Part 10 - Uncontrollable strange heartbeat
Kangen dengan trio konyol?
Nih aku kasih 🤗
Happy Reading 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Nayla menatap heran dengan interaksi yang ada di hadapannya. Laura yang berusaha mendekat kearah Percy dengan dalih menanyakan soal rekapan terbaru dan Percy yang tanpa berkata apa-apa hanya menyodorkan rekapan itu pada Nayla.
Ada lagi Percy yang sedang berdiskusi dengan Shin dan Laura yang mencoba memberikan penjelasan tapi diabaikan Percy sehingga Shin yang menanggapi penjelasan Laura.
Setiap harinya mereka akan mengalami kesibukan sepanjang hari karena waktu yang ditentukan ayahnya sangatlah singkat sehingga mereka sampai harus meluangkan waktu sebelum jam pulang kantor untuk bertemu di ruang rapat dan membahas apa yang mereka kerjakan di hari itu. Kegiatan itu sudah berlangsung selama seminggu dan semakin lama semakin memusingkan saja.
Nayla pun masih bersikeras untuk menghindari Shin dan menjauhi pria itu. Jika dia membutuhkan sesuatu, dia akan meminta Laura untuk menyampaikannya atau dia akan menyuruh Percy untuk mempelajari laporan yang dimintanya. Seperti itu.
Kini terlihat Laura sedang bercengkerama dengan Shin membahas soal perkembangan lebih lanjut tentang masalah alat kontruksi yang tidak berjalan dengan mulus karena ada beberapa yang mengalami kerusakan. Percy seakan tenggelam dalam dunianya sendiri dengan berkutat pada laptopnya dan Nayla yang malah sibuk memperhatikan kegiatan di dalam ruangan itu.
'Don't be so hard on yourself, Nay. Jika kau ingin terlepas dari ketakutanmu maka kau harus menghadapi apa yang kau takutkan.'
Pesan singkat yang diberikan Ashley padanya ketika wanita itu menemaninya kala dia mengalami collapse akibat ciuman sialan itu kembali bergema dalam pikirannya. Heck! Menghadapi ketakutan untuk terlepas dari ketakutannya? Demi Tuhan dia tidak takut tapi sudah dalam tahap benci yang begitu akut. Bukan! Bukan benci juga. Haish! Nayla menjadi kesal sendiri dengan pergolakan yang ada dalam batinnya saat ini.
Seharusnya Nayla sudah tidak perlu mempedulikan kedua pria sialan itu karena mereka berdua sudah mendapat peringatan keras dari ayahnya dan ayah baptisnya kemarin. Belum lagi ultimatum dari Hyun-Oppa yang sudah sangat tegas sehingga hal itu membuat keduanya diam tak bergeming dan hanya mengangguk sebagai tanda persetujuan.
Harusnya Nayla mulai merasa tenang karena kedua pria itu terlihat tidak pernah mendekatinya, apalagi menggubrisnya. Mereka hanya bersuara jika berhubungan dengan pekerjaan. Tidak lebih dari itu. Bahkan bisa dibilang kalau Laura yang lebih aktif melakukan interaksi kepada mereka karena memang itulah dia ditugaskan oleh ayahnya.
Tapi nyatanya hal itu membuat Nayla tidak merasa senang. Entah kenapa ada rasa terabaikan atau tersaingi ketika Laura hadir disitu. Aneh, pikirnya. Padahal dia harusnya lega kalau tidak perlu menghadapi kedua pria itu sendirian. Apalagi dirinya yang sudah tinggal terpisah dari kedua pria itu yaitu menempati rumah milik ayah baptisnya yaitu Appa Adrian bersama dengan Laura.
Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Laura adalah mantan kekasih Percy. What the heck! Nayla tidak percaya kalau dunia begitu sempit sehingga dia harus mendapati kenyataan kalau ternyata Laura pernah menjalin hubungan dengan adik ipar Joana, sahabatnya yang juga adalah teman Laura juga saat mereka sama-sama berkuliah di Oxford.
Namun sepertinya Percy menjaga jarak dengan Laura dan terlihat tidak suka dengan kehadiran temannya itu sehingga Percy terus mengabaikan Laura. Lalu seakan mencari kesempatan yang ada, Shin selalu menanggapi Laura dan menjawab pertanyaan wanita itu dengan lugas diiringi sebuah senyuman yang memikat. Cih! Dasar bajingan! Nayla mendengus mengingat betapa bajingannya pria itu karena sudah mencuri ciuman pertamanya.
Lamunan Nayla terbuyar saat ada yang menaruh sebuah minuman kesukaannya diatas meja. Dia mendongak dan tersentak mendapati Shin yang menaruhnya lalu pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa. Ish! Mau apalagi dia?
Kemudian, Nayla menunduk untuk melihat minuman yang ternyata ada sebuah tempelan memo berupa sebuah pertanyaan.
"Jika kau mempunyai banyak waktu untuk melamun, ada baiknya kau minum minuman ini dan menyelesaikan update terbaru mengenai perkembangan proyek karena ayahmu sudah memintanya."
Nayla meraih memo itu dan mengoyaknya menjadi sebuah gumpalan sambil melirik sinis kearah Shin yang sekarang sedang mengobrol dengan Percy dalam mimik wajahnya yang serius.
Pria itu terlihat datar dan selalu memakai kacamata minusnya setiap kali bekerja. Alhasil sosoknya yang sok berwibawa itu membuat Nayla harus mencibir dalam hati karena terkesan dibuat-buat.
"Kau tahu? Aku rasa aku menyukai pria Asia itu. Dia ramah dan baik hati." ucap Laura dengan suara bergumam.
Deg! Nayla langsung menoleh kearah Laura dengan alis berkerut. "Kau naksir pada Shin?"
"Menyukai tidak berarti naksir padanya, Nay. Aku hanya menyukai caranya membalas setiap pertanyaanku dengan cerdas dan cukup kritis. Tidak ada kesan pria bajingan seperti yang kau ceritakan." balas Laura dengan senyuman tipis.
Nayla mengerjap kecewa ketika melihat Laura menyedot minuman yang seperti diberikan Shin padanya. Berarti tidak hanya dirinya yang mendapat minuman ini. Wait! Am I crazy?! pekik Nayla dalam hati ketika mendengar isi pikirannya barusan. Kenapa Nayla harus merasa kecewa jika bukan hanya dirinya saja yang mendapat minuman banana milk kesukaannya itu? Shit!
"Ya sudah dekati saja dia kalau kau merasa dia cocok menjadi pacarmu." ujar Nayla sambil mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa tidak nyaman.
"Aku memujinya bukan berarti aku ingin jadi pacarnya. Lagipula aku bukan girlfriend material untuk kedua hot guy itu. Bisa jadi aku hanya sampah di mata mereka." ucap Laura dengan nada pahit.
"Kenapa kau malah jadinya merendahkan dirimu seperti itu? Hanya karena kau pernah melakukan kesalahan tidak berarti kau harus terus merasa terhakimi. Jujur saja padanya dan berikan penjelasan. Meskipun terlambat tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali." sahut Nayla yang mulai menggaruk lengannya.
Laura kembali memberikan senyuman hambar lalu mengerutkan alisnya melihat lengan Nayla yang terlihat memerah. "Ada apa denganmu, Nay? Apa kau baik-baik saja? Bukankah sedari tadi kau disini dan kedua orang itu tidak mendekatimu? Bahkan Shin hanya menaruh banana milk ini lalu pergi."
Nayla juga kebingungan dengan reaksi tubuhnya yang naik turun seperti ini. Kedua orang itu sudah tidak mengganggunya tapi entah kenapa ruam-ruam alergi ini malah datang dengan rutin di setiap harinya atau tepatnya saat malam hari. Damn! Dia harus segera konsultasi dengan dokter langganannya.
"Aku tidak tahu." jawab Nayla jujur sambil menusuk minuman itu dengan sedotan lalu menyedotnya seperti kehausan.
Minuman itu seolah menjadi penyegar untuk tenggorokannya yang mendadak kering. Bahkan sepertinya tidak cukup satu karena biasanya Nayla harus meminum sampai tiga buah sekaligus. Dia melirik kearah meja Shin yang masih ada sisa dua buah disitu dan menginginkannya. Tapi untuk memintanya langsung pada Shin bukanlah hal yang ingin dilakukannya.
"Apa kau kedinginan? Ruam alergi juga bisa muncul ketika hawa dingin terasa menusuk di kulit karena itu akan membuat kulit menjadi kering. Ruangan ini cukup dingin dan apakah kau mau aku mematikan pendinginnya?" tanya Laura kemudian.
Nayla mengerutkan alisnya sambil menggeleng. "Aku tidak kedinginan. Sudahlah, mungkin aku hanya terlalu stress sehingga ruamku muncul."
Laura kembali menyedot minumannya dengan santai lalu melirik kearah Percy yang sedang mengetik dengan serius di laptopnya. "Aku sedih melihat sikap Percy yang seperti itu padaku. Aku bahkan sudah berusaha untuk mendekatinya tapi sepertinya dia semakin berusaha menjauhiku."
"Lagian kau itu terlalu agresif. Jaga sikapmu dan cari waktu yang tepat untuk menghalanginya." sahut Nayla yang mulai melanjutkan pekerjaannya sambil mengusap lengannya dengan satu tangan.
"Tidak usah sok mengajariku kalau kau saja masih begitu payah dalam menghadapi laki-laki." cibir Laura pedas.
Nayla memutar bola matanya dan menoleh kearah Laura dengan tatapannya yang tajam. "Aku bukan payah tapi berprinsip."
"Phobia terhadap pria itu memangnya prinsip? Itu penyakit! Penyakit yang harus kau sembuhkan dari dirimu sendiri. Ubah pola pikirmu dan jangan terus memegang teguh asumsimu kalau kau belum mencoba. Aku bicara seperti ini bukan karena sok pintar, justru karena aku sudah menjadi wanita paling jahat yang pernah ada sampai sudah menyakiti hati orang yang begitu baik padaku." ujar Laura dengan lugas.
Nayla berdecak tidak suka. "Bagaimana kalau kau tunjukkan padaku caranya untuk membuka pikiranku dengan melakukan apa yang ingin kau lakukan?"
"Eh? Apa maksudmu?"
"Kau bilang kan kau ingin menjelaskan sesuatu pada Percy, kalau begitu lakukan saja." jawab Nayla cepat.
Alis Laura berkerut dengan ekspresi ragu. Dia terdiam beberapa saat lalu menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Kurasa itu bukan ide yang baik karena dia terus menghindariku dan aku tidak enak hati untuk terus mencari kesempatan mendekatinya."
Nayla menopangkan dagunya dan terlihat sedang berpikir lalu mendapatkan sebuah ide yang membuatnya mendengus tapi hanya itu satu-satunya cara untuk membantu Laura menjelaskan sesuatu yang belum sempat diketahui Percy. Biasalah. Urusan percintaan yang tidak jauh dari kesalahpahaman, pengkhianatan dan kondisi tidak bisa move on dari kisah cinta yang sudah begitu lama berlalu.
"Baiklah. Aku akan membantumu sebagai permulaan. Aku akan mendekati Percy untuk mencari tahu apa yang dia pikirkan tentangmu. Bagaimana?" usul Nayla kemudian.
Alis Laura berkerut. "Kenapa harus kau yang mendekati Percy? Memangnya kau bisa mendekatinya?"
"Karena dia tidak tertarik padaku dan dia tidak pernah macam-macam padaku. Dia sepenuhnya jijik padaku dan aku bersyukur akan hal itu. Kau tidak usah kuatir. Tenang saja." jawab Nayla langsung dengan mantap.
Percy memang tidak bisa diremehkan tapi sejauh ini dia tidak pernah bersikap melenceng seperti Shin. Dia juga tahu kalau pria itu tidak akan menyukai wanita seperti dirinya karena menurut Joan, adik iparnya itu adalah pecinta kebersihan. Sial! Harusnya Nayla merasa tersinggung karena dihina seperti itu tapi sudahlah. Hanya itu cara Nayla mengetahui apakah seorang pria menyukainya atau tidak.
Laura tidak langsung menjawab dan hanya menatap Nayla dalam diam. Dia menoleh untuk menatap Percy bersamaan dengan Percy yang tidak sengaja mendongak dan keduanya tidak sengaja bertatapan. Namun tidak sampai sedetik, Percy langsung membuang tatapannya dengan dingin dan bersuara kepada Shin untuk menanyakan sesuatu.
"Sepertinya dia benci sekali padamu." gumam Nayla penuh simpati.
Laura mengangguk menyetujui dengan ekspresi lelah dan kembali menoleh kearah Nayla lalu mengerutkan alisnya dengan bingung.
"What?" tanya Nayla tidak mengerti.
"Ruam-ruammu menghilang dengan sendirinya." jawab Laura sambil menunjuk kedua lengannya. "Kau apakan tadi sampai bisa menghilang? Biasanya akan memakan waktu cukup lama kalau kau sedang kambuh."
Nayla memeriksa kedua lengannya yang sudah kembali normal dengan alis berkerut. Dia benar-benar tidak paham dengan reaksi tubuhnya lagi. Bisa muncul tiba-tiba, hilang tiba-tiba. Datang dan pergi sesuka hati. Astaga! Ingin rasanya Nayla membakar kulit tubuhnya sendiri karena membuatnya tampak seperti wanita gila saja.
"Aku tidak tahu." balas Nayla dengan suara bergumam.
Keduanya tampak kebingungan dan masih heran dengan hilangnya ruam-ruam yang dialami Nayla. Namun hal itu tidak menyita perhatian mereka sampai begitu lama karena mereka kembali melakukan pekerjaannya masing-masing sampai selesai.
Sampai dimana Nayla sudah berhasil mengirimkan laporan update terbaru pada pihak manajemen, termasuk ayahnya sendiri. Keempat orang itu bekerja sendiri-sendiri dalam hening dan saling bertukar laporan lewat email yang sudah masuk ke alamat masing-masing.
Begitu mereka sudah menyelesaikan pekerjaannya, mereka pun membereskan perlengkapan kerjanya dan segera bersiap untuk pulang. Nayla sampai merenggangkan otot dengan menarik kedua tangannya keatas sambil mengerang pelan. Hari ini cukup melelahkan.
"Hari ini kita mau makan malam apa?" tanya Laura kemudian.
"Aku sedang tidak mood untuk memasak." jawab Nayla langsung.
"Aku juga. Mau makan malam diluar?" tanya Laura lagi.
Kedengarannya menyenangkan. Tapi belum sempat menjawab, tiba-tiba Shin datang menghampiri mereka. Ralat. Shin menghampiri Laura dengan senyuman ramah.
Nayla buru-buru menggeser posisi duduknya agar sedikit menjauh dari Laura meski Shin tidak menghiraukannya atau menoleh kearahnya sedikit pun. Pria itu membungkuk tepat di depan meja Laura dengan sisi meja itu sebagai tumpuan bagi kedua tangannya .
"Ada apa, Shin?" tanya Laura dengan senyum merekah.
"Aku dan Percy berencana untuk mengunjungi festival kuliner yang ada di kota. Apa kau mau ikut? Disitu ada banyak pilihan makanan dan aku bisa menunjukkan beberapa kedai yang memiliki menu terlezat." jawab Shin ceria.
Nayla menggelengkan kepalanya sambil berckckck ria dalam hati. Pria itu sudah jelas sekali ingin mendekati Laura dan berniat untuk mencari perhatiannya. Dasar playboy cap kabel, rutuknya.
"Benarkah? Jika Percy ikut, maka aku akan ikut." sahut Laura senang.
Nayla menepuk keningnya dengan gemas karena sikap Laura yang begitu gampangnya menerima ajakan dari pria hidung belang seperti mereka.
Shin tertawa senang lalu menegakkan tubuhnya sambil melepas jas kerjanya dengan santai. "Kalau begitu, kau ikut saja ke mobil kami. Tidak usah banyak-banyak membawa kendaraan."
Laura mengangguk. "Apakah Nayla boleh ikut karena kami berencana tidak akan memasak makan malam?"
Shit! Nayla langsung bergeming untuk melotot galak kearah Laura lalu menoleh pada Shin yang meliriknya sekilas dengan ekspresi datar.
"Terserah. Itu tempat umum dan tidak ada larangan untuk wanita aneh yang mau datang kesana." jawab Shin santai lalu dia pergi berlalu begitu saja untuk kembali kepada Percy.
"Hey! Aku tidak aneh!" seru Nayla lantang dengan wajah yang memerah menahan rasa kesalnya pada Shin.
Shin menoleh padanya dengan tatapan jenuh dan alis yang terangkat menantang. "Ya, kita lihat saja nanti."
"Lihat apanya? Aku bisa seperti kemarin itu karena ulahmu, brengsek!" balas Nayla kesal.
Shin tidak menanggapi dirinya lagi karena dia sudah meraih tas kerjanya diikuti oleh Percy. Kedua pria itu terlihat tidak mau ambil pusing dengan aksi protesnya dan terlihat hendak keluar dari ruangan itu.
Shin yang lebih dulu keluar dari ruangan itu dan Percy yang kini sedang menatap kearahnya. Dia memberikan senyum singkat lalu melangkah untuk mendekat pada Nayla sambil membungkuk untuk melihatnya dengan seksama. Aksinya itu dilihat dengan jelas oleh Laura.
"Ikut saja, Nayla. Abaikan Shin dan aku janji akan menemanimu disana." ujar Percy ramah lalu kembali memamerkan cengiran lebarnya dan menegakkan tubuhnya.
Dia pergi tanpa sekalipun melihat kearah Laura dan meninggalkan ruangan itu menyusul Shin. Deg! Nayla menangkup dadanya yang bergemuruh kencang dengan apa yang didapatinya barusan. Ada rasa kecewa, senang dan sedih di saat yang bersamaan. Perasaan apa ini dan kenapa bisa dialaminya? Dia benar-benar tidak menyukai keadaannya yang sekarang.
"Kurasa Percy menyukaimu. Dia tidak mungkin bersikap seperti itu pada wanita jika dia tidak tertarik padamu." gumam Laura sedih. "Jika memang dia menyukaimu, aku tidak akan berusaha untuk menjelaskan apapun lagi padanya."
Eh?
Nayla menoleh dengan ekspresi bingung. "Apa sih yang kau katakan? Kenapa kau dan Shin bisa begitu menyebalkan? Sudahlah. Jangan melantur. Kau pergi saja dengan mereka dan aku akan pulang lebih dulu."
"Aku tidak mau lagi. Dia tidak mengharapkan kehadiranku dan hanya mengajakmu." sahut Laura dengan jenuh.
"Masih ada Shin yang bisa menjadi bantalanmu. Aku yakin kalau Percy juga akan luluh padamu karena kau masih memiliki kesempatan dengannya." Balas Nayla sambil mengumpulkan barangnya dengan cepat dan mengangkat tas laptopnya dan tas tangannya.
"Menurutmu begitu?" tanya Laura dengan alis terangkat. Dia sudah membawa perlengkapannya dan berjalan berdampingan dengan Nayla untuk keluar dari ruangan itu.
"Ya. Menurutku begitu. Kulihat dia... brengsek tapi jaim. Maklumi saja karena kalian sudah lama tidak bertemu dan mungkin agak sedikit canggung." jawab Nayla yang merasa ragu dengan apa yang diucapkannya barusan.
Bagaimana tidak? Dia tidak pernah berhubungan dengan seorang pria dan mendadak hari ini bisa memberikan sedikit kultum untuk temannya yang kini menatap Nayla dengan alis berkerut bingung.
"Aku tidak percaya apa yang kau katakan karena kau sama sekali tidak ada pengalaman." ucap Laura jujur tanpa perlu merasa harus membuat Nayla tersinggung.
Itulah untungnya memiliki seorang teman yang memahami dirinya jika dia barusan sedang berhalu yang tidak-tidak sehingga tidak akan mungkin didengar apalagi dilakukan. Lagipula untuk apa sih menjelaskan hal yang sudah lewat? Membuang waktu saja, pikir Nayla.
Jika sudah putus yah sudah. Apa yang sudah lewat tidak bisa kembali lagi dan apa yang harus terjadi yah terjadilah. Menurut Nayla, hidup sudah cukup sulit untuk dijalani tapi kenapa banyak orang membuatnya semakin rumit hanya gara-gara urusan perasaan? Jika mereka masih ada ruang lebih untuk patah hati dan tidak bisa move on, lantas kenapa juga mereka tidak luangkan sedikit ruang untuk berpikir secara logika kalau masih banyak manusia yang bisa dipilih untuk dijadikan sebagai pasangan baru? Aneh, pikirnya lagi.
"Jadi, apa kau mau ikut?" tanya Percy yang sukses membuyarkan kerumitan yang terjadi dalam otak Nayla yang sudah sedemikian kacau.
Nayla mengerjap dan melihat Percy yang sudah berdiri di hadapannya lalu buru-buru melirik kearah Laura yang masih menatap Percy dengan penuh arti. Astaga!
"Tidak. Aku ingin pulang saja karena sudah lelah." jawab Nayla langsung.
"Aku bisa ikut, Percy." seru Laura riang sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Percy hanya melirik risih kearah Laura dan melengos saja untuk kembali menatap Nayla. "Kalau kau sudah lelah, itu berarti kau akan telat makan karena kau pasti tidak ingin melakukan apapun. Termasuk membuat makan malam."
Darimana semua pengertian yang mencurigakan itu? Belum-belum Nayla sudah menatap Percy dengan tatapan penuh selidik. Berdasarkan rubrik tentang masalah dalam hubungan yang pernah dibaca Nayla, pria yang adalah mantan pacar sahabat sudah pasti menjadi daftar hitam dalam hidupnya. Heck! Jika dalam pernikahan ada istilah turun ranjang, kali ini adalah pindah ranjang. Membayangkan hal itu seketika membuat Nayla merasa mual dan mundur selangkah untuk menjauhi Percy dengan tatapan tidak bersahabat.
"Ada yang bilang kalau dia bukanlah wanita aneh, tapi kenyataannya apa yang diucapkannya berbanding terbalik." terdengar suara Shin dengan nada mengejek dari arah samping yang ternyata dia sedang bersandar di mobilnya sambil menyilangkan tangannya.
"Enough, Shin." tegur Percy dengan nada lelah.
Alis Nayla berkerut sebal. "Aku tidak ikut bukan berarti aku aneh. Lagipula..."
"Lagipula kau yang terlalu berlebihan dalam menanggapi ajakan Percy. Atau jangan-jangan, kau yang selalu kegeeran karena merasa didekati oleh dua pria tampan sekaligus?" sela Shin sambil menyeringai dalam senyum setengahnya yang menyebalkan.
Mata Nayla terbelalak kaget mendengar ucapan Shin yang membuatnya semakin naik darah. Ya Lord... rasanya Nayla ingin mengutuk negara ginseng ini karena memiliki seorang manusia paling hina seperti pria itu tapi tidak jadi karena dia teringat dengan EXO, BTS, iKON dan So Ji-Sub Ahjussi. Masih banyak pria hebat yang dihasilkan negara itu dan dia tidak akan gegabah dalam hal mengutuk hanya karena satu orang itu. Ugh!
"Tidak usah sakit hati kalau kau ditolak olehku, Shin. Bisa jadi pamormu sebagai playboy turun drastis ketika tidak bisa mendapatkan high quality single seperti diriku." balas Nayla dengan angkuh.
Shin malah terkekeh sambil mengangkat alisnya setengah. "Setidaknya aku berhasil mendapatkan ciuman darimu. Dari hasil yang kulakukan padamu, sepertinya kau belum berpengalaman alias itu adalah ciuman pertama. Itu berarti kau bahkan bisa kecolongan olehku. Lagipula high quality apanya? Ibarat itu kau adalah stok lama yang sebentar lagi akan segera expired dan akan mengalami musim sale agar stok lama sepertimu bisa segera disingkirkan."
That damn asshole!
"Ka.. kalian pernah berciuman?" tanya Laura dengan ekspresi kaget dan menoleh pada Nayla. "Kenapa kau tidak pernah cerita?"
"Karena dia takut menelan ludahnya sendiri." Shin mengambil alih jawaban Nayla sambil terkekeh geli.
"Sudahlah, Shin. Jangan mengejeknya lagi. Nanti kalau Nayla tidak nyaman dan mengalami hal seperti kemarin, bukankah itu hanya akan menyusahkan kita semua?" tegur Percy lagi dengan sinis.
Deg! Nayla mengerjap dan merasakan keanehan lagi pada dirinya seperti tadi. Kenapa degup jantungnya tiba-tiba bergemuruh kencang? Apa yang sudah dia lakukan saat ini? Sebelumnya dia tidak pernah merasa gelisah seperti ini.
"Terserah kau saja. Aku sudah lapar dan tidak bisa menunggu terlalu lama lagi. Kalau kau mau ikut, silahkan. Kalau tidak, aku pergi berdua saja dengan Laura. Bagaimana, Laura? Apa kau sudah siap?" ucap Shin dengan senyuman lebarnya kearah Laura.
Laura tidak menjawab tapi malah menatap Percy seolah meminta persetujuan. Percy hanya mendesah malas dan tidak menggubris tatapan Laura.
"Bisakah kau bersikap untuk menghargai Laura sedikit saja? Aku tidak paham apa yang terjadi diantara kalian tapi jangan bersikap kekanakan dengan mendiamkan orang dan memusuhinya ketika kau tidak bisa memahami apa yang dirasakan orang itu padamu." desis Nayla tajam karena sudah merasa gerah melihat sikap Percy pada Laura.
Sang pria bersikap sok dingin tapi acuh sedangkan sang wanita bersikap agresif dengan terus menaruh harapan pada sih pria. Grrrr... Nayla kesal dengan terus menjadi pemerhati para orang gila di sekitarnya seperti mereka bertiga.
"Kalau begitu tunjukkan padaku bagaimana caranya untuk tidak bersikap kekanakan seperti yang kau bilang barusan." tantang Percy dengan alis terangkat.
"What?"
"Kau ikut bersama kami ke festival kuliner. Aku tahu kau tidak suka dengan Shin tapi bukan berarti kau bersikap kekanakan dengan terus menghindari kami. Cepat atau lambat kau membutuhkan pria karena tanpa pria, wanita tidak akan mendapatkan orgasme dan tidak akan bisa hamil." ujar Percy dengan nada santai diiringi gelak tawa dari Shin.
What an F word! Nayla merasa hawa tubuhnya semakin panas saja dengan emosi yang menjalar naik dan tekanan darah yang semakin meninggi.
"Baiklah! Aku ikut! Puas? Aarrrggghhhh... aku kesal kenapa aku harus selalu dibalikkan oleh pria picik seperti kalian!" erang Nayla kesal sambil berjalan kasar dan masuk ke dalam kursi penumpang di bagian belakang dimana Shin sedang menyeringai geli melihatnya.
Nayla menggertakkan giginya ketika sudah masuk ke dalam mobil dengan Laura yang duduk di sampingnya dan kedua pria sialan yang menempati bangku depan.
Selama perjalanannya, Nayla terdiam dan melempar tatapannya kearah luar jendela. Laura pun demikian dengan wajah sendu dan terlihat terluka. Sementara itu, para pria mengobrol apa saja seolah tanpa beban dan terlihat seperti pasangan gay yang baru jadian sampai Nayla harus mencibir dalam hati melihat kedekatan mereka berdua yang menggelikan.
Tidak berapa lama, mereka tiba di sebuah pasar malam yang memiliki puluhan tenda dan Nayla mendadak merasa antusias. Bungeoppang, tteokbokki, mandu dan pajeon! Nayla menyebut nama makanan kesukaannya dalam hati sambil memekik girang melupakan kekesalannya.
Begitu mobil sudah terparkir, dialah orang pertama yang keluar dari mobil dan menarik Laura yang juga ikut antusias berlari kecil menuju pasar malam dalam festival jajanan yang sudah ramai oleh para pengunjung.
Ketika dia melihat ada penjual buah strawberry Korea yang menggiurkan, dia langsung menghampiri pedagang itu dan membeli dua kotak sekaligus karena sudah sangat bersemangat untuk mencicipi.
"Kelihatannya segar sekali." ucap Laura yang tidak sabar menunggu Nayla untuk membuka segel kotak buah itu.
"Ini akan sangat menyenangkan. Oh dear... It is really mouthwatering." pekik Nayla tidak sabaran dan berseru kesenangan ketika dia berhasil membuka kotak buah itu.
Laura yang pertama kali mengambil satu buah strawberry lalu memasukkannya bulat-bulat ke dalam mulutnya dan memekik kegirangan sambil melompat.
"Apakah seenak itu?" seru Nayla dengan mata melebar dan tangannya berusaha untuk mengeluarkan satu buah strawberry untuk dirinya sendiri.
Dia sudah mengarahkan strawberry itu ke mulutnya tapi... sebuah cekalan erat mendadak mencengkeram pergelangan tangannya lalu strawberry itu malah dilahap dengan kurang ajar oleh... Kim Shit!!!
"Shin!" bentak Nayla kesal lalu menatap telapak tangannya yang barusan saja merasakan hangatnya rongga mulut Shin dengan ekspresi jijik. Crap!
Shin mengunyah dengan wajah tanpa dosa lalu Percy melihat kotak buah yang masih dipegang Nayla dan mengambil alih untuk membawanya.
"Hey!" bentak Nayla lagi, kali ini kepada Percy.
"Kau tidak boleh memakan buah ini kalau kau belum makan, nanti perutmu sakit." ujar Percy dengan lugas dan diiringi anggukan kepala dari Shin.
Deg! Kembali Nayla menangkup dadanya yang berdegup kencang tidak karuan sekarang. Apakah ada masalah dengan kesehatan jantungnya? Atau dia kurang berolahraga akhir-akhir ini? Gawat, pikirnya panik. Nayla yang mengusung gaya hidup sehat langsung berpikir kalau dia harus menjaga pola makannya saat ini supaya dia semakin bugar dan tidak mudah sakit.
"Tadi aku sudah makan satu buah strawberry dan seperti yang kau tahu, aku juga punya maag." ucap Laura seakan memberikan pengumuman kepada Percy dengan wajah memelas.
Percy mendesis sinis kearahnya. "Kau sudah tahu maag, tapi masih saja mau makan. Salahmu sendiri dan tidak usah melapor padaku."
Laura tersentak dan menatap Percy dengan sorot mata sedih. "Maaf."
"Tidak usah kuatir, Laura. Aku membawa obat maag jika kau membutuhkan karena kebetulan kita sama-sama memiliki penyakit maag." tukas Shin tiba-tiba dengan suaranya yang lembut dan begitu ramah.
Nayla menghela nafas melihat adegan ala ala drama Korea yang sudah ketinggalan jaman diantara mereka bertiga.
"Baiklah! Kita mau makan apa hari ini?" tanya Nayla kemudian sambil bergegas untuk melangkah.
"Jangan makanan autentik Korea yang menggelikan. Aku tidak suka mencium aromanya." jawab Percy dengan ekspresi meringis.
"Bagaimana kalau Korean BBQ?" usul Laura dengan suara pelan sambil menatap Percy. "Itu sama saja kita memakan steak, hanya saja kita yang memanggang sendiri."
"Betul juga. Kau kan penyuka daging." timpal Shin sambil menepuk bahu Percy dan pria itu hanya mengangkat bahunya tanda setuju.
Nayla tidak bersuara sambil mengikuti mereka yang mulai berjalan mengusuri keramaian untuk menuju ke sebuah restoran yang disebut Shin barusan. Sorot matanya lebih sibuk memperhatikan jajanan yang menggiurkan ketimbang obrolan mereka yang membosankan.
Dia tersentak saat ada yang menepuk bahunya dengan ringan dan siapa lagi kalau bukan sih biang kerok yang menyebalkan itu.
"Ada apa?" tanya Nayla ketus.
Shin mengarahkan sebuah kantong jajanan yang kalau tidak salah lihat, Nayla sudah melihatnya memegang kantong itu sedaritadi.
"Apa ini?" tanya Nayla lagi dengan alis berkerut bingung.
Dia mengambil kantong jajanan itu dari Shin dan menunduk untuk melihat apa yang ada didalamnya sambil berjalan. Eh? Didalamya ada Pajeon, Korean Pancake yang masih hangat. Makanan itu seperti omelette sayur yang dilengkapi oyster didalamnya. Dan tentu saja itu adalah salah satu dari makanan kesukaannya.
"Makanlah. Tadi siang kau hanya menikmati ramen instan dan tidak ada gizi di dalamnya. Sembari menunggu BBQ, kau bisa menikmati Pajeon untuk menahan lapar agar tidak sakit dan masuk angin." ujar Shin dalam suara rendah lalu dia berjalan lebih cepat untuk segera menyusul Laura yang memanggilnya agar membantunya membeli sesuatu di stand yang menjual gorengan tempura.
Deg! Degup jantungnya kembali merasakan debaran yang lebih kencang dari sebelumnya. Ugh! Sehabis ini Nayla perlu berkonsultasi pada dokter untuk menanyakan kesehatannya dan mengecek kondisi tubuhnya secara menyeluruh tentang apa yang dirasakannya saat ini. Karena kali ini, ada sedikit denyutan kecil di dalam sana yang terasa nyeri sampai Nayla harus meringis pelan.
Dan hal itu dirasakannya ketika dia melihat Shin menerima suapan dari Laura berupa snack gorengan yang baru saja dibeli mereka dengan Percy yang juga mencomot snack itu sambil tertawa lepas dengan mereka tanpa dirinya yang hanya mengamatinya dari posisinya berdiri saat ini.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Joh-eun ohu, yeorobun 😙
Ciyeee ada yang udah bisa deg-degan loh terima sikap perhatian secara gak langsung dari dua cowok 🙈
Cuma mau kasih tahu aja kalau Percy sama Shin buat aku.
Nayla dan Laura, gigit jari 🤣
Jangan lupa untuk bahagia 💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top