2


Playlist : Best Part / Daniel Caesar

GHINA mengamati Rukma dengan serius, sementara yang diamati pura-pura sibuk melakukan hal-hal yang dia yakin tidak dipahami perempuan itu.

"Kata Pak Robby, tugas gue itu kasir sama pembukuan keluar-masuk. Kenapa sekarang lo yang kelihatan sibuk banget sama catatan keluar-masuk?" Rukma melirik sambil memainkan jemarinya di atas kalkulator. "Oh ya, lo kan spesial!" Ghina menepuk jidat sendiri. "Sori. Sori lupa mulu gue. Jawabannya silakan ditulis di kertas kosong depan lo."

Terdengar Edo terbatuk di ujung area barista. Meski memunggungi mereka berdua, jelas lelaki berumur 27 itu serius mendengarkan sindiran demi sindiran yang dilemparkan Ghina untuk Rukma sejak lima atau enam jam lalu, sejak para dokter itu pergi. Sesekali Ghina menangkap basah Edo melirik dan tersenyum puas mendapati Rukma kelimpungan menanggapi sindirannya.

Bibir Rukma sedikit manyun. "Ihh... Bosan tahu nggak sih, dengar lo ngomong tulis aja jawabannya di kertas!" Ghina sudah siap menyahut, tapi tangan Rukma terangkat lebih dulu sambil berteriak, "Lo, Edo, nggak usah ikut campur atau komentar!"

Ghina bersandar di tepiian meja panjang barista sekaligus kasir itu, bersedekap, dan tetap di posisi tengah. Edo sudah berbalik, menatap Rukma, sambil mengangakat kedua tangan.

"Nggak, Mbak Ma. Semua yang mau gue omongin ke lo dari dulu udah dibabat habis sama Mbak Ghina," sahut Edo. Ghina berjuang keras menahan senyum, ketika mendapati Edo tersenyum jail. Kemudian, Edo bersiul riang selagi melewati mereka berdua menuju ke office.

"Lo ngeselin!" keluh Rukma.

"Aw, terima kasih, Rukma. Gue bakal terus bahas itu, sampai lo bersuara di depan si dokter... Emmm, siapa namanya? Edo namanya siapa?!"

Pintu office terbuka sedikit, lalu kepala Edo terulur. "David, Mbak Na!"

Ghine menelengkan kepala. "Nah, David!"

Rukma menghela napas kasar, menarik kursi bar kayu dan duduk sambil bertopang dagu. "Gue nggak niat bohong gitu, Na. Sumpah. Iya, gue diam di awal pertemuan gue sama dokter-dokter itu lima bulan lalu. Tapi, itu karena gue..."

Rukma mengambil jeda, dan Ghina menarik kursi lainnya untuk duduk di sebelah Rukma. Ajaib, ketika tidak sengaja dia melihat Rukma merona. Demi Dewa Eros yang tidak sengaja menusuk panah ke tangan sendiri dan jatuh cinta sama Psikhe, ini kejadian langka! Rukma perempuan normal, saking normalnya sahabatnya ini bisa suka sama semua laki-laki. Yang penting syaratnya satu, ganteng. Dan itu semua hanya sekadar suka memandang saja, bukan yang benar-benar dikejar untuk status. Namun...

"Gue juga nggak tahu kenapa, Na. Waktu pertama kali gue tatapan muka sama dokter-dokter itu, hmmm ... sama Dokter David, gue panik. Tiap dia tanya, gue diam," lanjut Rukma. "Besok, terus besoknya lagi... gue nggak pernah berhasil mengeluarkan satu kata pun. Sekadar ngomong aaa aja nggak bisa."

"Kita buat pengadaian ya... Someday, si Dokter David ini nggak sengaja liat lo ngomong, terus dia---"

"Dokter Alfa pernah liat gue ngomong."

"Eh?"

"Dokter Alfarezi, itu loh yang duduk duluan. Yang teh-nya lo anterin ke meja."

Ghina melepas dan mengikat kembali rambutnya, saat tanpa sengaja ingatannya mengulang cara pria bernama Alfa itu menatapnya. Tatapan intens dan tidak goyah, seolah ada hak ekslusif untuk melakukan itu. Mengikuti gerak-geriknya, lalu melengos ketika Ghina menangkap basah. Tengkuk Ghina meremang saking tidak nyaman. Aneh. Apalagi sebelum meninggalkan kedai, Alfa seperti sengaja mengambil waktu untuk mengamati dia dari ujung kepala sampai kaki, Ghina seperti anak SMA yang diperiksa sebelum masuk mall.

Tiba-tiba saja Rukma berdiri, kemudian sibuk mencubit pelan lutut Ghina.

"Astaga, panjang umur banget tuh orang," celetuk Ghina begitu melihat pintu coffee shop terayun, dan sosok pria tinggi melewati ambang pintu menuju ke tempat mereka duduk. Tidak ada sneli, diganti kemeja biru langit slim fit lengan panjang yang digulung sebatas siku. Dan Ghina bersumpah otot perut pria itu tercetak, jelas. Celana jins dark blue menggantung rendang di pinggul proposional dan Brown Longwings mahal menghiasi kaki panjang si pria

Rukma tersenyum kaku di sampingnya. "Se---selamat sore, Dok." Berusah menyapa meski terbata-bata.

Ghina diam. Benar-benar diam. Napasnya saja terasa putus-putus.

"Hmmm." Alfa terdengar tidak minat menjawab Rukma. Kemudian mata sewarna awan kelabu itu mengunci mata Ghina lagi, membuatnya tersentak dan terbatuk kecil. "Saya mau pesan."

"Silakan, Dok." Rukma menarik Ghina berdiri di depan mesin kasir, bertatapan satu arah dengan Alfa. Sementara Ghina menjauh untuk memakai apron cokelat, lalu memosisikan diri di area mesin kopi, gelas, dan perlengkapan tempur lain.

"Sudah bisa pesan?" Suara tegas Alfa, memaksa mata Ghina beralih dari Rukma.

"Ya. Tentu," jawab Ghina, menyodorkan papan menu berbentuk daun sampai menabrak buku-buku tangan Alfa. Kemudian hal aneh terjadi, jantungnya berhenti sepersekian detik. Ketika satu alis Alfa yang tebal itu terangkat, gelombang panas mengaliri tubuh Ghina. Bukan hanya itu, sepertinya ada pembuluh darah pecah di otaknya, mengakibatkan ledakan horman aneh.

Ketukan meja ringan dari Alfa, dengan cepat mengembalikan kesadaran Ghina. "Saya mau pesan ini."

"Hah?"

Alfa menggiring pandangan Ghina menuju bagian yang ditunjuk, dan pipi Ghina memanas tiba-tiba. Sialan! Apa-apaan sih ini? Dari tadi gue ngelayanin pelanggan baik-baik aja, kenapa sekarang gini?

"Oke. Satu caramel macchiato? Mau ukuran apa?"

"Reguler."

"Panas atau dingin?"

"Panas."

Untuk beberapa saat perhatian Ghina berpusat pada mesin kasir, tidak lucu kalau hari pertama bekerja sudah membuat kesalahan fatal, seperti salah memasukkan angka. "Jadi semuanya 35 ribu." Ghina mendongak, dan satu lembar 50 ribu sudah berada di depan wajahnnya. Dia mengambil dan mengembalikan sisa uang dengan cepat.

Rasanya lega bukan main saat Alfa menjauh ke bagian Rukma untuk mengambil pesanannya, lalu berjalan keluar kedai. Ghina dan Rukma berdiri berdampingan, mengamati punggung tegas Alfa melewati pintu, lalu masuk mobil... Range Rover Sport!  Tanpa sadar jemari Ghina terlalu kencang memainkan kalkulator. Dia menemukan satu lagi pria yang disukai spesies benalu, tapi kali ini premium. Hidung lurus dan macung, tinggi seperti model-model di televisi, bahu lebar, ramping dan berotot.

"Ini yang terjadi waktu pertama kali gue ketemu David. Persis kayak lo." Rukma menabrakkan pelan bahu mereka.

"Apaan?!" Ghina protes. "Gue ngomong ke tuh cowok."

"Iya, kayak balita belajar ngomong."

"Rukma..."

"What?!" Rukma menepuk-nepuk ringan bahu Ghina sambil mengejeknya dengan tatapan. "Kita impas."

"Apaan sih? Gue nggak kenapa-kenapa!"

"Iya, Na. Iya. Muka lo merah kayak kepiting rebus bukan karena adu tatap sama Dokter Alfa, tapi AC ruang ini mulai panas." Rukma melepaskan dan memeluk apron. "Edo, oh, Edo!"

Edo mengulurkan kepala lagi. "Ada apa, Mbak Ma?!"

"Telponin service AC, bilang jatah service tiga bulanan. Nih, udah makan korban. Ghina kepanasan sampai mukanya merah! Untung nggak pingsan..."

Yang langsung disahuti penuh semangat oleh Edo.

Ghina menoleh sengit ke Rukma dan Edo bergantian. Rukma mengangkat kedua bahu dengan senyum tipis dan mata berkilau usil, sementara Edo kembali menutup pintu office. Mendadak dia kehabisan kata-kata untuk membalas Rukma, sampai topik paling masuk akal muncul. Alfa mendengar Rukma bicara tadi, dan sebelumnya Alfa juga melihat Rukma bertingkah seperti orang tidak bisa bicara.

"Ma..."

"Apa?"

"Dokter Alfa, dia tadi---"

"Kan gue udah cerita sebelum doi nongol, dia itu tahu tapi nggak ikut campur. Dia nggak ngasih tahu David. Waktu gue mau jelasin, dia jawab; bukan urusan saya. Gila, gue baru cerita loh, Na! Dan lo udah lupa? Anjay, efek Dokter Alfa sama parah ke lo! Bikin amnesia mendadak! Ya, kita sebelas duabelas lah. Gue susah ngomong, lo amnesia! Sip! Kita emang sahabat sejati."

"Rukma!" cicit Ghina, tapi Ghina urungkan niat untuk membela diri. Kalau dia bilang, tidak mendengarkan apa yang Rukma ceritakan karena mengingat cara Alfa memandangi dia, tamat...

*

*

*

Terima kasih sudah baca
Semoga kalian suka
Jangan lupa vote dan comment segunung, kayak vote 1K---terus comment 500. WKWKWKWK

Buat info2 naskah aku, silakan follow ig

@bagaskarafamily

Atau

@flaradeviana

Twitter : @flaradevianaa

Love, Fla.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top