8. Aku dan Pangeran Arsen dier Fargaven

Warning : Bab ini memuat topik yang mungkin kurang mengenakkan bagi beberapa orang seperti topik dewasa. Jikalau tidak ingin membaca dan merasa tidak nyaman dengan bagian tersebut, harap skip bagian tersebut. Terima kasih banyak atas perhatiannya. Selamat membaca! ^_^

--🗝️--

Elxyera tidak tahu bagaimana harus menanggapi sekarang. Sebelum pergi bersama Arsen, dia sempat memberikan pesan bagi kusir kereta kuda keluarganya untuk mengabari orang tuanya kalau dia bersama Pangeran Arsen. Dia tidak ingin ibunya kembali khawatir dan itu bisa membuat kondisi wanita itu semakin memburuk.

Di satu sisi, sejak dia memasuki kereta kuda ini, Elxyera merasa tidak nyaman dengan pandangan Arsen yang terus saja terarah kepadanya. Mata emas sang pria tidak lepas dari dirinya. Seolah mengagumi tiap jengkal tubuh Elxyera yang menarik bagi Arsen. Membuat sang wanita sedikit merinding.

Bahkan setelah kereta kuda kerajaan itu meninggalkan kediaman Wilfred, Arsen yang duduk di hadapannya itu tidak mengalihkan pandangannya.

"Yang Mulia, sebenarnya kita mau kemana?" tanya Elxyera pada akhirnya, memulai pembicaraan karena sedari tadi Arsen hanya diam saja. Dia memang tidak tahu hal mendadak apa sampai Arsen datang menjemputnya di kediaman Wilfred, namun dia tidak nyaman dengan tatapan yang seolah bisa melahapnya kapan saja itu.

Dia menyadari penampilan Arsen terlihat lebih sederhana kali ini. Tidak ada jubah kerajaan, atau lambang-lambang penting yang menghias kemeja sang pria. Apalagi pedang yang selalu dibawa Arsen kemana-mana. Penampilan pria itu terlihat santai, dengan kemeja putih lengan panjang dan celana kain berwarna hitam dipadu dengan sepatu bots hitam di bawah.

Di hadapannya, Arsen hanya tersenyum manis. Menyandarkan punggungnya di sandaran empuk kursi kereta kuda dan bersedekap. "Apakah salah jikalau aku ingin menemui tunanganku tercinta?"

Oh, itu tentu saja tidak salah. Masalahnya, Arsen tidak pernah mencintainya, dan pria di hadapannya ini bahkan sepertinya sudah gila. Sialnya, ucapan manis yang dilontarkan Arsen itu mendebarkan hati Elxyera lagi. Apa Arsen selalu berbicara semanis ini dengan Avyce di kehidupan sebelumnya?

"Saya menghargai Anda yang datang menjemput saya di kediaman Wilfred, Yang Mulia. Namun bukankah Anda memiliki tugas yang perlu Anda selesaikan," lanjut Elxyera lagi mengalihkan pembicaraan, bahkan tidak ingin repot-repot merespon ucapan sang pria yang penuh cinta padanya itu. Rasanya benar-benar aneh apalagi karena Elxyera sudah mengenal Arsen di kehidupan sebelumnya cukup lama.

Itu benar-benar tidak bisa disamakan dengan Arsen yang ada di hadapannya ini.

Di hadapannya, Arsen kembali terdiam meskipun senyuman itu tidak menghilang dari wajah tampan pria itu. Sejak beberapa hari ini, dia sudah berusaha untuk menahan diri agar tidak segera pergi meninggalkan tugasnya untuk mengunjungi tunangannya. Dirinya bahkan tidak sempat lagi membelikan hadiah untuk Elxyera sejak terakhir kali mengirimkan bunga mawar rubellite itu untuk tunangannya ini.

Dan apa yang ditunjukkan Elxyera padanya hanya seperti ini? Wanita ini tidak akan berkomentar tentang bunga yang dikirimkannya? Atau tentang surat yang dikirimkannya itu?

"Apa kau sudah menerima hadiahku, Elxy?" tanya Arsen balik pada sang wanita sembari menyeringai kecil. Pertanyaan itu membuat Elxyera terdiam kembali di tempat, dan pikirannya kembali memutar isi surat yang tersimpan dalam benaknya itu. Rasanya dingin, membuat bulu roma sang wanita berdiri. Padahal suasana di dalam kereta kuda ini biasa saja, dengan suhu yang normal pula.

Apa Arsen menanyakan tentang bunga mawar Rubellite itu? Atau tentang surat cinta yang dikirimkan padanya? Oh, Elxyera bahkan tidak pernah tahu bagaimana surat cinta itu karena tidak pernah mendapatkannya sebelumnya, sekalipun tidak pernah bahkan ketika Arsen menjadi tunangannya.

Elxyera berdehem sejenak, menutup sedikit bagian bawah wajahnya yang tersemu merah tanpa sadar. Berharap Arsen tidak terlalu sering memperhatikannya sekarang. Namun sialnya mata emas Arsen tidak teralihkan padanya, membuat rasanya Elxyera ingin menusuk mata pria itu karena kesalnya.

"Tentu, Yang Mulia. Bunga yang begitu indah, saya menyukainya. Terima kasih banyak atas hadiahnya," sahut Elxyera pada akhirnya mencoba menenangkan dirinya, seraya menganggukkan kepalanya perlahan. Sebagai tunangan yang baik, dia harus menunjukkan sikap yang baik pula, kan? Mungkin saat ini tidak terlihat, namun Arsen adalah sosok yang akan membuangnya di masa depan.

Elxyera tidak boleh lengah sedikit saja.

"Dan suratnya?"

Mata merah muda Elxyera mengerjap beberapa kali. Tubuhnya membeku seketika mendengar pertanyaan itu. Arsen menanyakan tentang surat yang di dapatkannya dalam buket bunga mawar itu? Awalnya Elxyera tidak percaya kalau Arsen yang menulis secara langsung surat itu. Arsen memang pekerja keras, namun selama ini Elxyera tidak pernah melihat Arsen begitu serius dalam menulis sesuatu.

Oh, dia tidak tahu bagaimana sikap Arsen pada Avyce. Namun selama bersama Elxyera, tidak sekalipun surat dikirimkan untuknya, bahkan hanya untuk menanyakan kabarnya saja. Semuanya di sampaikan secara lisan, dan Elxyera pun membalasnya secara lisan dengan perantara pelayan kerajaan yang membawakan semua hadiah formalitas itu untuknya di kediaman Cresentra.

Senyuman Arsen terukir semakin lebar ketika menyadari pipi Elxyera bersemu merah karena pertanyaannya. Tunangannya ini bahkan tidak bisa menjawab pertanyaannya yang baru. Tentu dia tahu, dia menulis surat itu dengan sepenuh hatinya sembari memikirkan malam indah yang dia lewatkan bersama tunangannya itu.

Sebut saja dirinya tidak sopan, karena memikirkan hal itu bahkan di tengah kesibukan kerjanya. Namun apa yang memenuhi pikirannya selama ini adalah kehadiran Elxyera di sisinya. Dia merindukan tunangannya itu.

"Ada apa? Apa kau tidak menemukan surat di hadiah itu? Apa pelayanku menjatuhkannya ya?" tanya Arsen lagi pura-pura bodoh. Dia ingin melihat bagaimana reaksi Elxyera mengenai itu, walaupun dia tahu tunangan manisnya ini pasti sudah melihat surat cinta itu.

Elxyera menjadi panik seketika. Tidak mungkin kan dia bilang kalau dia sudah membaca surat yang menurutnya memalukan itu. Bukan memalukan, kalau dia mendapatkan kasih sayang Arsen dari awalnya. Sayangnya dia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu dari Arsen di kehidupan sebelumnya sehingga dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Sa-saya menerimanya," cicit Elxyera kemudian. Mengakui sesuatu yang membuat pipinya merona begitu merah kemudian. Tentu saja dia malu, karena tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Apa Arsen benar-benar menggodanya? Kepala itu menunduk menghindari pandangan Arsen. "K-Kata-kata Anda sungguh indah."

Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru bertanya macam-macam?

Arsen rasanya puas mendengar jawaban itu, apalagi mendapatkan bonus melihat Elxyera yang semanis ini berusaha menghindari pandangan darinya. Cantik tentu saja. Dimata Arsen, Elxyera terlihat begitu cantik, tangannya pun terulur dan badannya condong ke depan sehingga dia sedikit berdiri dari posisi duduknya. Sudah cukup untuk mendekatkan sedikit wajahnya pada wajah Elxyera yang tertunduk menghindarinya.

Dia tidak akan membuat tunangannya menghindarinya seperti ini. Dia butuh perhatian Elxyera sekarang. "Aku senang...kau menerimanya."

Bisikan itu terdengar lembut, dan Elxyera segera mendongak ketika sadar Arsen sudah begitu dekat dengannya. Wajah pria itu terlihat begitu dekat, dan jantung Elxyera tidak bisa berbohong ketika itu berdetak semakin kuat. Dia bisa merasakan tangan Arsen yang besar dan dingin itu menyentuh sisi wajahnya yang panas.

Oh, Elxyera tidak tahu harus bagaimana lagi. Terkutuklah hatinya yang tidak bisa melupakan cintanya pada Arsen semudah itu. Mungkin saat pulang nanti, dia mungkin harus menemui penyihir untuk menghapus ingatannya. "Y-Yang Mulia, Anda....terlalu dekat..."

Bola mata Elxyera tertuju ke arah lain, walaupun kepalanya tidak bisa bergerak karena tertahan tangkupan tangan Arsen di sebelah pipinya. Dia tidak berani memandang pria di hadapannya ini, karena dia mungkin bisa mati lagi. Tapi tawa Arsen yang manis itu bisa kembali di dengar oleh sang gadis.

Apa yang sebenarnya Arsen ingin lakukan padanya?? Apa dia tidak tahu bahwa Elxyera saat ini masih merupakan seorang remaja? Walau di dalam tubuh ini, jiwa sang wanita jauh lebih muda dari usia tubuhnya.

Apa kejadian beberapa hari itu tidak cukup untuk sang pria??

"Tapi rasanya tidak cukup...kalau aku tidak melihatmu sedekat ini."

Jawaban itu terdengar lolos dari mulut Arsen. Pria itu begitu dekat, hingga Elxyera bisa merasakan nafas Arsen yang hangat menerpa wajahnya. Mata emas itu bahkan seolah menenggelamkan Elxyera dalam cahaya yang bersinar.

Jika dia mati, maka dirinya berharap Dewa tidak mempertemukannya dengan Arsen lagi. Pria ini terlalu berbahaya, bahkan hanya dengan pesonanya saja!

"Ya-Yang Muli--!"

"Arsen. Panggil aku Arsen, Elxy," potong Arsen dengan cepat kemudian, membuat mata merah muda sang wanita kembali terpusat pada Arsen dengan membelalak. Satu lagi penemuan baru yang membuat Elxyera menduga kalau Arsen benar-benar sudah gila. Sayangnya sebelum dia sempat memproses semuanya, dia melihat senyuman manis itu menghiasi wajah Arsen kembali ketika satu tangan lain Arsen bergerak ke bahu kiri Elxyera dan menarik sang wanita mendekat ke arahnya.

"Ap--u-uhmph!!"

Sesuatu yang lembut terasa menyentuh bibir Elxyera, dan tubuhnya seketika terduduk di sesuatu yang keras, tertahan pada satu posisi yang sama dengan kepala menunduk menyambut lembutnya bibir Arsen menyentuh bibirnya. Di saat itu pula sang gadis sadar bahwa Arsen menciumnya. Mata itu bisa melihat dekatnya wajah Arsen pada wajahnya, dan bibir yang saling tumpang tindih itu begitu lembut bertautan.

Tangan Elxyera yang berada di depan dada sang gadis pun bergerak berniat mendorong Arsen mundur, sadar dia terduduk di pangkuan Arsen sekarang. Namun tangan sang pria yang tadinya menyentuh pipi sang wanita pun teralihkan menggenggam erat kedua tangan Elxyera dengan mudahnya. Semakin menarik sang wanita dalam ciuman manis itu.

"Jangan menolak...Elxy. Tutup matamu dan...nikmatilah."

Suara Arsen terdengar di sela-sela ciuman itu, memberikan hantaran hangat ke seluruh tubuh Elxyera yang menegang dalam sentuhan sang pangeran. Apa Arsen benar-benar sudah gila karena pekerjaan? Atau ini semua memang hanyalah mimpi Elxyera setelah dirinya mati terbunuh?

Pria ini bahkan memanggil Elxyera dengan nama panggilan gadis itu sewaktu kecil. Rasanya hanya orang tuanya saja dan orang terdekatnya yang bisa memanggilnya seperti itu. Namun Arsen adalah putera mahkota, dan dia bebas melakukan apa saja yang diinginkannya walau Elxyera keberatan sekalipun.

Elxyera bisa merasakan bibir Arsen yang melahap bibirnya dengan intens. Sialnya itu membuat Elxyera terbuai dengan sentuhan sang pangeran yang membuat tubuhnya terasa panas. Sehingga mau tidak mau mata Elxyera pun tertutup dengan pikirannya yang kalut. Bibirnya bahkan diarahkan dengan baik oleh Arsen, ketika ciuman itu diperdalam dengan sesuatu yang menyusup masuk ke dalam bibirnya yang terbuka. Arsen melumat bibirnya dengan intens.

Kacau, semuanya kacau.

"Bagus sekali, Elxy...Kau manis sekali..."

Pujian itu ditangkap Elxyera ketika merasakan bibirnya dilepaskan Arsen. Rasanya basah dan panas, dan ketika matanya terbuka, dia bisa melihat wajah Arsen yang begitu dekat dengannya, merona tipis dan tersenyum manis melepaskan ciuman itu. Bibir sang pria bahkan terlihat merah, membuka sedikit.

Oh Dewa! Elxyera rasa dia tidak bisa hidup seperti ini! Bukan saatnya dia berpikiran begitu dan mengagumi salah satu ciptaan Dewa yang menggoda ini!

"Y-Yang Mulia, kita tidak--!"

"Arsen. Panggil aku Arsen. Apa aku harus memerintahmu agar kau...mau memanggilku dengan namaku, Elxy?" Ucapan itu terdengar dalam, dan tatapan Arsen lagi-lagi tertuju pada mata merah muda Elxyera yang terlihat indah. Arsen ingin mendengar tunangannya memanggil langsung namanya. Tanpa mempedulikan statusnya, mengabaikan dirinya yang adalah putera mahkota.

Elxyera di satu sisi terpana dengan permintaan itu. Kepalanya menggeleng dengan cepat seketika. Dua hal yang mengejutkan terjadi padanya, membuatnya syok. Ciuman itu terasa nyata di bibirnya, sehingga Elxyera yakin kalau dia memang berciuman dengan Arsen. Ditambah dengan permintaan Arsen agar dirinya memanggil langsung nama sang pria tanpa embel-embel gelar kehormatan tersebut.

"Tapi..."

Elxyera berada dalam posisi dimana dia tidak bisa menolak. Permintaan Arsen terlalu besar. Terlalu menyakitkan kalau Elxyera mendapatkan ini semua sekarang. Mengingat pria itu sudah dipastikan akan jatuh cinta pada Avyce di masa depan dan akan membuang Elxyera. Kenapa hukuman baru Dewa padanya harus semenyakitkan ini?

"Ar...sen."

Bibir Elxyera membuka perlahan, mengeluarkan suara yang begitu kecil menyebutkan nama sang pria. Tatapan sayu itu tertuju pada Arsen yang terlihat menganga seolah kaget dengan panggilannya sendiri. Namun Elxyera berani bersumpah dia bisa melihat binaran kebahagiaan di mata Arsen ketika sang pria mendengarnya memanggil namanya.

Kepala Arsen menunduk seketika, dan wajahnya tersembunyi di bahu kanan sang wanita dekat dengan lehernya, menghirup dalam-dalam aroma wanitanya ini. Begitu harum seperti bunga mawar Rubellite, begitu manis. Mengingatkan Arsen kembali ke hari dimana dia mengambil sesuatu yang berharga milik Elxyera.

Dia pun melepaskan tangan Elxyera yang ditahannya tadi, namun kemudian kedua tangannya bergerak melingkar di pinggang sang tunangan dan menarik Elxyera mendekat ke arahnya. Dia tidak ingin sang gadis berpindah dari duduknya. Dia bahkan bisa mendengar pekikan kaget Elxyera, namun dia ingin tetap seperti ini dulu.

Rasanya begitu melelahkan karena pekerjaannya. Namun melihat wajah Elxyera saja sudah membuat rasa lelah itu seolah terhapuskan.

"Lagi. Panggil namaku lagi," pintanya bergumam di bahu sang wanita. Pakaian Elxyera hari ini memang tidak terlalu terbuka. Namun leher sang wanita masih bisa dilihatnya, begitu menggoda. Membuatnya bertanya-tanya apakah tanda-tanda yang dia berikan di tubuh sang wanita beberapa hari lalu sudah sepenuhnya menghilang?

Baju ini, cocok untuk Elxyera. Dia hampir melupakannya, namun melihat sang wanita menggunakannya membuatnya yakin kalau ini adalah salah satu dari hadiahnya. Dia yang memilihkannya untuk Elxyera. Warna kesukaan Arsen, dan betapa bahagianya dia melihat wanitanya ini begitu cocok dalam balutan kain dengan warna kesukaan sang pria.

Di dalam dekapan Arsen, Elxyera bisa mendengar permintaan itu. Dia memang merasa canggung, karena tidak pernah sekalipun mendapatkan perhatian seperti ini dari Arsen. Namun pelukan itu terasa hangat, dan itu menyentuh hati sang gadis. Apa ini semua adalah perhatian yang juga akan ditunjukkan Arsen pada Avyce nantinya?

Dia tidak tahu kalau sang pria sebenarnya seagresif ini, namun begitu lembut di satu sisi. Mata Elxyera mengelam sesaat. Dia tidak pernah tahu. Kepalanya pun menunduk, menyandarkan dagunya di pucuk kepala Arsen dengan tangan yang melingkar di pundak sang pria. Meskipun canggung, dia harus menyesuaikan diri, kan.

Apapun akan dia lakukan agar bisa bertahan hidup dan melewati semua ini, alih-alih sadar bahwa ini hanya berlaku sementara hingga kehadiran Avyce. Dan sekali lagi Elxyera akan kehilangan semuanya, bahkan cinta yang tidak pernah dia dapatkan dari Arsen.

"Arsen," panggilnya lagi dengan lembut, memenuhi permintaan Arsen. Di kehidupan sebelumnya, dia tahu dia begitu mencintai Arsen. Namun sayangnya ini adalah sebuah kebodohan belaka pula. Siapa yang akan mengira kalau ini bisa bertahan lama? Tidak lama kemudian, Elxyera pun pasti akan kembali terabaikan dan dibuang.

"Hmm." Arsen bergumam lembut, memiringkan sedikit wajahnya menyentuhkan bibirnya pada leher Elxyera. Rasanya begitu puas mendengar sang gadis memanggil namanya. Bahkan tidak menyadari bahwa mereka masih berada di kereta kuda menuju ke suatu tempat yang menjadi tujuan Arsen. "Elxy, aku...merindukanmu. Sangat."

Kecupan lembut kembali diberikan Arsen di sisi leher kanan Elxyera, membuat sang wanita merinding seketika dengan sentuhan itu. Rasanya begitu aneh di tubuhnya, seperti hantaran listrik yang terpusat di tempat ciuman itu. "A-Arsen?!"

Seketika, gigitan pelan yang tidak menyakitkan dirasakan sang wanita di sana, dan apa yang diketahui Elxyera selanjutnya adalah lehernya pasti kembali ditandai oleh sang pria. Tangannya yang tertahan di depan dada Arsen pun berniat bergerak, ingin mendorong untuk melepaskan diri dari tahanan Arsen. Tapi suara sang pria sekali lagi membekukan tubuh Elxyera, membuat seketika rasa bersalah memenuhi dirinya.

"Tetaplah bersamaku, Elxy. Aku...mencintaimu."

Permintaan itu terdengar begitu jelas. Dan ketika dia menunduk, Elxyera bisa melihat Arsen yang kembali mendongak menatapnya, menyejajarkan wajahnya dengan wajah Elxyera.

Sebagaimana Elxyera tahu kalau Arsen akan membuangnya suatu saat dan sebagaimana dirinya tahu bahwa ucapan itu tidak lama lagi akan menjadi kebohongan belaka. Tatapan Arsen yang terlihat kesepian itu mencabik hati Elxyera.

Tangannya mencengkram kemeja sang pria dengan erat. Dan sang wanita tidak sempat membangun tembok pertahanannya untuk menolak itu semua ketika Arsen kembali menariknya ke dalam ciuman lain.

--🗝️--

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top