4. Huru-hara Di Stasiun TV


"SHAMEEKA!" Marty Silbermann berteriak keluar ruangan dari balik kaca sekat. "Kau tadi bilang apa?"

Shameeka mengangkat bahu. "Yang mana, bos?"

Jadi kau masih dendam? pikir Silbermann. "Kau tadi bilang apa sebelum kuusir?"

"Oh, itu..." Shameeka mengulur waktu, sengaja menikmati bosnya tersiksa. Salah sendiri kenapa kau mengusirku tadi! "Aku menelepon apartemen Beth Hummingbird untuk mengecek kenapa dia nggak masuk hari ini. Mesin penjawabnya yang menerima panggilanku. Aku mencoba menanyai beberapa teman Beth—"

"Langsung ke intinya saja. Beth kenapa?"

"Getrude Hawkes dan Miranda Goldstein. Mereka adalah teman baik Beth—"

"Ya, ya.. aku tahu siapa mereka. Lalu?"

"Mereka juga tidak melihatnya. Pagi ini Beth tidak muncul di lobi apartemen. Aku menelepon ponsel Beth, juga tidak diangkat. Sudah berkali-kali—"

"LANGSUNG KE INTINYA SAJA!"

Shameeka mengamati Marty Silbermann, mencari-cari indikasi apakah bosnya itu sudah kapok atau belum. Akhirnya dia berkata pendek. "Beth Hummingbird sakit."

"Sakit? Apa maksudmu? Bicara yang jelas!"

"Beth jatuh dari balkon apartemennya tadi pagi." Si sekretaris menjatuhkan bom itu. "Tulang panggulnya retak. Dia harus dirawat sebulan di rumah sakit."

Marty Silbermann meledak. "BAGAIMANA MUNGKIN DIA BISA JATUH?"

"Well, saya rasa semua pemilik apartemen berbalkon menyadari risiko itu."

"BUKAN ITU MAKSUDKU! DENGAR—"

"Anda meneriaki saya lagi!"

"AKU TIDAK SEDANG MENERIAKIMU, JONES!" Silbermann meremas kepalanya. Beth masih mengobrol denganku lewat telepon tadi malam! Betul-betul bencana!

Orang-orang di luar ruangan menoleh ingin tahu.

"Aku sedang mengekspresikan kekesalanku!" Silbermann menambahkan buru-buru ketika Shameeka mulai memberenggut. "Bagaimana mungkin Beth sakit sementara Vincent Krust baru saja mencetak berita terbesar sepanjang sejarah?"

Seseorang memanggil dari ambang pintu. "Marty, acaranya—"

"Tidak sekarang, Jimmy. Tidak sekarang!"

"Akan live tiga menit lagi."

Silbermann menerobos keluar. Kepalanya yang botak maju ke depan seperti rudal. Dicecarnya Jimmy Larkins si floor director yang malang. "Apa kau tolol? Beth Hummingbird nyungsep dari balkonnya dan kau mau menayangkan Gossip with Beth tiga menit lagi?"

"Jadi apa yang harus kulakukan, Marty?" Jimmy mengerut ketakutan. "Kau tidak mengatakan apa-apa sejak tadi. Aku sudah mencoba memberitahumu berkali-kali. Kupikir kau sudah—"

"Mana kutahu! Kau kan floor director-nya!"

"T-tapi Anda produsernya, Sir."

"Batalkan, idiot! Bagaimana kau akan menayangkan Gossip with Beth tanpa Beth? Ganti dengan liputan banjir di Nepal itu atau dokumenter tentang musang berkantong—"

"Kuskus, bos," koreksi Shameeka lancar.

"Atau apa saja, pokoknya batalkan!"

Larkins terbirit-birit pergi dari situ.

"Putar ulang liputan di Krust Towers!" Silbermann berteriak ke punggung Jimmy. Dia berbalik dan menuding asistennya. "Lain kali kau pamer pengetahuanmu tentang binatang seperti itu, sebaiknya kau pindah ke National Geographic!"

"Saya hanya mengoreksi," kata Shameeka. "Tidak ada musang berkantong."

Silbermann mondar-mandir ke seluruh penjuru studio seperti bola yoga berkumis.

"Bos..." Shameeka mendadak teringat sesuatu. Dia menyusul. "Mungkin sebaiknya kita mengganti Beth."

"Kita tidak bisa mengganti Beth Hummingbird, Jones. Dia mesin pencetak uang di tempat ini. Kau dan aku sama-sama tahu itu!"

Shameeka sedikit tenang karena bosnya kembali memanggilnya 'Jones', panggilan profesionalnya. "Saya tahu Gossip with Beth adalah acara kita yang paling diminati. Justru itu, kita tak bisa menggantinya begitu saja! Ratingnya akan anjlok."

"Ya, ya, ya!" potong Silbermann, masih menggelinding ke sana-kemari secepat yang dia bisa. "Tak usah jelaskan padaku bagaimana rating acaraku sendiri, Jones! Aku juga sudah memikirkan alternatif itu! Sebentar. FERNANDES!"

Seorang gadis kurus yang mengenakan kaus dan celana kargo kebesaran menghampiri Silbermann dengan tergesa-gesa. Headset tergantung di lehernya.

"Ya, Sir? Anda memanggil saya?"

"Tentu saja aku memanggilmu, Fernandes! Dengar—"

"Ferdinand, Sir."

"Apa?"

"Ferdinand," cicit si gadis kurus. "Nina Ferdinand. Itu nama saya. Tadi Anda—"

"Baiklah. Terserah maumu. Dengar, kau kan anak magang di sini, jadi buatlah dirimu berguna. Pergi ke studio berita di lantai tujuh dan bawakan aku Jen Huxley. H-U-X-L-E-Y, jelas? Bunuh siapa saja yang menghalangi—"

"Bunuh, Sir?"

"Ya. Bakar, gantung, mutilasi, sesukamulah. POKOKNYA BAWAKAN AKU JENNIFER HUXLEY! KAU MENGERTI?"

Gadis itu meringkuk ketakutan dan mengangguk cepat-cepat.

Shameeka mengamati Nina Ferdinand gemetaran melesat keluar ruang studio dan hampir terjungkal karena tersandung kakinya sendiri. Gadis malang.

Silbermann berkacak pinggang mengamati monitor sedang menayangkan liputan ulang peristiwa kedatangan para pemenang undian satu milyar dolar Vincent Krust. Otaknya berpacu.

New York Today, stasiun televisi tempat dia bekerja cukup populer dan memiliki penonton setianya sendiri. Enam bulan yang lalu, tim acara NYT memutuskan untuk menambah program infotainment karena dirasa memiliki prospek yang bagus. Mereka menunjuk Marty Silbermann untuk membuat program itu.

Dia sudah menghasilkan sejumlah program berita serta talk-show. Kebanyakan sukses besar, tetapi program infotainment adalah hal baru bagi Marty. Awalnya banyak orang yang ragu, tetapi sekali lagi Marty Silbermann berhasil membuktikan bahwa dia memang terlahir sebagai produser. Keputusannya menunjuk Beth Hummingbird sebagai pembawa acara, yang dulunya pemandu di sebuah podcast gosip, dipuji-puji. Pilihan Marty tepat. Beth membuktikan dirinya layak bercuap-cuap di layar kaca.

Dan sekarang dia terbaring di rumah sakit dengan pinggang digips!

Insting Silbermann sebagai produser memberitahunya kalau dia harus melakukan sesuatu. Rencana B. Vincent Krust tidak melakukan apa-apa saja bisa menjadi berita, apalagi sekarang Sang Penyihir betul-betul melakukan sesuatu! Silbermann tahu dia harus bergerak cepat demi mendapatkan segala informasi terbaru mengenai kompetisi itu. Dia harus mengumpulkan pasukan. Pasti akan lebih seru dari Super Bowl!

"Halo, Marty!"

Silbermann melongok. Seorang pria muda jangkung yang sangat camera face tersenyum ramah ke arahnya. Di sebelah pria itu berdiri si Nina Ferdinand, banjir keringat dan terlalu terengah-engah untuk bicara.

"Terence! Halo!" Silbermann mengisyaratkan Nina untuk minggat.

"Kata anak itu kau mencari Jen," kata Terence. "Dia sedang on the way ke sini. Aku datang karena sepertinya kau perlu bantuan."

Terence Adler adalah pembaca berita pria favorit di NYT. Dia termasuk salah satu aset "depan kamera" yang berharga. ("Tulang pipinya seperti pahatan Bernini!" Marty ingat Shameeka pernah berkata seperti itu). Terence Adler dan Jennifer Huxley sudah menjadi legenda hidup di stasiun berita itu. Tinggal masalah waktu sampai salah satu dari keduanya menyabet penghargaan Emmy.

Adler mulai gelisah. "Apa aku menganggu?"

"Oh," Silbermann menemukan kembali suaranya. "Menganggu? Kau? Demi Tuhan, tentu tidak Terry yang baik, tentu saja tidak! Dengar, aku memang perlu bantuan."

"Bos," panggil Shameeka sambil menunjuk ke luar. "Itu Huxley!"

Silbermann mengintip ke balik pundak lebar Adler. Dia hampir tersungkur karena luapan rasa terima kasih.

"Hei, Marty!"

"Jen! Ya ampun, seharusnya kau tak perlu repot-repot!"

"Katanya anak magangmu bersiap mengkremasi hidup-hidup siapa saja di ruang berita yang menghalanginya untuk mendapatkanku!" Jen tertawa renyah. Dia melirik Adler dan menepuk pundak pria itu dengan lagak bersahabat. "Halo, Terry!"

Adler menyeringai.

Yang Marty Silbermann perlukan sebetulnya hanyalah seseorang yang pandai bercuap-cuap untuk menggantikan Beth Hummingbird. Namun saat ini dia mendapatkan Jennifer Huxley dan Terence Adler, dua-duanya sekaligus. Tuhan pasti betul-betul menyukai acara gosip!

"Jones, siapkan catatanmu!"

Silbermann merangkulkan tangannya ke arah pundak kedua pembaca berita itu, mencoba lebih akrab dengan mereka. Dia harus berjinjit untuk mencapai pundak Adler. "Begini, teman-teman. Pembawa acara gosip favoritku sedang dirawat di rumah sakit. Aku tak tahu apa kalian pernah membayangkan untuk membawakan acara infotainment sebelumnya tapi kukasih tahu saja, ini bisa bikin ketagihan..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top