CHAPTER 1.
Semilir angin sejuk menerbangkan beberapa helai dedaunan kering , udara dingin yang terasa di pegunungan semakin terasa saat angin berhembus menerpa.
Gemericik air yang mengalir deras dari air terjun , tidak menganggu seorang remaja tampan cenderung manis yang sedang mencari kayu bakar.
Remaja tampan itu mengenakan pakaian putih dan terlihat seperti orang biasa , tapi tidak dapat dipungkiri bahwa auranya menandakan bahwa dirinya bukan orang biasa.
"Sepertinya ini sudah cukup"gumam remaja tersebut.
Remaja itu kemudian segera mengangkat kayu bakar yang telah dirinya kumpulkan , kakinya melangkah perlahan menuju ke arah sebuah rumah yang terlihat sederhana.
Dirinya segera meletakkan kayu bakar nya di tempat yang seharusnya , setelah itu dirinya membasuh kedua kakinya yang kotor karena berjalan ke hutan tadi.
"Assalamualaikum"ucap remaja itu sambil mengetuk pintu.
"Waalaikum salam"
Pintu itu akhirnya terbuka dan menampakkan seorang pria yang sudah berumur tapi terlihat masih sehat walafiat.
" Anda dari mana Raden kenapa baru pulang" tanya Paman Sugeng lembut.
" Maaf kan saya paman tadi saya hanya membantu paman mencari kayu bakar karena selama disini saya dilarang melakukan apapun " jelas remaja tersebut sopan.
" Anda tidak perlu melakukan hal itu Raden Kian Santang. Paman bisa mencarinya sendiri dan juga jangan bersikap formal pada paman Raden sungguh Paman merasa tidak enak " ucap paman Sugeng merendah pada pangeran Pajajaran tersebut.
Sedangkan Kian Santang hanya mampu menghela nafas panjang setelah mendengar perkataan itu.
Ya Raden Kian Santang yang dulu meninggalkan Kerajaan nya sekarang hidup di desa yang jauh dari Pajajaran dan juga merubah identitas nya hingga tidak ada yang mengetahui siapa sebenarnya dirinya.
" Aku paham paman lain kali aku tidak akan melakukan hal itu lagi tapi tolong panggil aku Rahmat paman karena sekarang itulah namaku dan identitas ku" pinta Kian Santang memohon.
" Baiklah Raden kalau itu adalah maumu" ucap paman Sugeng pasrah.
Kian Santang tersenyum lembut setelah mendengar jawaban itu. Dirinya kemudian pamit untuk melaksanakan shalat ashar karena sudah waktunya.
Setelah melaksanakan kewajiban empat raka'at. Kian Santang atau Rahmat duduk di depan rumah sambil memandang ke arah langit yang mulai berubah warna menjadi jingga menandakan kalau malam akan segera datang.
Sudah hampir 3 tahun dirinya meninggalkan tanah kelahirannya dan juga keluarga nya karena rasa kecewanya dan juga rasa sedihnya.
Kian Santang tahu seharusnya dirinya tidak boleh melakukan hal tersebut karena Nabi Muhammad pun mengajarkan pada umatnya untuk memaafkan sesamanya.
Tapi apalah daya Kian Santang juga seorang manusia yang memiliki rasa marah dan juga kecewa hingga membuatnya mengambil keputusan tanpa berpikir panjang.
" Ya Allah maafkan lah hambamu ini . Tapi rasa sakit karena tidak dipercayai oleh mereka masih belum sirna sampai sekarang , tolong lah hambamu ini dan tunjukkan jalan apa yang harus hamba pilih" batin Kian Santang menangis dalam diam.
Dirinya sebenarnya ingin kembali pada keluarganya tapi apakah Kian Santang mampu menghadapi mereka semua setelah apa yang terjadi dulu.
Ia masih belum sanggup untuk bertemu lagi dengan mereka apalagi harus menghadapi mereka dan juga orang yang masih saja membenci nya sampai sekarang.
" Assalamualaikum Raden" ucap paman Sugeng pelan.
" Waalaikumsalam paman" jawab Kian Santang lembut.
Dirinya sedikit tersentak ketika mendengar suara salam itu. Karena tadi dirinya sedikit melamun memikirkan masa lalu.
" Apakah Raden ingin kembali pulang ke kerajaan Pajajaran" tanya Paman Sugeng hati-hati.
" Apakah aku harus kembali paman. Karena sejujurnya aku belum siap bertemu dengan mereka" balas Kian Santang pelan.
Paman Sugeng paham dengan perasaan Kian Santang. Tapi menurutnya jika Kian Santang tidak kembali maka itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah apapun.
" Raden apakah kau membenci mereka semua ataukah kau takut menghadapi tatapan menghakimi dari mereka dan juga penolakan mereka terhadap dirimu " tanya Paman Sugeng tepat sasaran.
Kian Santang terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan tersebut. Dirinya tidak membenci tapi dirinya juga khawatir dengan pandangan mereka padanya.
" Aku takut dengan tatapan mereka yang seolah menyalahkan ku dan juga tidak mempercayai ku paman. Apakah aku salah jika merasakan rasa takut itu " Kian Santang menatap orang yang sudah menolongnya selama tiga tahun ini.
" Raden kau tidak salah jika merasakan rasa takut tapi kesalahan mu adalah tidak berani menghadapi kenyataan dan juga jika Raden terus lari tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang ada " jelas paman Sugeng.
Kian Santang meresapi setiap kalimat yang keluar dari mulut paman Sugeng. Karena dirinya saat ini sedang bimbang akan keputusan yang akan diambilnya.
" Raden saran paman kembalilah ke kerajaan Pajajaran dengan identitas barumu dan temukan jawaban dari pertanyaan yang selama ini selalu menghantuimu , insyaallah Raden akan menemukan jawabannya" ucap paman Sugeng menepuk pundak Kian Santang dengan senyuman teduh.
Kian Santang menghembuskan nafas panjang dan mengangguk paham mungkin memang saatnya dia menghadapi masa lalunya.
" Aku paham aku akan melakukan shalat istikharah untuk menemukan jawaban dari pertanyaan ku dan besok aku akan melakukan perjalanan kembali ke kerajaan Pajajaran" ucap Kian Santang.
" Syukurlah kalau Raden berpikir demikian yakinlah Raden bahwa Allah SWT akan selalu melindungi Raden dimana pun Raden berada" ucap paman Sugeng.
Di sore hari dimana angin sejuk menerbangkan beberapa helai dedaunan kering Kian Santang memutuskan untuk kembali ke Pajajaran dengan harapan bahwa dirinya akan menemukan jawaban dari segala pertanyaannya.
Tbc..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top