli sambil merangkul bahu Vanessha. “Meskipun kami sudah menjadi orangtua, quality time harus terjaga.”

Hyun berckckck ria dengan wajah dinginnya dan Ashley tertawa saja. Nayla bisa melihat interaksi kakaknya dengan sahabatnya yang terlihat dekat dengan cara konyol mereka. Meskipun terkesan kasar dan cuek, namun mereka memiliki hubungan yang kuat layaknya saudara.

“Maafkan aku, Nayla. Seharusnya aku mendengarkanmu soal menemui ayahmu lebih dulu daripada meminta keluargaku untuk datang kesini.” bisik Shin dalam nada suara yang hanya bisa didengarnya.

Nayla menoleh dan bisa melihat ekspresi menyesal dari Shin. Pria itu terlihat memaksakan seulas senyum tipis. Dia tahu kalau pria itu juga merasa tidak nyaman saat ini.

“Tidak usah minta maaf. Aku tahu kau hanya ingin membuktikan keseriusanmu.” balas Nayla sambil mengarahkan tubuhnya kearah Shin untuk bisa berbisik lebih pelan. “Tapi jika kupikir lagi, bagaimana kalau kita mengikuti kemauan ayahmu untuk segera menikah? Maksudku tidak perlu hari ini, bagaimana dengan lusa?”

“Lusa?” tanya Shin kaget.

Nayla mengangguk. “Lusa adalah malam hari Valentine. Aku ingin setidaknya bisa mengalami hal romantis seperti yang ada di drama. Misalnya menikah di malam hari dan menikmati indahnya sinar bulan diatas sana.”

“Apa yang bisa kita lihat dari bulan? Bukankah akan tetap bulat?” tanya Shin lagi sambil mengerutkan alisnya.

Nayla mendengus sambil menoyor kepala Shin dengan gemas. “Aku malas berbicara denganmu mengenai hal seperti ini. Dasar pria tidak peka! Aku tahu kalau pria selalu berpikir dengan logika, tapi justru itulah yang membuat seperti orang dungu karena merasa kepintaran dalam urusan hati padahal nihil.”

“Setidaknya jika kau mengharapkan sesuatu, tolong yang masuk akal. Tanpa perlu menunggu lusa pun, kau masih bisa melihat bulan sekitar sejam lagi.” celetuk Shin sambil mengusap kepalanya. 

“Tapi kesannya kan berbeda. Situasinya juga berbeda. Kau harus bisa membedakannya.” balas Nayla dengan mata yang melotot tajam.

Shin kembali membalas dan mereka berdebat dalam suara rendah. Mereka tidak sadar kalau sedari tadi semua yang ada disitu sudah terdiam dan memilih untuk melihat bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain. Bahkan senyum Hyuk-Shin pun mengembang melihat Shin yang bisa memberikan berbagai macam ekspresi. Dia tampak lebih ceria dan bahagia, pikir Hyuk-Shin.

Wayne pun bisa melihat bagaimana Nayla tampak nyaman berbicara dengan Shin, dalam jarak sedekat itu tanpa perlu merasa risih. Baik Shin dan Nayla berbicara dengan sorot mata yang saling menatap dan begitu dalam, seakan itu memberi jawaban dari semua pertanyaan yang dipikirkan mereka.

“Shin, Nayla.” panggil Adrian dengan senang.

Keduanya pun menghentikan pembicaraan mereka dan menoleh kearah Adrian. Mereka seakan baru tersadar telah menjadi pusat perhatian dan mengatupkan bibir rapat-rapat sambil memperhatikan sekelilingnya. Kedua orangtua mereka memberikan ekspresi biasa saja, juga Master Kim. Bahkan Noel terlihat datar namun tidak berkomentar menatap mereka berdua, begitu juga dengan Hyun. Para wanita seperti Vanessha, Ashley, dan juga Nadine memberikan senyum lebarnya.

“Setelah kalian menyampaikan maksud kalian, apa yang kalian inginkan sekarang?” tanya Adrian kemudian.

“Tentu saja menikah!” seru Hyuk-Shin sambil mendesis tajam kearah Adrian. “Cucuku baru ada tiga, dimana hanya ada Hyuna yang menjadi cucu perempuanku! Aku ingin menambah jumlah cucu, tapi Ashley tidak mau hamil lagi.”

Hyeong, bisakah kau hentikan soal permintaan cucumu yang memuakkan?” keluh Adrian dengan nada jenuh.

“Kita kekurangan keturunan perempuan!” balas Hyuk-Shin bersikeras.

Abeoji, apakah kau sudah meminum obat untuk tensi darahmu?” tanya Shin datar.

Hyuk-Shin menoleh kearahnya dengan alis berkerut kesal. “Aku sudah meminumnya setiap pagi. Memangnya kenapa?”

“Tidak apa-apa, hanya sekedar bertanya.” sahut Shin dengan santai.

Nayla menghela nafas dan menatap Hyuk-Shin dengan penuh simpati. “Ahjussi..”

“Panggil aku Appa! Kau akan menjadi istri Shin dan itu berarti kau adalah putriku.” sela Hyuk-Shin dengan gayanya yang sok ketus itu.

Nayla terdiam lalu melirik kearah Ashley yang memberikan ekspresi tajam dan memberikan bahasa isyarat seolah menyerukan ‘lawan dia, jangan takut’ itu.

“Kau sudah memberi restumu untukku?” tanya Nayla kemudian.

“Memangnya kalau kubilang tidak, kalian mau mendengarkanku?” balas Hyuk-Shin ketus.

Nayla memutar bola matanya sambil menggertakkan giginya untuk menahan perasaan dongkolnya. “Aku ingin menyampaikan beberapa hal disini, untuk meluruskan permasalahan agar tidak terjadi kesalahpahaman.”

“Tolong dengarkan Nayla dulu, abeoji. Jangan menyela dulu.” tegur Shin ketika dia melihat Hyuk-Shin hendak membalas ucapan Nayla.

Semuanya terdiam dan menatap Nayla dengan beragam ekspresi. Pikiran utama Nayla adalah pada kakaknya yang masih terdiam, merupakan satu hal langka ketika kakaknya tidak berkomentar sama sekali sedaritadi.

“Aku dan Shin memutuskan untuk bersama, bukan tanpa alasan. Kalian adalah keluarga kami dan sudah pasti tahu siapa kami sebenarnya.” ujar Nayla sambil memperhatikan kesemuanya dengan seksama. “Dan bukan hal yang mudah untuk kami sampai pada keputusan mendadak ini.”

“Keputusan mendadak ini bukan karena kau hamil, kan?” kembali Hyuk-Shin bertanya dengan alis berkerut curiga.

Astaga! Nayla mendengus kasar menatap pria tua yang menyebalkan itu. Ingin rasanya dia merobek mulut sialan itu dan bermaksud untuk mengambil pisau lipatnya yang selalu dia selipkan di dalam tasnya.

“Katakanlah kami tidak mengikuti perkembangan jaman dengan baik, sehingga kami belum melakukan hal seperti itu.” ujar Shin dengan nada lelah.

Kini giliran Wayne yang bereaksi. “Apa mungkin tidak terjadi apa-apa ketika dua orang tidur bersama? Bukankah Nayla bermalam di tempatmu semalam?”

“Kami hanya berbicara dari hati ke hati, okay? Bukan dari tangan ke tangan atau dari bibir ke bibir. Setelah berbicara, kami pun terlelap.” sahut Nayla sambil menatap ayahnya dengan kesal.

“Itu masuk akal.” akhirnya Noel bersuara. “Shin tidak akan mungkin bisa menyentuh Nayla dengan mudah, dan Nayla pun masih beradaptasi dengan sentuhan. Kurasa aku paham apa yang mereka ingin sampaikan disini.”

“Apa maksudmu, Noel?” tanya Wayne kemudian.

“Kedua orang ini sama-sama sakit. Yang pria memiliki masa lalu yang tidak bisa diabaikan begitu saja, dan yang wanita memiliki phobia terhadap pria. Keduanya juga mengalami hal yang membuat mereka tidak nyaman terhadap keadaan yang sedang berlangsung, sehingga tanpa sadar mereka menderita.” jawab Noel dengan lugas dan menegakkan tubuhnya untuk melanjutkan ucapannya. “Apa kau tidak lihat bagaimana gestur tubuh Nayla yang begitu nyaman ketika berbicara dengan Shin, Dad? Dia bahkan bisa melakukan kontak mata dengan Shin selama mereka berargumen tadi. Tidak ada alergi, umpatan atau pukulan yang dilakukan Nayla terhadap Shin. Itu adalah kemajuan yang pesat.”

“Shin juga mengalami banyak kemajuan.” tambah Hyun sambil menatap Shin dengan penuh arti. “Dia menjadi lebih dewasa dengan ketegasan yang dimilikinya. Tidak lagi kekanakan, ataupun usil. Tidak lagi berpura-pura senang, namun bisa menjadi dirinya sendiri sebagai seorang Shin yang sebenarnya.”

Hyuk-Shin mengangguk setuju. “Dia bahkan bisa menjadi anak durhaka dengan berteriak padaku tadi, padahal sebelumnya dia itu sok menjadi anak teladan.”

“Astaga, Appa! Kenapa sih kau itu selalu senang diteriaki dan dihina oleh anakmu sendiri? Apakah kau merasa disayang olehku jika aku berteriak marah padamu?” sahut Ashley dengan ekspresi mencibir.

“Aku suka jika ada yang bisa berdebat denganku, bukan seperti robot yang mengiyakan segala perintahku.” elak Hyuk-Shin santai.

“Seperti kau yang senang dibantah saja.” celetuk Hyun sinis.

Adrian terkekeh. “Itulah yang kubilang kalau ayahmu itu lebih manusiawi saat ini. Sudahlah. Hentikan pembicaraan ini dan biarkan Nayla menyampaikan keinginannya.”

Nayla menghela nafas sambil menoleh pada Shin dengan tatapan seolah dia menyerah. “Kau saja yang sampaikan, aku lelah.”

Shin mengangguk dan melayangkan tatapannya kepada semuanya yang kini sudah diam. Dia tidak ingin berbasa basi atau menyampaikan kalimat panjang yang akan menimbulkan opini baru dalam selaan seperti barusan. Oleh karena itu, dia akan menyampaikan keinginan Nayla secara terang-terangan.

“Kami akan menikah lusa nanti. Di malam hari valentine, tepat di bawah... hhhhh... sinar bulan.” ucap Shin dengan ragu.

Astaga, pria ini! Nayla malah mengerutkan alisnya sambil melotot galak kepadanya. Tidak bisakah pria itu menyampaikan dengan cara yang lebih terhormat dan tidak terdengar konyol?

Alhasil para pria tertawa geli sementara para orangtua menganggukkan kepalanya dengan maklum.

“Itu hebat sekali! Lusa adalah waktu yang pas untuk mengambil alih venue pernikahan dengan caraku, dan aku pastikan akan meminta teman baikku untuk menyuruh para anak didiknya menjadi bintang tamu pernikahan kalian. Di samping itu,..."

“Hentikan, abeoji.” sela Shin tegas. “Aku tidak mau pernikahan seperti itu. Kami membutuhkan privacy, tolong hargai kami. Cukup hyeong saja yang mengalami kesialan seperti itu.”

Bukan hanya Hyuk-Shin yang mengerang kecewa mendengar penolakan tegas dari Shin, Ashley pun melakukan hal yang sama.

“Shin, sebagai kakak iparmu, aku merasa terhina. Apakah kau tidak tahu kalau EXO sudah mengeluarkan album terbaru dan mereka sedang dalam rencana untuk menggelar konser comeback? Belum lagi Kai kepergok berkencan dengan Jennie, tapi baru dua minggu berita itu muncul, mereka dikabarkan putus.” ucap Ashley dengan nada tidak terima didukung oleh anggukan kepala dari Hyuk-Shin.

Shin semakin meemberikan ekspresi busuknya yang kentara. “Apa hubungannya dengan pernikahanku?”

“Kalau kalian menikah, nanti aku bisa menarik Kai ke ruang ganti untuk memaksanya membuka suara, kenapa bisa hal itu terjadi?” jawab Ashley dengan alis terangkat tinggi-tinggi. “Aku ingin membuat perhitungan dengannya karena gara-gara berita itu, terjadi kericuhan pada EXO-L!”

“Menurutku mereka dituntut untuk tidak berhubungan dari pihak perusahaan masing-masing, karena pamor mereka sedang melejit. Apalagi kudengar kalau berita itu hanya untuk mendongkrak popularitas, baik EXO ataupun Jennie, sama-sama mengeluarkan single terbaru.” balas Nayla langsung.

“Tapi tetap saja itu tidak bisa ditolerir! Lagian, Kai selalu membuat masalah dengan memberikan berita affair semacam ini! Tidak bisakah dia mencontoh maknae kesayanganku yang begitu hebat dalam menjaga sikapnya? Apalagi ekspresi songongnya itu membuatku terlena setiap kali melihatnya beraksi, terutama dalam single duetnya di We Young.” sahut Ashley sambil memekik kegirangan.

Hyun tiba-tiba beranjak dari duduknya dan membetulkan jasnya dengan ekspresi datarnya. “Aku pergi dulu, ada urusan penting yang harus kuselesaikan daripada mendengar obrolan dari wanita gila ini.”

“Hyun! Kau mau pergi kemana?” tanya Ashley sambil ikut beranjak dan memeluk lengan Hyun dengan bibir yang menekuk cemberut, tapi Hyun langsung menepis tangannya.

“Tidak usah hiraukan aku. Lanjutkan saja obrolanmu yang sangat berfaedah soal exo-exo sialan itu. Asal kau tahu saja, jika Abeoji benar-benar ingin membuat konser pernikahan seperti kita, sebelum hal itu terjadi, aku pastikan venue yang menyelenggarakan acara itu akan hancur berkeping-keping. Termasuk EXO yang kau sebut itu!” jawab Hyun geram.

Nayla menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyuman geli. Dia bisa melihat Hyun datang menghampiri Shin sambil menepuk bahunya dan menatap Shin dengan seulas senyum tipis.

“Apapun keputusanmu, aku akan mendukungmu, Shin. Aku percaya kau sudah memikirkan yang terbaik dan pastikan kau mempersiapkan dirimu untuk mencintai Nayla sepenuh hati. Bukan karena paksaan ataupun simpati.” ujar Hyun serius.

Shin mengerjap dalam diam dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Nayla menangkap sesuatu yang terkesan ragu dan... takut? Entahlah. Pria itu seakan menguji dirinya sendiri untuk memutuskan sesuatu yang besar seperti pernikahan ini.

“Nayla, kuharap kau bisa menerima Shin apa adanya. Pernikahan adalah langkah awal untuk menjalani kehidupanmu yang sebenarnya.” kini Hyun berujar pada dirinya.

Nayla mengangguk lalu tersenyum pada Hyun. Pria itu pun berlalu sambil mendesis sinis kearah Ashley yang bergerak untuk mengejarnya sambil merapalkan ocehan panjang lebarnya yang diabaikan Hyun. Mereka berlalu dari mansion itu meninggalkan yang lainnya.

Noel menatap Nayla dengan penuh arti seakan banyak yang ingin diucapkannya. Nayla tahu tatapan itu. Tatapan yang memberikan arti bahwa ada rasa cemas dan tidak rela dari kakaknya.

“Kalau kalian memang ingin menikah lusa nanti, kami akan membantu mempersiapkannya.” ucap Cassandra dengan lembut, diangguki kepala dari Kyo-Mi, ibu dari Shin dan Nadine.

“Aku hanya ingin pernikahan yang sederhana. Tidak ada pesta. Tidak perlu menghamburkan uang. Hanya keluarga saja yang hadir untuk mendengar sumpah kami dan menjadi saksi pernikahan kami.” balas Nayla kemudian.

Semuanya terdiam dengan tatapan yang tidak mengerti kenapa Nayla hanya menyampaikan hal yang sederhana seperti itu, dimana semua wanita menginginkan sesuatu yang istimewa pada hari bersejarahnya.

“Nayla...” panggil Shin pelan. “Jika kau menginginkan sesuatu, katakan saja. Tidak usah menahan diri sampai terkesan pasrah begitu. Aku sangat mampu untuk memenuhi impianmu.”

“Benarkah?” tanya Nayla langsung dengan alis terangkat.

Shin mengangguk. “Benar. Jadi, apa yang kau inginkan untuk pernikahan ini? Aku akan mengusahakannya untukmu.”

“Kau.” jawab Nayla dengan mantap.

Shin mengerjap bingung. Yang lainnya pun begitu. Bahkan Noel bergeming untuk semakin menegakkan tubuhnya dan mengabaikan Vanessha yang sedang berbicara pelan padanya.

“Aku memang akan jadi milikmu jika kita menikah nanti.” balas Shin heran.

“Janji?” tanya Nayla.

“Janji.”

“Kalau begitu jadilah Shin yang dibutuhkan oleh Nayla, bukan Shin yang menyakiti Nayla. Jadilah pribadi yang menyukakan hatiku, bukan yang mendukakan diriku. Itu saja permintaanku, tidak ada hal lain lagi.” ujar Nayla dengan seluruh keberaniannya dalam mengutarakan isi hatinya dengan suara bergetar, melawan seluruh keraguannya yang berkecamuk dalam pikirannya.

“Nayla...”

“Karena aku sudah memantapkan hatiku untuk menerima dirimu apa adanya, termasuk masa lalumu. Semuanya. Aku bukan orang suci yang anti dengan orang berdosa. Yang aku tahu adalah hatiku memilihmu, Shin. Itu saja.” tambah Nayla dengan mata yang berkaca-kaca.

Nayla bisa melihat ekspresi Shin yang tertegun namun memiliki kelembutan yang berarti di dalam sorot matanya. Ekspresi yang penuh tekad untuk membahagiakannya dalam segala kekurangannya.

Dia tidak bersuara, namun tatapannya seolah berteriak padanya dengan penuh keyakinan. Seolah dia memahami keraguan Nayla dan ketidakyakinan Nayla dalam keputusannya kali ini.

Bahkan hal itu sanggup membuat Noel yang sedaritadi tidak memberikan ekspresi yang berarti, mulai mengembangkan senyuman yang begitu tulus dan menatap keduanya dengan kelegaan yang terpancar di dalamnya. Para orangtua pun memberikan senyum kebahagiaannya, melihat kedua orang yang bertolak belakang itu saling bertatapan dalam sorot mata penuh pengertian disana.

Sebab Nayla tahu bahwa ada tiga hal penting dalam pernikahan yang bahagia, yaitu : sebuah kenangan dalam kebersamaan, sebuah pengampunan dalam setiap kesalahan di masa lampau, dan sebuah janji untuk tidak akan menyerah satu sama lain.

Dan Nayla sedang mengusahakan hal terakhir yang disebutkannya tadi.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Baru mau revisi, putra mahkota baper
Baru mau beresin plot, tuan puteri galau

😣😣😣

Tapi tetap harus sukacita.
Annyeong 💜💜💜

Salam dari aku yang tidak bisa menahan diri untuk tidak histeris sendiri setiap kali menatap visual kurang ajar ini.







Terus aku mendadak sirik gitu sama Nayla 😣
Menang banyak sih Nayla,
Gpp sih!
Sama cowok kek gini, emang kudu ngegas
🤣🤣🤣🤣🤣




Good night, genks!
I purple you 💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top