70. Kecurigaan Optivus

-- 🔹🗝️🔸--

"Ivarios Blanchius."

Gumaman itu keluar dari mulut Haven entah yang keberapa kalinya hari ini. Matanya memandang ke depan, melihat ke arah patung sang Dewa Blanche yang berada di tengah depan panggung kuil suci utama itu. Sejak...beberapa hari berlalu saat pertemuannya yang terakhir dengan sang Putra Mahkota, nama itu memenuhi pikiran Haven.

Kenyataan bahwa nama itu saja sama sekali tidak terasa asing bagi Haven, bahkan sang pria sendiri yakin pernah mengingatnya. Tentu...dalam beberapa hal yang pernah dia pelajari dalam sejarah sekalipun dan beberapa hal yang tercipta dalam benaknya sendiri.

Nama Blanchius itu...adalah salah satu nama klan terdahulu saat dunia masih terpecah-pecah dalam beberapa pembagian klan besar yang menjadi dalam utama peperangan di masa lampau. Namun setelah perdamaian terjadi, nama-nama klan di masa lalu itu bercampur melebur menjadi satu dalam berbagai keberagaman dan keindahan warna yang menunjukkan perubahan dunia menjadi lebih baik.

Dan lagi...apa hubungannya nama itu dengan salah satu bahasa terdahulu yang jadi mengingatkannya pada satu hal utama yang pernah ditemukannya pada peninggalan suci dewa lampau juga.

"Dan juga, salah satu bahasa kuno juga...bernama bahasa Blanchius...," gumam Haven, teringat akan hal yang dia pelajari dalam sejarah. Sesungguhnya, itu adalah sesuatu yang tidak umum dipelajari di zaman sekarang. Apapun yang berkaitan dengan peperangan masa lampau yang begitu keji seharusnya tertutup rapat-rapat sebagai aib dari dunia dan kelalaian Dei Blanche sendiri.

Meskipun secara garis besarnya masih diceritakan turun temurun agar mencegah hal yang sama terjadi kembali di masa kedamaian ini.

Ah, kepala Haven saja sudah sakit saat memikirkan itu. Tapi mengingat betapa mengejutkan apa yang terjadi pada sang putra mahkota beberapa hari lalu, Haven memilih untuk menyelidikinya sendiri.

Dan lihat sekarang, apa yang tengah terjadi pada Putra Mahkota setelah pulang dari kuil utama ke kaisaran kembali. Pria itu jatuh koma karena ketidakstabilan sihir di dalam tubuhnya. Sesuatu yang jarang terjadi, dan sesuatu yang harusnya tidak terjadi begitu saja pada Putra Mahkota, kan.

Siapapun juga tahu kalau Putra Mahkota adalah sosok yang hebat. Pria itu tidak mungkin tumbang hanya karena masalah kecil. Tapi....lambang kutukan yang ada di tubuh pria itu...mungkin menjadi penyebabnya.

Tapi Sang Optivus sendiri bahkan tidak berguna disaat seperti ini. Mengesampingkan posisi tertinggi yang dia miliki di kuil suci, dia...tidak punya kekuatan lebih untuk satu hal.

'Cukup sulit...karena walaupun Ranchy pergi ke Kekaisaran Fargaven untuk persiapan Firman baru dan...mengobati Arsen, aku tidak bisa bergerak leluasa disini,' batinnya mengingat walaupun dirinya memiliki kekuasaan tertinggi sebagai Optivus di kuil utama ini, tentu...masih ada yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi darinya. "

Kembali, Haven mengingat Firman Suci baru yang dibawakan Hevander padanya beberapa hari lalu. Netra merahnya mengerjap beberapa kali mengingat hal itu, dengan isi firman yang kembali terpampang jelas dalam benaknya bagaikan kata-kata yang mengalir dengan deras. Sebuah kenyataan lain yang harus membuatnya berpikir keras karena satu hal utama.

Saat ini, bahkan setelah menerima firman itu dan melihat apa yang terjadi pada Arsen dier Fargaven sebelumnya, dia tidak yakin...bahwa apa yang dia percayai dapat goyah karena beberapa hal. Apalagi di tengah kesibukan yang melanda kuil suci ini. Sebuah Firman yang pada akhirnya harus diberitakan pada dunia, namun di satu sisi, ada sebuah firman yang harus disembunyikannya rapat-rapat untuk mengetahui kebenarannya.

'Kenapa perkataan Dewa harus serumit itu?' batinnya, menunduk di depan patung suci sang Dei Blanche sendiri. Apalagi menyadari kalau Haven sendiri tidak bisa bergerak seluas Hevander yang bahkan datang ke sini karena permintaan sang dewa.

Apa yang sebenarnya direncanakan Dei Blanche sampai mengirimkan firman kedua itu secara rahasia padanya tanpa menahan diri mengingat firman sebelum itu bahkan keluar dengan penuh berkat dan kata mulia yang tidak bisa terbantahkan.

'Dan ekspresi Putra Mahkota saat mendengar kalau ada firman baru itu...'

Haven tidak tahu. Namun dia jelas mengingat keterkejutan yang muncul di wajah pria berambut hitam itu. Padahal, Arsen sama sekali tidak mengetahui apa isi dari firman itu, kan. Tapi mengapa bahkan para dewa sekalipun.

Tidak. Bukan itu masalahnya.

Mengapa...sang Dei Blanche sampai jauh-jauh meminta tolong bantuan dari dewa yang dibuangnya sendiri untuk mengirimkan sebuah firman pada sang Optivus tanpa percaya sendiri dengan para dewa yang telah lama berada di sisinya selama ini?

Ada yang ganjil...

"Optivus."

Panggilan itu seketika membuat kepala Haven terangkat dalam keterkejutan, dan begitu berbalik, matanya menatap sosok wanita berambut putih perak dengan iris merah muda rubellitenya bahkan tidak teralihkan dari sang Optivus. Sejenak, wanita itu membungkuk sopan pada Haven, sebelum kembali berdiri tegap dalam diam.

"Ah...apa...Bagaimana perkembangan keadaan Putra Mahkota?" Haven nyaris tersentak, namun segera menyesuaikan diri agar tidak terlalu terlihat mencurigakan di depan sang wanita. Tapi nampaknya sama sekali tidak ada masalah karena Amity, wanita berambut putih perak itu hanya terdiam saja disana. Sang Dea Silve bahkan tidak menunjukkan ekspresi berarti di wajahnya.

"Keadaan Putra Mahkota sudah semakin membaik, Optivus.Bahkan...cukup mengejutkan Ranchy mengatakan tidak ada hal yang seharusnya dapat membahayakan keadaan putra Mahkota seperti kemarin lagi," jelas Amity, dengan kata yang terdengar begitu ambigu disana. Jelas, itu membuat Haven menatapnya bingung.

Kemarin, dia memang mendengar kabar kalau Putra Mahkota telah sadarkan diri. Setidaknya itu yang dilaporkan kembali oleh Ranchy pada kuil utama lewat Amity yang memang berada di sini. Tapi...entah mengapa kali ini ucapan Amity terdengar begitu ganjil. Sebagai hamba Dei Blanche, Optivus mempercayai dewa dewi lainnya.

Jadi sebelumnya dia tidak pernah mempertanyakan itu jikalau ada yang ganjil, karena tidak ada yang seharusnya berbohong disini.

Kecuali...menyimpan sesuatu tanpa mengatakannya ketika tidak ada pertanyaan yang sama sekali tertuju pada hal itu. Itu bukan hal yang salah, kan?

"Apa maksud Anda?" tanya Haven pada akhirnya dengan rasa penasaran.

Sejenak, Amity terdiam. Di balik netra merah muda rubellitenya, tersirat dirinya seolah menimbang-nimbang sesuatu seolah memikirkan apa dia perlu memberitahukan pada sang pria atau tidak. Tapi bagaimana...dia percaya kalau di satu sisi sang Optivus menerima sebuah firman sekalipun dari sosok dewa lain yang bahkan sudah dibuang oleh Dei Blanche sendiri.

Terlebih lagi...

"Keadaan Putera Mahkota jauh lebih baik dari sebelumnya. Ranchy mengatakan...kalau lambang kutukannya sekalipun telah lenyap dari tubuh Arsen dier Fargaven sekalipun. Dan Ranchy...sudah memastikan itu."

Mata Haven membelalak karena hal itu. Harusnya sebuah kesembuhan adalah sebuah berita sukacita yang membuat siapapun senang mendengarnya, kan. Tapi dalam kasus Arsen, Haven tidak bisa senang menerima berita itu begitu saja. Karena apa yang dihadapi Putera Mahkota bukanlah sesuatu yang biasa!

Terlebih lagi, itu adalah kutukan dewa itu sendiri, Dei Blanche dalam dasar perjanjian yang dia buat untuk firmannya sendiri!

Walaupun entah bagaimana Arsen bisa mendapatkan kutukan yang seharusnya diturunkan pada sosok yang menolak firman Dei Blanche itu sendiri, Haven...tidak ingat kalau Arsen bahkan menolak firman yang diturunkan atas nama sang Putra Mahkota itu sendiri dengan Sang Gadis Suci.

Apa benar sejak awal Firman itu diturunkan, Arsen sendiri tidak menerimanya? Ya, mengingat pria itu punya tunangan, mungkin sebuah Firman yang seharusnya menjadi berkat bagi Arsen, bisa menjadi kutukan bagi pria itu kalau dia benar-benar mencintai tunangannya, kan?

Terlebih lagi kata-kata Ranchy yang berhubungan dengan sang pemutar waktu dan perlambang khusus di tubuh Arsen berbentuk jam itu membuat Haven tidak habis pikir.

Apa...yang tidak diketahuinya sebagai Sang Optivus di dunia ini sendiri?

"Bagaimana bisa..itu terjadi? A-Apa..hmm..Apa Ranchy menceritakan padamu apa yang telah terjadi sampai membuat keadaan Putra Mahkota itu stabil? Apa...Gadis Suci yang berada di kediaman Putra Mahkota menyembuhkannya?"

Ya, kalau membahas tentang penyembuhan Arsen, harusnya kalau bukan Ranchy yang melakukannya, Avyce pasti menyembuhkannya, kan. Haven memang mendengar kalau kekuatan penyembuhan Avyce adalah sesuatu yang hebat dan mengagumkan. Tapi kembali lagi dia menemukan keganjilan di ekspresi tanpa kata Amity.

Wanita itu bertindak dengan hati-hati. Tiap kata yang akan dia keluarkan dipikirkannya dengan matang sebelum diucapkannya. Avyce Heiligheid memang adalah sosok yang hebat dengan kekuatan yang dimilikinya. Tapi seperti yang Amity dengar, Ranchy bahkan kesulitan menyadarkan Arsen dalam masa komanya.

Sebuah...informasi yang bahkan tidak disampaikan pada Sang Optivus. Tapi...apa dia bisa menyembunyikan ini dari Sang Optivus? Atau mungkin...mencoba sesuatu?

"Amity..."

Panggilan itu membuat Amity kembali menatap lurus Haven, bahkan tanpa tatapan yang kali ini dipenuhi dengan pemikiran atas apa yang dilakukannya bersama Haven. Netra merah milik Haven menatapnya lurus, dan kali ini kecurigaan jelas terpancar di mata sang Optivus.

"Kau dan Ranchy menyembunyikan sesuatu dariku, kan."

Satu kalimat itu saja sudah cukup bagi Amity, sebenarnya. Kenyataan yang harusnya dapat terlihat di mata Optivus sendiri. Walau kenyataannya mereka sama-sama menyembunyikan sesuatu dari satu sama lain disana. Kali ini, tidak ada lagi nada sopan yang keluar dari mulut Haven.

Pria itu bahkan tidak terlihat sebagai seorang Optivus yang menantikan dengan sabar. Melainkan seseorang yang seolah mencari sebuah fakta di balik kata sekecil apapun itu. Terlebih lagi, lawan bicaranya adalah salah satu dari dewa dewi yang melayani langsung di bawah nama Dei Blanche.

Orang biasa mungkin bisa langsung terkutuk.

"Anda juga...menyembunyikan sesuatu dari kami, kan. Firman Suci baru yang Anda terima dari Hevander," sahut Amity dengan tenang, mulai angkat bicara dan membahas itu. Karena dia jelas ingat kalau Haven bahkan belum memberitahu apa isi firman itu, walaupun secara terang-terangan mengungkapkan di depan Arsen kalau ada firman baru.

Karena meskipun dia tahu sesuatu, dia sadar kalau Sang Optivus sendiri telah melakukan sesuatu beberapa hari ini.

"Ada alasan Dei Blanche mempercayakan firman itu pada Hevander tanpa langsung melewati perantara kalian."

"Apa Anda berkata bahwa artinya sang Dei Blanche sendiri tidak percaya pada kami sebagai bawahan yang mendampinginya bahkan jauh lebih lama dibandingkan Anda, Optivus?"

Haven nyaris yakin suasana di ruangan itu berubah dingin, dan tatapan Amity yang menatapnya terlihat sedingin es yang siap menusuknya. Kata itu memang terdengar kasar, dan Haven tidak secara langsung menyampaikan makna tersirat dari tindakan Dei Blanche yang memberikan firman alih-alih langsung dibawah perantara dewa dewi lainnya. Namun kenyataannya...ada yang ganjil disini, kan?

Dan Haven yang sudah mengambil langkah sejauh itu sama sekali tidak bisa mundur di hadapan salah satu Dewi. Bahkan Haven sama sekali tidak mengatakan apa-apa untuk membalas ucapan Amity. Entah karena tidak ingin memperburuk suasana atau justru seolah ingin menantang dewi di hadapannya ini.

Pada akhirnya, helaan nafas panjang lolos dari mulut Amity setelah beberapa detik mereka diam dalam keheningan itu. Netra merah muda Rubellitenya menatap Haven lagi, kali ini dengan tatapan yang terlihat kecut disana. Seolah menahan sesuatu disana.

"Hah...sepertinya aku mengerti mengapa Dei Blanche memilihmu sebagai Optivus," gumam Amity yang lebih dia peruntukkan untuk dirinya sendiri. Wanita itu sejenak seolah jatuh dalam pikirannya sendiri sebelum akhirnya berjalan mendekati Haven beberapa langkah dan berhenti di hadapan sang pria.

"Yang menyembuhkan Arsen dier Fargaven bukanlah Ranchy atau bahkan Avyce Heiligheid itu sendiri," ujarnya, yang sejenak menjeda untuk kembali memikirkan. Sedangkan Haven yang jelas kembali terkejut dengan kenyataan itu masih menunggu dengan sabar lanjutan ucapan darinya.

"Melainkan...Putri Mahkota, Elxyera vel Cresentra sendiri yang menyembuhkannya...tanpa sisa bahkan dari kutukan itu sendiri."

Kali ini keheningan kembali memenuhi tempat itu, dan Amity membiarkan Haven sendiri tenggelam dalam pikirannya yang terkejut atas kenyataan yang didapatkannya. Sang pria yang jatuh dalam pikirannya sendiri justru merasa bahwa pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam hal yang saat ini mungkin belum diketahui oleh Amity dan Ranchy.

Kalau semuanya digabungkan, sedikit demi sedikit kebenarannya akan terungkap?

Setahu Haven, Putri Mahkota, Elxyera vel Cresentra tidak memiliki sihir yang kuat. Rumor yang adalah kenyataan itu bahkan sudah tersebar ke berbagai wilayah Fargaven, membuat orang-orang mempertanyakan keputusan dari Arsen dier Fargaven sendiri mengambil wanita itu sebagai tunangannya.

Walaupun terkenal sopan dan cantik, bukankah sosok yang harus berdiri disamping Putra Mahkota yang suatu saat akan memerintah kerajaan itu adalah sosok yang harus kuat? Begitulah yang dipikirkan orang-orang disana. Dan di mata mereka, Elxyera bukanlah sosok yang bisa memenuhi kriteria itu.

Apalagi...wanita itu bersekolah di salah satu sekolah sihir terkenal di daratan Blanche ini, kan.

Di mata orang lain, sebuah aib bahwa Putri Mahkota yang bersekolah di Akademi Philosthilea bahkan nyaris menduduki peringkat terakhir disana. Tapi bagaimana bisa wanita itu menyelamatkan Arsen yang bahkan tidak bisa dilakukan Ranchy dan Avyce sendiri?

Seketika Haven kembali mengangkat kepalanya, sadar dari lamunannya dan bersiap membuka mulut untuk melontarkan pertanyaannya pada Amity, tapi wanita itu sendiri sudah

"Jikalau Anda bertanya...apa yang dapat melenyapkan kutukan itu sendiri, maka saya rasa Anda seharusnya sudah tahu itu sendiri, Optivus."

Ah, Haven mungkin bodoh karena mempertanyakan itu sendiri walaupun pikirannya sudah memproses beberapa jawaban yang bisa saja menjadi pemikirannya yang paling benar juga, kan. Tapi rasanya tidak tenang kalau itu tidak dapat dipastikannya langsung pada salah satu dewa yang pastinya tahu akan hal itu.

Tapi kata-kata Amity bahkan pastinya bukanlah sebuah kebohongan untuknya, kan. Karena Haven bisa mendengar dengan jelas ucapan Amity setelahnya.

"Sebagaimana firman itu sendiri tercipta karena kekuatan dari sang Dei Blanche sendiri...apa yang dapat menghapuskannya sendiri juga adalah kekuatan dari...sang Dei Blanche itu sendiri."

Sesuai dugaannya, Haven memang terkejut mendengar penjelasan itu. Entah sudah keberapa kali dia dibuat terkejut dengan ungkapan-ungkapan itu hari ini, tapi semuanya rasanya mulai tersusun satu persatu. Karena Karma Dewa...bukanlah sesuatu yang dipandang remeh.

Kalau bahkan dewa lain sendiri tidak dapat menghancurkan karma itu dalam artian Ranchy sendiri, mengapa seorang manusia dapat melakukannya? Terlebih lagi...sosok yang paling dekat dengan Arsen. Mengesampingkan sang Gadis Suci yang telah ditakdirkan untuk Arsen sendiri bahkan tidak bisa menyembuhkan sang pria.

Membalas kutukan dewa haruslah dengan kekuatan sang dewa itu sendiri. Bukankah itu adalah hal yang...terlalu mencurigakan dan ganjil?

Perasaan Haven jadi tidak tenang karena itu. Seketika dia jadi mengingat perkataan Arsen beberapa hari lalu. Mengingat bagaimana Hevander datang membawakannya langsung sebuah Firman Suci baru yang sudah terbentuk, dan...sosok Elxyera vel Cresentra.

Akademi Philosthilea..adalah tempat yang terakhir dikunjungi Arsen sebelum keadaannya jatuh koma seperti itu. Dan...bersadarkan kesaksian Mervis, sosok yang terakhir berinteraksi dengan Arsen dan melawan sang pria dalam sebuah latihan tanding dasar di akademi itu adalah...Ivarios Blanchius.

'Siapa...Ivarios Blanchius?'

Haven ingat jelas pertanyaan Arsen padanya saat itu, dan bagaimana...kalau kenyataannya Elxyera vel Cresentra itu sendiri berada di Akademi Philosthilea itu sendiri.

Entah mengapa...itu membuat Haven tidak tenang.

"Aku harus pergi..."

"Optivus? Memangnya...Anda mau pergi kemana?"

Amity memutar tubuhnya saat melihat Haven berjalan melewatinya, berniat keluar dari kuil utama untuk mengambil sesuatu di tempat tinggalnya sebelum bersiap pergi ke satu tujuan utamanya. Sejenak, pria itu berbalik menatap Amity, lalu kembali menatap ke depan. Dia rasa...kalau Amity mengungkapkan itu, apa tidak masalah dia memberitahu Amity?

Bahkan...Ranchy saat sang pria itu sendiri kembali ke sini?

"Ke Akademi Philosthilea. Aku harus memastikan sesuatu disana. Ikutlah denganku, Amity."

Ajakan itu saja sudah membuat Amity melangkahkan kakinya tenang mengikuti Haven di belakang pria itu. Walaupun ekspresi sang wanita tidak banyak menunjukkan tanda tanya, jarang sekali dia mendengar Sang Optivus akan pergi untuk sesuatu...yang mungkin terkesan pribadi.

Ya, itu karena Haven lebih sering menghabiskan waktu di kuil suci utama selain untuk acara penting yang mengharuskannya meninggalkan pulau, kan. Karena itu, itu membuat Amity bisa langsung menebak-nebak beberapa hal.

"Apa ini...ada hubungannya dengan firman baru yang Anda terima, Optivus?"

Pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Amity, walaupun dalam nada itu, selalu tidak ada paksaan yang mengharuskan Haven berbicara. Bisa saja sang pria memilih diam mengingat sebagai Sang Optivus, dia punya hak untuk tidak membicarakan itu. Tapi...dia rasa kali ini semuanya akan lebih rumit daripada yang dia pikirkan sendiri.

"Ya, dan ini ada hubungannya dengan Lady Elxyera vel Cresentra."

Mendengar itu, mata Amity mengerjap beberapa kali.Namun dia sama sekali tidak menghentikan langkah kakinya saat mereka akhirnya keluar dari pintu utama masuk kuil dan berjalan di koridor luar kuil utama yang terlihat didominasi dengan koridor batu pilar berwarna putih yang tinggi dan terlihat kokoh.

"Apa artinya...kita akan ke Akademi Philosthilea untuk mencari beliau? Kudengar hari ini beliau akan kembali ke akademi."

"Tidak. Kita tidak akan bertemu Lady Elxyera vel Cresentra."

"Eh?"

Jawaban Haven kali ini membuat ekspresi terkejut untuk pertama kali muncul di wajah Amity, sebelum berganti dengan pandangan bingung yang terlihat penuh makna. Tapi Haven sendiri sudah menentukan apa yang akan dia lakukan mengenai ini.

"Kita akan mencari Ivarios Blanchius."

-- ▫️🗝️▫️ --

"Tuan Putri! Anda...bisa mendengar saya? Tuan Putri, Anda baik-baik saja?"

Perlahan-lahan, mata merah muda rubellite itu kembali membuka pelan. Dalam rasa sakit yang sejenak menyerang kepalanya, Elxyera mengernyit sebelum matanya menyesuaikan dengan cahaya ruangan dan bayang-bayang dari dua sosok yang berada di dekatnya.

Irvette adalah sosok yang pertama dia lihat, wanita itu berdiri di samping tempat tidurnya, mencondongkan tubuhnya ke arah Elxyera untuk memeriksa keadaan sang putri dari dekat. Wajah wanita itu panik, bahkan pucat. Namun begitu melihat majikannya membuka mata, rasa lega terpancar disana.

Di satu sisi, Elxyera sejenak bingung dengan apa yang terjadi, sebelum akhirnya menyadari bahwa Ranchy juga berada di kursi samping tempat tidurnya. Wajah pria itu tidak kalah panik, namun masih lebih tenang dari ekspresi Irvette. Bahkan Elxyera bisa melihat wajah panik itu pun tergantikan dengan senyuman lega saat Ranchy menyadarinya sadar.

Tapi...bayang-bayang sang pria. Entah mengapa...sesaat yang lalu, Elxyera seolah melihat sesuatu yang panjang? Tunggu, apa dia...tertidur? Bukankah tadi Ranchy rencananya ingin membantu meringankan rasa sakit kepalanya? Walaupun tidak sesakit tadi, kenapa keduanya terlihat panik sekarang?

Dan lagi...Elxyera rasa...tadi dia bermimpi? Ya, dia bermimpi panjang, tapi begitu dia membuka matanya, entah mengapa rasanya sulit untuk mengingatnya.

Apa benar dia bermimpi?

"Tuan Ran...Tuan Ranchy..." Elxyera memanggil dengan terbata, namun entah mengapa panggilan itu justru membuat Ranchy sejenak tersentak di tempatnya, walaupun senyuman ramah masih terlihat di wajah pria berambut perak panjang itu.

"A-Ah, ya? Oh, maafkan saya, Tuan Putri. Anda...baik-baik saja, kan? Saya pikir kekuatan saya tadi membuat sesuatu yang buruk pada Anda. Tolong katakan jikalau ada yang sakit."

Dengan cepat wajah yang tadi panik itu pun berubah menjadi ekspresi ramah yang biasa Ranchy tunjukkan. Kali ini, sang pria berdiri dan Irvette yang terlihat lega pun kembali mundur namun masih berdiri di sisi tempat tidur Elxyera. Sedangkan sang putri menggeleng kecil membalas ucapan Ranchy.

Ah, dia tidak mau sang pria merasa bersalah karena itu. Padahal Elxyera rasa tidak ada yang salah dari sang pria. Kecuali...ya, rasanya dia hanya samar-samar mengingat apa yang terjadi sebelum dia tertidur. Setidaknya itu pikiran Elxyera sendiri.

"Tidak, Tuan Ranchy. Ini sama sekali bukan salah Anda. Saya..saya memang tidak tahu apa yang terjadi, tapi...rasa sakit saya sudah menghilang. Kekuatan Anda membantu saya dengan sangat baik," ujar Elxyera seraya tersenyum tipis, karena bagaimana pun, setidaknya dia sadar dalam keadaan baik sekarang, kan?

Ah, tidak ada yang salah, kan? Elxyera sejenak melirik Irvette, dan wanita itu tidak menampakkan ekspresi khawatir lainnya yang berarti selain tadi. Entah tertidurnya dia karena efek kekuatan Ranchy sendiri atau karena Elxyera memang kelelahan sendiri. Setidaknya dia tidak merasa sakit lagi seperti tadi, kan.

"Anda...membuat saya tersanjung, Yang Mulia. Tapi untuk jaga-jaga, akan lebih baik jikalau anda diperiksa oleh dokter kerajaan. Saya akan memanggil beliau."

Ranchy membalas lembut disana, tidak ingin mengambil resiko jikalau memang ada sesuatu yang masih membuat Elxyera merasa tidak nyaman seperti rasa sakit tadi. Mendengar itu, pada akhirnya, Elxyera pun mengangguk pelan.

"Baiklah, Tuan Ranchy. Terima kasih banyak." Elxyera membalas dengan senyuman tipis.

Sejenak, Ranchy menatap Elxyera dalam diam. Matanya melihat mata merah muda rubellite itu dalam diam, sebelum akhirnya Ranchy membungkukkan badannya sopan di depan sang wanita. "Kalau begitu saya undur diri sementara dulu, Tuan Putri, Nona."

"A-Ah, terima kasih banyak, Tuan Ranchy!"

Irvette pun angkat bicara juga, membungkuk sopan saat Ranchy berbicara pada Elxyera dan repot-repot juga menyapanya. Bagaimana pun juga, dia ingin menunjukkan rasa terima kasih pada pria yang sudah membantu majikannya, kan. Walau Irvette sendiri mengingat apa yang terjadi tadi, tapi...Elxyera sadar dengan baik, kan.

Melihat itu, Ranchy pun tersenyum tipis sekali lagi dan membungkuk sopan lagi saat dia berada di dekat pintu keluar. Setelahnya, dia keluar dan menutup pintu itu lagi. Pada akhirnya, Ranchy melangkahkan kakinya di koridor sepi kediaman Cresentra itu. Apa yang menemaninya hanyalah suara langkah kakinya sendiri.

Namun baru melangkah beberapa saat, Ranchy kembali berbalik dan memandang pintu Elxyera. Dia yakin... tidak salah lihat dengan hal itu. Apa yang terjadi tadi...sesungguhnya sudah menjadi pertanda keyakinan atas apa yang Ranchy lihat pada Elxyera, sejak kemarin. Tapi apa yang dia lihat sama sekali tidak bisa membohongi matanya.

Pandangannya pun terjatuh pada cincin di tangannya lagi. Cincin dengan perlambang khusus yang seharusnya sudah terlupakan lama oleh waktu, namun dimiliki oleh Ranchy karena suatu alasan. Tanpa sadar, senyuman tipis menghiasi wajahnya. Dengan tatapan sendu yang mengandung banyak makna disana.

Cincin itu...bereaksi saat disentuh oleh Elxyera. Dan Ranchy yakin dia tidak salah lihat...kalau lambang yang muncul di tangan Elxyera tadi adalah...lambang yang sangat dikenalnya selama ratusan tahun itu.

Lambang...sang Dei Blanche itu sendiri.

Pada akhirnya, hanya helaan nafas panjang yang lolos dari mulut Ranchy. Membuatnya menyadari kalau semua pecahan-pecahan itu justru mulai berkumpul menjadi satu perlahan-lahan dalam benaknya. Kalau pikiran Ranchy tidak salah, dia seharusnya bisa menebaknya dengan jelas, kan.

"Kau...benar-benar selalu melakukan apapun di luar dugaan ya?" Kekeh Ranchy yang terdengar begitu lirih namun begitu sendu. Entah pada siapa pertanyaan itu ditujukan. Namun matanya hanya dapat menatap lambang yang terukir indah di cincin yang tersemat di jarinya.

'Apa yang kau rencanakan...Dei Blanche?'

-- 🔹🗝️🔸--

[Note : Akhirnya ada lagi kesempatan untuk update cerita ini! (つ≧▽≦)つ

Halo semuanya, bagaimana kabar kalian? Saya harap semuanya baik-baik saja dan sehat selalu. (づ。◕‿‿◕。)づ

Pertama, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan disini. (◕ᴗ◕✿)

Tentunya yang utama sudah pasti seperti yang mungkin kalian sadari, sampul cerita kembali berganti. (≧▽≦)

[Catatan : Gambar yang digunakan untuk cover bukan milik saya, melainkan gambar milik Ukai Saki bersumber di Pixiv. (✿^‿^)]

Hehe, mulai dari chapter ini juga ke depannya, jalur cerita akan cukup rumit mengingat bagian ketiga Memoire ini akan cukup panjang, tapi disini juga perlahan- lahan semuanya akan mulai terungkap. ╰(⸝⸝⸝'꒳'⸝⸝⸝)╯

Kedua, saya mengucapkan terima kasih banyak sebenar-besarnya karena jumlah vote dan viewer cerita ini yang semakin bertambah tiap harinya. Walaupun maafkan saya yang membuat kalian sering menunggu update baru ya. ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)

Saya harap cerita saya selalu bisa memberikan keceriaan bagi para pembaca. ╰(⸝⸝⸝'꒳'⸝⸝⸝)╯ Terlebih lagi saya terharu dengan pencapaian follower saya sejauh ini juga yang akhirnya mencapai 300-an. o((*^▽^*))o

Walaupun tidak sehebat penulis lainnya dan saya masih memiliki banyak kekurangan, terima kasih banyak atas dukungannya selama ini! (つ≧▽≦)つ❤

Jadi setelah membaca chapter kali ini, bagaimana menurut kalian? ( ꈍᴗꈍ) Saya harap kalian menikmati chapter yang baru kali ini! (つ≧▽≦)つ

Nah, saya rasa itu saja yang dapat saya sampaikan untuk saat ini. Terima kasih banyak sudah membaca chapter ini. Semoga hari kalian menyenangkan. ( ◜‿◝ )♡ See you next time! ]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top