Bab 5 : Beat Around The Bush
Finn bisa saja menolak pulang bersama Greg dengan mudah. Dia bisa membuat alasan dan tetap menjalani masa hukumannya di asrama. Akademi biasanya lebih senang jika anak-anak melakukan itu dan membuat hukuman mereka jadi lebih berguna untuk mereka.
Namun, alih-alih menolak, Finn justru mengikuti Greg tanpa perlawanan. Bahkan Finn sendiri bingung hal itu bisa terjadi. Membuatnya mempertanyakan tindakannya tersebut. Benarkah kebenciannya pada Greg nyata selama ini? Atau perasaannya memang sehampa itu sampai dia tidak merasakan apapun dengan apa yang dilakukannya?
Ada perasaan familiar saat Finn akhirnya memasuki kembali bangunan yang sempat menjadi tempat tinggalnya dulu. Rumah kecil dengan dua kamar tidur, satu ruang keluarga yang menyatu dengan dapur yang juga kecil dan dipisahkan meja bar dari kayu sederhana. Tidak lupa kamar mandi sempit di dekat pintu belakang yang kini tampak semakin suram.
Segalanya masih sama. Tata letak dan isi di dalamnya tidak ada yang berubah. Yang membuatnya berbeda adalah semuanya tampak semakin usang dan terlihat tidak terurus. Debu tebal dan sarang laba-laba memenuhi hampir semua sudut ruangan. Memberi gambaran jelas bahwa rumah tua itu sudah lama tidak dihuni.
Finn menduga Greg memiliki rumah yang lain. Dia yakin laki-laki paruh baya itu bisa melakukannya. Uang yang dihasilkan Rhys tidak sedikit. Dan selama ini pasti ayahnya hidup dari uang itu. Karena Finn tinggal di asrama dan semua kebutuhannya ditanggung oleh akademi, dia tidak pernah tahu ke mana saja uang kakaknya itu dihabiskan.
Di hari pertama, mereka sibuk membersihkan semua ruangan. Dimulai dari kamar tidur yang akan mereka tempati malam harinya, berlanjut ke dapur dan kamar mandi. Finn cukup ahli untuk hal ini karena dia sering mendapat hukuman selama di akademi.
Bukan berarti dia anak yang nakal, dia hanya terlalu malas menyangkal semua tuduhan. Selagi hukumannya tidak keterlaluan, Finn baik-baik saja melakukannya. Apalagi jika diminta membersihkan satu-satunya perpustakaan akademi, baginya itu sama sekali tidak terlihat seperti hukuman. Karena di antara sela-sela kegiatan mengempaskan debu-debu yang tebal, Finn dapat membaca banyak buku menarik. Dan itu sangat menyenangkan.
Finn tidak ingat seperti apa Greg dulu. Tidak banyak ingatan tentang orang itu yang Finn miliki. Semua ingatannya hanya berputar tentang Rhys. Jadi saat menghabiskan waktu bersama Greg yang tak banyak bicara, Finn tampak tidak berpengaruh.
Finn sempat penasaran alasan sang ayah mengajaknya tinggal bersama, tapi anak laki-laki itu tidak mendesak dan membiarkan Greg mengatakannya sendiri. Bahkan jika sampai hukumannya berakhir dan tetap tidak ada kata-kata yang dia ucapkan, Finn tidak peduli. Dia hanya akan kembali ke asrama dan mereka akan melanjutkan hidup asing seperti biasanya. Setidaknya, Finn sudah memberi orang itu kesempatan. Jika dia tidak mengambilnya, bukan urusan Finn.
Namun, kesabarannya ternyata tidak sebesar itu. Greg memasak untuknya, saat pagi terasa lebih dingin, laki-laki itu merebus air untuknya mandi, dan tidak meminta Finn melakukan pekerjaan rumah setelah acara bersih-bersih mereka di hari pertama. Namun, semua dilakukan dalam diam.
Di malam ketiga dan Greg tetap tidak mengajaknya bicara, tidak mendisiplinkannya seperti yang laki-laki itu bilang pada kepala sekolah, atau setidaknya bertanya kabarnya selama ini. Finn muak dan ingin segera mengakhiri semua ini. Apa menurut ayahnya dia tidak seberharga itu bahkan untuk sekedar diajak bicara?
"Aku akan kembali ke akademi besok, " ucap Finn di sela-sela makan malam mereka. Tanpa sedikitpun mengangkat kepalanya.
Greg yang makan di depannya mengernyitkan dahi. Mungkin bingung dengan pernyataan Finn yang terkesan mendadak itu.
"Hukumanmu sudah selesai?"
"Belum."
"Lalu kenapa kembali ke akademi? "
"Kenapa pula aku harus di sini?"
Mereka bertatapan cukup lama. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Finn yang tidak banyak berinteraksi dengan orang lain sama sekali tidak bisa menebak isi kepala laki-laki di depannya ini. Dan sepertinya Greg pun sama. Dia kesulitan menebak ekspresi datar yang ditunjukkan anak bungsunya itu.
Greg menghela napas. Kembali menunduk dan mengaduk makanannya tak minat. Kepalanya sibuk menyusun kalimat selanjutnya. Cukup hati-hati. Karena berbeda dari Rhys yang lebih mudah dia luluhkan, Finn sepertinya tidak.
"Kupikir kau senang pulang ke rumah setelah sekian lama harus tinggal di asrama."
"Aku punya definisi spesifik tentang senang, dan hal seperti ini bukan salah satunya. "
"Kalau begitu beritahu Ayah apa yang kau sukai. Lalu kita lakukan bersama. Bagaimana?"
Finn mengernyitkan dahinya. Tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Bukan terharu, bukan. Lebih karena merasa aneh dengan apa yang ayahnya katakan.
"Kau serius menanyakan hal itu? Bukannya ini sudah 14 tahun berlalu sejak kau seharusnya melakukannya? Sudah sangat terlambat jika bertanya sekarang. Dan tidak perlu repot-repot, aku tidak tertarik melakukan hal menyenangkan apapun denganmu. "
Greg terdiam mendengar kata-kata Finn yang cukup kasar. Tapi kesulitan mencari sanggahan yang tepat. Apa yang dikatakan anak itu benar. Sungguh sangat terlambat jika ingin berusaha menjalin kedekatan saat anaknya sudah sebesar ini. Dia melewatkan banyak fase pertumbuhan anak bungsunya dan lebih fokus pada hal-hal yang membuat hubungan mereka menjauh.
"Tidak bisakah kau memanggilku ayah?"
Finn pikir Greg akan marah mendengar caranya bicara. Tapi alih-alih terganggu dengan bahasanya yang kasar, laki-laki paruh baya itu justru lebih memilih mengomentari panggilan yang Finn gunakan untuknya. Tapi Itu tidak akan membuatnya luluh.
"Berhentilah bicara omong kosong. "
Greg menghela napas panjang. Seperti dugaannya, menghadapi Finn tidak semudah menghadapi Rhys yang bisa dia baca dengan mudah. Sejauh ini yang Greg sadari adalah sikap skeptis anak bungsunya pada semua hal. Dan dia tahu akan cukup sulit untuk bisa mendekatinya.
"Ayah minta maaf untuk semua yang terjadi selama ini. Aku tahu ini sangat terlambat untuk memulainya dari awal, tapi bisakah kau memberi kesempatan? Suatu saat kau akan tahu alasan di balik semua yang terjadi. Kau hanya salah paham. "
Finn membanting sendok yang dipegangnya dengan cukup keras. Matanya menatap tajam ke arah laki-laki paruh baya yang menampilkan wajah sendu di depannya.
Bagaimana bisa laki-laki ini berpikir bahwa dia hanya salah paham. Bertahun-tahun berlalu dengan penuh rasa sakit dan menurutnya itu hanya salah paham?
"Kalau begitu jelaskan! Jelaskan agar aku tidak salah paham. Jelaskan alasan kenapa kau hampir tidak pernah ada di saat-saat terpentingku! Jelaskan kenapa aku harus dititipkan di asrama bahkan saat kau masih sanggup menjagaku!"
"Finn.... "
Finn berdiri dari kursi yang didudukinya. Kemarahan tampak jelas di wajah remaja itu. Kebencian yang selama bertahun-tahun disimpannya seolah ingin meledak keluar.
Sekarang atau tidak sama sekali. Karena ini bisa saja akan menjadi pertemuan terakhir kali untuk mereka. Sebelum Greg menghilang kembali dan meninggalkan Finn pada hari-hari panjang sepi. Sendirian.
"Kau memintaku untuk tidak salah paham tapi kau bahkan tidak bisa menjelaskan apapun. Berhenti jadi orang tua pengecut yang mencari pembenaran atas segala hal buruk yang sudah kau lakukan."
"Ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Kau mungkin tidak akan mengerti sekarang. Tapi suatu saat, kebenaran akan terungkap. Alasan di balik kepergianku ataupun Rhys. Ayah akan memberitahumu nanti. "
Makan malam hari itu terasa semakin hambar. Finn sedikit menyesal karena tidak bisa mengontrol emosinya. Tapi dia juga lega sudah mengungkapkan apa yang mengganggu pikirannya selama ini. Walau ayahnya belum bisa memberinya alasan yang pasti, tapi setidaknya mereka masih memiliki kesempatan. Masih ada beberapa hari tersisa, Finn harap, komunikasi mereka bisa lebih baik.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top