64. Pertemuan Baru
--🗝️--
Elxyera memandangi istana besar kekaisaran Fargaven yang ada di depannya. Namun wanita itu nampak diam di belakang Ayahnya yang berbicara dengan Oberion, kepala prajurit khusus di kekaisaran ini dan merupakan salah satu asisten dari Putra Mahkota juga.
Seperti pilihannya, dia datang ke sini bersama Ayahnya. Dia pun tidak membawa Snow karena takutnya makhluk itu tidak terbiasa dengan tempat sebesar ini, sehingga Elxyera meminta tolong Irvette untuk merawat hewan manis itu. Untungnya, Snow cepat terbiasa dengan Irvette, membuat Elxyera merasa gemas. Namun sekarang, apa yang perlu menjadi fokusnya adalah tempat dia berada sekarang ini, kan.
Sesaat, Elxyera bisa melihat kegugupan di wajah Oberion saat memandangnya, namun senyuman tenang kembali menghiasi wajah pria itu saat memberikan hormat pada Hellion dan Elxyera lagi. Seolah bisa menyembunyikannya dalam akting yang bahkan bisa langsung ditebak oleh Elxyera sendiri.
"Mari ikut saya, Duke, Tuan Putri. Yang Mulia Kaisar sudah menunggu Anda," ujar Oberon dengan ramah dan sopan, mengajak baik Hellion dan Elxyera untuk mengikutinya. Langkah Hellion terdengar pelan memasuki pintu masuk besar istana tersebut, diikuti dengan Elxyera yang hanya diam di belakang sang pria.
Entah mengapa, memasuki istana ini mengingatkannya pada hari dimana dia marah pada Arsen yang seenaknya membatalkan pertunangan itu, dan hari dimana dia menentang sang putra mahkota di tangga besar menuju lantai dua di bagian depan kerajaan itu. Sesaat, matanya memandang ke arah tangga besar itu sebelum akhirnya menoleh lagi untuk mengikuti Ayahnya dan Oberion yang bergerak menuju ruang singgasana kaisar di tempat lain.
Elxyera tahu bahwa dia tidak sebaiknya melibatkan perasaannya lagi dalam masalah ini. Mengingat dirinya mengambil langkah untuk menghindari kemungkinan besar pernyebabnya mengalami kematiannya itu. Bahkan walaupun cintanya pada Arsen lebih besar dari Avyce, Elxyera tahu dia tidak punya kesempatan berada di sisi sang pria.
Pria yang memang sudah mengambil langkah untuk mengabaikannya, agar dapat memilih jalan lain untuk kebahagiaan sang pria sendiri. Namun disinilah Elxyera, dengan bodohnya meminta untuk ikut setelah mendengar kabar tentang apa yang terjadi pada Putra Mahkota yang tidak lama lagi akan membuangnya.
Namun apa daya Elxyera menentang semua itu, dimana pada akhirnya dia harus menghadapi kematiannya sendiri karena terikat karma nyata yang terucapkan dalam Firman Dei Blanche.
Dia tidak akan mengulangi itu lagi, tidak ingin mengulanginya lagi, namun melangkah untuk menghadapi jauh lebih susah dibandingkan melarikan diri. Memegang statusnya yang walaupun tidak akan menjadi tunangan Putra Mahkota, dia akan menjadi wanita yang akan menggantikan tugas Ayah dan Ibunya suatu saat.
Hubungan baik sangat diperlukan antara dirinya dan Arsen, bahkan Avyce. Suka atau tidak, Elxyera harus berusaha untuk menghadapi itu kedepannya. Bekerja di samping Arsen dan Avyce dan menopang mereka sebagai tangan kanan yang handal. Seperti yang dilakukan Ayahnya pada kaisar masa sekarang.
Namun persiapan firman baru ini lebih rumit dari yang dia pikirkan. Dalam perjalanan menuju ruang singgasana kerajaan, sang wanita memandang sekitar. Melihat beberapa pelayan yang berlalu-lalang setelah memberi hormat untuk mengurus beberapa hal. Di sisi lain, Elxyera sudah bisa langsung menebak apa yang dilakukan para pelayan itu.
Entah membantu persiapan yang memang dibicarakan Ayahnya, atau...mengurus Putra Mahkota yang entah ada dimana.
Ah, membicarakan Putra Mahkota seketika mengingatkan Elxyera lagi dengan keadaan sang pria. Pikirannya melayang kepada kejadian beberapa hari sebelumnya. Latihan bertarung antara Arsen dan Ivarios. Sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari bahwa keduanya adalah sosok yang kuat. Walaupun kejadian di akhir itu jelas tidak dapat dilihatnya dengan baik.
Ya, apa yang terlihat setelah dinding pelindung itu hancur kala itu, adalah sosok Ivarios yang berlutut di hadapan Arsen seraya memegangi bahunya yang terluka cukup parah. Sedangkan Arsen nyaris tidak dapat berdiri dan bertumpuh pada pedangnya dengan satu kaki yang tertekuk.
Setelah latihan bertarung yang menegangkan itu, keduanya pada akhirnya tidak dapat melanjutkan kembali dan latihan itu dinyatakan seri. Walaupun banyak yang tidak bisa menyimpulkan, kebanyakan murid pun tahu kalau Arsen itu kuat, walaupun di sisi lain Elxyera merasa bahwa Ivarios menahan kekuatannya.
Karena Elxyera sendiri sadar betapa berbahayanya kekuatan Dewa. Dimana dia mengingat kejadian saat dia mengikuti tes untuk menunjukkan kekuatannya yang adalah kekuatan Ivarios yang waktu itu dia gunakan. Setidaknya itulah yang dia pikirkan mengingat dampak yang terjadi saat itu sangat membahayakan. Sehingga dia terpaksa bertemu dengan wali kelasnya.
Itu jelas sangat berbahaya dan Elxyera tidak ingin hal buruk terjadi karena itu.
'Tenanglah, Elxy. Jangan terlalu memikirkan hal itu.'
Sang wanita membatin untuk menenangkan dirinya. Merasa bahwa tidak ada gunanya sekalipun dia memikirkan itu sekarang. Memikirkan Arsen hanya akan membuatnya semakin sakit hati. Dalam langkahnya untuk mencoba mengalihkan perhatiannya, dia sadar bahwa dia tidak bisa terus terpana dalam satu hal itu saja.
"-yera...Elxyera."
Panggilan itu menyentakkan Elxyera dari lamunannya. Ketika kepalanya mendongak, dia mendapati Ayahnya memandangnya balik dengan tatapan khawatirnya. Pria itu mengulurkan tangan untuk mengusap kepala anaknya dan mendekat untuk memastikan Elxyera baik-baik saja. Sedangkan Elxyera sendiri bisa melihat Oberion berdiri di belakang Ayahnya, memandangnya dengan tatapan khawatir juga.
"Kau baik-baik saja? Ayah sudah bilang untuk tidak memaksakan diri untuk ikut. Mungkin lebih baik jikalau kau kembali saja ke rumah. Ayah bisa menyampaikan pada Yang Mulia Kaisar bahwa kau baru saja kembali dari Akademi."
"Aku baik-baik saja, Ayah. Tidak perlu khawatir."
Elxyera cepat-cepat mengelengkan kepalanya. Merasa bahwa hal itu tidak perlu dilakukan. Mengingat dirinya datang ke sini dengan tujuannya sendiri. Memastikan bagaimana keadaan Arsen yang entah ada dimana juga sekarang. Setidaknya dia masih punya hati untuk memerika keadaan pria itu, sebelum akhirnya nanti dia sendiri yang akan tersakiti karena pilihan Arsen untuk meninggalkannya demi Firman Dei Blanche.
"Baiklah kalau begitu. Ayah hanya tidak ingin kau memaksakan dirimu karena ini. Ayah tahu kau khawatir dengan keadaan Putra Mahkota. Tapi Ayah yakin beliau pun tidak ingin kau juga sakit jikalau tidak beristirahat cukup."
Ah, Elxyera bertanya-tanya apakah Arsen benar-benar akan memikirkan itu? Hatinya terasa sakit, mengingat kembali hari dimana Arsen datang ke Akademi Philosthilea dengan tujuan untuk bertemu dengan Avyce. Hanya untuk bertemu Gadis Suci yang telah disandingkan dengannya. Bersama dengan kenyataan bahwa Arsen akan berada di sisi orang lain kedepannya.
Lalu...surat itu juga. Elxyera entah merasa bersyukur atau juga sedih tidak membaca surat yagn dia bakar itu. Merasa bahwa itu adalah sebuah keputusan besar yang harus dia ambil, mengingat kedepannya dia harus bisa menata hatinya dengan baik untuk mendampingi Arsen dan Avyce.
Langkah Elxyera kecil, mengikuti Hellion dan Oberion yang kembali melangkah menuju ruangan Kaisar. Melewati beberapa prajuri yang berjaga di lorong besar yang langsung membawa mereka menuju pintu besar ruangan singgasana dari Kaisar Kerajaan Fargaven.
"Silakan masuk, Duke, Tuan Putri."
Oberion sekali lagi memberi hormat, mempersilahkan Hellion dan Elxyera melangkah masuk ke dalam ruangan yang luas namun sepi itu. Sosok Crovis sendiri sudah terlihat berada di dalam ruangan, duduk di singgasananya didampingi dengan Mervis yang berdiri di sisi belakang singgasana Crovis. Mata hitam sang Kaisar sontak menyorot tangan kanan paling terpercayanya yang datang bersama puterinya.
"Hormat bagi cahaya kekaisaran Fargaven, Yang Mulia."
Hellion mengucapkan salamnya dengan sopan ketika tiba di depan tangga panggung singgasana Crovis, membungkuk dalam untuk memberikan hormat bagi kaisar, diikuti Elxyera yang juga memberi hormat dan membungkuk sopan bagi sang pria. Meskipun begitu, entah mengapa ruangan itu terasa dingin. Membuat Elxyera sedikit gugup namun bertanya-tanya tentang sesuatu.
Apa yang tengah dipikirkan Crovis sekarang, mengetahui bahwa anaknya sendiri Putra Mahkota akan membatalkan pertunangan dengan Elxyera. Digantikan dengan kehadiran dari Gadis Suci yang disayangi semua rakyat, begitu suci dan memiliki kehebatan yang bahkan tidak akan bisa disandingi oleh Elxyera sendiri. Dan semuanya justru menjadi buruk di kehidupan sebelumnya, mengingat betapa kejamnya tindakan Elxyera pada Arsen.
Kalau kembali mengingat-ngingat, Elxyera memang bodoh memilih melukai Sang Gadis Suci, dan pantas mendapatkan karma atas Firman Dei Blanche itu. Ivarios sendiri pun sudah memperingatkannya. Sebuah peringatan yang mengingatkannya untuk tidak mengambil jalan yang salah lagi.
"Selamat datang, Duke Hellion dan...Tuan Putri Elxyera. Angkat kepala kalian."
Ucapan Crovis terdengar begitu pelan, namun sedikit serak. Sontak membuat sang wanita mengangkat wajahnya, memandang Hellion sejenak lalu kembali menatap Crovis yang duduk di atas sana. Dari ekspresi wajah sang Kaisar, Elxyera bisa menyadari bahwa pria itu kelelahan. Bahkan ekspresi penuh wibawa yang tenang itu bisa sesekali menunjukkan ekspresi seperti itu. Apa Yang Mulia Kaisar sendiri tidak memiliki istirahat yang cukup?
"Selamat datang kembali dari Akademi Philosthilea, Tuan Putri. Aku harap perjalanan Anda tidak membuat Anda lelah. Sebuah kesenangan bagiku bisa melihatmu datang bersama Duke."
Ucapan Crovis kembali terdengar pelan. Wajah sang pria terlihat tenang namun tidak cukup menyembunyikan ekspresi lelah itu. Mungkin karena persiapan pemberitaan Firman baru itu begitu memakan tenaga. Apalagi dengan keadaan Arsen yang seperti itu, walaupun Elxyera tidak tahu pasti bagaimana keadaan Arsen.
"Sebagaimana aku senang dengan kehadiran dari menantuku dan ingin menghabiskan waktu bersama Anda, saya harap Anda tidak keberatan jikalau saya meminta waktu untuk mendiskusikan beberapa hal dengan Duke Hellion."
Ucapan Crovis sejenak membuat Elxyera mengerjapkan matanya beberapa kali. Merasa ucapan sopan itu mengandung sesuatu. Mungkin Crovis berpikir kehadiran Elxyera disini untuk kunjungan pada kekaisaran? Meskipun di satu sisi, Elxyera bisa saja mengatakan dia datang ke sini untuk membantu Ayahnya dengan urusan pria itu. Tapi sepertinya...memang Kaisar pun seolah menutupi firman itu darinya.
"Dengan segala hormat, Yang Mulia. Maafkan saya jikalau kedatangan saya mengganggu kesibukan Anda di tengah persiapan ini, Yang Mulia. Saya sama sekali tidak keberatan dengan hal itu."
Sekali lagi Elxyera pun berusaha bersikap senormal mungkin. Merasa tidak keberatan kalau dai tidak diizinkan ikut dalam pembicaraan yang pastinya berhubungan dengan persiapan itu. Dari reaksi Hellion, Elxyera sendiri yakin Ayahnya tidak tahu pasti apa isi Firman itu, namun masih membantu Kaisar.
Dan di sisi lain, Elxyera menyadari bahwa mungkin berat bagi Crovis untuk menyembunyikan itu dari teman akrabnya sekaligus tangan kanan terpercayanya, apalagi pada wanita yang telah ditunjuknya untuk menjadi menantunya.
"Namun jikalau Anda berkenan, bolehkah saya meminta satu hal, Yang Mulia? Jikalau Anda tidak keberatan, bolehkah saya bertemu dengan Putra Mahkota? Saya dengar kabar Yang Mulia sedang tidak baik, jadi saya ingin melihat keadaan beliau."
Permintaan lain pun terlontar dari ucapan Elxyera. Membuat ruangan itu kembali hening. Bahkan ketika Elxyera sedikit mendongakkan kepalanya dalam posisi hormatnya, dia bisa melihat keterkejutan di wajah Mervis yang ada di sisi Kaisar, sedangkan Crovis sendiri memilih bungkam untuk beberapa saat. Tangan sang pria menutup bagian bawah wajahnya, seolah memikirkan sesuatu dalam menimang permintaan Elxyera.
Crovis tentu berpikir bahwa Elxyera pasti mengetahui itu dari Hellion. Di sisi lain, Elxyera memang tidak pernah mendapati Arsen mengalami hal seperti ini di kehidupan sebelumnya. Arsen mengalami gangguan ketidakstabilan sihir. Itu memang mungkin terjadi karena langkah yang telah berubah, mengingat sekarang Dei Blanche ikut campur dalam kehidupan Elxyera yang berusaha mengubah masa depan dan kematiannya.
Kalau memang Arsen sampai seperti itu karena pertarungannya melawan Ivarios sebelumnya, Elxyera setidaknya ingin memastikan keadaan sang pria masih baik-baik saja dan bisa pulih dengan baik.
"Jika...Jikalau itu yang diinginkan Tuan Putri, maka aku tidak bisa menahannya. Mervis, tolong antarkan Tuan Putri Elxyera menuju ruangan Putra Mahkota."
Beberapa saat berpikir, akhirnya Crovis memberikan respon. Tidak ada penekanan dalam kalimat itu, tidak ada sesuatu yang disembunyikan, bahkan tidak ada penolakan. Crovis sepertinya tidak mempermasalahkan Elxyera bertemu dengan Arsen. Sehingga Mervis yang mendengar itu pun kembali membungkuk sopan.
"Baik, Yang Mulia Kaisar."
"Terima kasih banyak, Yang Mulia."
Setelah mendengar Mervis mengiyakan, Elxyera sekali lagi mengucapkan terima kasihnya. Setidaknya selagi menunggu Ayahnya, dia memiliki sesuatu hal yang perlu dilakukannya. Memastikan bahwa Arsen sendiri baik-baik saja dan bisa pulih dengan baik. Agar Elxyera sendiri pun tidak perlu terlalu khawatir jikalau pria itu bisa kembali sehat bahkan tanpa memerlukan kehadiran Elxyera di sisi sang pria.
Tidak menunggu waktu lama, Elxyera pun memberi hormat untuk mengundurkan diri dari ruangan itu, mengikuti Mervis yang sudah siap memandunya menuju ruangan dimana Arsen berada. Langkah sang wanita pun pelan mengikuti Mervis yang melangkah, sejenak melihat pria itu berbicara pada Oberion. Namun kembali tersenyum pada Elxyera untuk menuntun sang wanita.
Ah, sungguh kasihan. Elxyera bisa melihat kegugupan baik di wajah Oberion dan Mervis sendiri. Pria kembar yang sudah menjadi pendamping Arsen sejak lama itu pasti mengerti kondisi Tuan mereka. Di sisi lain, Elxyera menimang-nimang bahwa apakah keduanya telah mengetahui isi firman suci itu atau tidak. Walau kemungkinan besar, mungkinkah Mervis mengetahuinya?
Pria itu menemani Arsen ke Akademi Philosthilea kemarin, kan. Dia yang memiliki kemungkinan besar mengetahui tentang Firman Suci itu, walau pastinya tentu dari mulut Yang Mulia Putra Mahkota sendiri.
"Mohon maafkan ketidaksopanan saya, Yang Mulia. Padahal Anda baru saja sampai dari Akademi dan seharusnya memerlukan istirahat."
Mervis berucap sopan kemudian, merasa bersalah karena seharusnya dia membiarkan Elxyera untuk beristirahat terlebih dahulu. Namun karena permintaan wanita itu sendiri dan perintah dari Crovis, tentu Mervis tidak bisa menolak dan hanya bisa menjalankan tugasnya membawa Elxyera bertemu dengan Arsen, kan.
"Ah, tidak apa-apa, Tuan Mervis. Saya baik-baik saja. Lagipula saya tidak punya banyak waktu di pusat kekaisaran. Besok sore saya sudah harus kembali ke Akademi, jadi setidaknya saya ingin melihat kondisi tunangan saya dan memastikan beliau baik-baik saja. Walaupun saya merasa khawatir setelah mendengar kabar mengenai beliau."
Elxyera tidak berbohong. Jelas, ketika mendengarkan informasi dari Ayahnya tadi, wanita itu seketika membeku. Tidak menyangka hal seperti itu akan terjadi pada Arsen. Mengingat pria itu kuat, namun ternyata sekalipun Arsen tidak bisa menang sepenuhnya dari kekuatan Dewa. Di sisi lain, Elxyera tidak bisa menyalahkan Ivarios, walaupun tidak tahu apa yang sepenuhnya terjadi saat pertarungan keduanya itu.
Senyuman lembut yang sopan terlihat di wajah Mervis ketika pria itu berbalik memandangi Elxyera. Merasa lega dan kagum melihat bahwa Elxyera begitu peduli pada Arsen. Walaupun Mervis sendiri mengetahui bahwa hubungan Arsen dan Elxyera baik-baik saja sebelumnya, walaupun mereka bahkan belum bertunangan selama setahun.
Namun di sisi lain, Mervis sendiri tidak bisa mengatakan, ketika wajahnya berubah suram sejenak. Menyadari satu hal yang tidak bisa dia sampaikan begitu saja pada Elxyera. Karena itu bukan haknya, dan akan rumit jikalau Elxyera mengetahuinya sekarang. Ah, rasanya Mervis sangat bersalah sekarang.
Dia pun melangkah di lorong megah yang sepi itu. Cahaya masuk melalui jendela besar yang tinggi dan terbuka itu. Elxyera menyadari bahwa bagian dari istana ini sepertinya belum pernah didatangi sebelumnya. Tempat ini tergolong suram, namun memiliki aura yang menenangkan. Elxyera rasa dia tidak ingat ada ruangan ini di kekaisaran.
Walaupun...kenyataannya dia pun tidak banyak mengunjungi istana. Dia hanya beberapa kali ke sini untuk menemani Ayahnya, menghadiri ulang tahun Putra Mahkota dan juga...ketika dia datang untuk menerima permintaan pembatalan pertunangan itu lalu mengklarifikasikan Firman Dei Blanche. Rasanya tidak banyak hal berkesan yang dia dapatkan ketika berkunjung ke istana di kehidupan sebelumnya.
Namun langkah sang wanita pun tetap mengikuti Mervis. Bertanya-tanya apakah ini jalan menuju kamar Arsen? Istana ini besar, dan rasanya nyaris jarang dia bertemu dengan anggota keluarga kerajaan yang lain. Dia merasa bahwa keluarga yang lain pastinya tinggal di kediaman istana yang lain.
"Ah."
Suara Mervis sontak membuyarkan Elxyera dari lamunannya. Membuat sang wanita mendongak dan menyadari bahwa Mervis tengah berhenti. Sang wanita berambut pirang yang berdiri di belakang Mervis awalnya tidak menyadari apa yang membuat Mervis berhenti. Namun sebelum dia hendak bertanya, Elxyera memiringkan sedikit badannya untuk melihat apa yang ditatap Mervis di depan sana.
Sosok pertama yang menarik perhatian Elxyera adalah seorang pria tinggi berambut ikal panjang berwarna perak. Elxyera tidak bisa memastikan wajah pria itu karena sang pria lain itu membelakanginya dan Mervis. Pria itu sangat asing di mata Elxyera. Bahkan tanpa melihat wajah sang pria, Elxyera rasa tidak pernah melihat pria itu sebelumnya.
Mungkinkah sosok dari kerajaan lain? Atau mungkin seseorang yang memiliki kedudukan tinggi namun tidak dikenali Elxyera? Entah mengapa itu sedikit membuatnya penasaran. Namun Elxyera segera menyadari bahwa dari gelagat sang pria asing, dia terlihat berbicara dengan seseorang.
Hanya saja, seketika saat menatap sosok yang diajak bicara, Elxyera membeku di tempat. Mulutnya hampir menganga karena kaget, namun untungnya Mervis membelakanginya hingga tidak menyadari ekpresi terkejutnya itu. Karena sang wanita sendiri tidak menyangka akan bertemu sosok itu disini.
Avyce Heiligheid terlihat berdiri di hadapan pria asing itu, tersenyum manis dan nampaknya sedang berbicara. Keduanya terlihat berbicara dengan serius, namun di sisi lain terlihat akrab. Namun Elxyera terlalu terkejut untuk mendengarkan dengan baik percakapan itu, hingga tersentak ketika menyadari pria asing itu seketika menoleh karena menyadari kehadiran Mervis dan juga Elxyera.
Mervis yang pertama bergerak, meninggalkan ketidaktahuannya pada Elxyera yang terlihat masih membeku terkejut di belakangnya. Pria pelayan setia Putra Mahkota itu terlihat hormat pada dua sosok di hadapan mereka. Namun senyuman lembut pun menghiasi wajah pria asing itu ketika menyadari kehadiran Mervis pun tidak sendirian disini. Mata berwarna ganjilnya itu sontak terfokus pada Elxyera.
"Tuan Ranchy. Nona...Avyce Heiligheid."
Ucapan Mervis terdengar kaku, terutama saat mengucapkan nama dari wanita yang terlihat masih tersenyum manis, sekarang berdiri sopan di belakang pria asing yang Elxyera langsung ketahui namanya sebagai Ranchy. Nama yang asing, sekali lagi membuat pikiran Elxyera kosong. Wanita itu terlalu terkejut melihat kehadiran Avyce di istana ini .Di sisi lain, nama Ranchy pun sama sekali tidak pernah hadir dalam kehidupan masa lalunya juga.
"Ah, Tuan Mervis. Tidak perlu sehormat itu pada saya. Daripada itu, Anda datang bersama..."
"Tuan Putri Elxyera! Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda disini!"
Seruan Avyce seketika terdengar memotong ucapan Ranchy. Wanita manis itu terlihat senang menyadari wajah yang dikenalinya. Membuat Elxyera tersentak mendengar suara tidak asing itu, dan akhirnya memaksakan senyuman manis dalam perubahan wajah kakunya yang begitu cepat. Ah, ini sangat buruk ,pikirnya. Dia tidak ingat melihat wanita itu ada di istana sebelum firman diberitakan.
Tunggu. Elxyera sendiri sadar bahwa di kehidupan sebelumnya pun, dia minim informasi tentang hal itu. Dia tidak tahu, apakah Arsen pun sudah lama membiarkan Elxyera tinggal di istana bahkan jauh sebelum firman itu diberitakan. Daripada itu, hati sang wanita seketika terasa sakit dalam serangan tiba-tiba ini, hingga rasanya begitu kacau.
Kalau tahu begini, rasanya dia ingin lari saja. Tidak ingin melihat wanita ini, walaupun dia harus bisa menghadapinya dengan lapang dada.
'Tenang Elxy. Ini hanya satu kali. Kedepannya kau akan sering melihat ini. Kendalikan dirimu,' batinnya dalam senyuman sopannya mendengarkan pangiglan itu. Bahkan dia bisa langsung melihat bahwa Avyce sontak memberikan hormat terdalamnya bagi wanita di hadapannya.
Ah, Elxyera merasa bodoh sekarang. Entah mengapa kalimat yang keluar dari mulut Avyce tadi terasa salah di telinga Elxyera. Di sisi lain merasa lucu dengan gelar yang keluar dari mulut wanita berambut putih perak itu. Tuan Putri, katanya. Status yang tidak lama lagi akan berpindah pada wanita yang memberikan hormat pada Elxyera itu.
"Tuan...putri? Oh, Yang Mulia Putri Mahkota Elxyera vel Cresentra. Suatu kehormatan bisa bertemu Anda secara langsung."
Di satu sisi, Ranchy terlihat sedikit bingung. Membuat Elxyera tidak menyalahkannya. Wajah pria itu sejenak terlihat tenang, namun ekspresi kebingungan sama sekali tidak nampak, begitu kontras dengan nada bicara bingung itu tadinya. Elxyera tidak menyalahkan itu, mengingat keberadaan Elxyera pun jarang diketahui orang lain. Dia memang adalah putri Duke. Namun tidak banyak yang mengenali wajahnya, sebelum akhirnya dia ditunjuk sebagai tunangan Putra Mahkota.
Namun masa-masa seperti itu akan segera berakhir, sesaat setelah statusnya sebagai Putri Mahkota diberikan pada Avyce Heiligheid.
Elxyera pun bisa melihat Ranchy memberikan hormat padanya juga. Entah mengapa merasa aneh dengan sikap itu. Ah, padahal tidak lama lagi gelar itu akan menghilang darinya. Tapi setiap orang selalu saja menunjukkan semua kesopanan padanya karena dirinya adalah Putri Mahkota.
"Ah, Nona Avyce, senang bisa bertemu Anda disini juga. Dan Tuan... Terima kasih banyak. Tapi Anda berdua...tidak perlu terlalu formal pada saya."
Tawa kecil yang seharusnya terdengar bersahabat, keluar dari mulut Elxyera dengan sedikit serak. Namun sang wanita masih berusaha mempertahankan senyuman sempurnanya agar kedua pria di hadapannya itu tidak menyadari kegugupannya. Elxyera seketika merasa bodoh tidak melatih ekspresinya terlebih dahulu.
Dia pun bisa melihat kedua sosok itu menegapkan badannya, bersama dengan Mervis yang berdiri dengan sopan lagi, sedikit menyingkir ke dinding ruangan membiarkan Elxyera berbicara pada dua sosok itu. Walaupun Elxyera bisa menyadari bahwa Mervis menatapnya dengan pandangan penuh dengan perasaan tercampur. Ah, Elxyera bisa langsung tahu.
"Ah, terima kasih banyak, Tuan Putri. Dan maafkan saya sebelumnya. Perkenalkan, nama saya Ranchy. Saya adalah salah satu bawahan Sang Optivus dari Kuil suci utama Dei Blanche. Sekali lagi suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda."
Ungkapan itu terdengar ramah dan menenangkan. Elxyera sendiri tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria bernama Ranchy itu karena merasakan sesuatu yang familiar dari pembawaan dan aura sang pria.
Sesuatu yang asing, namun di sisi lain terasa sangat familiar. Entah mengapa dia merasa bahwa ada sesuatu pada Ranchy yang berusaha mengingatkan Elxyera pada sesuatu yang dikenalinya, walaupun tidak tahu apa itu.
Walau di satu sisi yang mengejutkan, dia tidak menyangka bawahan Sang Optivus akan datang ke sini. Mungkin untuk membantu persiapan firman Dei Blanche itu? Pantas saja Elxyera tidak mengenalinya karena tidak pernah bertemu di kehidupan sebelumnya juga.
"Terima kasih banyak. Tuan Ranchy. Seperti yang sudah Anda ketahui, perkenalkan nama saya Elxyera vel Cresentra. Suatu kehormatan bagi saya juga bertemu salah satu anggota dari Kuil Suci."
Sebaliknya Elxyera pun menunjukkan kesopanannya dan memberi hormat. Senyumannya masih senantiasa terpasang manis, bahkan dia memandang Avyce sekilas. Wanita itu, di satu sisi mengejutkan terlihat sangat senang saat memandang Elxyera. Mungkin Avyce tidak menyangka dengan kehadiran Elxyera disini? Namun setidaknya Elxyera lega bisa menunjukkan respon yang baik untuk wanita itu.
"Tidak apa-apa, Yang Mulia. Daripada itu, saya baru pertama kali ini bertemu dengan Anda dan tidak menyangka akan bertemu dengan Anda disini. Apa Anda memiliki urusan di tempat ini?"
Elxyera tidak menyangkakan pertanyaan itu dari seorang anggota kuil suci. Mungkin Ranchy penasaran? Namun itu pun hanya sebuah pertanyaan normal biasa, sehingga sang wanita merasa tidak masalah untuk membahas itu. Walau entah mengapa melihat kehadiran Avyce disini memang tidak bisa menenangkan hatinya juga.
"Saya datang berkunjung bersama Duke Hellion vel Cresentra. Namun saya datang ke sini juga untuk mengunjungi dan melihat keadaan Yang Mulia Putra Mahkota. Saya dengar bahwa beliau sedang dalam keadaan tidak baik, membuat saya merasa khawatir dengan keadaan beliau."
Tanpa menyembunyikan apa-apa, ucapan itu lolos dari mulut Elxyera. Merasa bahwa tidak ada gunanya dia menyembunyikan itu juga. Lagipula baik Ranchy dan Avyce pun akan tahu juga nantinya, walau dia berpikir, kedua sosok ini pastinya sudah lebih dulu tahu keadaan tentang Putra Mahkota yang dikatakan tidak sehat itu.
Sejenak, Elxyera bisa melihat wajah Avyce berubah murung mendengar Elxyera membahas tentang Arsen. Seolah wanita itu sangat bersedih dengan apa yang terjadi pada Arsen. Dan di satu sisi, Ranchy pun terdiam sejenak dalam jawaban yang diberikan Elxyera. Walau sepertinya pria itu juga terlihat berpikir.
"Anda ingin bertemu dengan Putra Mahkota ya. Berarti Tuan Mervis ingin mengantarkan Tuan Putri bertemu beliau," gumam Ranchy entah pada dirinya sendiri, atau pada Mervis dan Elxyera. Hanya saja, ketika netra biru bercampur perak keunguan itu memandangnya lagi, Elxyera tersentak dan merasa aneh.
"Benar, Tuan Ranchy."
"Kalau begitu biar saya yang mengantarkan Anda, Tuan Putri. Lagipula saya akan kembali memeriksa keadaan beliau sekarang. Jikalau Anda tidak keberatan dengan itu."
Tawaran yang mengejutkan, membuat pikiran Elxyera kembali melayang kemana-mana. Di satu sisi berpikir kehadiran Ranchy disini adalah untuk firman suci itu, namun di sisi lain dia mendapatkan kenyataan baru bahwa mungkin saja kuil suci mengirimkan sesuatu untuk mengurus keadaan Arsen yang tidak stabil itu.
Jelas itu membuat Elxyera khawatir, berpikir apakah keadaan Putra Mahkota separah itu sampai kuil suci pun turun tangan? Bisa gawat juga kalau kuil suci tahu bahwa keadaan Putra Mahkota seperti itu bisa saja karena berhubungan dengan Ivarios sang dewa, kan? Mata Elxyera pun memandang Mervis, bisa melihat kegugupan pria itu sejenak.
"Jikalau...Anda tidak keberatan, Tuan Ranchy. Terima kasih banyak," ucap Elxyera pada akhirnya mengiyakan dengan lembut. Sesempurna mungkin menutupi wajah penuh khawatirnya itu tentang keadaan Arsen. Namun matanya segera menangkap pergerakan dari Avcye yang hendak mengatakan sesuatu pada Ranchy.
"Kalau begitu saya juga akan bertemu--!"
"Nona Avyce, Anda baru saja bertemu dengan Putra Mahkota tadi. Akan lebih baik jikalau Anda sekarang fokus pada pekerjaan Anda. Mengingat hari pemberitaan Firman pun sudah dekat. Sekarang lebih baik Anda pun istirahat terlebih dahulu. Tuan Mervis, maukah Anda mengantar Nona Avyce ke kamarnya?"
Ucapan Ranchy langsung terdengar memotong kata-kata Avyce. Dan walaupun memang terdengar tidak sopan, nada suara Ranchy terdengar begitu sopan dan juga penuh perhatian. Wajah lembutnya itu sekali lagi tersenyum, bahkan seolah tidak terpengaruh dengan wajah Avyce yang seolah memohon padanya.
Namun di sisi lain, Elxyera kembali larut dalam satu pemikiran yang membuat hatinya sakit seolah diremas dengan kuat. Kenyataan tidak terbantahkan bahwa anggota-anggota kuil suci pun kemungkinan besar sudah mengetahui isi firman suci itu. Melihat bagaimana Ranchy memperlakukan Avyce dengan penuh perhatian seperti itu.
Mervis pun tidak terlihat membantah. Pria itu hanya memandang Elxyera sejenak dan memberi hormat. Mulutnya membuka ingin mengatakan sesuatu.
"Yang Mulia, mohon maafkan saya tidak bisa menemani Anda. Namun Tuan Ranchy akan mengantarkan Anda bertemu dengan Putra Mahkota," ucap sang pelayan dengan sopan, yang segera dibalas dengan anggukan lembut dari Elxyera. Wanita itu pun tidak menyalahkan Mervis yang tidak bisa menemaninya, walaupun Crovis yang memerintahkan. Lagipula Ranchy juga mengatakan ingin melihat keadaan Arsen lagi, kan.
"Tidak apa-apa, Tuan Mervis. Terima kasih banyak sudah mengantar saya sampai disini. Kalau begitu saya akan pergi bersama dengan Tuan Ranchy. Dan Nona Avyce, semoga nanti kita bisa bertemu lagi."
Dengan wajah tenangnya dan senyuman ramah yang menghiasinya, Elxyera berucap lembut baik pada Mervis dan setelahnya pada Avyce. Mata emas wanita itu pun sontak memandang Elxyera, dan senyuman ceria menghiasi wajah khawatir Avyce yang begitu polos dan suci. Wanita manis yang pastinya begitu peduli dengan keadaan Arsen.
"Iya, Tuan Putri Elxyera."
"Mari, Tuan Putri."
Setelah perpisahan singkat itu, Elxyera kembali mendengar suara Ranchy. Lalu segera saja mengikuti langkah sang pria yang menyusuri lorong itu lagi. Dengan pelan, Elxyera berjalan seraya memandangi punggung Ranchy. Sekali lagi merasa tidak asing dengan sosok Ranchy. Entah mengapa mengingatkannya pada satu hal. Namun di sisi lain juga membingungkan. Mata indah itu, entah mengapa mengingatkan Elxyera pada Ivarios.
--🗝️--
[Note : Semoga kalian menikmati ceritanya. Selamat membaca dan semoga hari kalian menyenangkan. (つ≧▽≦)つ]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top