5

Lea

Aku tiba di kantor sepuluh menit sebelum jam masuk tadi, dan sekarang aku masih tersenyum mengingat ciuman lambat dan manis dengan Archer di mobil sebelum aku turun. Hingga telepon di depanku berdering dan aku mengangkatnya. "Hallo, Sir?"

"Bawa laporan keuangan proyek pembangunan Connecticut ke kantorku!" teriaknya. Hanya itu, dan dia sudah memutus sambungan. Kurasa suasana hati bosku sedang tidak dalam keadaan yang baik.

Aku mengetuk pintu lalu membukanya dan melangkah masuk. "Mr. Reid?"

Dia mendongak dari dokumen yang sedang dibacanya dan tersenyum tipis padaku lalu menunjuk kursi di depannya. "Duduklah!"

Aku duduk dan menantinya berbicara, dia membereskan dokumennya terlebih dahulu lalu memasukkannya ke dalam laci dan baru beralih kepadaku.

"Ada masalah, Mr. Reid?" mulaiku.

"Hanya sedikit masalah perizinan untuk mendirikan Penthouse baru di daerah Seattle dekat selat Puget Sound. Dan maaf tadi aku membentakmu di telepon." Aku tersenyum dan menyerahkan berkas yang tadi dia minta.

"Tidak masalah Mr. Reid, dan ada lagi yang bisa saya bantu?"

Dia tersenyum lagi dan bersandar ke kursinya terlihat lebih santai jadi kurasa tak ada masalah serius di sini. "Apa malam ini kau ada acara? Ayo pergi keluar denganku, mungkin makan malam dan lanjut ke bar. Aku butuh hiburan dengan semua proyek pembangunan yang membuatku gila ini."

Oke, ini bukan pertama kalinya dia mengajakku keluar tapi makan malam? Dan bar? Archer jelas akan meledak.

"Kau tidak bisa, Lea?" dia bertanya lagi saat aku tidak segara menjawabnya.

"Aku perlu bertanya pada seseorang terlebih dahulu," jawabku pelan. Dan itu membuatnya menaikkan alisnya.

"Aku tidak tahu kalau kau perlu izin dari seseorang," ucapnya heran.

Tentu saja, biasanya akukan tidak pernah menolak ajakannya. Tapi sekarang Archer kembali dan aku yakin dia tidak akan senang jika aku pergi makan malam dan ke bar dengan pria lain meski itu hanya bos-ku.

"Saya hanya perlu bertanya padanya, hanya memastikan," jawabku.

"Oke bicaralah dulu. Kau boleh pergi." Aku menggangguk dan berdiri, keluar dari ruangan itu.

Begitu aku mencapai mejaku, aku langsung menghubungi Archer dan aku senang saat dia mengangkat teleponku pada dering pertama, merasakan gelitik akrab di dasar perutku saat aku mendengar suaranya. "Merindukanmu, honey!"

Aku tidak bisa menahan senyumku.

"Aku juga," bisikku. "Archer?"

"Ya?"

Aku menjilat bibirku dan berpikir keras tentang bagaimana cara menanyakan ini tanpa membuatnya marah. Dia tidak suka aku pergi dengan pria bahkan saat aku hanya menjadi submissive-nya dan sekarang aku adalah kekasihnya.

Kekasih?

Benar, kan?

"Malam ini aku akan pergi keluar makan malam, apa kau keberatan?" tanyaku.

"Aku baru saja berencana untuk mengajakmu, tentu saja aku tidak keberatan. Kita bisa pergi makan malam lalu mungkin nonton film atau ke bar dan kita bisa pulang bersama ke rumahku nanti," jawabnya antusias.

Sialan! Aku tahu ini akan sulit.

"Archer, maksudku ... bosku mengajakku keluar malam ini, jadi aku bertanya padamu, bolehkah?" tanyaku gugup.

"Bosmu?" Suaranya terdengar serak seperti geraman.

"Ya, Mr. Reid mengajakku makan malam tapi aku belum menyetujuinya. Kubilang aku harus bertanya terlebih dahulu. Jadi bolehkah? Aku merasa tidak enak jika menolaknya."

Ya Tuhan, kenapa suaraku terdengar mencicit?

"Aku tahu bosmu, Leo Reid. Dia seorang bajingan! Dan kau berharap aku mengizinkanmu pergi dengannya?" Kali ini dia benar-benar berteriak.

"Archer, aku hanya bertanya dan jika kau tidak suka aku akan bilang tidak padanya. Demi Tuhan! Kau tidak perlu membentakku!" balasku. Dan sebelum dia sempat menjawabku aku memutuskan sambungan itu.

Sedetik kemudian ponselku kembali berdering, memperlihatkan panggilan masuk dari Archer dan aku langsung memutus sambungan itu. Dia mencoba lagi dan aku mematikan ponselku. Aku tidak butuh omong kosong dan teriakkannya. Jika dia memang berniat mencoba sebuah hubungan denganku, dia harusnya tidak membentakku hanya karena aku bertanya padanya. Demi Tuhan! Dia bertingkah seolah-olah aku akan pergi tidur dengan pria lain! Ini hanya makan malam!

Aku menghela napas dan kembali ke pekerjaanku. Menyusun jadwal pertemuan bosku untuk hari Jum'at besok. Dan bersyukur karena dapat mengalihkan pikiranku dari Archer dan segala emosi berlebihannya. Aku kembali ke ruangan bosku sepuluh menit sebelum jam pulang dan menemukannya sedang sibuk dengan berbagai dokumen lain.

"Mr. Reid," ucapku. Dia mendongak.

"Lea? Bagaimana?" dia bertanya dan tersenyum terang padaku.

Lihat! Ini akan jadi canggung.

"Tentang pergi makan malam, saya rasa malam ini saya tidak bisa," jawabku. Dia berdiri dan mengitari meja untuk berdiri di depanku.

"Kau ada acara lain?"

Aku berdeham dan membasahi bibirku yang kering. "Sebenarnya tidak, hanya saja saya tidak bisa."

Dia mengangkat bahunya. "Oke, apa boleh buat, lain waktu kalau begitu?"

"Tentu," balasku dan aku undur diri, meninggalkan ruangan itu.

***

"Jadi siapa yang mengantarmu tadi pagi?" Aku melirik Mag yang berjalan di sampingku dan memutar bola mataku.

"Kau ingat pesta amal yang harus kuhadiri karenamu?" aku balas bertanya dan ia menyeringai memperlihatkan gigi gingsulnya yang membuat dirinya dua kali lebih manis.

"Tentu aku ingat. Aku benar-benar berterimakasih untuk hal itu."

"Ya, oke. Meski pesta itu membosankan bukan main, aku bertemu priaku." Dia menaikan alis sekarang.

"Kau tidak punya pria, atau setidaknya kau tidak pernah cerita padaku," ucapnya sambil memelototiku.

"Hubungan kami rumit waktu itu, jadi aku tidak banyak menceritakannya."

"Rumit macam apa? Kau jadi rahasia kotor kecilnya? Simpanannya? Setahuku kau bukan orang semacam itu." Mag sekarang benar-benar akan menginterogasiku. Dan aku jadi ragu untuk minta tumpangan padanya. Mungkin aku harus memanggil taxi?

"Memang bukan," aku menjawab dengan malas.

"Lalu?"

"Hanya rumit. Aku tidak bisa menjelaskannya," jawabku dan saat kami sampai di lobi semua akal sehatku hilang, tersapu bersih hingga aku tak menyadari kalau saat ini aku sudah berhenti berjalan dan terpaku pada pemandangan di depanku.

Archer berdiri di dekat meja resepsionis, masih menggunakan setelan jas kerjanya, dengan rambut hitam yang berantakan dan tubuh mempesonanya. Dia melihat ke arahku dan mulai berjalan menghampiriku. Bibirnya memang tersenyum tapi aku tahu dia sangat kesal padaku.

"Jadi dia priamu? Archer Black?" bisik Mag tercengang. Aku tak merespons dan hanya memperhatikan Archer yang semakin dekat.

"Kau tidak mengangkat teleponku, Sayang," ucap Archer penuh penekanan dan ia merangkul bahuku menarikku ke dadanya. "Teman Lea?" dia beralih pada Mag yang masih melongo menatapnya.

Mag berkedip sekali kemudian tersenyum cerah dan mengulurkan tangannya. "Maggie Parker. Ya, aku teman baik Lea."

Archer balas tersenyum dan menjabat tangannya. "Archer Black, pacar Lea."

Apa dia bilang?

Pacar?

"Ya, saya tahu anda. Aku tak percaya Lea punya kekasih seperti anda," Mag bergumam dan sedikit mendesah saat mengamatiku. " Kenapa kau tidak pernah cerita padaku kalau kau kencan dengan seorang Archer Black?"

Aku meringis dan menggigit bibirku. Aku tidak tahu harus menjawab apa.

"Hanya belum sempat! Sudahlah, sampai jumpa! Aku harus pergi," ucapku dan aku baru-buru menarik Archer ke pintu keluar.

Apa sih yang dia pikirkan?

"Kenapa kau kemari?" desisku. Aku jelas masih jengkel dengannya setelah pembicaraan kami tadi siang.

"Kau tidak membawa mobil. Kau bahkan belum membeli mobil. Dan kau mematikan ponselmu. Berniat pergi dengan bos-mu. Dan kau bertanya kenapa aku kemari?" dia membalasku dengan tak kalah kesal.

Tapi dia yang menjengkelkan. Bukan aku.

"Ya, aku bertanya kenapa kau kemari?" balasku.

Aku tidak ingin mengalah kali ini. Aku tidak bersalah.

"Untuk menjauhkan tangan pria lain yang mencoba menyentuhmu!" balasnya.

Oh ayolah! Yang benar saja!

Aku menggelengkan kepalaku tak percaya dan dia membukakan pintu mobil untukku. Aku mendengus dan masuk.

Apa dia pikir aku akan pergi dengan Mr. Reid jika Mr. Ried pernah mencoba menyentuhku? Maksudku aku sudah pergi makan malam berkali-kali dengannya selama tiga bulan ini dan dia tidak pernah mengindikasikan ingin melakukan sesuatu yang buruk. Bahkan satu-satunya kontak fisik di antara kami sejauh ini hanya bergandengan tangan. Mr. Reid jelas bukan tipe pria berengsek.

"Apa kau benar-benar marah?" dia bertanya. Dan melihatku dengan mata hitamnya tapi aku tetap menetap lurus ke depan. Mengabaikannya. "Apa kau serius?"

"Bagaimana menurutmu?" jawabku sinis. Aku melihatnya mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi dari sudut mataku.

"Oke! Aku minta maaf! Kumohon jangan marah padaku," dengusnya tanpa ada nada bersalah sedikit pun di dalamnya.

"Apa kau bahkan tahu apa salahmu? Aku tidak butuh omong kosong tentang kata maaf darimu, jika itu yang kau pikirkan!" Aku menoleh untuk melihatnya.

"Jujur saja, aku tidak merasa melakukan kesalahan. Aku hanya mencoba mencegah pria lain menyentuhmu. Kau milikku!" balasnya.

Terkutuklah  sikap posesif dan segala ego yang dia miliki!

"Lalu bagaimana dengan aku?" balasku. Melotot.

Matanya melebar dipenuhi horor dan rasa takut. "Apa kau menginginkan makan malam itu? Pria itu?"

Apa dia benar-benar berpikir ke sana? Itu sangat konyol!

"Demi Tuhan! Tidak! Bagaimana kau bisa berpikir ke sana?" balasku. Aku berteriak frustrasi, karena dia sama sekali tidak mengerti apa masalahku.

"Kalau begitu apa yang membuatmu marah?" dia bertanya. Terlihat tersesat, dan aku benar-benar bisa melihat ketakutan di matanya.

"Secara tidak langsung kau telah tidak mempercayaiku. Kau berpikir aku akan tidur dengan setiap pria yang aku temui. Itu menyakitkan Archer."

Dia terdiam. Kurasa dia masih belum memahami itu. "Aku tidak berpikir seperti itu. Aku hanya tidak bisa mengambil resiko untuk kehilanganmu lagi. Aku mencintaimu Lea."

Aku menahan napasku untuk beberapa detik, dan aku ingin mempercayai ucapannya bahwa dia telah membalas perasaanku. Tapi itu sulit, bagian diriku yang sudah terlalu lama percaya fakta bahwa tidak akan ada yang menginginkanku menyangkal semua gagasan menyenangkan itu. Ucapan ayahku dan James melayang ke otakku.

'Kau pembunuh! Tidak akan ada yang menginginkan seorang pembunuh!'

'Kau hanya seorang jalang! Itulah dirumu di setiap serat yang kau miliki! Setiap orang hanya menginginkan tubuhmu. Mesin untuk memuaskan! Tidak akan pernah lebih!'

Aku berusaha menarik diriku kembali. Tapi sudah terlambat. Ingatan itu kembali. Malam itu. Kengerian itu. Suara-suara itu. Darah. Darahku. Dan kemudian aku merasakan Archer memelukku. "Apa yang terjadi? Kembalilah kumohon!"

Suaranya menarikku dari gema tawa dan jeritanku. Dan perlahan gambaran-gambaran itu memudar saat bibir Archer menekan bibirku. Bergerak dengan pelan dan tegas. Dia mencoba untuk masuk dan aku membiarkannya, membiarkan lidah kami bertemu. Aku kembali merasakan kehangatan, merasakan hangat telapak tangannya yang menembus kain blouse-ku. Citranya, keindahannya, dan bagaimana ini terasa baik. Dan setelah Kupikir itu berlangsung selamanya dia menarik diri. Aku terengah tapi dia terlihat baik kecuali jika kau melihat ke matanya. Ada banyak kegelisahan dan sesuatu seperti rasa sakit karena seseorang tidak cukup mempercayaimu.

"Tadi itu apa? Kau membeku seperti hilang, lebih buruk dari malam kau bermimpi waktu itu," dia bertanya khawatir dan jari-jarinya menyapu pipiku, rahangku, dan berakhir di bibirku. Aku menyukai sensasi jarinya pada kulitku.

"Aku sudah bilang kalau aku kacau. Dan aku rusak, tidak bisa diperbaiki."

Dia merengut tidak setuju. "Kau memintaku untuk mencoba lagi tapi kau tidak bisa melakukan itu untuk dirimu sendiri?"

"Aku mencoba Archer. Hanya saja beberapa perasaan mendorong bayangan itu untuk kembali. Sesuatu yang sensitif membangkitkannya. Dan itu sulit untuk mempercayai apa yang kau pikir itu tidak mungkin. Meski aku sangat ingin percaya. Hal-hal seperti cinta dan diinginkan, itu seperti sebuah mimpi yang tidak bisa kuraih. Seperti aku berharap dapat meraih bintang," ucapku. Meski aku tidak yakin dia akan mengerti.

"Aku akan membuatmu percaya. Aku bersumpah aku akan membuatmu merasa dicintai dan diinginkan di setiap inti yang kau miliki. Tidak akan kurang." Dia memberiku satu kecupan ringan di puncak kepalaku.

"Aku ingin mempercayainya Archer," bisikku.

***

Pembaca yang budiman vote dan comment kalian sangat berarti bagi saya, jadi jika kalian menyukai cerita ini silahkan klik tanda bintang kecil yang ada di tiap akhir bab. Saya akan sangat menghargainya ....

Arum Sulistyani

SEKARANG TERSEDIA DI PLATFORM KUBACA, BISA DIBACA DI SANA DENGAN JUDUL YANG SAMA. TERIMA KASIH 💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top