74. Ingatan yang Terlupakan

--🌸--

"Arsene!!"

Seruan seorang gadis dan pintu yang terbuka membuat pemuda berambut hitam di dalam ruangan sontak mendongak dan tersenyum menatap pintu ruangannya. Pemuda itu menyambut hangat kedatangan gadis muda berambut pirang itu dengan ceria, menatap kilauan indah di netra abu-abu peraknya yang manis saat dia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan penuh percaya diri.

"Ahh, selamat datang, Leticia. Sepertinya hari ini kau pun terlihat sangat senang." Pemuda itu, Arsene berkomentar dengan hangat saat wanita itu dengan lucu segera melompat duduk ke salah satu sofa di ruangan itu, menatap sang pemuda yang lebih tua darinya tengah duduk di kursi kerjanya dengan menghadapi berbagai macam dokumen yang ada di atas meja. Sejenak wajahnya merengut melihat pria itu nampaknya sibuk dengan apa yang dia kerjakan di mejanya.

"Tentu saja, soalnya aku kan bisa bertemu setelah berbulan-bulan tidak bertemu!" serunya dengan senyuman yang terlihat cerah membuat wajah cantiknya berseri -seri dengan manisnya. Tapi saat melihat apa yang dilakukan sang pria dalam ruangan itu, wajah senang itu sontak berubah dengan cepat menjadi wajah cemberut.

"Tapi k au baru saja dapat izin pulang dari perguruan tinggi dan sekarang saat pulang lagi harus sibuk dengan pekerjaanmu ya, Arsene." Bibir Leticia mengerucut lucu disana, mengesampingkan dalam hal ini dia tidak mengganggu pekerjaan Arsene, dia tahu pria itu nampaknya sudah berhadapan dengan apa yang dia kerjakan itu sejak pagi ,bahkan mungkin dari sebelumnya, kan!

Itu membuat Arsene sedikit tertawa pelan, walaupun nyatanya ucapan Leticia memang tidak salah dengan hal itu, dia tidak bisa mengabaikan tugasnya juga. Walaupun sedang menempuh pendidikan di Akademi, Arsene tahu kalau dalam hal ini tidak lama lagi dia akan segera lulus dan dia harus mengambil perannya dalam keluarganya juga, terutama karena keluarganya merupakan bagian dari para petinggi klan di bawah keluarga Blanchius.

"Kau memang yang paling mengerti diriku, Leticia. Tapi kau sendiri tahu kan aku tidak bisa mengabaikan ini. Tidak lama lagi aku akan lulus dari akademi dan setelah itu akan memiliki peran tertentu dalam keluargaku untuk melayani klan tertinggi. Kau yang merupakan bagian dari itu juga sangat mengerti, kan. Walaupun aku lebih menantikan dirimu untuk masuk akademi."

Arsene terkekeh lembut saat melihat wajah Leticia tambah cemberut saat mendengarkan ucapannya. Belum lagi keluarga mereka memang cukup penting dalam perkumpulan klan tersebut, walaupun usia muda mereka membuat mereka awalnya masih teralihkan dari tugas penting. Tapi tidak lama lagi Arsene akan lulus dari Akademi sedangkan Leticia sendiri tidak lama lagi akan segera menuntut ilmu di Akademi.

"Hnn...Arsene benar sih..." lirih Leticia sambil mengangguk pelan, dia pun berdiri dari duduknya, mendekat ke arah meja kerja Arsene dan meraih beberapa berkas yang ada disana. Dari yang terlihat jelas, itu adalah berkas yang berkaitan tentang urusan keluarga Arsene, tentu saja. Tentunya juga dalam peran keluarga pria itu dalam perkumpulan klan. Terutama untuk melayani pemimpin perkumpulan, klan tertinggi, Blanchius.

Terutama Leticia yang mengingat peran keluarganya, keluarga Terrayne yang juga merupakan salah satu dari keluarga petinggi yang melayani pemimpin klan, Klan Blanchius.

Hanya saja mengingat terkait Blanchius sendiri, Leticia terdiam disana. Gadis itu tidak banyak berkata apa-apa. Sejak mengingat usia 14 tahun ini, dia sudah mulai semakin aktif ikut peran orang tuanya dalam berbagai macam kegiatan klan. Walaupun nyatanya hubungannya sendiri dengan Ivarios tidak terlihat sedekat dulu, dia masih sering bertemu dan membentuk hubungan baik dengan Ranchy, adik Ivarios.

Bahkan kalau dipikir-pikir, Leticia bahkan lebih dekat dengan Arsene sekarang daripada Ivarios lagi. Ahh, itu jadi membuat Leticia tentu saja selalu khawatir pada Ivarios juga, pria itu selalu memaksakan dirinya bagaimana pun juga walaupun sekarang tidak banyak orang yang tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pria itu sendiri dalam hatinya.

Ivarios semakin lama semakin menutup diri, bahkan pada Ranchy sendiri. Bahkan pada Arsene yang adalah sahabat Ivarios sendiri juga. Setahu Leticia, Ivarios juga masuk akademi dan berada di angkatan yang sama dengan Arsene. Sayangnya Leticia tidak bisa melihat dari dekat karena tidak berada di Akademi, tapi dari Arsene setidaknya dia sering tahu keadaan Ivarios baik-baik saja walaupun pria itu memiliki beban yang sangat berat untuk kelak menggantikan posisi ayahnya nanti.

"Lagi-lagi kau melamun..."

Ucapan lembut itu membuat Leticia sejenak mengerjap, matanya menatap sosok Arsen yang berada di depannya, masih duduk di kursinya namun sudah mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Leticia dengan penuh kelembutan. Ah, kehangatan tangan Arsen membuat sejenak Leticia teralihkan kembali dan fokus pada sang pria disana, sebelum akhirnya pipinya sedikit bersemu merah dan tangannya naik menyentuh tangan Arsene.

"Hnn...soalnya Arsene selalu mengkhawatirkan sih. Lama-lama kau sudah jadi sama sibuknya dengan Ivarios. Bagaimana jadinya kalau nanti kau tidak lagi bisa bermain denganku karena terlalu sibuk?"

Leticia justru melontarkan ucapan itu saat melepaskan tangan Arsene dari pipinya. Dia memutar tubuhnya, menyandarkan tubuhnya pada pinggiran meja untuk membelakangi Arsene walaupun kepalanya sedikit menoleh menatap sang pria yang kembali tersenyum tipis dengan pandangannya yang selalu terlihat lembut dan penuh kehangatan.

Setelah beberapa tahun mengenal Leticia dan tentunya Ivarios juga , Arsene jelas mengerti kalau Leticia sudah mengenal Ivarios dan Ranchy sebelum kedua sosok itu masuk dalam naungan keluarga Blanchius sendiri. Mengsampingkan ya, keluarga Terrayne memang adalah klan yang bertanggung jawab atas kota kecil tempat Ivarios dan Ranchy hidup bersama ibunya dulu sebelum bertemu dengan sang pemimpin klan tertinggi.

"Apa kau masih marah pada Ivarios?" tanya Arsene dengan lembut, dia tahu semakin lama hubungan Leticia dan Ivarios memang tidak dapat dikatakan baik. Terlepas dalam hal ini didasari dengan Ivarios yang menarik diri dari banyaknya orang di sekelilingnya. Terutama dalam hal ini adalah Leticia sendiri.

Terkadang Arsene juga tidak tahu apa yang dipikirkan oleh sahabatnya itu, dia sendiri merasa cukup beruntung bisa mendampingi Ivarios di sisi pria itu sebagai sahabat dan juga rekan di akademi, walaupun Ivarios juga tidak banyak bicara kalau Arsene membicarakan Ivarios, tapi di sisi lain Ivarios tidak pernah terlihat enggan mendengar pembahasan Arsene kalau pria itu memberitahu kabar Leticia.

Ivarios mungkin terlalu sibuk dengan berbagai macam urusannya sedangkan dalam hal ini usia Leticia masih cukup muda untuk mengerti bagaimana beban berat itu ada pada Ivarios.

Tidak, sesungguhnya di usia semuda ini Leticia pun sudah cukup mengerti dengan beban berat Ivarios, dan Arsene mengerti itu. Itulah mengapa...Leticia marah pada Ivarios, kan.

"Aku tidak membencinya, tapi marah juga adalah bagian dari kepedulian seorang sahabat, kan," ujar Leticia saat kepalanya menatap lurus ke arah pintu, netranya kembali terlihat sedikit kosong seolah memikirkan sesuatu disana, terlepas dalam hal ini dia memang mengakui bagaimana dia begitu peduli pada Ivarios disana.

Tapi bagaimana pun juga sahabat akan tetap menjadi sahabat, Leticia tidak akan mengatakan dia membenci Ivarios hanya karena pria itu mendorongnya menjauh dan menutup dari diri orang lain.

Arsene saja bisa berada di sisi pria itu untuk mendampingi dan menjadi rekan Ivarios, pastinya Leticia juga harus bisa, kan.

"Karena itu aku harus berjuang dan belajar dengan baik agar Ivarios mau mengakuiku juga sebagaimana dia mengakuimu dan juga Ranchy agar bisa berada di sisinya, kan."

Mendengar ucapan Leticia yang terdengar sangat serius itu, Arsene sebenarnya sudah sangat mengerti bagaimana kepedulian Leticia itu sangat besar pada Ivarios disana. Wanita itu bahkan tidak mengelak apapun dan sadar kalau dia harus mengembangkan kemampuannya untuk bisa berdiri sejajar bersampingan dengan Ivarios.

Ahh...entah mengapa itu membuat Arsene sedikit...iri pada Ivarios...

"Haha, Leticia memang sangat kuat ya."

Tawa pelan pun lolos sekali lagi dari mulut Arsene, tentunya itu bukan sebuah tawa yang terdengar mengejek. Namun dalam hal ini Arsene jelas tahu bagaimana kegigihan Leticia disana. Dia sudah berada di sisi wanita itu sejak mengenalnya sejak usia Leticia 10 tahun, pertemuan yang tidak disengaja di sebuah acara perkumpulan klan bertahun -tahun yang lalu, tapi Leticia selalu saja bisa membuatnya terkagum-kagum pada gadis itu.

"Kalau begitu aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu dan membantumu sebaik mungkin, kan."

Mendengar ucapan Arsene, Leticia pun berbalik dan menatap netra indah pria itu sejenak, sebelum akhirnya dia pun tersenyum lembut dan tertawa pelan.

"Hehe, kalau seperti itu tentu akan membuatku sangat bersemangat!" seru Leticia, kembali menegakkan tubuhnya dan meregangkannya sedikit. Hanya saja, bukannya pergi duduk kembali di sofa, wanita itu memutar tubuhnya bergerak ke sisi kanan ruangan tersebut, dia mendekati sebuah rak khusus yang digunakan untuk menyimpan sebuah senjata.

Ya, itu adalah pedang milik Arsene yang terpajang disana, namun gadis itu meraihnya dan mengenggamnya dengan tenang di tangan kanannya sebelum kembali mendekati Arsene yang masih terduduk di kursinya.Dia meraih tangan kanan Arsene dan menariknya lembut.

"Kalau begitu untuk dukungan pertama Arsene, kau harus mengajariku banyak hal kan! Bagaimana dengan mengajariku latihan berpedang untuk persiapanku masuk akademi juga?" tanya wanita itu dengan wajah nya yang penuh keceriaan dan penuh semangat. Dia bahkan tidak melepaskan tangan Arsene yang digenggamnya, membuat sang pria yang pada akhirnya tidak bisa lagi mengelak dengan alasan pekerjaan yang harus dia selesaikan itu membuatnya pun tertawa pelan sekali lagi.

"Ahh, hahaha, baiklah, baiklah, tuan putriku. Kali ini kau pemenangnya."

Arsene pada akhirnya membalas dengan nada bercanda yang terdengar lembut, namun pria itu pun akhirnya melepaskan pena bulunya dan akhirnya berdiri dari kursinya. Tangannya yang digenggam pun beralih membalas genggaman Leticia, sedangkan tangan kirinya pun naik mengusap kepala Leticia dengan penuh kelembutan.

Ah, ya, bagaimana pun juga Arsene akan selalu membantu Leticia bagaimana pun itu, dan dia tidak akan pernah mengecewakan gadis itu. Apapun yang terjadi.

--🌸 --

"!!"

Netra Elxyera sontak membuka dengan cepat. Rasanya sesak dan sakit, namun Elxyera sama sekali tidak bisa bergerak dalam posisinya saat tersadar seolah dirinya baru saja bangun dari sebuah mimpi panjang. Wanita itu bahkan tidak tahu harus bagaimana dalam posisinya ini. Mengingat apa yang sesungguhnya dia lakukan bukanlah sesuatu yang disengaja. Apa yang menarik perhatiannya adalah cincin yang dimiliki oleh Ranchy.

Tapi...mengapa itu justru membuatnya berada di sini sekarang?

Aih-alih berada di kamarnya, Apa yang pertama kali dia lihat saat membuka mata sekarang adalah dunia hitam yang mengelilinginya. Terasa begitu familiar, apalagi...karena sekarang dia bisa melihat dnegan jelas, pohon besar yang tumbuh besar di tengah ruangan hitam itu berdiri kokoh di hadapannya.

"Mimpi apa itu...tadi?" gumamnya saat merasakan kepalanya yang sakit, sebuah kilasan...tidak, itu sama sekali bukan kilasan. Entah mengapa dirinya tadi seolah berada dalam dimensi yang berbeda, berinteraksi sebagai sesosok lain dan berinteraksi bersama...orang lain yang terasa sangat familiar.

Tapi...entah mengapa saat dia mencoba mengingatnya, dia sama sekali tidak bisa mengingat dengan baik apa yang dia lakukan dalam mimpi itu dan dengan siapa dia berkomunikasi.

Hanya saja bukan itu saja dia mengenali tempat ini. Ini adalah tempat dimana dia bertemu dengan Ivarios pertama kali. Bedanya, pria itu tidak ada disini bersamanya sekarang.

Dan...

Pohon besar di depannya itu...entah mengapa terlihat berbeda.

Harusnya itu memiliki warna daun perak yang begitu indah dan lebat, kan. Bahkan keindahan dan kemegahan dari lambang pohon perak yang menawan itu tidak bisa dikalahkan dengan pesona apapun itu.

Tapi mengapa...apa yang tumbuh di hadapannya ini adalah...sebuah pohon besar dengan batang berwarna hitam dan garis garis merah, serta dedaunan berwarna hitam berpadu merah yang berpendar layaknya...sebuah jantung yang berdegup disana?

"Apa itu...pohon Blanchius...?"

Elxyera tidak tahu apakah ini adalah bagian dari mimpi atau bagaimana, tapi Ivarios sendiri berada di dunia kan, jadi...apa ini benar adalah dunia dimana dia pertama kali bertemu dengan Ivarios?

"Tapi mengapa warnanya terlihat berbeda...?"

Elxyera mencoba mendekat, walaupun langkahnya pelan dan hati-hati, sejauh mata memandang dia hanya bisa melihat sebuah kegelapan yang melingkupi dirinya dan tempat itu, kecuali pohon yang nyaris menyatu dengan warna sekitar kalau saja warna merah yang mengalir layaknya nadi yang memenuhi pohon itu tidak berpendar disana.

Warna ganjil yang tidak terasa asing namun juga di sisi lain terasa tidak biasa. Entah mengapa pohon itu seolah menarik perhatiannya untuk mendekat dan menyentuhnya, walaupun dalam hal ini

"Ahh...akhirnya kau datang."

Sebuah suara yang terdengar sontak membuat Elxyera tersentak di tempat, Tangannya yang terangkat berniat menyentuh daun hitam dari pohon itu berhenti beberapa senti sebelum benar-benar menyentuh helaian daun yang indah namun kelam itu, karena matanya seketika terfokus pada sekeliling untuk mencari asal suara itu.

"Siapa??"

Elxyera menoleh ke kanan kiri untuk melihat sosok yang berbicara padanya disana, tapi tidak ada siapapun selain dirinya saja. Walaupun nyatanya suara tadi terdengar seolah menggema di tempat itu, Elxyera tidak menemukan siapapun disana. Walaupun pertanyaannya justru disambut dengan tawa kecil yang seolah menyebar dari segala arah di tempat itu.

"Tidak perlu terburu-buru..." suara itu memperingatkan, walaupun dalam hal ini tidak menunjukkan sosoknya pada Elxyera sendiri. Seolah sedang mempermainkan wanita itu atau di sisi lain ucapannya memang benar kalau Elxyera tidak perlu terburu-buru. Tapi bukannya menenangkan Elxyera, itu justru membuat wanita itu melangkah mundur menjauhi pohon hitam itu karena warna garis merahnya entah mengapa terlihat semakin terang namun juga kelam.

Ini tidak baik.

Elxyera tidak tahu siapa yang berbicara padanya itu, tapi...entah mengapa suasana disana terasa semakin mencekam dan berat, Elxyera bahkan merasa sangat sulit untuk mulai bernafas di ruangan itu seolah tempat itu dilingkupi dengan udara berat yang tak terlihat oleh mata.

"Bagaimana aku bisa tenang dalam keadaan ini? Apa kau yang membawaku ke sini??"

Elxyera kembali mencoba mencari jawaban sambil melihat sekeliling, wajahnya kembali terlihat waspada memperhatikan walaupun tidak ada tanda-tanda kehadian seseorang di sekelilingnya. Terlebih lagi dalam hal ini suara itu...sama sekali bukan suara Ivarios.

Walaupun entah mengapa suara itu...terdengar sangat familiar bagi Elxyera namun dia tidak bisa mengingatnya.

"Ahh..aku tidak menyangka kau akan menuduhku begitu tapi ya...mungkin ucapanmu tidak sepenuhnya salah," balas suara itu dengan tenang, walaupun sadar keadaan Elxyera mungkin mulai panik, sosok tak kasat mata itu bahkan tidak repot-repot untuk menunjukkan sosoknya untuk Elxyera disana.

"Tapi ya...aku akui karena hal itu, itu jadi cukup membantuku juga dalam situasiku ini," komentar sang suara lagi seolah dia sedang berbicara sendiri dan memuji sesuatu yang dapat membantunya, bahkan dilengkapi dengan tawa pelan setelahnya yang membuat tubuh Elxyera merinding.

Entah mengapa sang wanita semakin merasa tidak nyaman. Kondisinya yang terkurung disini, terlepas dalam hal ini tidak ada yang terlihat di sisinya, suara itu seolah siap memenuhi kepalanya--

"Kau--!"

"Tapi tenang saja, kau tidak perlu khawatir."

"!!"

Elxyera membelalakkan matanya saat mendengarkan ucapan yang kembali berkomentar itu, walaupun sosok itu seolah berniat untuk menenangkan Elxyera, wanita yang terlihat panik itu sontak terkejut saat melihat apa yang terjadi pada pohon hitam di depannya itu. Bentuknya semakin tinggi, rantingnya semakin panjang menjulang dan daunnnya semakin lebat.

Elxyera jelas tahu kalau itu adalah sesuatu yang cukup gawat---tidak, ini sangat gawat.

Aura itu jelas bukan aura dari Ivarios sang Dei Blanche.

"Pohonnya--! Apa yang kau lakukan?"

Elxyera tidak tahu harus bagaimana dalam situasi ini, tapi bukannya menjawab , sosok itu hanya terdengar tertawa disana sebagai balasan atas ucapan dari Elxyera. Membuat wanita itu sontak berbalik, berniat berlari dari sana walaupun pada akhirnya aura yang mengelilinginya terasa semakin berat.

Elxyera tahu dia tidak bisa diam disini! Dia hanya sendirian disini dan tidak ada orang lain di sekitarnya!

"Ahh...kau tidak boleh kabur begitu saja~! Padahal ada hal yang harus dilakukan dulu!"

"Jangan mendekat!"

Seruan Elxyera terdengar saat dia menoleh dan melihat sulur-sulur pohon yang panjang itu seketika memanjang dan mengejarnya, walaupun Elxyera sudah berlari sejauh mungkin, pada akhirnya apa yang terlihat di depannya hanyalah kegelapan. Karena itu pada akhirnya dia mengulurkan tangannya dan seketika cahaya hijau lembut seketika keluar dan membuat dinding pelindung tipis yang pecah bertabrakan dengan sulur hitam itu walaupun seketika menghancurkan sulur hitam itu juga.

"!!"

"Ahh...pada akhirnya kau bisa menggunakannya kembali."

Bukannya marah karena nampaknya sulur pohon dari suara itu terlhat hancur, suara itu justru kembali terkekeh seolah mengagumi bagaimana kemampuan yang ditunjukkan Elxyera untuk menghentikan itu.

Sayangnya...

"Sayangnya kau...tidak akan bisa kabur kemana-mana."

"!!"

Netra Elxyera membelalak terkejut saat di ujung sana, tepat pada pohon besar itu, memperlihatkan semua sulur hitamnya yang seketika memanjang dan seketika melingkupi tubuh Elxyera seolah mengurung wanita itu disana.

"Jangan lari dariku, -------"

----

"Tuan Ranchy!!"

Irvette seketika memanggil dengan keras saat menyadari situasi di sekeliling mereka berubah. Aura udara nampak terlihat berbeda dan tidak lama kemudian sebuah pusaran yang berbentuk bola transparan seketika mengelilingi tempat tidur Elxyera disana.

Ah, sial. Itu yang terpikirkan dalam benak Ranchy saat matanya menatap apa yang terbentuk di hadapannya begitu melihat tubuh Elxyera mengeluarkan pendaran warna yang tidak asing, dengan aura hijau tipis yang seketika perlahan-lahan mulai membentuk sesuatu yang asing namun tidak bisa pada tubuh Elxyera sendiri.

Sekarang, apa yang terlihat di depan mereka adalah sebuah dinding pelindung besar yang sontak membuat apapun yang ada di dalam dan luar dinding pelindung yang mengelilingi tempat tidur Elxyera itu mengeluarkan aura udara yang seketika memenuhi ruangan layaknya tiupan angin yang sangat kencang dan membuat seisi ruangan jadi berantakan.

"Tuan putri Elxyera! Sadarlah!!" Ranchy berusaha memanggil Elxyera dengan sekuat tenaga saat matanya memandang ke depannya, melihat bagaimana dalam hal ini aura hijau tipis yang menyelimuti tubuh Elxyera nampak terlihat berbeda disana.

Ah, tidak, ini adalah salahnya. Andaikan Ranchy sedikit berhati-hati tadi, tidak seharusnya ini akan terjadi. Belum lagi...Ranchy menyadari sesuatu yang sangat tidak biasa dari Elxyera, namun ini bukan saatnya untuk memikirkan ini dan itu disana. Aura Elxyera perlahan lahan seolah berubah dan bercampur dengan sesuatu yang...sangat berat.

"Apa yang harus kita lakukan, Tuan Ranchy?? Tubuh Lady Elxyera tidak terlihat baik!" seru Irvette di sisinya yang menatap khawatir saat melihat aura yang semakin besar dalam diri Elxyera tapi...Ranchy yakin satu hal saat matanya menatap tubuh Elxyera, Irvette pasti tidak bisa melihat itu.

"Apa...itu...?"

Aura hitam seketika memenuhi tubuh wanita itu, seolah melingkupinya dan terlihat sulur sulur hitam kecil seolah keluar dari dada kanan wanita itu, seolah keluar dari jantung wanita yang berdetak...

"Awas!!"

"Ahhh!!"

Ranchy dengan cepat menarik tubuh Irvette dalam pelukan yang erat dan menciptakan dinding pelindung sedetik lebih cepat sebelum akhirnya sulur yang keluar dari tubuh Elxyera terlihat memanjang dan bergerak bagaikan cambuk yang seketika meretakkan dinding di belakang nya dan Irvette. Sulur itu sempat menghantam ke arah Ranchy dan Irvette, namun dinding pelidnung Ranchy berhasil melindungi mereka sehingga serangan itu melenceng ke arah dinding di belakangnya.

"A-apa--apa itu, Tuan Ranchy??"

Sang pelayan, Irvette yang jelas tidak bisa melihat sulur hitam itu membelalak terkejut saat menyadari dinding di belakangnya telah retak seolah terkoyak oleh sebuah cambukan besar yang mengerikan, tapi dalam hal ini tidak ada yang bisa melihat jelas selain Ranchy sendiri saat matanya mendapati sulur layaknya sulur mawar berwarna hitam muncul dari dada Elxyera, memanjang dan memekarkan bunga bunga berwarna hitam.

"Sial...."

Ranchy tidak tahu bagaimana ini dapat terjadi... tapi jelas...keadaan Elxyera tidak terlihat baik-baik saja disana. Suasana ruangan sendiri sudah terlihat kacau dengan aura angin kuat yang bagaikan angin tornado memporakporanda ruangan itu disana. Tapi dalam hal ini Ranchy tidak bisa keluar begitu saja atau dia bisa membahayakan orang lain di mansion ini, dan dia tidak bisa menyerang Elxyera begitu saja karena bisa melukai wanita itu.

Belum lagi sulur sulur hitam mawar berduri yang bagaikan mekar dari tubuh Elxyera itu...

Kalau begini...

"Aku tidak punya pilihan lain..."

Ranchy tidak punya banyak pilihan disana, dia tahu betul bagaimana dan bagian apa yang harus dia lakukan disini. Dia tidak bisa membahayakan orang lain tapi tidak bisa berpikir sepenuhnya untuk tidak melukai Elxyera.

Satu hal yang paling penting dia lakukan adalah menghentikan wanita itu.

Tidak, dia harus menghentikan sulur hitam aneh itu. Karena jikalau tidak, Ranchy sadar apapun sulur hitam itu, dia seolah telah berusaha melahap Elxyera sepenuhnya disana.

"Tuan Ranchy, apa yang akan anda lakukan??"

Irvette yang berada dalam pelukan di sisi Ranchy sontak mendongak dan melihat Ranchy di sampingnya. Dinding pelindung perak milik pria itu masih tercipta disana, namun seketika sulur sulur petir berwarna ungu pucat bercampur perak terlihat mengelilingi tubuhnya. Dia sudah berusaha untuk menahan kekuatannya untuk batas terendah, dan dalam hati berharap kalau dengan menggunakan ini, setidaknya bisa bisa meminimalisir serangan yang akan terkena langsung pada tubuh Elxyera.

Setidaknya dia hanya perlu menfokuskan diri pada sulur hitam itu...

Ya, hanya itu...

Tapi sebelum dia sempat mengulurkan tangannya untuk mengarahkan serangan panah aliran petirnya pada sulur yang kembali melesat cepat ke arahnya dan Irvette, Ranchy sontak mendengar sebuah suara besar lain yang sontak membuatnya mendengarkan ucapan itu.

"Menunduk!!"

Dengan cepat Ranchy menarik tubuh Irvette untuk menunduk, membiarkan sulur hitam itu melekat di atas mereka ke arah belakang, jelas melesat begitu cepat pada pemilik suara tidak asing yang terdengar karena sesaat kemudian kamar Elxyera dipenuhi dengan percampuran aura hijau, hitam dan merah yang berpendar layaknya ledakan kecil petir yang menyambar - nyambar di dalam ruangan itu.

Tapi disana, Arsene terlihat sudah berada di ruangan dekat pintu kamar Elxyera yang terbuka, menghunuskan pedangnya mengarah pada sulur hitam yang semakin lama semakin memekarkan bunga-bunga hitam merah yang banyak disana. Netra emas pria itu menatap tajam sulur sulur hitam yang semakin banyak memekarkan bunga itu, dan dia tahu dia tidak bisa terus membiarkan hal itu terjadi karena inang dari sulur ini...jelas berpusat pada Elxyera yang terbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur wanita itu.

"Beraninya kau...memanfaatkannya..." geram Arsen dengan nada yang menahan amarahnya. Tubuhnya seketika diselimuti aura hitam yang jauh lebih pekat namun membuat aura berat di ruangan itu terasa semakin berkurang. Terlepas entah pada siapa geraman itu dilontarkan oleh Arsen, pria iitu tanpa ragu mengayukan pedangnya ke samping untuk memotong sulur terdepan yang bertabrakan dengan pedangnya sehingga itu jatuh ke lantai dan menguap layaknya asap hitam.

Tanpa berpikir panjang, Arsen berlari ke depan dengan cepat, memotong bunga-bunga merah hitam yang tumbuh di sulur itu bersama dengan sulurnya untuk menghancurkannya. Sehingga tidak membutuhkan waktu lama, pria itu pun langsung berhadapan dengan dinding pelindung yang mengelilingi tempat tidur Elxyera untuk melindungi wanita itu di dalam sana.

"Ugh!!"

Rasanya pedang Arsen sangat berat saat itu bertabrakan dengan dinding pelindung berwarna hijau tipis itu. Tapi dalam hal ini dia sangat tahu kalau kekuatan ini memang sangatlah kuat karena tujuannya memang adalah untuk melindungi.

Lagipula Arsen yang paling tahu terkait kekuatan dengan aura hijau yang lembut ini.

'Aku tidak akan menyakitinya...percayalah padaku kalau aku ingin melindunginya...'

Arsen membatin, dan bersamaan dengan hal itu, entah suara hatinya yang terdengar, perlahan hantaman pedangnya pada dinding itu seketika membuatnya retak dan hancur berkeping keping. Bersamaan dengan itu, aura udara yang tidak stabil itu pun menghilang, mebuat benda benda yang berterbangan karena tornado itu pun jatuh ke lantai.

Dengan cepat Arsen berlari maju kembali, memotong sisa sisa sulur pendek yang seolah mencoba beregenerasi keluar dari dada kanan Elxyera.

Tapi berkat pedang Arsen yang dengan cepat berayun, dia sama sekali tidak memberikan kesempatan itu dan menebasnya tanpa melukai Elxyera. Menyisakan...sebuah bunga yang terlihat mekar dari dada kanan Elxyera disana.

Itu...bunga eden, walaupun...bunga itu terlihat memiliki warna hitam pekat berpendar merah yang terlihat aneh. Tapi tatapan dingin Arsen pun terlihat tertuju pada bunga itu seolah menunjukkan kebenciannya itu pada bunga itu.

"Aku tidak akan membiarkanmu memanfaatkannya, enyahlah..." Tanpa pikir panjang Arsen mengarahkan tangannya di atas bunga itu, dan aura hitam seketika keluar dari sana dan membakar bunga itu hingga lenyap disana.

Bersamaan dengan itu juga, tubuh Elxyera terlihat tersentak dan wanita itu menarik nafas kuat.

"Elxy!"

Arsen melepaskan pedangnya, tidak peduli benda itu jatuh ke lantai, kedua tangannya langsung meraih tubuh Elxyera dengan hati-hati dalam pelukannya saat dia menyadari sang wanita terlihat menarik nafas kuat seolah kesulitan bernafas dan terbatuk disana.

Sial, andaikan Arsen menyadarinya lebih cepat, ini tidak mungkin terjadi pada Elxyera, walaupun hal ini dapat terjadi pastinya karena ada pemicu lainnya. Dia sontak mendekatkan kepalanya ke dada Elxyera untuk mendengar detak jantung wanita itu.

Dan betapa leganya dia saat masih mendengar detak jantung wanita itu disana. Walaupun Arsen tidak tahu pasti apa yang menyebabkan hal tadi terjadi pada Elxyera.

Tapi daripada memikirkan pemicu itu sekarang, dia terlihat lebih fokus pada keadaan Elxyera saat dia mendengar wanita itu melirih pelan dengan igauan yang awalnya tidak terdengar jelas.

"--sen--..."

Ahh...Arsen yakin telinganya tidak salah menangkap nama itu yang terdengar sangat kecil. Karena saat dia memundurkan kepalanya untuk melihat wajah Elxyera dengan lebih dekat, dia sontak merasakan sentuhan lembut di pipinya oleh tangan kecil Elxyera yang lembut dan hangat.

Tapi pada akhirnya, mata Arsen tidak bisa teralihkan dari netra yang indah itu di mata Elxyera, karena mata kanan Elxyera pun terlihat berwarna kristal abu-abu yang terlihat sangat familiar dalam ingatannya, berpadu dengan mata kiri Elxyra yang berkilau merah muda rubelitte dengan lambang perak berbentuk bunga eden perak di tengah mata kiri wanita itu.

"Arsene, aku...merindukanmu..."

--🌸--



[Halo, kembali lagi bertemu dengan saya! ╰⁠(⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠'⁠꒳⁠'⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠)⁠╯
Sebelumnya saya minta maaf ya karena membuat kalian menunggu begitu lama untuk kelanjutan cerita ini. Tidak terasa ternyata sudah setahun lebih berlalu. (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠) walaupun saya tidak bisa janji untuk cepat update, setidaknya saya akan berusaha untuk mencoba update secara rutin lagi mulai sekarang kalau tidak ada kesibukan. (⁠ ⁠⚈̥̥̥̥̥́⁠⌢⁠⚈̥̥̥̥̥̀⁠)

Maafkan saya juga yang tidak sempat membalas komentar komentar kalian semua sebelumnya juga dan terima kasih banyak karena selalu mendukung cerita ini sampai sekarang ya. (⁠づ⁠。⁠◕⁠‿⁠‿⁠◕⁠。⁠)⁠づo⁠(⁠(⁠*⁠^⁠▽⁠^⁠*⁠)⁠)⁠o

Walaupun entah apakah ada yang masih menantikan kisah ini atau tidak, semoga kalian bisa menikmati chapter baru kali ini! ╰⁠(⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠'⁠꒳⁠'⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠)⁠╯

Selamat membaca dan bahagia selalu ya! Terima kasih banyak! (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top