67. Langkah Arsen dier Fargaven [End of Part II]
Song : Sia - Soon We'll be Found
--🔹--
Kegiatan persiapan pemberitaan Firman untuk hari itu dihentikan untuk sementara karena Putra Mahkota telah kembali sadar. Saat ini para pelayan terlihat sibuk menyiapkan berbagai keperluan Arsen. Arsen sendiri tidak banyak berdiam diri. Walaupun disuruh untuk beristirahat setelah penyihir kerajaan memeriksanya, Arsen melakukan beberapa kegiatan sederhana terlebih dahulu untuk membuat tubuhnya tidak terlalu kaku.
Dia mandi dengan biasa, lalu setelah itu makan makanan yang disiapkan pelayan untuknya. Menjadi orang sakit memang tidak menyenangkan bagi Arsen, namun dia harus tahan dengan keadaan ini sampai beberapa hari hingga kondisinya bisa dipastikan stabil dengan baik. Dia bahkan tidak banyak melawan mengingat Elxyera mendampinginya disana.
Wanita itu memang tidak banyak bicara, bahkan setelah Crovis dan Hellion pun kembali mengundurkan diri dari tempat itu mengingat ada yang perlu dilakukan mereka. Elxyera memilih untuk menemani Arsen sampai urusan Hellion selesai agar nanti mereka bisa pulang.
Itu sedikit membuat Mervis lega. Dirinya yang terharu bahkan sempat panik melihat bagaimana santainya Arsen berdiri dan berkata ingin melanjutkan kegiatannya tadinya. Tapi untungnya Elxyera bisa menghentikan pria itu, membuat Mervis merasa sangat bersyukur setidaknya Elxyera bersama mereka sekarang.
"Yang Mulia, Anda harus istirahat yang cukup seperti permintaan penyihir kerajaan tadi. Yang Mulia Kaisar pun khawatir dengan keadaan Anda dan mengatakan tidak masalah bahwa tugas Anda ditunda selama beberapa hari sampai keadaan Anda sudah jauh lebih membaik, kan," jelas Elxyera dengan lembut pada Arsen.
Wanita itu tengah duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur Arsen sekarang. Memandangi sang pria yang baru saja selesai mandi dan kembali ke tempat tidur. Pria itu terlihat tersenyum lembut mendengar nasehat Elxyera sehingga tertawa kecil. Namun tatapan tajam yang ditunjukkan sang tunangan lantas membuat Arsen pun berdeham menghentikan tawanya.
"Ya, ya, aku mengerti Elxyera. Kau sangat perhatian dengan keadaanku. Ngomong-ngomong, dimana Tuan Ranchy? Aku belum berterima kasih padanya atas pertolongannya yang sudah membuatku tersadar kembali," sahut Arsen memandang Elxyera sejenak.
Dia menyadari gadis manisnya itu kembali bersikap keras padanya, namun di satu sisi sang pria justru kembali mengingat tingkah malu manis Elxyera tadi saat memberikan ciuman padanya. Tatapannya pun segera berpindah pada Mervis yang berdiri di sisi ruangan, mendorong masuk troli makanan yang baru saja dibawakan pelayan untuk sang Putra Mahkota.
Mervis pun segera menyiapkan makanan sang pria ke dalam nampan, agar Arsen lebih mudah memakannya di pangkuan sang pria ketika duduk di tempat tidur. Namun mendengar pertanyaan Arsen tentang Ranchy, Mervis terdiam sejenak. Mengingat dia sempat bertemu pria itu juga tadinya ketika membantu pelayan lain menyiapkan keperluan Arsen.
"Ah, beliau perlu menyampaikan keadaan Anda pada pusat kuil suci, Yang Mulia. Sang Optivus sangat menunggu kabar kesadaran Anda. Saya rasa Tuan Ranchy tengah mengabari Sang Optvitus mengenai kesadaran Anda," jelas Mervis yang mengingat pesan Ranchy tadinya. Pria itu memang sepertinya belum kembali ke ruangan ini lagi. Namun di sisi lain, Mervis mencemaskan satu hal lainnya.
Dengan berita bahwa Putra Mahkota telah kembali sadar, Mervis merasa bahwa itu sudah menyebar hampir ke seluruh bagian istana utama ini. Matanya bahkan sesekali melihat ke arah pintu, namun sosok yang dia khawatirkan akan muncul itu sepertinya sama sekali belum memilih untuk kesini. Mungkinkah karena masih ada Elxyera disini?
"Silakan, Yang Mulia."
Perlahan-lahan, Mervis pun menurunkan nampan makanan itu di atas pangkuan Arsen dengan hati-hati. Memperlihatkan sebuah mangkuk berisi sup ayam yang khusus dibuatkan untuk sang pria. Berharap saja Putra Mahkota tidak akan keras kepala dan segera menghabiskan makanan itu.
Tapi belum saja Arsen menyentuh makanan itu, tatapan sang pria sekali lagi memandang ke arah Elxyera seperti seorang anak anjing yang ingin mendapatkan kasih sayang majikannya. Oh, Mervis tahu hal itu. Sebagaimana gilanya Arsen tentang tunangannya, pria itu tidak bisa melawan keinginan Arsen untuk dekat dengan Elxyera.
"Bisakah kau menyuapiku, Elxy?"
"...Yang Mulia, apa tangan Anda masih kaku?"
Oh, entah Elxyera yang memang tidak peka atau wanita itu sebenarnya sadar. Mervis langsung menyadari bahwa Elxyera menolak dengan sopan ucapan sang pria. Membuat Mervis hanya bisa mengelus dada dan menahan rasa gemasnya di dalam hati ketika melihat wajah sedih Arsen yang sangat jarang itu. Sepertinya ekpsresi itu hanya bisa ditunjukkan Arsen pada Elxyera saja.
"Apakah salah jikalau aku ingin tunanganku yang manis ini untuk menyuapiku? Ah, atau mungkin kau malu dan ingin memberikan perlakuan khusus padaku sehingga aku mungkin perlu menyuruh Mervis untuk--!"
"Kemarikan sendoknya, Yang Mulia. Namun Anda harus menghabiskan semuanya dengan baik ya!"
Spontan Elxyera merona dan langsung beranjak dari duduknya. Ucapan itu berhasil meluluhkan hati sang wanita, namun di sisi lain merasa malu dengan kata perlakuan khusus itu. Apa sang pria tidak punya rasa malu karena ada Mervis disini? Elxyera seketika merasa kasihan pada sang pelayan karena seolah dianggap angin lalu oleh Arsen.
Wanita itu pun segera duduk di sisi tempat tidur Arsen, dan sang putra Mahkota pun terlihat sangat senang ketika memberikan sendok itu pada Elxyera. Oh, entah mengapa Mervis seperti melihat binatang peliharaan manis yang sangat senang mendapatkan perhatian dari pemiliknya. Kalau Arsen punya ekor, Mervis yakin itu akan bergoyang senang di belakang tubuh sang pria.
"Terima kasih, Elxy."
Dengan penuh kebahagiaan, Arsen berucap manis. Itu jelas membuat Elxyera terdiam sejenak. Entah mengapa merasa perbedaan itu sangat terlihat jelas pada Arsen. Pria yang bersikap dingin padanya di kehidupan Elxyera sebelumnya, terlihat begitu manis di depannya saat ini. Ah, ini mengingatkan Elxyera dengan sosok kecil Arsen yang dilihatnya dalam memori sang pria.
Tulus dan begitu manis. Penuh kebahagiaan dari rasa kasih sayang yang didapatkannya dari orang tua sang pria. Memikirkan itu, senyuman tipis pun kembali menghiasi wajah Elxyera ketika wanita itu pun memberikan senyuman lembutnya bagi sang pria, lalu menyuapkan sup itu untuk Arsen.
Di satu sisi, Mervis memandang dalam diam. Hanya saja, kegugupan Mervis pun tidak bisa dihilangkannya. Selama interaksi antara Arsen dan Elxyera, sesekali Mervis kembali memandangi pintu yang entah sudah berapa kali di tatapnya. Pikirannya kacau memikirkan sesuatu, namun dia terlihat senang saat menyadari Arsen terlihat begitu bahagia bersama Elxyera.
Mervis merasa senang melihatnya, namun di satu sisi dia pun melihat rasa sakit yang dihadapi Arsen juga. Walaupun tidak mengerti dengan begitu baik, dia masih mengingat apa yang terjadi selama dirinya dan Arsen berada di kediaman Sang Optivus. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa diberitahukan Mervis pada siapapun. Apalagi mengingat perintah sang Putra Mahkota untuk tidak memberitahukan itu pada siapapun.
Mervis hanya merasa sedih, melihat bagaimana Putra Mahkota begitu bahagia bersama Elxyera, namun sang tunangan sendiri tidak mengetahui apa yang terjadi pada Arsen. Bagaimana reaksi Elxyera kalau tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Arsen, bahkan disaat Mervis pun tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya jikalau Elxyera nantinya tahu.
"Tuan Arsen!"
Suara pintu terbuka terdengar bersamaan dengan suara panik yang memanggil dari luar. Pintu ganda ruangan itu segera terbuka dan membuat ketiga orang di dalam ruangan itu berbalik. Sosok dalam balutan gaun kuning putih yang indah itu memasuki ruangan. Namun Elxyera spontan menghentikan suapannya dan membelalak saat menyadari siapa yang masuk.
Avyce Heiligheid terlihat begitu khawatir ketika muncul sendirian di dalam ruangan itu. Bahkan prajurit yang kembali berjaga di luar ruangan tidak mencegah wanita itu untuk masuk. Keheningan pun merambat di tempat itu selama beberapa saat, sebelum akhirnya Avyce yang mencoba mengatur nafasnya pun kembali membungkuk sopan saat menyadari bahwa Elxyera ada di dalam sana.
"O-Oh, maafkan ketidak sopanan saya, Yang Mulia Putra Mahkota, Tuan Puteri. Saya...Avyce, datang untuk bertemu Yang Mulia Putra Mahkota," sapa Avyce kemudian dengan sopan dan sedikit gugup. Memberikan penghormatannya bagi Elxyera dan Arsen yang ada di dalam ruangan itu.
Namun setelah ucapan itu, baik Arsen pun tidak mengatakan apa-apa. Membuat Elxyera yang melihat itu sedikit bingung dan memandangi sang pria yang tengah duduk di tempat tidur, namun tidak melepaskan pandangannya dari Avyce. Entah apa yang dipikirkan sang pria, namun cepat-cepat Elxyera mengalihkan pandangannya untuk menahan sebuah perasaan aneh yang kembali muncul di dadanya.
"Ah, Nona Avyce Heiligheid. Berdirilah tegap. Selamat datang," balas Elxyera dengan ramah. Dia pun menurunkan mangkuk dan sendok yang dia pegang itu pada nampan yang sekarang diletakkan di sisi tempat tidur juga. Merasa karena Arsen sepertinya larut dalam pikirannya, Elxyera tidak punya pilihan selain dirinyalah yang membalas sapaan sopan Avyce.
Wanita berambut perak itu langsung mendongak lembut, dan tersenyum lembut pada Elxyera saat mendengar sapaan sopan itu. Walaupun masih berdiri di tempat, sepertinya kegugupan Avyce sedikit mereda dan Elxyera tentu tidak mau menakuti Avyce, kan.
"Bagaimana keadaan Putra Mahkota saat ini? Maafkan saya yang tidak langsung datang mengunjungi Anda setelah Anda sadar tadinya, Yang Mulia. Banyak hal dari kuil utama yang perlu saya selesaikan terlebih dahulu. Sekali lagi saya meminta maaf."
Kali ini Avyce mencoba berbicara langsung pada Arsen melalui pertanyaan yang dia lontarkan itu. Mata emasnya yang indah memandangi Arsen dengan lembut, namun pria itu sepertinya entah tidak mau menjawab atau masih memikirkan sesuatu hingga Elxyera yang berada paling dekat dengan Arsen pun perlu menyentuh bahu sang pria.
"Yang Mulia?" panggil Elxyera dengan lembut. Sebelah tangannya naik menyentuh bahu Arsen, membuat sang pria tersentak dan menoleh memandang Elxyera. Sejenak, netra emas sang pria seolah meredup, namun tidak lama kemudian senyuman lembut kembali menghiasi wajah Arsen dan mengangkat sebelah tangannya untuk menangkup tangan Elxyera di bahunya. Dia membawa turun tangan sang wanita ke pangkuannya, namun menggenggamnya dengan lembut.
Hal itu jelas mengejutkan Elxyera, sehingga sang wanita membeku di tempat. Dia tidak menyangka Arsen akan mengambil tindakan gila ini untuk menyentuh tangannya, bahkan menggenggamnya di depan calon tunangan barunya yang tidak lama lagi akan diumumkan secara resmi?
Apa otak Arsen pun juga bermasalah karena koma selama beberapa hari itu?
"Keadaanku baik-baik saja, Avyce Heiligheid. Terima kasih banyak atas perhatian Anda. Maaf sampai membuat Anda khawatir dengan keadaanku. Tapi sekarang Anda tidak perlu khawatir lagi," ujar Arsen dengan sopan, namun bersahabat. Tawa kecil lolos dari mulutnya, namun genggaman tangannya pada Elxyera sedikit mengerat seolah tidak ingin sang wanita menjauh darinya.
Pada akhirnya, Elxyera yang mendengar percakapan itu dan merasakan genggaman tangan hangat itu tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya diam memandangi Avyce kembali yang terlihat tersenyum manis, namun sama sekali tidak mendekat ataupun mundur keluar dari ruangan. Mungkin wanita itu memang menunggu untuk dipersilahkan oleh Arsen, tapi Elxyera rasanya sangat bingung dan ganjil dengan situasi ini.
"Saya senang sekali mendengarnya, Yang Mulia. Kalau begitu..."
"Aku merasa akan lebih baik jikalau Anda kembali ke kamar Anda, Nona Avyce. Anda mengatakan bahwa Anda tadinya memiliki kesibukan, bukan? Saya mengerti akan hal itu, dan saya tidak ingin tamu istana jatuh sakit karena terlalu memaksakan diri. Saya menghargai bantuan Anda. Saya dengar selain Tuan Ranchy, Anda pun berperan dalam membantu saya."
Ucapan tegas itu seketika memotong ucapan Avyce. Dimana langsung saja membuat Avyce dan Elxyera nampak membeku di tempat. Bahkan Elxyera sama sekali tidak menyangka dengan kalimat yang dia dengar dari Arsen. Pria itu seharusnya tidak seperti itu. Arsen yang dia tahu akan memberikan perhatian manis pada Avyce, bahkan walaupun Elxyera ada disana.
Namun nyatanya tangan siapa yang tengah di genggam sang Putra Mahkota saat ini? Elxyera bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa dengan kalimat sopan Arsen yang secara halus mengusir Avyce dari tempat ini.
'Apa aku bermimpi?' batin sang wanita bertanya-tanya, merasa bahwa mungkin saja dia bermimpi saat ini, karena tidak menyangka kalau dia mendengar Arsen akan mengatakan kalimat itu pada Avyce. Ataukah mungkin Elxyera yang terlalu cepat menyimpulkan? Mungkin saja Arsen sangat peduli dengan keadaan Avyce hingga tidak ingin wanita itu sakit, kan?
Elxyera tidak bisa membiarkan itu! Dia tidak bisa membiarkan kehadirannya justru membuat hubungan antara Arsen dan Avyce yang sudah ditardirkan itu merenggang. Dengan cepat matanya kembali bergulir memandang Arsen, mengucapkan kalimat yang kembali membuat perhatian Arsen tertuju padanya dengan sedikit terkejut.
"Yang Mulia, saya rasa tidak masalah jikalau Nona Avyce ingin berada disini untuk memastikan keadaan Anda. Mungkin saja Tuan Ranchy meminta beliau mengecek keadaan Anda juga," bujuk Elxyera seketika, membuat ruangan itu kembali hening beberapa saat. Bahkan Mervis yang mendengarnya terlihat sama terkejutnya dengan Arsen dan Avyce. Namun segera saja Avyce kembali memasang wajah sopannya karena tidak menyangkakan hal itu.
Dari ketiga orang lain di sekitar Elxyera, Arsenlah yang paling terlihat terkejut. Mata emas sang pria bahkan membelalak beberapa saat mendengarkan permintaan sang wanita, melihat wajah tersenyum Elxyera yang begitu manis. Mengesampingkan keinginannya untuk bersama sang wanita, Arsen menutupi pemikirannya itu.
Ah, dia tahu dia tidak boleh egois. Bahkan sebenarnya kalau bisa, dia ingin sekali menendang Mervis keluar dari ruangan ini agar dia bisa berdua saja dengan Elxyera. Tapi kalau sang wanita yang sudah meminta itu darinya, bagaimana bisa Arsen tidak mengabulkan permintaan dari tunangannya yang manis itu.
"Elxy? Apa...tidak apa-apa? M-Maksudku--!"
"Permisi, Yang Mulia."
Rasanya semua jadi serba salah, ketika Oberion muncul dari balik pintu dan mengetuknya sopan. Pria itu lalu memberikan hormatnya pada Arsen. Sejenak memandang haru melihat isi ruangan itu terutama saat mendapati sosok Arsen yang telah sadar. Namun beberapa detik selanjutnya, Oberion sadar bahwa dia datang di saat yang salah.
Dia memang sama sekali tidak bermaksud memotong ucapan Tuannya. Namun melihat wajah Mervis yang pucat pasi memberikan isyarat padanya, Oberion menegak salivanya gugup. Langsung tahu bahwa ada yang salah dengan kedatangannya ini. Apalagi melihat tamu kerajaan, Avyce Heiligheid berada di ruangan ini, lalu pada Elxyera sang Putri Mahkota yang duduk di dekat Arsen.
Rasanya lidah Oberion kelu, seolah melupakan tujuannya datang ke sini. Kalau boleh, dia lebih senang kalau Arsen segera menyuruhnya keluar dari ruangan ini. Namun karena tidak ada yang berkata dari keempat orang di dalam ruangan itu, Oberion merasa tubuhnya berkeringat dingin, dan usia nyawanya mungkin berkurang beberapa tahun karena tatapan Arsen yang terlihat datar memandangnya sekarang.
"Salam bagi cahaya kekaisaran Matahari, Yang Mulia Putra Mahkota, Tuan Putri, dan Nona Avyce Heiligheid. Saya datang menyampaikan pesan dari Duke Hellion bahwa beliau sudah menyelesaikan tugasnya dan ingin bertemu dengan Putri Mahkota."
Ah, mendengar itu Elxyera langsung tahu bahwa Ayahnya akan mengajaknya pulang. Kalau tugas sang pria tidak ada lagi di istana untuk hari ini, tidak ada gunanya Elxyera berlama-lama di tempat ini juga, kan. Wanita itu pun mengangguk kecil tanda bahwa dia mengerti.
"Aku mengerti. Aku akan segera bertemu Ayah," balas Elxyera dengan pelan membuat Oberion sekali lagi membungkuk sopan dan sedikit mundur melewati pintu yang terbuka itu. Pria itu masih berdiri disana dalam diam, yang artinya akan mengantarkan Elxyera bertemu Hellion. Namun Arsen yang langsung tahu itu seolah tidak rela.
"Elxy..."
"Yang Mulia, saya rasa saya tidak bisa berlama-lama disini. Saya harus menemani Ayah pulang. Saya harap Anda beristirahat dengan baik dan semoga kesehatan Anda semakin membaik," ujar Elxyera dengan lembut dan sopan. Netra merah muda rubellitenya kembali memandangi mata emas Arsen. Namun wanita itu pun tersenyum lembut seraya menarik pelan tangannya dari genggaman Arsen.
Kali ini pria itu tidak menahannya, membiarkan genggaman itu terlepas dengan perasaan pasrah yang enggan. Andai dia bisa, dia ingin menahan wanita itu dan mengantarnya pulang sendiri nanti. Namun Arsen sendiri tahu keadaannya saat ini hanya akan menjadi beban bagi Elxyera.
"Kau akan datang lagi nanti? Kapan kau kembali ke Akademi?" tanya Arsen dengan nada sedikit serak, tidak rela harus segera berpisah sekarang. Namun sang wanita berambut pirang itu pun hanya terdiam sejenak seolah memikirkan jawabannya. Cukup mengejutkan baginya dengan tingkah Arsen hari ini, namun di satu sisi Elxyera tidak mengomentarinya.
"Besok sore, Yang Mulia. Saya akan mengusahakan untuk datang lagi jikalau tidak ada halangan, Yang Mulia. Beristirahatlah, saya izin undur diri, Yang Mulia. Semoga cahaya kekaisaran Fargaven memberkati Anda," salam Elxyera dengan sopan, berdiri dari duduknya dan langsung memberikan hormatnya pada sang pria. Wajahnya yang tenang pun kembali memandang Arsen, namun senyuman lembut pun terlihat menghiasi.
Elxyera bisa melihat wajah Arsen yang kaku, seolah tidak siap untuk ditinggalkan. Namun sang pria pun tidak banyak bicara ketika dia mengangguk pelan, mengizinkan sang tunangannya untuk pulang. Tanpa banyak bicara, Elxyera pun berbalik, memandangi Avyce yang masih berdiri di tempatnya namun kembali membungkuk sopan saat Elxyera berdiri di depannya.
"Tuan Putri."
Sentuhan lembut pun diberikan Elxyera di bahu Avyce, membuat wanita itu mendongak dan memandangi Elxyera balik. Tatapan wanita berambut pirang di depannya ini terlihat begitu lembut sejenak membuat Avyce terkesiap.
"Tolong jaga Yang Mulia Putra Mahkota. Sampai jumpa lagi nanti di Akademi, Nona Avyce."
Setelah mengucapkan kalimat itu dengan lembut, Elxyera pun mengambil langkah untuk keluar dari ruangan. Meninggalkan tempat yang hening itu untuk mengikuti Oberion yang sudah siap mengantarkannya pada Ayahnya. Wanita itu bahkan tidak berbalik untuk memandang Arsen kedua kalinya.
Namun dalam perjalanannya, dia merasa jantungnya tidak bisa berhenti berdebar kencang. Pipinya sedikit merona mengingat ucapan Arsen, dan bagaimana sikap pria itu padanya. Terlebih lagi, ada begitu banyak keganjilan yang didapatkannya dari Arsen. Terutama tentang memori itu. Sosok wanita yang dipanggil Leticia. Ada begitu banyak misteri disini.
Sang wanita tidak bisa menduga mengapa apa yang ada disini berbeda dengan di kehidupan sebelumnya. Apa mungkin karena waktu yang berbeda dan kemunculan Avyce yang berbeda? Dia mengakui kalau ini terlalu cepat beberapa tahun, namun dia tidak menyangka sebuah perubahan seperti ini akan terjadi.
'Sebenarnya...apa yang terjadi disini?'
--🔸--
Ruangan Arsen yang serba putih itu terasa dingin setelah kepergian Elxyera. Sang pria rasanya tidak nafsu makan lagi. Matanya hanya memandangi mangkoknya yang isinya sisa setengah. Namun dia tidak ada niatan kembali untuk melahapnya. Di satu sisi, dia masih bisa melihat Avyce yang berdiri di dekat pintu. Dia sudah tidak bisa menyuruh sang wanita itu pergi lagi karena izin dari Elxyera tadinya.
Tapi apa gunanya kalau Elxyera sudah tidak ada disini lagi bersamanya?
"Duduklah, Nona Avyce Heiligheid."
Akhirnya setelah sekian lama dia pun mempersilahkan Avyce untuk duduk. Wanita itu sejenak tersentak dalam keheningan yang sudah berlangsung sejak perginya Elxyera beberapa saat lalu, namun senyuman tipis pun menghiasi wajahnya saat dia pun mengangguk sopan dan mendekat ke arah tempat tidur Arsen, memilih duduk di kursi yang berada di sisi tempat tidur sang pria.
Perhatian Arsen pun kembali tertuju pada Mervis lagi. Pria itu masih berdiri diam di ujung bawah sisi tempat tidurnya. Terlihat sopan menunggu apapun perintah yang ingin disampaikan oleh Arsen padanya.
"Mervis, bawa kembali makanan ini. Aku sudah selesai memakannya," ujar Arsen langsung, sedikit mendorong nampan makanannya yang masih tersisa. Pria itu sebenarnya bukan sosok yang pilih makanan, apalagi kalau dia sudah melahapnya. Namun dia sudah merasa bahwa nafsu makannya menghilang sekarang, sehingga tidak mungkin dia memaksa diri untuk menghabiskannya kan.
"Eh? Tapi Yang Mulia, ta--!"
"Bawa kembali saja."
Kalimat yang lebih dingin pun terdengar membuat Mervis tersentak. Dia langsung menyadari bahwa mood Arsen pun memburuk. Sesaat lalu bunga-bunga mungkin bermekaran di hati sang pria ketika Elxyera masih berada di sisinya. Dan apa ini, duri mawar mungkin sudah menutupi hati itu sesaat setelah tunangan tercinta Putra Mahkota menghilang di balik pintu.
"Baiklah, Yang Mulia. Saya izin untuk diri, Yang Mulia, Nona Heiligheid." ujar Mervis dengan sopan ketika dia maju mengambil nampan berisi mangkuk makanan itu. Segera saja kembali meletakkannya di atas troli makanan dan membungkuk sopan pada kedua sosok di dalam ruangan itu.
Tanpa banyak berkata apa-apa, Mervis mendorong troli itu saat melihat Arsen mengangguk singkat, sedangkan Avyce tersenyum lembut sebagai responnya. Tidak berselang lama, pria itu sudah keluar dan menutup pintu ganda itu lagi meninggalkan Arsen dan Avyce di dalam ruangan yang besar itu.
Selama beberapa saat, tidak ada yang berbicara. Baik Arsen dan Avyce pun sama sekali tidak ada yang memulai pembicaraan itu terlebih dahulu. Namun pergerakan tangan Avcye yang saling bertautan pun menarik perhatian Arsen, dan matanya bisa melihat sang wanita hendak berbicara padanya.
"Yang Mulia, Anda..."
"Apa maumu sebenarnya, Avyce?"
Jikalau kata bisa membunuh, siapapun yakin kalau nada suara Arsen saat ini bagaikan pisau tajam yang bisa menusuk hati. Nada dingin itu terdengar mengancam, dan netra emas Arsen terlihat tidak bersahabat memandangi Avyce yang duduk tidak jauh darinya. Sesaat, dia bisa melihat ekspesi Avcye yang terlihat tenang, melipat tangan di atas pangkuannya. Namun sang wanita sama sekali tidak terkejut dengan ucapan dingin yang dilontarkan sang Putra Mahkota padanya.
Hingga akhirnya, seringaian tipis menghiasi wajah Avyce. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Arsen, namun di satu sisi tertawa kecil menyadari bahwa mereka memang hanya berdua saja di dalam ruangan itu. Yang artinya, tidak akan ada yang bisa mendengar percakapan mereka disini sampai Mervis kembali.
"Oh, kau kasar sekali, Arsen. Padahal aku datang kesini untuk melihat keadaanmu, mengingat statusku yang--!"
"Jangan main-main denganku, Avyce! Aku sudah memperingatkanmu untuk jangan mencari masalah dalam hal ini dan tidak dekat-dekat dengan Elxyera! Dan kau tahu apa? Elxyera mengatakan kau datang padanya membawa sebuah surat padanya atas namaku! Surat apa yang dia maksudkan?"
Arsen langsung pada intinya. Nadanya dingin dan penuh penekanan. Suaranya tidak terlalu keras, namun dari ekspresi Arsen , Avyce sudah tahu kalau pria itu terlihat sangat kesal. Apalagi tangan Arsen terlihat terkepal disisi tubuhnya, memancarkan amarah yang tidak bisa ditahan oleh Arsen.
Sejak awal dia sudah tahu ada yang salah. Apalagi ketika mendengar ucapan Elxyera yang mengatakan bahwa Avyce membawakan sesuatu untuk sang tunangan. Namun Arsen sama sekali tidak mengerti apa itu dan satu-satunya orang yang bisa dia tanyai hanya wanita di depannya ini. Tapi Avyce terlihat diam di tempatnya.
"Yang Mulia, Anda terlalu kaku," kekeh Avyce lagi dengan nada sopannya. Kali ini sang wanita bersedekap dada dan memiringkan kepalanya ke samping, memandang Arsen dengan pandangan penuh makna. Menyadari sesuatu pada sang pria yang memang terlihat berbeda. Sejak awal, dia dan Arsen sendiri sudah sama-sama tahu. "Tapi melihat bagaimana sikapmu, apa semua ingatanmu sudah kembali?"
Pertanyaan itu menyentakkan Arsen di tempatnya. Tubuhnya terasa kaku, dan tidak menyangka Avcye akan menebak sampai disana. Mata emas yang senada dengan mata sang pria pun memandang seolah akan menembus kepala Arsen, namun pria itu tidak akan pernah kaku dengan ancaman dari wanita di depannya ini.
Karena baik dia dan Avyce berada dalam posisi yang sama.
"K-Kau...bagaimana bisa..."
"Arsen, kau pikir sudah berapa lama kita bekerja sama? Memang terkadang sulit mengingat bagaimana kesepakatan kita membuat semuanya menjadi membingungkan. Tapi aku yakin kau sudah mengingatnya dengan sangat jelas. Baik tentang Elxyera sendiri dan juga...tentang Leticia."
"Ap--Urghh!!"
Netra Arsen membelalak mendengar ucapan itu. Tangannya terkepal erat, namun dia terlihat diam di tempatnya. Ingin rasanya dia berteriak marah, namun dia tahu harus menahan emosinya. Justru, seketika dadanya terasa sakit, membuat sebelah tangannya pun bergerak mencengkram sebelah dadanya, dimana lambang hitam kutukan itu seharusnya berada. Menjalar di tubuh Arsen, memberikan rasa sakitnya. Sebuah tanda yang bahkan membuatnya jatuh ke dalam komanya.
"Kau terlalu memaksakan dirimu. Tapi aku tidak menyangka cara yang dilakukan Tuan Ranchy akan berhasil," lirih Avyce yang memandangi Arsen yang kesakitan. Wanita itu hanya menghela nafas panjang. Merasa Arsen terlalu bodoh memaksakan diri seperti itu. Karena dia mengingat sesuatu yang sangat penting.
"Kemampuan Nona Amity saja tidak bisa menyembuhkanmu dari kutukan itu, apalagi menyadarkanmu. Tuan Ranchy dan aku pun hanya bisa merendam kekuatanmu. Tapi...bagaimana bisa kau tersadar dan kembali dalam keadaan semula sepert ini? Aku yakin karma Dewa tidak semudah itu dipatahkan."
Avyce terlihat memikirkan sesuatu, memandang Arsen yang mulai menyesuaikan rasa sakit itu. Walaupun sakit, itu tidak sesakit sebelumnya. Dan Arsen pun baru menyadari bahwa itu jelas berbeda dengan sebelumnya. Sejenak, dia terdiam dan membuka beberapa kancing kemeja yang dia kenakan, memperlihatkan dadanya dan lambang disana.
Warna hitam yang seharusnya mengutuk sang pria disana, berubah berpendar perak kehijauan karena sesuatu. Membuatnya langsung menyadarinya, mengingat sesuatu dari masa lalunya. Dan sontak itu semua mengingatkannya pada hari dimana Elxyera bisa menyembuhkan tangannya yang terluka karena kekuatan kegelapannya sendiri.
"Tapi...tapi bagaimana bisa...?"
Arsen tidak mengerti itu. Dia yakin dia tidak melakukan kesalahan dalam rencanaya di masa lalu. Dia mengingat dengan jelas bagaimana dia melakukan itu semua untuk Elxyera. Namun apa yang dia dapatkan sekarang? Warna murni yang menjadi perlambang kekuatan sejati Elxyera kembali muncul?
Tunggu, dia tahu sesuatu...
"Ivarios...Blanchius, pria itu..."
Senyuman kembali menghiasi wajah Avyce saat mendengar lirihan Arsen. Dia pun tertawa kecil mengingat sesuatu yang sangat penting. Dimana dirinya pun terlibat. Namun wanita suci itu merasa bahwa tidak masalah untuk menceritakannya pada pria di hadapannya.
"Anda membicarakan tentang surat itu kan, Yang Mulia? Surat itu memang benar datang bersama dengan surat dari kerajaan yang dikirimkan pada saya. Namun begitu memegangnya, saya langsung menyadarinya, bahwa surat itu bukan surat biasa. Namun Tuan Ranchy mengatakan bahwa untuk tetap memberikannya pada Tuan Putri Elxyera," jelas Avyce langsung tanpa basa-basi lagi. Mengingat hari dimana dia menerima surat itu, dan Ranchy yang mendampinginya saat itu mengatakan bahwa surat itu lebih baik tetap diserahkan pada Elxyera.
"Untuk tidak membuatnya curiga."
"Jangan bilang kalau pria itu..."
"Beruntunglah kau ingatanmu sudah kembali dengan baik sebelum kesialan itu menimpa Tuan Putri Elxyera lagi, Arsen. Dan ya, Dei Blanche sudah mulai bertindak."
Tubuh Arsen terasa sangat kaku mendengar itu. Nafasnya yang memburu pun perlahan memelan, namun pikirannya kacau memikirkan hal tersebut. Matanya membelalak, dan benaknya seketika dipenuhi dengan bebagai macam memori yang melintas begitu cepat, memberikan kesadaran bagi Arsen.
"Aku akan menghen--!"
"Tidak bisa secepat itu, Arsen. Apa kau lupa firman Dewa tidak bisa dilawan begitu saja? Kau harus mengikuti aturannya dengan baik?"
"Persetan dengan semua itu!! Aku sudah terkena karmanya dan itu tidak bisa menghalangiku lagi! Kau pikir aku akan diam saja membiarkannya berada di dekat Elxyera??"
Netra Arsen kembali menatap Avyce dengan tajam, membuat sang wanita sejenak tersentak di tempat. Namun helaan nafas panjang pun lolos dari mulutnya, dan membuat senyuman tipis sendu menghiasi wajahnya. Dia memang tahu Arsen selalu memikirkan wanita itu, dari dulu bahkan hingga sekarang.
"Tapi aku tidak. Dan aku tidak akan mengambil langkah untuk menerima karma itu. Lagipula kau pikir....siapa yang menyelamatkan Elxyera saat kau sendiri tidak bisa menyelamatkannya, Putra Mahkota?"
Sebelah tangan Avyce pun terangkat, dan sebuah cahaya berwarna emas bercampur merah muda rubellite pun muncul disana. Di dalam cahaya tersebut, terdapat sebuah mutiara kecil berwarna merah muda. Sebuah perlambang kehidupan yang langsung diketahui oleh Arsen, membuat sang pria menggeretakkan giginya. Dirinya harus mencoba menahan emosinya disini.
"Menghentikan waktu setengah kehidupan Tuan Putri itu sangat sulit, Yang Mulia. Dan ingat, kau mempercayakan itu padaku karena aku tidak bisa disentuh sembarangan karena hakku sebagai gadis suci. Aku rasa aku mengerti mengapa Dei Blanche mengeluarkan firman yang mengikat kita berdua sekarang," ucap sang wanita dengan gusar, tertawa lirih memikirkannya. Sejak awal dia tahu Dei Blanche memiliki pemikirannya sendiri dan langkahnya sendiri.
Dia Dewa yang penuh dengan perhitungan.
Di satu sisi, Avyce hanya tersenyum sendu melihat warna merah muda yang indah di matanya itu. Sesaat, tangannya terulur untuk menyentuh lembut mutiara itu. Merasakan kehangatan yang sangat familiar baginya, namun dia pun memiliki keegoisannya sendiri. Dia tidak seperti Arsen yang akan bertindak begitu saja.
"Kau sudah gagal 10 kali untuk menyelamatkannya di kehidupannya ini," lanjut Avyce yang jelas sekali membuat hati Arsen terasa sakit mengingatnya. Bagaimana pun langkah yang diambilnya, semua itu seolah tidak bisa melawan Firman yang ada. Dia mengerti hal itu, dan membuatnya terdiam sejenak.
Tapi sebagaimana mereka perlu bertindak, Arsen bisa menyadarinya dengan baik. Menyadari kebodohannya, dan merutuki dirinya yang tidak kuat untuk melindungi sosok yang disayanginya. Mulai dari pertama bertemu hingga saat ini.
Ucapan yang keluar dari mulut Avyce selanjutnya bagaikan pisau yang menusuk jantungnya dengan dalam.
"Karena bagaimana pun itu, Firman Dei Blanche akan selalu berkata. Elxyera akan tetap ditakdirkan untuk mati, selama dia berada di sisimu, Arsen dier Fargaven."
----🗝️--
🔹-- PART II IN BETWEEN : FIN --🔹
[Note : (づ。◕‿‿◕。)づ(づ。◕‿‿◕。)づ
Hai, hai. Bertemu lagi dengan saya di chapter terakhir untuk bagian kedua In Between ini. Akhirnya bagian keduanya telah selesai!! (つ≧▽≦)つ
Nah, nah, gimana menurut kalian chapter akhir ini? Apakah ini bisa menjawab sebagian besar pertanyaan yang kemarin diajukan di chapter note penting, atau justru membuat kalian semakin bingung? ( ꈍᴗꈍ)
Maafkan saya yang memberikan banyak rasa penasaran yang membingungkan ini. Enggak bermaksud kok, hanya karakternya yang dalam cerita saja yang suka membingungkan, hehe.
(っ.❛ ᴗ ❛.)っ
Ngomong-ngomong, karena cerita sudah memasuki bagian dua akhir, dan tidak lama lagi memasuki bagian 3.A, akan ada chapter khusus yang akan saya publish sebelum chapter cerita selanjutnya muncul. ^_^
Tentunya adalah chapter jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kalian kemarin. Saya akan memberikan jawaban berdasarkan sejauh cerita berjalan agar tidak memberikan spoiler bagi kalian nantinya. ( ꈍᴗꈍ) Soalnya kan kalau sudah dapat spoiler, ceritany mungkin tidak menarik lagi nanti. ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)
Selain itu, mungkin chapter ringkasan cerita dan kata istilah dalam cerita serta chapter khusus perkenalan semua karakter disini pun akan saya update juga. Karena itu tunggu saja updatenya ya. (✿^‿^)
Selanjutnya, sebenarnya saya tidak menyangka kalau cerita saya ini akan sampai sejauh ini. Bahkan tidak berpikir akan memasuki bagian ketiga sekarang. (╥﹏╥)
Saya sangat berterima kasih pada kalian yang sudah membantu dan memberikan dukungan untuk cerita ini sampai saat ini baik melalui view-nya dan juga votenya. Saya memang tahu masih banyak kekurangan disini, namun saya senang karena masih banyak yang menikmati cerita buatan saya. (◕ᴗ◕✿)
Untuk chapter selanjutnya, saya mungkin tidak bisa update cepat. Tapi saya rasa tidak akan hiatus kok. Kalau hiatus pun pasti akan saya kabari langsung di update cerita. ^_^
Mungkin saya sudah terlalu banyak berkata-kata di note chapter kali ini, haha! Tapi sekali lagi terima kasih banyak bagi kalian semua yang sudah mampir ke cerita saya. Semoga kalian sehat selalu dan bahagia, ya. Sampai bertemu di chapter selanjutnya. (人*´∀`)。*゚
Nantikan chapter khusus dan bagian barunya! (つ≧▽≦)つ Semoga hari kalian menyenangkan!]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top