28. Hasil Investigasi Jen
Ruangan itu berubah hening.
Apa yang baru saja dikatakan Martina McJohnson bukanlah sekedar tuduhan biasa. Joe tahu kalau sang asisten tak mungkin bercanda. Dia mencoba mempelajari gerak-gerik Violetta, menunggu reaksi gadis itu.
Ini tuduhan yang bukan main-main.
Ini tuduhan yang sangat serius.
"Apa-apaan ini?" Violetta terperangah. "Seluruh dunia tahu telah terjadi kecelakaan yang mengerikan di Bandara Los Angeles dan Sylvie berada di dalam pesawat malang itu! Lagipula untuk apa saya membunuh Sylvie? Dia pelayan saya! Saya membutuhkannya! Anda semua seharusnya menonton berita!"
Martina tidak terpengaruh. "Anda langsung terbang ke sini setelah melihat pesawat itu meledak." Dia melanjutkan, masih sama seriusnya. "Mengapa begitu terburu-buru?"
"Karena saya harus berada di tempat ini sesudah tengah hari!" bentak Violetta.
"Miss Adams, cerita Anda cukup meyakinkan," Krust mengangkat tangan. "Tapi sebelum saya mengumumkan pemenangnya, saya ingin Anda bertemu seseorang."
Sang Penyihir menepuk tangan tiga kali.
Pintu ruang kerja itu terbuka.
Joe menoleh. Seorang pria raksasa mendorong masuk seorang wanita muda yang kakinya dibebat dan wajahnya penuh memar kebiruan di atas kursi. Pria yang mendorong kursi roda itu juga terluka tapi tidak separah si wanita di kursi roda. Artie mengekor di belakang pria raksasa itu.
"Kita bertemu lagi, Nona Adams..." kata wanita di kursi roda itu.
Violetta Adams pucat pasi seolah sedang melihat hantu.
...
"Sylvie? Apa yang terjadi? Bagaimana mungkin kau...."
Suara Violetta lenyap. Dia menggapai wanita bernama Sylvie itu, seolah ingin mengecek kalau sosok itu betul-betul manusia alih-alih roh.
"Ini adalah Bruce Stockholm," kata Krust sambil menunjuk si pria raksasa, yang dibalas dengan anggukan santun. "Bruce adalah agen khusus yang saya tugaskan untuk mengawasi Anda, Miss Adams. Bruce menyelamatkan Sylvie dari ledakan pesawat itu."
"Betulkah itu, Monsieur Stockholm?" Violetta berupaya memeluk si pelayan tapi gagal karena kondisinya yang penuh luka. "Oh, terima kasih banyak! Aku lega sekali Sylvie selamat!"
"Miss Sylvie punya sesuatu untuk Anda, Miss Adams," Krust memberitahu.
Si pelayan yang terluka itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kartu. Kartu bank biasa. Joe memicingkan mata melihat kartu itu. Entah mengapa dia merasa kartu itu tampak familier.
Raut wajah Violetta berubah sedikit. "Oh, kau membawa kartu itu?"
Sylvie mengulurkan kartu itu. Violetta menggapai kartu itu tapi kalah cepat dari Krust yang langsung mengambilnya.
"Harus saya akui Anda cerdik sekali, Miss Adams." Krust tersenyum dan menggoyang-goyangkan kartu itu. Dia mengenakan sepasang sarung tangan dan memberi isyarat pada Martina. Si asisten maju membawa sebuah mangkuk kecil dan tisu. Krust menyelupkan tisu itu ke dalam mangkuk dan menggosok satu sisi kartu.
Seberkas kilau keemasan memancar ketika bagian kartu yang digosok itu mulai luntur perlahan-lahan.
Joe langsung gempar. Itu kartu emas milik Violetta!
"Sylvie!" pekik Violetta. "Kau menipuku! Jika ini kartu yang asli, berarti kartu yang kuberikan untuk rumah sakit di Gaza itu palsu!"
"Anda justru memberikan kartu yang palsu pada rumah sakit itu," kata Sylvie tajam. "Anda yang melakukan semua ini. Anda menipu saya!"
"Apa-apaan kau ini! Kaulah yang menipuku!" tuduh Violetta, kelihatannya berang sekali. "Kau mencuri kartu itu, menukarnya, dan membeli semuanya itu menggunakan namamu supaya kau bisa memilikinya. Tega betul kau, Sylvie! Selama ini aku mempercayaimu!"
"Baiklah, cukup main-mainnya, Miss Adams," kata Krust menyudahi. Dia sudah selesai menggosok satu sisi kartu itu. Kilau emas dari kartu yang sama persis dengan yang dimiliki Joe itu langsung mengonfirmasi keasliannya. "Andalah yang menipu Sylvie! Anda menyamarkan kartu ini sehingga tampak seperti kartu bank biasa dan meminta Sylvie membeli segala macam hal-hal itu untuk Anda. Sylvie tidak curiga sama sekali karena dipikirnya kartu itu bukanlah kartu yang saya berikan untuk Anda. Chip di dalam kartu akan segera tahu jika Anda menggunakannya dan akan mencatatnya sebagai pelanggaran. Oleh karena itu Anda menyamarkan kartu ini dan meminta Sylvie menggunakannya. Chip di dalam kartu terperdaya dan mengenali Sylvie sebagai pemilik yang baru. Itulah alasannya mengapa segala transaksi pembelian yang telah terjadi tidak tercatat sebagai pelanggaran. Chip itu mengira si kartu digunakan Sylvie untuk dirinya sendiri, padahal sebetulnya dia melakukannya atas perintah Anda!"
Violetta duduk kembali dan mengacungkan tangannya dengan geram. "Apa yang Anda bicarakan, Monsieur Krust? Setelah asisten Anda, kini giliran Anda yang menuduh saya!"
"Bruce menyimpan bukti rekaman semua obrolan Anda dengan Sylvie," lanjut Krust. "Setelah selesai memanfaatkan Sylvie, Anda berusaha membunuhnya."
"Saya tidak melakukan apa-apa! Ini semua omong kosong!"
"Anda berencana membunuh Sylvie karena jika dia menyadari bahwa kartu yang Anda berikan padanya adalah kartu yang palsu, maka Sylvie akan tahu soal kecurangan Anda," kata Krust tenang. "Anda tidak mau mengambil risiko ini. Keterlambatan Anda selama empat puluh lima menit di Bandara Los Angeles Anda gunakan untuk menyabotase pesawat itu. Petugas hanggar yang Anda suap untuk melakukannya itu telah buka mulut."
"Saya tak mungkin mencelakai Sylvie," bantah Violetta ngotot. "Dia pelayan saya! Bagaimana saya bisa melakukan hal sekejam itu?"
Sylvie mendesah sedih dan mengusap kepalanya yang diperban.
"Kalau begitu mengapa Anda tidak menunggu setelah pesawat itu meledak untuk memastikan kalau-kalau pelayan Anda selamat?"
"Pesawat itu hancur berkeping-keping! Siapa pun yang melihatnya tahu tak akan ada korban yang selamat!"
"Anda memuat bahan peledak dalam koper-koper Anda di bagasi," lanjut Krust. "Tidak ada yang tahu soal ini karena Anda selalu meminta koper-koper itu diperlakukan secara khusus. Sebelum lepas landas, akhirnya Sylvie juga diusir dari pesawat. Anda tidak tahu soal itu. Tapi pengusiran itu malah menyelamatkannya. Lalu pesawat itu meledak. Sylvie ingin memberitahu Anda soal pengusiran itu, tetapi Bruce mencegahnya karena dia menyadari bahwa Andalah yang meledakkan pesawat itu. Bruce curiga karena Anda belum juga naik ke pesawat menjelang detik-detik lepas landas, tetapi malah meninggalkan pelayan Anda di sana."
Semua orang yang berada di ruangan itu kini terguncang.
"Cerita yang hebat sekali!" Violetta berdecak lalu bertepuk tangan. "Segala tuduhan Anda terhadap saya ini tidak bisa dibuktikan, Monsieur Krust!"
Krust tersenyum. "Saya punya laporan penyerahan jet pribadi yang Anda pesan dari Cubic dan rekaman pembicaraan Anda dengan Russel Torch. Jet pribadi Anda sudah siap tetapi Anda berpura-pura akan naik pesawat komersil karena Anda tahu pesawat nahas itu tidak akan bertahan lebih dari semenit di udara."
"Kalian merekayasa ini semua," kata Violetta kalem. "Anda melakukan ini karena tidak ingin saya menjadi pemenang! Sekedar bukti dan kesaksian tidak cukup, Mr. Krust. Semua itu bisa jadi palsu!"
Mendengar ini Vincent Krust tidak terlihat marah atau takut. Sebaliknya, ia malah tampak semakin puas. "Sebenarnya, masih ada dua orang lagi yang menyelidiki segala rangkaian peristiwa ini."
Pintu dibuka lagi. Sepasang pria dan wanita rupawan melangkah masuk dengan mantap. Joe langsung mengenali si wanita sebagai Jennifer Huxley, juru berita yang sering melaporkan kabar terkini mengenai Violetta Adams.
"Miss Jeniffer Huxley dan Mr. Terence Adler adalah wartawan dari New York Today," kata Krust. "Selama seminggu mereka telah meliput perjalanan Anda berdua. Apa yang Anda punya, Miss Huxley?"
...
Jennifer Huxley maju. Wajahnya terlihat gugup tapi bergairah. "Setelah Parade Kebudayaan Berlin berakhir, ditemukan mayat seorang pria di sebuah tempat sampah. Nama pria itu Sander Schultz. Yang menarik dari penemuan ini adalah, Schultz ternyata seorang pembunuh bayaran."
Semua orang memberikan perhatian penuh pada Huxley.
"Penyelidikan polisi mengungkapkan kalau Schultz terbunuh saat parade berlangsung. Dari hasil analisis diketahui bahwa peluru yang menembus tengkorak Schultz ditembakkan dari dalam sebuah kendaraan yang melintas dengan pelan. Ini artinya si pembunuh bisa saja menaiki salah satu kendaraan peserta konvoi dalam parade. Ada delapan puluh sembilan kendaraan yang melintas, termasuk mobil Miss Adams. Dari keterangan polisi, saya menyadari bahwa waktu kematian Schultz nyaris bersamaan dengan lewatnya mobil Miss Adams di tempat kejadian perkara." Jen berdeham. "Miss Adams, Anda menembak mati Sander Schultz."
Martina menarik napas kaget. Joe tercengang.
Violetta melotot. "Lelucon apa lagi ini?"
"Anda menyewa Schultz untuk menghabisi Bruce Stockholm dalam Parade Kebudayaan Berlin. Anda tahu Bruce mengawasi Anda. Anda menembak Schultz sampai mati karena mengira dia berhasil menghabisi Bruce yang waktu itu bergabung dalam kelompok penari di depan limusin Anda. Namun Anda keliru. Saat itu Mr. Schultz belum berhasil menghabisi Bruce. Mr. Schultz baru akan menarik pelatuk pistolnya ketika Bruce terjatuh karena tertabrak kendaraan polisi. Anda yang sedang duduk dalam limusin mengira Bruce jatuh karena ditembak oleh Schultz. Ketika perhatian semua orang sedang terpusat pada kecelakaan yang menimpa Bruce, Anda menurunkan kaca jendela lalu menembak Mr. Schultz dari dalam limusin. Anda bisa melakukan ini dengan mudah—selama lima tahun, Anda menjadi juara dalam Lomba Menembak Tahunan di Paris. Setelah itu Anda langsung kabur ke Swiss. Anda meminta pengawalan dari polisi selama parade sehingga mereka tidak akan berpikir bahwa Andalah pelakunya."
Kekeh Violetta yang nyaring dan panjang memecah keheningan. "Mereka tidak berpikir sayalah pelakunya karena memang mustahil saya melakukannya. Bagaimana mungkin saya sanggup membunuh seseorang di tengah pengawalan polisi?"
"Aku melihatnya," kata Sylvie lirih. "Aku berada di limusin itu, Violetta. Kau berpura-pura membetulkan rias wajahmu dan melakukannya. Kau memang merencanakan hal itu. Polisi tak akan mencurigaimu sama sekali karena mereka mengawalmu. Ini juga salah satu alasan kau harus menghabisiku. Aku tahu terlalu banyak."
Joe tidak percaya seorang Violetta Adams bisa merancang rencana segila itu. Apa betul gadis ini seorang psikopat?
"Kau tak bisa membuktikan itu, Sylvie," ejek Violetta angkuh. "Lagipula, seandainya semua ini benar, aku tidak punya alasan menghabisi Monsieur Stockholm. Bukankah dia ditugaskan menjagaku?"
"Anda bekerja sama dengan Harry Olson," kata Terence Adler.
Penyebutan nama Harry Olson membangkitkan ingatan Joe. Upaya-upaya pembunuhan dirinya, penjambret yang mengambil jaketnya, ledakan bom di persimpangan jalan, dan kebut-kebutan yang berujung kematian.
"Aku tak kenal siapa si Olson ini," kata Violetta.
"Olson adalah seorang psikopat yang ingin menghabisi Joseph Hamilton." Adler maju meminta izin pada sang Penyihir, yang langsung dikabulkan. "Dia ingin memiliki kartu itu. Olson tidak punya sumber daya untuk menghabisi Mr. Hamilton, makanya dia mengontak Anda, satu-satunya orang yang diduganya pasti tidak menginginkan kemenangan Mr. Hamilton dalam lomba ini. Dia melacak nomor Anda lalu menawarkan jasa untuk menyingkirkan pesaing tunggal Anda dalam kompetisi ini. Sebagai gantinya, Anda memberinya dukungan finansial penuh. Dugaannya tepat. Anda tertarik dan bersedia mensponsori Harry Olson untuk membunuh Joseph Hamilton.
Olson mencoba merebut kartu milik Mr. Hamilton tiga kali. Pertama, lewat gas beracun di bioskop Ziegfield. Dia gagal karena seseorang berhasil mengecoh Mr. Hamilton agar tidak jadi menonton di bioskop itu. Kedua, dengan menyuruh seorang penjambret mencuri kartu itu di stasiun kereta bawah tanah. Tapi penjambret ini gagal dan Olson mendorongnya ke rel kereta. Ketiga, lewat kontak langsung. Setelah upaya yang kedua gagal, Olson mulai menyadari kehadiran agen penjaga yang ditugaskan Mr. Krust. Dia memberitahu Anda soal keberadaan para agen ini. Anda menghubungi Sander Schultz dan memintanya menghabisi agen penjaga Anda—Mr. Stockholm—karena takut Mr. Stockholm tahu bahwa Anda telah memperdaya Sylvie. Harry Olson sendiri tewas sebelum berhasil mewujudkan rencananya."
Violetta mengibaskan tangannya terkekeh liar. "Cerita yang menarik, saudara-saudara. Mr. Krust, Anda mungkin mengambilnya dari suatu novel detektif, saya tidak tahu. Semua bukti dan saksi bisa dimanipulasi. Tudahan Anda sama sekali tak berdasar! Lagipula, sekalipun tipuan Anda atas saya berhasil, saya tetap pemenang kompetisi ini. Saya menghabiskan uang itu tepat waktu!"
Semua kembali tegang.
Krust mengangkat kartu itu. "Mr. Hamilton, Anda ingat apa yang akan terjadi jika nominal di dalam kartu ini habis?"
Joe, yang terguncang mendengar cerita ini, gelagapan begitu ditanya. "Kartu itu akan menghancurkan diri menjadi tak terlacak."
"Nah, kartu ini masih ada," kata Krust. "Berarti nominalnya belum habis!"
"Kalau begitu kartu di tangan Anda memang palsu, begitu juga dengan semua cerita ini!" teriak Violetta. "Kartu yang asli ada di Gaza!"
"Saya bisa menjamin keaslian kartu ini," kata Krust. "Hanya ada dua kartu seperti ini di seluruh dunia. Satu tersegel dengan aman di galeri Christie's, dan satunya lagi ada di tangan saya..."
Violetta terkesiap. "Tidak mungkin!"
"Kau ingat, Violetta," Sylvie memotong dengan dingin. "Kau menyuruhku membeli sarapan untuk diriku sendiri seharga lima dolar sesampainya di New York. Kau lupa, kau akan menghabisiku sebelum sampai di New York. Uang lima dolar itu belum digunakan..."
Rasanya seolah ada yang menghentikan waktu.
"Semuanya sudah berakhir," kata Krust.
"Aku tidak melakukan semua itu!" jerit Violetta. "Dia..." Gadis itu mengerling ke arah Joe dengan tatapan berkobar-kobar. "Dia juga tidak memenangkan lomba ini. Hasilnya seri."
Joe kembali teringat akan alasan mengapa dia ada di ruangan ini. Dia tidak berani menatap siapapun. Violetta benar. Hasilnya seri. Joe berdoa semoga terjadi keajaiban.
"Anda benar." Krust berpikir sebentar. Dia menarik napas dalam-dalam, dan memicingkan mata kepada Joe dan Violetta. "Baiklah kalau begitu. Saya hanya akan meminta uang saya kembali, masing-masing satu milyar dolar dari Anda berdua."
Joe tidak tahu harus senang atau kecewa mendengar ini. Lukisannya ditawar seharga satu milyar dolar, dia tidak akan masuk penjara, tapi juga tak akan mendapatkan uang untuk membantu biaya operasi ayahnya.
"Saya akan mengembalikan uang itu," kata Violetta yakin.
"Anda akan ditahan," kata Jen. "Anda merencanakan pembantaian massal terhadap seratus tiga puluh penumpanang pesawat. Anda menembak mati Sander Schultz dan mencoba membunuh Bruce Stockholm dan Sylvie. Anda juga berkomplot dengan Harry Olson dan merencanakan pembunuhan Joseph Hamilton. Selain itu Anda juga akan didakwa atas penipuan terhadap pelayan Anda dan Vincent Krust!"
"Tidak," elak Violetta. "Kalian tidak bisa menahan saya! Ini konyol! Saya sanggup membayar ganti rugi!"
"Anda sudah tidak punya apa-apa, Miss Adams," kata Krust memperingati. "Miss Sylvie adalah pemilik baru kartu ini. Artinya segala hal yang sudah terbeli lewat transaksi yang tercatat oleh kartu ini sejak Miss Sylvie menyentuhnya adalah miliknya!"
Sylvie mengangkat wajah tak percaya.
Violetta Adams meledak. "INI SEMUA BOHONG! AKU TIDAK MELAKUKANNYA!"
Sang Penyihir mengabaikan teriakan gadis itu.
Joe menelan ludah melihat Violetta Adams semakin menjadi-jadi. Gadis itu mulai meraung dan menjerit-jerit. Dia menghambur, berusaha menyakiti Krust, Joe dan Martina, tetapi Bruce dan Artie segera menangkapnya dan memitingnya di sofa. Sylvie menyembunyikan wajahnya di balik tangan, tidak sanggup menyaksikan hal ini.
Dan layaknya akhir sebuah pertunjukan yang hebat, sekonyong-konyong kerumunan wartawan berderap menyerbu ke dalam ruangan. Kamera-kamera diangkat, blitz menari-nari lincah mengitari seluruh ruangan, seolah bersorak merayakan akhir dari kompetisi ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top