68. Kilasan baru [Part III : Memoire]

Taman itu begitu indah dan terang, namun cahaya yang masuk dari atas tidak begitu menyilaukan. Sama seperti hari biasanya, gadis muda berambut pirang itu duduk di kursi batu yang ada di tengah taman itu. Sembari tangannya merangkai sebuah mahkota bunga, dia menunggu sosok yang akan datang ke tempat ini hari ini.

Karena bagi sang gadis, tempat ini adalah tempat yang sangat berharga baginya. Sebuah rahasia yang dijaganya dengan seseorang. Dia tentu tidak mau membuat sosok yang ditunggunya itu yang harus menunggunya duluan, karena itu setelah menara lonceng berbunyi menandakan waktu makan siang telah tiba, gadis itu segera berlari ke sini sembari membawa keranjang berisi kue-kue buatannya.

"Aku rasa kali ini kau tiba lebih dulu dariku lagi, Elxy."

Suara lembut membuat Elxyera mendongak, dan mata merah muda rubellitenya berbinar senang saat melihat sosok pria berambut hitam nampak keluar dari balik semak-semak yang merupakan jalan masuk tersembunyi di tempat. Pria itu pun memperbaiki kacamatanya yang sedikit melorot, namun dia pun tetap tersenyum manis pada wanita di hadapannya ini. Sontak, gadis itu berdiri dari duduknya, dan tersenyum lebar seolah menyambut sang pria.

"Selamat datang, Arsen! Hehehe, kelasku lebih duluan selesai! Kami tingkat satu memang masih belajar hal-hal dasar kan, berbeda denganmu!" seru Elxyera dengan tawa polosnya yang manis, meletakkan mahkota bunganya yang setengah jadi di atas meja batu, dekat dengan keranjang kuenya. Arsen yang mendengar itu lantas tersenyum tipis, dan berjalan mendekati meja batu di tengah taman yang indah itu.

"Benarkah? Tapi tidak lama lagi kalian tingkat satu pasti akan merasakannya. Kesusahan yang akan dihadapi di akademi ini nantinya," balas Arsen seraya tertawa kecil, seolah sedang menakut-nakuti Elxyera dengan hal tersebut. Dia segera duduk di salah satu kursi batu yang ada, bersebelahan dengan tempat Elxyera duduk tadi.

Tapi sang gadis langsung memasang wajah cemberutnya yang lucu mendengar itu, merasa bahwa itu mungkin adalah sebuah peringatan atau Arsen hanya menakutinya. Dia lalu kembali duduk di tempatnya dan membuka keranjangnya tersebut.

"Arsen! Jangan menakutiku seperti itu! Walaupun kau takuti juga, aku pasti bisa melewati semuanya!"

"Aku menantikan melihat Elxy kecil ini melampaui semua teman-temanmu nanti."

"Lihat saja nanti!"

Seraya mengeluarkan kue-kue yang dibuatnya itu untuk diberikan pada Arsen, Elxyera nampak memprotes ucapan Arsen tadinya. Tapi sang gadis sama sekali tidak marah. Oh, mungkin sedikit. Setidaknya dia akan menunjukkan pada Arsen nantinya kalau dia bisa melakukannya dengan baik nanti. Dia pun membuka sebuah kain pengalas dan mulai mengeluarkan peralatan makan sederhananya yang memang dia bawa hari ini untuk piknik kecilnya dengan Arsen.

 Rasanya sudah cukup lama sejak dia mengenal Arsen, walaupun baru beberapa bulan. Namun dia merasa nyaman dengan sosok pria yang beberapa tahun lebih tua darinya itu. Sehingga bagi Elxyera, rasanya sangat menyenangkan bisa selalu meluangkan waktu ke tempat ini dan bertemu dengan Arsen. Baginya ini adalah keseharian yang menenangkan.

"Aku harap Arsen menyukai kue buatanku. Hehehe, walaupun tidak seenak buatan pelayanku, aku melakukan yang terbaik untuk Arsen," ujar Elxyera kemudian setelah menata kue-kue yang dia keluarkan dari keranjang pikniknya sendiri, dan memperlihatkan Arsen mencicipinya. Di satu sisi, sang pria sebenarnya merasa nyaman dengan perhatian manis ini, karena baginya dia selalu suka melihat Elxyera seperti ini sejak bertemu sang gadis pertama kalinya.

Ah, andaikan dia bisa merasakan waktu kebersamaan ini tiap hari, pastinya akan menyenangkan, kan. Sehingga Arsen pun dengan segera mengambil satu kue kering itu dan mencicipinya. Rasa vanilla dan perpaduan buah-buahan kering pun terasa enak masuk ke dalam mulutnya, membuat Arsen merasa suka dengan masakan dari Elxyera.

"Ini enak! Rasanya kemampuanmu semakin lama semakin meningkat ya, Elxy," puji Arsen seraya tersenyum tipis, sehingga dia pun bisa melihat wajah gembira sang wanita saat menatapnya lagi. Ah, bagi Arsen, kebahagiaan Elxyera yang seperti itu adalah suatu kebahagiaan baginya juga. Membuatnya pun kembali mencicipi kue kering yang lainnya.

"Ngomong-ngomong, Arsen...aku penasaran dengan sesuatu...," gumam Elxyera saat dia pun memakan kue miliknya sendiri. Matanya sejenak memandang tinggi ke atas pohon yang terlihat melindungi mereka dari sinar matahari yang masuk dari atas. Namun perhatiannya lalu kembali tertuju pada Arsen karena penasaran dengan satu hal yang sebenarnya sudah mengganggu pikirannya beberapa kali.

"Hmm? Ada apa, Elxy? Apa kau kesulitan dengan pelajaran disini?" tanya Arsen dengan lembut. Berpikir mungkinkah gadis itu ingin menanyakan sesuatu tentang Academy atau hal lainnya juga? Netra emasnya pun sekali lagi memandang mata merah muda Elxyera yang terlihat sangat indah. Ah, bagi Arsen, mata itu bagaikan bunga mawar rubellite yang mekar dengan sangat indah, sehingga rasanya tidak akan pernah bosan untuk menatapnya.

"Katanya Putra Mahkota juga kali ini mendapatkan peringkat yang mengagumkan, ya. Karena semuanya membicarakannya, rasanya aku jadi penasaran bagaimana dengan sosok beliau. Apa aku bisa bertemu dengan beliau ya?"

"U-Uhuk...uhuk!!"

Arsen yang mendengar pertanyaan Elxyera sontak terbatuk-batuk karena tersedak dengan kue kering yang dimakannya itu. Membuatnya pun segera menepuk-nepuk dadanya sendiri untuk menenangkan dirinya dan jelas membuat Elxyera sendiri terkejut dengan hal itu. Sontak dia berbalik menghadap Arsen dan menatap sang pria khawatir, sehingga dia pun menyodorkan botol minumannya untuk sang pria.

"A-Arsen...? Baik-baik saja? Minumlah dulu!" seru Elxyera dengan khawatir, membuat Arsen yang memasang wajah masam itu karena tersedak pun berusaha untuk tersenyum manis untuk Elxyera agar sang wanita tidak perlu terlalu khawatir. Ah, ucapan itu memang terlalu spontan bagi Arsen, membuat sang pria pun memperbaiki letak kacamatanya yang hampir saja jatuh karena terbatuk-batuk tadinya. 

Ah, hampir saja.

"Aku baik-baik saja, Elxy. Uhuk...ti-tidak perlu khawatir," ucapnya mengangguk-angguk seraya menerima botol yang disodorkan sang gadis, lalu meminum isinya perlahan untuk menenangkan dirinya sendiri. Sang pria pun kembali berusaha tersenyum di depan Elxyera, agar tidak membuat sang wanita merasa khawatir dengan keadaannya. Meskipun begitu, setelah meletakkan kembali botol minuman itu di atas meja batu, dia menatap Elxyera dengan pandangan was-was dan menunggu ucapan sang wanita.

"Kenapa Elxy...ingin bertemu dengan Putra Mahkota?" tanya Arsen kemudian pada sang gadis, sejenak memandang Elxyera yang masih terlihat khawatir membuatnya pun mengangkat tangannya dan mengusap lembut pucuk kepala sang gadis. Ah, sebenarnya dia memang sudah was-was dengan ucapan Elxyera tentang itu, namun dia ingin tahu bagaimana pendapat sang wanita tentang itu.

"Eh? Oh, itu karena...aku belum pernah bertemu Yang Mulia Putra Mahkota sejak awal," ujar Elxyera pada akhirnya. Memikirkan satu hal tentang itu yang sebenarnya sudah membuatnya cukup penasaran selama ini. Di sisi lain, Arsen masih mendengarkan dengan serius, sembari wajahnya tetap tersenyum lembut pada sang gadis. Ah, apa karena Elxyera merasa penasaran dengan itu atau mungkin karena hal lain juga?

"Tapi aku dengar, kalau Putra Mahkota jarang sekali terlihat di area akademi. Karena setelah kelas selesai, katanya beliau selalu menghilang entah kemana. Mungkin ke kamar asramanya atau mungkin ada urusan lain? Apa Putra Mahkota memang sesibuk itu ya?" gumam sang gadis lagi. Kali ini nampak memasang ekspresi bertanya-tanya. Karena dari orang-orang, dia mendengar kalau Putra Mahkota bukanlah sosok yang suka mencari perhatian. Bahkan selain di kelas, pria itu katanya nyaris tidak terlihat hampir di seluruh penjuru akademi. 

Entah pria itu yang memang lebih memilih untuk menyendiri di suatu tempat atau memang...

"Sosok yang cukup misterius! Bukankah Arsen berpikir begitu juga??"

Elxyera kembali berucap dengan wajah seriusnya, membuatnya pun menatap Arsen di sisinya dengan mata berbinar manis seolah menemukan sebuah teka-teki yang harus dipecahkannya. Itu justru membuat Arsen pun tidak bisa menahan wajah gemasnya dan akhirnya hanya tertawa kikuk sembari mengangguk-anggukkan kepalanya menyetujui ucapan wanita itu.

Di sisi lain, pikiran Arsen pun berkecamuk karena mendengar ucapan sang gadis. Membuatnya pun hanya dapat tertawa kecil meresponnya dan mendengarkan ucapan Elxyera yang penuh dengan rasa penasaran itu. Ah, syukurlah baginya bahwa Elxyera adalah gadis yang begitu polos. Membuat Arsen setidaknya sedikit merasa lega.

Pada akhirnya, kegiatan makan siang bersama mereka pun berlalu dengan menyenangkan. Sembari Arsen mendengarkan cerita-cerita lucu dari Elxyera tentang pembelajaran gadis itu dan begitu pula sebaliknya. Ah, andaikan waktu bisa berjalan lebih lambat, Arsen tentu akan merasa lebih senang.

Hanya saja, pada akhirnya menara lonceng akademi yan kembali terdengar menggema ke segala penjuru akademi itu menandakan waktu makan siang itu pun harus berakhir, seolah secara tidak langsung memerintahkan semua murid-muridnya harus kembali ke kelas mereka masing-masing.

"Ah, loncengnya berbunyi! Aku harus kembali ke kelas sesegera mungkin! Madam Halafena yang mengajar kelas siang ini!" seru Elxyera seketika dan dengan cepat mengatur kembali isi keranjang kecilnya. Sang gadis nampaknya kali ini menikmati waktu bersamanya dengan Arsen. Walau di satu sisi merasa bahwa dia memang sudah harus kembali ke kelasnya.

Di sisi lain, Arsen yang mendengar itu pun hanya tertawa kecil. Bahkan walaupun sadar dia harus kembali ke kelasnya juga, sang pria justru masih duduk di tempatnya dan bertopang dagu memandang sosok Elxyera dengan paniknya mengatur kembali perlengkapan piknik kecil mereka.

Ah, sungguh gadis yang sangat manis.

"Hahaha, begitu ya. Hmm, Madam Halafena memang adalah sosok yang cukup tegas. Kalau Elxy cepat-cepat, aku yakin kau masih sempat menyusul kelasnya kok."

"Huh, walau Arsen bilang begitu, harusnya kau membantuku mengatur peralatan makan ini, kan!" protes sang wanita dengan wajah yang sontak menggembung lucu membuat Arsen terkekeh gemas karena melihat ekspresi itu. 

Ah, ekspresi Elxyera memang tidak akan pernah membuatnya merasa bosan, membuatnya pun pada akhirnya melipat kain pengalas yang mereka gunakan tadi untuk mengalas meja batu itu. Setelahnya, dia pun meletakkannya kembali ke dalam keranjang sang gadis yang akhirnya ditutup oleh sang gadis.

"Maaf, maaf, tapi setidaknya kau menikmati waktu bersama kita ini, kan? Semoga kelasmu berjalan lancar ya, Elxy. Sampai bertemu besok lagi disini," ucap Arsen kemudian, sekali lagi memberikan usapan lembut di kepala wanita itu dan langsung dibalas dengan tawa manis dari Elxyera. Sang gadis pun mengangguk-angguk manis mengiyakan dan terlihat sangat senang.

Ah, bagi Elxyera rasanya memang cukup kurang kalau menghabiskan waktu dengan Arsen seperti ini. Namun dia senang karena setidaknya bisa bertemu dengan sang pria setiap hari di jam makan siang mereka seperti ini, bahkan terkadang di sore hari kalau Arsen datang ke sini. Bagi Elxyera, taman ini telah menjadi tempat rahasianya dengan Arsen, membuatnya sangat senang.

"Hehe, iya, Arsen. Kalau begitu sampai bertemu besok!" seru Elxyare senang pada sang pria, sejenak memejamkan matanya merasa hangat dengan sentuhan sang pria sebelum akhirnya dia pun mengambil keranjangnya itu sendiri. Barulah setelah itu dia melambai dengan penuh semangat lagi pada Arsen dan berlari kecil ke arah semak-semak yang menjadi jalan keluar baginya.

Arsen sendiri tidak melepaskan pandangannya dari Elxyera yang selalu saja bisa membuatnya tersenyum. Hari demi harinya selalu ditemani dengan keceriaan dari gadis itu, sehingga saat melihat Elxyera pun melangkah pergi, walaupun merasa sedih, Arsen pun melambaikan tangannya lembut. Bahkan merasa yakin bahwa masih ada hari esok dimana mereka bisa bertemu lagi.

Hanya saja, suasana di tempat itu pun kembali tenang setelah Elxyera pergi. Dan walaupun terasa cukup sepi, Arsen sadar bahwa sudah saatnya dia pun kembali ke kelas. Karena ya, dia tahu dia tidak bisa membuat seseorang itu menunggu juga. Sehingga saat dia beranjak dari duduknya, Arsen pun keluar dari tempat itu lagi dan kembali tiba di lorong belakang akademi yang selalu sepi karena tidak ada yang pernah berani ke sini selain dirinya dan Elxyera.

Oh, sebenarnya bukan hanya mereka saja.

"Keluarlah, Mervis. Aku tahu kau disana."

Suara Arsen yang tadinya terdengar ceria saat berbicara dengan Elxyera pun sekarang berubah menjadi lebih tenang dan dalam. Sehingga saat dia melihat ke sisi kiri lorong, dia bisa melihat salah seorang pemuda berambut cokelat dengan panjang sebahu itu pun keluar dari balik pilar yang ada disana. Sejenak, dia membungkuk sopan pada Arsen sebelum kembali berdiri tegap.

"Hormat bagi Cahaya kekaisaran Fargaven, Yang Mulia."

Ucapan itu hanya dibalas dengan anggukan dari Arsen, sedangkan sang pria pun akhirnya menghela nafas panjang dan menurunkan kacamata yang masih bertengger di hidungnya itu. Sejenak, dia melihat sekeliling dan memastikan bahwa Elxyera sudah tidak ada di sekeliling mereka lagi dan kembali melihat sosok Mervis.

"Padahal sudah kubilang kau tidak perlu datang kesini, kan. Aku bisa mengurus diriku dan tentu tidak akan terlambat ke kelas," komentar Arsen pada akhirnya, karena merasa telah dimata-matai oleh pelayannya sendiri. Sedangkan mendengar itu, Mervis hanya tertawa kecil dengan sopan walau kembali membungkuk sejenak.

"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya bukan bermaksud mengganggu Anda. Saya hanya merasa khawatir saja," komentar Mervis kembali karena sebagai pelayan Arsen, dia tidak bisa jauh-jauh dari tuannya ini, kan. Karena bagaimana pun juga, Arsen adalah sang Putra Mahkota. Sebuah status yang membuat Arsen pun akhirnya menghela nafas panjang dan mengusap rambutnya kacau.

Sejenak dia melipat kembali kacamatanya dan meletakkannya ke dalam saku blazernya. Namun matanya pun kembali memandang Mervis karena teringat dengan satu hal.

"Aku hanya tidak ingin kalau Elxy melihatmu dan langsung menduga kalau aku adalah Putra Mahkota. Hah~, hari ini bahkan dia membahas tentang Putra Mahkota. Walaupun dia anak dari Duke Cresentra, aku tidak menyangka kalau Elxy memang belum pernah melihat langsung Putra Mahkota," komentarnya pada akhirnya, mengingat bahwa Elxyera memang tidak mengetahui sosok putra Mahkota. Padahal Ayah sang wanita adalah kaki tangan Kaisar Fargaven.

"Itu karena keberadaan Nona Elxyera vel Cresentra pun tidak diberitakan secara umum dalam kalangan bangsawan juga, Yang Mulia. Kemungkinan besar beliau pun masih belum diberikan pembelajaran khusus mengenai para bangsawan," komentar Mervis yang kembali mengingat informasi yang sebenarnya pernah dia cari mengenai Elxyera. Dan itu memang semua berdasarkan permintaan Arsen.

Itu karena sang pria menginginkannya.

"Tapi saya tidak menyangka Anda memilih untuk berteman dengan puteri Duke Cresentra. Walau Anda sendiri...menyembunyikan indentitas Anda dari beliau. Untung saja pelayan beliau tidak mengikuti. Kalau ada, pastinya Anda pasti akan langsung ketahuan, Yang Mulia." Mervis berkomentar karena melihat Elxyera memang tidak berada dalam pengawasan pelayannya saat berada di dekat Arsen.

Itu pun sendiri membuat Mervis jadi cukup bingung dengan pemikiran Tuannya ini.

"Saya terkadang bingung dengan pilihan Anda. Mengapa Anda sampai repot-repot melakukan itu, bahkan menyiapkan kacamata yang sesungguhnya tidak terlalu menembunyikan penampilan Anda."

Mervis pun sontak berkomentar panjang lebar dan menghela nafas panjang. Entah mengapa jadi merasa kasihan pada Majikannya sendiri karena cara Arsen mencoba berteman dengan Elxyera tidak terlalu biasa. Apalagi mengingat sang pria yang sebenarnya cukup menyendiri di akademi ini. Itu membuat Mervis sendiri jadi tidak bisa berhenti khawatir dengan sang pangeran.

Tapi saat mendapatkan tatapan tajam dari Arsen, Mervis yang kembali melihat ekspresi sang pria pun menegak salivanya gugup dan hanya tersenyum sopan pada sang pria. Padahal dia sama sekali tidak ada maksud merendahkan majikannya ini. Apapun pilihan Arsen tentu akan didukungnya dengan sepenuh hati.

"Kau terlalu banyak berbicara, Mervis. Hanya pastikan saja identitasku tidak terbongkar di depan Elxyera sampai aku sendiri ingin memberitahukan ini padanya," ucap sang pria dengan nadanya yang terdengar cukup ketus. Mendengar itu, Mervis pun hanya mengangguk sopan dan membungkuk lagi pada Tuannya.

Di sisi lain, Arsen pun sedikit melamun memikirkan itu. Sejenak, dia pun menunduk dan memandang tangannya sendiri yang mengusap rambut Elxyera tadi.

Ah, entah mengapa rasanya dia jadi ingin melihat senyuman gadis itu lagi. Saat pertama kali bertemu dengan Elxyera, itu memang adalah interaksi yang kurang bagus. Namun sekarang, sejak mengenal sang gadis, dia merasa nyaman dengan kehadiran teman kecilnya itu. Sehingga mereka menjadi sering menghabiskan waktu bersama.

Hanya saja...Arsen kembali berpikir bagaimana jadinya kalau Elxyera tahu kalau dirinya adalah Putra Mahkota? Terlebih lagi, karena Arsen sudah membohongi sang gadis. Padahal...tujuan Arsen melakukan ini hanya karena dia ingin...setidaknya ada orang yang bisa menganggapnya sama...dan memperlakukannya dengan adil dan santai tanpa perlu takut dengan statusnya sebagai Putra Mahkota.

Dan dia bisa melihat itu dari Elxyera. Gadis yang menerimanya, tanpa rasa takut dan tidak menunjukkan keformalan itu di hadapannya. Dan itu membuat Arsen merasa sangat nyaman. Sehingga...tidak masalah kan jikalau dia menyembunyikan identitasnya sedikit lebih lama dari gadis itu?

'Ya, tidak apa-apa. Begini saja...sudah lebih dari cukup untuk saat ini,' batinnya pada akhirnya. Sebelum akhirnya Arsen pun melangkahkan kakinya untuk menyusuri lorong itu, kembali ke kelasnya diikuti dengan Mervis yang berjalan di belakangnya.

---

Arsen mengernyitkan matanya saat merasakan kepalanya terasa sakit. Dia terbangun kembali di pagi itu, dan apa yang dia lihat adalah langit-langit kamarnya yang biasa. Ya, dia sudah tidak berada di dalam ruangan pemulihan lagi dan kembali ke kamarnya yang biasa di istana kerajaan. Hanya saja, kali ini dia bangun pagi lagi dengan perasaan kosong. Membuat matanya pun hanya menatap kosong langit-langit kamar itu dalam diam beberapa saat.

"Lagi-lagi...mimpi itu," gumamnya seraya menghela nafas pelan, mengingat bagaimana mimpinya akhir-akhir ini justru menunjukkan potongan-potongan masa lalunya. Bukan hanya itu, mimpinya berhubungan dengan apa yang sudah terjadi di masa lalunya, bersama Elxyera. Membuatnya tidak bisa mengalihkan dan mengingat bagaimana dia mengenal wanita itu.

Dia pun membaringkan badannya menyamping, lagi-lagi menatap sisi kosong tempat tidur di sampingnya, lalu menerawang jauh ke arah jendela kamarnya yang tertutup tirai. Dari cahaya kamarnya, Arsen merasa bahwa ini mungkin masih subuh. Walaupun cahaya terang langit mulai tampak, matahari masih belum bersinar terlalu terang.

Namun pada akhirnya Arsen pun memilih untuk duduk di tempat tidur sembari menyentuh kepalanya yang perlahan-lahan mulai tenang dari rasa sakitnya. Sejenak dalam keheningan kamarnya, Arsen tidak mengatakan apa-apa. Walaupun pikirannya sontak tertuju pada Elxyera lagi mengingat hari ini wanita itu akan kembali ke akademi.

Ah, padahal baru kemarin mereka bertemu, tapi Arsen rasanya sudah merindukan wanita itu. Membuatnya kembali teringat dengan cerita yang dia dengar dari Mervis mengenai keadaannya, bahkan dari Elxyera yang memberitahukan bahwa sang wanita menyadarkannya dengan bantuan dari Ranchy.

"Elxy...dan Ranchy. Pria itu...apa yang sebenarnya dia pikirkan saat meminta Elxy membantuku kemarin," gumamnya yang teringat langsung dengan sosok Ranchy. Salah satu dari dewa yang melayani di bawah perintah Dei Blanche. Itu semua membuat kepala Arsen terasa sangat sakit, apalagi setelah berbincang dengan Avyce juga kemarin.

Arsen tidak bisa menutupi kemungkinan dan menyadari ingatannya telah kembali, dan bagaimana selama ini dia berusaha menyelamatkan Elxyera dari kehancurannya. Tapi bagamana bisa...kalau Arsen sendiri telah melakukan kesalahan dari sesuatu yang sudah dirancangnya dengan baik.

Tangannya yang berada di kepalanya pun turun, mencengkram dadanya sendiri dimana lambang kutukan Dei Blanche itu seharusnya masih ada sekarang. Tapi saat Arsen menyadarinya, dia justru melihat perlambang kekuatan Elxyera dengan warna murni yang sudah sangat lama tidak dilihatnya itu.

'Hijau...hangat...," gumamnya dalam hatinya seraya memejamkan matanya. Kembali merasakan aura kekuatan Elxyera mengalir di dalam dirinya. Entah bagaimana sang wanita menyadarkannya dari komanya itu, tapi itu berhasil.

Tapi di satu sisi Arsen justru merasa khawatir karena dia pun hanya ada satu alasan yang bisa menggambarkan hal itu. Dan itulah yang paling ditakutkan Arsen untuk saat ini, karena dia tidak bisa membiarkan itu terjadi. Arsen sadar dia tidak bisa membiarkannya, namun baginya sudah terlambat untuk memperbaiki itu. 

"Segelnya...mulai rusak...."

---

Note : Jadi...Halo, halo kembali semuanya. Hehehe, akhirnya chapter terbaru dari Repetita Princess kembali update! (づ。◕‿‿◕。)づ

Setelah sekian lama, saya akhirnya bisa kembali, walaupun saya sebenarnya masih belum bisa menjanjikan sepenuhnya sih. (。ŏ﹏ŏ)

Ngomong-ngomong, bagaimana kabar kalian? Saya harap kalian semua baik-baik saja. (づ。◕‿‿◕。)づ

Sebelumnya, saya minta maaf bagi seluruh para pembaca cerita ini, karena saya yang lambat dalam men-update cerita saya ini.  Maaf sudah mengecewakan kalian yang sudah menunggu selama berbulan-bulan untuk chapter baru dari season terbarunya ini. (╥﹏╥)(╥﹏╥)

Hanya saja, sebelumnya saya dihadapkan dengan jadwal kegiatan yang cukup padat sehingga hampir tidak bisa menemukan waktu untuk menulis kelanjutannya, dan maafkan juga karena untuk saat ini saya pun tidak bisa memberikan double update untuk beberapa bulan ini karena kesibukan saya. Jadi sekali lagi saya mohon maaf bagi yang sudah menunggu cerita ini cukup lama dan terima kasih banyak pada kalian yang sudah menunggu dengan sabar cerita saya sampai saat ini. (╯︵╰,)

Di satu sisi, saya tidak menyangka kalau ternyata cerita ini sudah memiliki viewer dan vote yang cukup banyak. (灬º‿º灬)♡ Membuat saya merasa sangat senang dan sangat berterima kasih pada semua pembaca yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca karya saya dan memberikan vote. (✿^‿^) 

Karena itu, selamat datang kembali bagi para pembaca lama juga pembaca baru disini ya! ♪\(๑╹◡╹๑)ノ  Saya mengucapkan terima kasih banyak pada kalian yang sudah memberikan dukungan sebanyak ini untuk cerita saya, sehingga saat saya kembali, saya merasa senang dan berharap bisa semakin baik menyajikan cerita ini bagi kalian.

Sebelum itu juga, saya ingin berterima kasih secara khusus pada salah satu teman saya dan juga pembaca saya yang sudah menemani saya dan mendukung dari awal cerita ini, karena sudah membuatkan sebuah fanart yang menurut saya sangat bagus.(。♡‿♡。) Rasanya juga sangat terharu karena ada yang membuatkan fanart untuk cerita saya. (╥﹏╥) Terima kasih banyak ya, ViolettScarlet . (つ≧▽≦)つ Saya sangat senang dengan karya kamu, hehehe. Selalu semangat dalam berkarya ya! (✿ ♡‿♡)

Selain itu, untuk chapter selanjutnya mungkin  saya masih akan sulit menentukan waktu publishnya. Walaupun saya juga berharap bisa segera update agar tidak membuat kalian menunggu lama. (。ŏ﹏ŏ)(✿^‿^)

Saya rasa, itu saja yang bisa saya sampaikan untuk saat ini. Selamat menikmati chapter baru dan part baru dari Repetita Princess ya, semoga kalian menikmatinya. (✿^‿^) Selalu ingat untuk jaga kesehatan dan semoga hari kalian menyenangkan. Love you all!  (。・ω・。)ノ♡

---

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top