Part 1 - Being saved by player
Hello...
Semoga kalian bahagia dan tetap semangat dalam menjalani aktifitasnya.
Happy Reading 💋
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Nayla membaca hasil laporan dari staffnya sambil melirik gelisah kearah sampingnya. Dia merasa diawasi dan itu tidak baik. Katakanlah ini tidak benar. Sedaritadi dia yakin kalau ayahnya memperhatikannya secara terang-terangan sambil mengusap pelipisnya. Ada yang tidak beres, pikirnya.
Selain itu, ada juga Noel, sang kakak yang terlihat memberikan cengirannya sambil menatapnya dengan ekspresi geli dan itu berarti apa yang dicurigainya adalah benar.
Rapat internal perusahaan berjalan seperti biasanya di hari Senin pada setiap awal bulan. Seluruh direksi dan manajemen berkumpul untuk memberikan laporan serta perkembangan perusahaan lewat dari setiap divisi.
Ayahnya selaku komisaris utama dengan kakaknya yang menjabat sebagai CEO turut hadir disitu sebagai pemimpin rapat guna mendengar presentasi dari setiap kepala divisi. Sedangkan Nayla yang baru lulus dari kuliah bisnisnya dipercayakan ayahnya untuk menjabat CFO pada salah satu anak perusahaannya. Dirinya diminta ikut hadir guna mempelajari hal-hal yang belum dikuasainya.
"Dengan kata lain penjualan kita melonjak naik dibanding dengan angka penjualan sekitar tiga bulan lalu. Itu kabar baik", ujar Noel lugas setelah mendengar Hendrik, orang kepercayaan ayahnya setelah menyelesaikan rekap laporan global dari manajemen.
"Good job, everyone. Keep it up", komentar Wayne sambil mengangkat bahunya dengan santai.
Tepuk tangan yang bergema di dalam ruang rapat itu menjadi akhir dari rapat yang sudah berjalan sekitar tiga jam yang terasa panjang dan membosankan.
Semua peserta rapat membubarkan diri dari ruangan itu dan Wayne meminta Nayla untuk tetap di ruang rapat bersama Hendrik dan Noel. Bad code, batin Nayla.
"Hendrik, bagaimana rencana kita untuk membuka anak perusahaan kita di Korea Selatan?", tanya Wayne melanjutkan sesi rapatnya dengan hanya mereka sebagai personilnya.
"Semua sudah selesai. Perijinan dan kantor baru sudah rampung, pak", jawab Hendrik cepat.
"Sekarang kau ingin bermain di pembangkit listrik, Dad?", tanya Noel dengan alis berkerut.
"Pengembangan tenaga listrik cukup berkembang dan itu sudah pasti akan menguntungkan usaha batubara kita. Kebetulan sekali Hyun menawarkan kerjasama untuk proyek pembangunan pembangkit listrik di Gimpo", jawab Wayne langsung.
Alis Nayla terangkat dan langsung mengangguk setuju. "Betul sekali, Dad. Aku setuju kalau kita bisa bekerjasama dengan Hyun Oppa. Apalagi Ryeung Holdings Group yang dipegang oleh Oppa dalam divisi pembangkit listriknya berkembang pesat dan termasuk salah satu perusahaan yang patut diperhitungkan dalam distribusi kelistrikan di Korea Selatan".
"Menurutmu begitu?", tanya Wayne dengan alis terangkat.
Nayla mengangguk cepat.
"Kurasa apa yang dikatakan Nayla ada benarnya juga. Dia sempat menjadi intern di perusahaan uncle Adrian dan tahu jelas bagaimana perkembangan usaha disana", tambah Noel kemudian.
"Benar sekali. Apalagi kita bersama dengan Ryeung Holdings Group yang sudah kuat dalam persaingan bisnis disana", ujar Hendrik sambil membetulkan kacamatanya.
Nayla menopang dagu sambil melihat orang kepercayaan ayahnya yang sudah berumur enam puluhan tapi masih begitu gagah dan cekatan. Ayahnya pernah bilang kalau Hendrik sudah bekerja dengannya sejak dari awal ayahnya membuka perusahaannya.
"Kalau begitu aku ingin Nayla yang menduduki perusahaan baru kita disana", ucap Wayne sambil bersandar di kursi kebesarannya.
Nayla mengerjap kaget dan langsung menegakkan tubuhnya untuk menatap ayahnya dengan mata yang membelalak lebar. "A...apa maksudmu, Dad?".
Noel terkekeh sambil memainkan pulpen metaliknya seolah memikirkan sesuatu sambil menatap Nayla dengan penuh arti.
"Dad mau kau memegang anak perusahaan kita disana", ujar Wayne menjelaskan maksudnya.
"Aku belum bisa memimpin sebuah perusahaan, Dad. Aku baru saja lulus dan..."
"Sudah seharusnya kau belajar untuk memimpin sebuah perusahaan sejak dari usia muda. Kau harus memulai dari awal sampai kau tahu dimana batas kemampuanmu untuk mengasah diri", sela Wayne dengan sebuah senyuman hangat.
Nayla tertegun dan menoleh kearah Noel untuk meminta bantuan. Tapi sepertinya kakak sialannya itu tidak berniat untuk membantu selain mengangkat bahunya dengan ekspresi gelinya.
"Jangan melihatku, Nay. Aku juga pernah mengalami apa yang kau alami sekarang dan aku yakin kau akan bisa melewatinya", ucap Noel santai.
Nayla hanya bisa mendengus kesal sambil menatap kakaknya yang sama sekali tidak bisa diharapkan sekarang ini. Lagipula apa yang bisa Nayla kerjakan sebagai pemula untuk memimpin proyek besar seperti ini? Yang jelas niat ayahnya untuk melatih dirinya sudah kelewat batas.
"Dad yakin kau akan bisa mengasah kemampuanmu lewat dari kesempatan ini, sayang. Nanti kakakmu akan membimbingmu", ujar Wayne menenangkan.
Noel mengerutkan alisnya dengan tatapan tidak setuju. "Aku tidak bisa, Dad. Kandungan Nessie sudah memasuki tujuh bulan dan aku tidak mau meninggalkannya hanya karena urusan pekerjaan".
"Masih ada ibumu dan ibu mertuamu yang bisa menemaninya, Noel", sahut Wayne langsung.
"No! Aku tidak mau. Istriku akan merindukanku dan aku juga akan merindukannya. Kami berdua ingin selalu bersama dalam menantikan buah hati kami", balas Noel tegas.
Nayla memutar bola matanya mendengar balasan Noel yang begitu tegas dan penuh penekanan seperti barusan. Bukan menjadi rahasia lagi kalau kakaknya begitu terobsesi dengan istrinya sejak dulu sampai akhirnya mereka menikah sekitar dua tahun lalu. Kakak iparnya yang bernama Vanessha memang tipikal wanita yang sangat cantik dan lembut, tidak heran jika kakaknya sampai bersikap sedemikian.
"It's okay, brother. Kau tidak usah kuatir. Adik perempuanmu ini tidak akan menyusahkanmu. Kau disini saja menjadi suami siaga seperti Petra yang menjaga Joan sampai sebegitunya. Dasar bucin", celetuk Nayla ketus.
Noel terkekeh mendengar ucapan Nayla. "Aku senang kalau mempunyai adik yang pengertian. Kau tenang saja, nanti akan aku pilihkan orang yang bisa membimbingmu selain aku".
"Aku tidak mau kak Joel", seru Nayla langsung.
"Kau tenang saja. Kakak kita yang satu itu benar-benar sudah menikmati masa pensiun mudanya dengan hanya ingin bersama Alena saja", sahut Noel geli.
Wayne hanya menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya. Dia menatap Noel dengan lirikan tajam dan kembali menatap Nayla.
"Kau bisa bekerja sama dengan Alejandro, dia juga sedang dibawah pelatihanku sebelum dia melanjutkan perusahaan uncle Nathan", ujar Wayne kemudian.
Setidaknya bekerja sama dengan sepupu sendiri akan jauh lebih baik dibanding harus meladeni pria beristri yang tidak sabaran seperti Joel ataupun Noel. Kedua kakak tertua itu seakan menjadi duo maut dalam menggembleng para adik soal mengurus bisnis.
Kak Alena pernah dibimbing oleh keduanya dan menyerah karena ditekan habis-habisan lewat permasalahan internal yang ada. Belum lagi Zac dan Zayn yang mengeluh tidak diberi kesempatan untuk liburan selama enam bulan masa magang mereka. Victor dan Verdinand pun juga kena getahnya dari kolaborasi Joel dan Noel. Hanya Alejandro yang berada di bawah didikan Wayne karena itu adalah keponakan kesayangan ayahnya yang juga adalah anak baptisnya. Ckckck.
"Baiklah, Dad", ucap Nayla dengan pasrah.
"Lagipula disana ada uncle Adrian yang akan membantumu, juga ada Hyun disana. Kau sudah berada di tangan yang tepat", tukas Noel senang.
"Pihak dari Mr. Kim Hyun akan memberikan perwakilan untuk menjalani perusahaan itu. Jadi kau tidak peduli kuatir, Nayla", ujar Hendrik tiba-tiba.
"Siapa dia, Hendrik? Aku tidak menerima orang yang tidak kompeten dalam menjalani bisnisku", ucap Wayne kemudian.
"Ngomong-ngomong soal orang yang tidak kompeten, bukankah itu aku?", celetuk Nayla dengan alis berkerut sebal.
Wayne tersenyum geli. "Jangan tersinggung, sayang. Dad mempercayakan perusahaan padamu itu adalah hal yang lumrah, tapi tidak dengan oranglain. Kau harus tahu bedanya".
Nayla memutar bola matanya sambil menggeleng sementara Noel hanya tergelak melihatnya.
"Kim Shin, pak. Dia akan menjalani proyek ini", ucap Hendrik.
Shit! Nayla langsung tersentak kaget mendengar Hendrik menyebut nama sialan itu.
"Tidak! Aku tidak mau ada dia!", seru Nayla langsung dan spontan ketiga pria yang ada disitu menoleh kearahnya.
"Menurut pengamatan dari pihak Ryeung Holdings Group, kinerja dari Mr. Kim Shin sangat baik. Terlebih lagi selama dua tahunan ini dia sudah menunjukkan kemampuannya dalam menjalani bisnis keluarga yang bergerak di bidang pelistrikan ini", ujar Hendrik menjelaskan.
Sayangnya penjelasan itu tidak masuk dalam indera pendengaran Nayla karena baginya, sebagus apapun sih Kim Shin adalah malapetaka untuknya. Jangankan berdekatan, mendengar namanya saja sudah membuatnya panas dingin. Karena pria itu pernah terang-terangan menyatakan suka padanya. Oh dear...
"Aku tidak mau! Dad, aku tidak mau menjalani perintahmu kalau Shin yang mewakili dari pihak Oppa. Kenapa tidak Oppa saja yang mewakili?", protes Nayla dengan gemas.
Noel terkekeh. "Hyeong sedang sibuk. Apalagi dia berencana untuk menambah jumlah anak dalam keluarganya. Dia ingin mengurangi beban pekerjaannya di perusahaan keluarga lantaran harus menangani beberapa kasus sebagai kuasa hukum. Kau tahu jelas kalau Hyun memegang dua pekerjaaan sekaligus".
"Tapi..."
"Bisakah kau memberikan alasanmu kenapa kau tidak mau jika perwakilan mereka adalah Shin?", sela Wayne tiba-tiba.
"Karena dia... dia... mmmmm.... dia...", Nayla tidak tahu harus menjawab apa kepada ayahnya.
Otaknya tiba-tiba buntu dan tidak menemukan jawaban yang pas untuk ayahnya. Dia juga tidak mungkin mengatakan kalau dia menjadi takut pada Shin setelah pria itu menyatakan perasaannya sekitar enam bulan yang lalu.
"Apakah phobia konyolmu itu masih belum hilang?", tanya Noel dengan alis berkerut.
Crap! Nayla langsung melotot galak kearah Noel yang tidak bisa menjaga mulutnya dan dia melirik cemas kearah ayahnya yang sedang memperhatikannya dengan sorot mata teduhnya.
"Phobia konyol?", tanya Wayne heran.
Noel terkekeh geli. "Kau tidak tahu, Dad? Dia memiliki phobia konyol seperti anti terhadap pria tampan yang menyukainya dan menyatakan cintanya".
"Benarkah? Wah... itu kejutan. Kalau kau sampai merasa seperti itu pada Shin artinya anak itu sudah menyatakan perasaannya padamu? Well.. aku mulai merasa malas kalau ternyata jodoh kalian masih saja di lingkaran setan dalam persahabatanku", ucap Wayne santai.
"Kudengar Percy adik dari Petra juga menyukai Nayla. Makanya Nayla selalu menghindari mereka", tukas Noel yang semakin memancing emosi Nayla.
"Really? Keduanya cukup oke tapi juga cukup bajingan", gumam Wayne kemudian.
Hendrik beranjak berdiri untuk mengundurkan diri karena merasa obrolannya saat ini untuk kalangan keluarga. Thanks to him yang tahu diri untuk tidak mendengar hal yang lebih banyak, batin Nayla lega.
"Kurasa pria menjadi bajingan itu manusiawi, Dad", balas Noel langsung.
"Yeah... aku juga pernah menjadi bajingan dan oleh karena itu aku tidak melarang adikmu bergaul atau dekat dengan siapapun. Biarkan saja dia yang memilih", ujar Wayne.
"Dad, please... aku benar-benar tidak mau sampai Shin yang membimbingku", rengek Nayla dengan wajah mengiba.
Wayne tersenyum hangat dan mengusap kepala Nayla dengan lembut lalu menatapnya dengan sorot mata teduhnya yang menajam.
"Aku tidak peduli dengan apa yang menjadi alasanmu untuk mangkir dari proyek ini. Yang kutahu adalah Shin berkompeten dan kau menjalani perusahaanku disana. Bersikaplah profesional, Nayla. Jika kau merasa phobiamu semakin parah, lebih baik kau mematahkan penyakit konyolmu itu untuk lebih dekat kepada pria yang mendekatimu!", desis Wayne tegas.
"Dad!", kembali Nayla berseru.
"No exception, lady. Aku ingin kau terjun dalam dunia yang kugeluti dengan caraku sendiri. Tidak usah buru-buru mencari pasangan atau harus menikah hanya karena dirimu yang belum memilikinya. Tidak usah mengikuti para anak perempuan lainnya yang menikah muda", lanjut Wayne dengan nada tegas.
"Daddddd...!!!", rengek Nayla. "Aku tidak peduli apakah aku memiliki pasangan atau tidak yang penting aku tidak mau ada dia!".
"Kurasa jika pria sejati tidak akan memaksakan kehendak dan memahami ketidaknyamanan seorang wanita. Aku yakin baik Shin atau Percy bukanlah pria pemaksa", ujar Wayne kalem.
Bukan pemaksa? Astaga! Apa Nayla harus membeberkan beberapa fakta yang membuktikan kalau kedua pria sialan itu berusaha mendekatinya dengan cara kampungan? Seperti mengirim bunga, mengirim pesan yang tidak diperlukan dan... ugh! Nayla tidak mau mengingat semua itu karena belum-belum dia sudah merinding.
Seolah tahu kalau Nayla akan melancarkan aksi protesnya, ayah sialannya itu beranjak berdiri sambil membetulkan jasnya dan tersenyum menatapnya.
"Jangan pulang terlambat. Ibumu sudah memasak makan malam", ujar Wayne mengingatkan.
Baik Noel ataupun Nayla hanya memutar bola matanya mendengar pesan yang selalu diucapkan ayahnya setiap kali mendekati jam pulang kantor. Ayahnya memang selalu pulang makan malam dan menghindari pertemuan dengan para kolega bisnis kecuali terpaksa. Itupun kalau ada ibunya yang menemani.
"Help me, brother. Aku tidak mempunyai siapa-siapa selain mengharapkanmu untuk membantuku", ucap Nayla dengan nada memohon setelah ayahnya sudah keluar dari ruangan.
Dia sampai berpindah kursi hanya untuk merayu kakaknya dengan wajah memelas dan cengkeraman erat di lengan Noel.
Noel memberikan seringaian gelinya sambil mengangkat alisnya setengah. "Kau sungguh mempermalukanku sebagai kakakmu. Untuk apa kau takut dengan dua pria yang kurang keren itu? Daripada menghindarinya, bagaimana kalau kau menghadapi mereka dengan sedikit permainan agar mereka bosan mengejarmu?".
Nayla terdiam sambil menatap kakaknya dengan ekspresi bingung. Dia tahu kalau kakaknya adalah manusia super iseng yang selalu mencari gara-gara untuk membuat orang-orang disekitarnya menjadi kesal.
"Bagaimana caranya?", tanya Nayla ingin tahu.
"Nanti saja kuberitahu. Toh juga kau tidak langsung berangkat kan? Aku masih ada urusan karena harus menjemput..."
"Ya.. ya.. ya.. jemputlah Nessiemu itu dengan segera agar kau tidak terlambat. Kau ini! Kak Vanessha itu baru akan keluar dari restonya sekitar satu jam lagi", sela Nayla dengan nada sewot.
Noel terkekeh geli. "Aku tidak mau membuatnya menunggu. Karena menunggu itu membosankan dan aku tidak mau istriku sampai merasa bosan hanya menunggu jemputanku".
Bagi Nayla, populasi pria bodoh karena cinta itu semakin banyak saja. Kakaknya adalah pembuktian hakiki yang tidak ada tandingannya diikuti para pria lainnya.
Dia bahkan meringis membayangkan bagaimana terkekangnya seorang Vanessha yang tidak akan dibiarkan mengobrol santai dengan para karyawannya diluar dari jam kerja lantaran Noel selalu datang lebih awal dari jam yang ditentukan.
Ada lagi Alena, kakak sepupunya yang dilindungi sedemikian ketat oleh Joel sedari dulu lantaran pria itu tidak mau kalau Alena sampai disentuh oleh pria lain. Astaga! Itu benar-benar menjijikkan, batin Nayla.
Belum lagi Joan yang sampai diawasi 24 jam dimanapun dirinya berada karena Petra, sih suami posesifnya yang mengekorinya kemanapun dirinya pergi. Apalagi saat ini kehamilan Joan semakin membesar atau hanya selisih beberapa minggu dengan Vanessha.
And the list goes...
Nayla sampai lelah melihat para anak perempuan mendapatkan pria yang memiliki posesif akut dalam menjaga mereka dan para pria, baik ayah ataupun saudaranya juga bersikap berlebihan dalam menjaga kepunyaannya.
"Pergilah, brother. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku dan akan pulang setelahnya", ujar Nayla akhirnya.
Noel mengangguk lalu beranjak berdiri dan membungkuk untuk menatap Nayla dengan tajam. "Kau tenang saja, sayang. Kau memiliki kakak sepertiku yang tidak akan tinggal diam jika melihat adikku disakiti oleh oranglain".
Senyum Nayla mengembang. "Aku tahu. Terima kasih".
"Don't be afraid and face them. Remember one thing, Nayla. Couple of petals falling, doesn't make a rose less beautiful. But petals by petals falling, you do not gather the beauty of the flower", ujar Noel dengan lugas.
Nayla mengerjap lalu memeluk Noel sambil tersenyum lebar. "Kau paling bisa dalam memberikan perkataan yang manis. Terima kasih sudah menghiburku".
"Kau hanya kurang memahami kakakmu saja", ujar Noel sambil menarik diri dari pelukannya lalu terkekeh. "Santai saja, okay? Tidak usah cemas seperti itu karena aku akan membantumu".
Nayla mengangguk. Jika Noel berada di pihaknya, dia yakin kalau seratus Kim Shin atau seratus Percy sekalipun tidak akan bisa menggapainya. Dia memutuskan untuk mengikuti rencana kakaknya saja daripada menghindari mereka yang sepertinya tidak akan akhirnya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Semoga aja Noel nggak ada niat buat merusak image adeknya 😆
Perhaluanku makin kesini makin konyol.
Entahlah.
Lelah hayati 🙈
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top