48. Jalan yang Seharusnya Berubah
--🔹--
Sesuai dugaan, Arsen tidak mengunjungi Elxyera selama jam pelajaran berlangsung hingga pulang. Entah karena tidak ingin mengganggu jam pelajaran atau memang bukan tujuan kedatangan Arsen, Elxyera pun tidak terlalu memikirkannya dan memilih menghabiskan waktunya bersama teman-temannya. Dia sudah tahu kalau dia perlu mempersiapkan dirinya sendiri dengan kemungkinan seperti ini.
Karena Firman Dei Blanche sudah keluar, dan sesuai dengan perkataan Ivarios sendiri, bahwa hal tersebut tidak bisa diganggu-gugat. Kenyataan yang justru akan kembali terulang meskipun waktunya berbeda.
Sang wanita berambut pirang bahkan ingat Avyce juga tidak kembali ke kelas pada jam kelas siang hingga pulang, walau masuk ke kelas kembali untuk mengambil barangnya bersama Halafena yang menemani.
Sepertinya Sang Gadis Suci yang dikabarkan sebagai keturunan dari Dei Blanche sendiri sudah mengetahui takdir yang menunggu di depan, sehingga dia bisa memasang wajah bahagia seperti itu.
Elxyera bisa melihat wajah Avyce yang jauh lebih bahagia dari biasanya, membuat teman-temannya penasaran dan dengan polosnya Avyce mengatakan dengan jelas apa yang membuatnya harus melewatkan jam kelas siang hingga jam pulang ini.
"Putra Mahkota...datang mengunjungiku hari ini," jelasnya dengan malu-malu. Membuat beberapa pasang mata para bangsawan membelalak mendengarnya karena tidak percaya dengan hal tersebut.
Itu jelas menghebohkan seisi kelas, bahkan Diziel dan Ivory yang bingung. Namun keduanya tidak mengatakan apa-apa ketika Elxyera sudah lebih dulu melangkah keluar agar tidak terjebak dalam gosip kelas yang mungkin akan melayang kemana-mana itu.
Bersamaan dengan langkah wanita itu, pandangan mata murid-murid seolah menusuk punggung Elxyera sehingga dia berharap bisa melewati kehebohan itu.
"Elxy?"
Panggilan itu membuat Elxyera menghentikan langkahnya dan menoleh, menyadari Diziel yang berjalan menghampirinya cukup cepat karena sang wanita sendiri sudah melangkah jauh lebih cepat untuk menghindari bisikan-bisikan buruk yang mengandung namanya dalam pembicaraan itu lagi.
Pria itu terlihat cukup bingung dengan apa yang terjadi. Sehingga ketika Diziel berhenti di sisi Elxyera yang juga tidak melanjutkan langkahnya, dan pria hanya menggaruk kepalanya sedikit canggung. Dirinya ingin menanyakan sesuatu, walau keraguan itu tentu ada karena dirinya berasal dari kerajaan lain.
"Uhh, apa kau ingin kembali ke asrama secepat ini?" tanya pria tersebut, memperbaiki posisi tasnya yang dia pegang dengan satu tangannya dan menggantungnya ke belakang tubuhnya. Matanya memandang Elxyera dengan sedikit khawatir. Mungkin karena mendengar pembicaraan tidak jelas di dalam kelas dan juga tidak melihat Arsen datang ke sini di jam pulang.
"Ah...iya. Apa kau...perlu sesuatu, Diziel?"
Verica bisa menyadari kekhawatiran itu di mata Diziel. Di satu sisi itu cukup menyentuh dirinya, karena memang dia menganggap Diziel sebagai temannya sekarang. Apalagi karena Arsen secara teknis menuliskan dalam suratnya bahwa pria itu mempercayai Diziel dan Ivory.
Apa-apaan maksud Arsen itu? Apa itu sama artinya dengan sang pria yang menyerahkan tanggung jawabnya sebagai tunangan Elxyera pada orang lain?
Di belakang Diziel, dia bisa melihat Ivory dan Ivarios yang berjalan mendekat. Sama seperti Diziel, Ivory memperlihatkan ekspresi khawatirnya. Namun berbeda dengan Ivarios yang pastinya sudah mengetahui itu. Walau proses yang ada sedikit berbeda dengan yang ada di kehidupan Elxyera sebelumnya, alurnya kurang lebih sama.
Tidak lama lagi Norine mungkin akan kembali berkuasa dalam merendahkan dirinya sebagai tunangan gagal milik Putra Mahkota, dan kemungkinan buruknya, hubungannya dengan Astrella dan keluarga kerajaan yang lain bisa saja memburuk kalau Arsen membatalkan pertunangan itu.
Pertunangan ya.
Elxyera bahkan tidak memikirkan hal tersebut, dan tidak mau ambil pusing dalam masalah yang ada. Kalau Arsen memang akan membatalkan pertunangan yang baru berjalan beberapa bulan itu, dia tidak mempermasalahkannya. Asalkan dia tidak kembali terkait dalam rantai takdir kematiannya.
Sekarang yang perlu dipikirkannya hanyalah bagaimana caranya agar tidak menyeret keluarganya ke dalam masalah ini. Dia memang tidak ingin mati, tapi dia tidak masalah harus menanggung malu seorang diri asalkan Ayah Ibunya tidak terkena imbas hal ini.
"Tidak, aku hanya sedikit bingung. Ucapan Avyce tadi...tentang Putra Mahkota. Tidak mungkin kan kalau beliau tidak mengunjungimu juga?"
Diziel tidak bermaksud ikut campur, dan Elxyera sendiri mengerti hal itu. Dilihat dari perjalanan mereka bersama sebelumnya, Diziel pasti melihat bahwa hubungan Elxyera dan Arsen baik-baik saja. Setidaknya itulah yang terlihat sebelumnya hingga saat ini hal itu justru menjadi tanda tanya yang besar.
Senyuman lembut menghiasi wajah Elxyera kemudian, dan kepalanya menggeleng kecil. Dia tidak bisa mengatakannya secara langsung karena itu adalah Firman Dei Blanche yang suci. Sesuatu yang akan disebarkan oleh Kuil utama sendiri nantinya. Orang-orang hanya perlu menunggu waktu mendengarkan Firman itu disebarluaskan nanti.
"Aku juga tidak terlalu tahu. Tapi kedatangan Putra Mahkota hari ini sepertinya memang ada hubungannya dengan Nona Avyce Heiligheid, Diziel. Aku tentu tidak bisa mengganggu pekerjaan Putra Mahkota, kan." Elxyera pun angkat bicara, berbalik dan memandang dengan jelas ketiga sosok di hadapannya ini. Walau Ivarios sendiri tidak terlihat terlalu mendengarkan karena percaya Elxyera bisa menyelesaikan masalah ini sendirian tanpa batuannya.
Elxyera hanya berharap Diziel dan Ivory mengerti hanya dengan jawaban itu, tidak merasa curiga dengan apa yang terjadi. Setidaknya apa yang terjadi antara Arsen dan Elxyera sendiri. Karena sang pria bahkan bersikap begitu berbeda dengan apa yang tertulis di suratnya dan sikapnya yang tidak mengunjungi Elxyera saat ini.
Ivarios benar kalau manusia memang hebat. Mereka bisa melakukan apapun sendirian dan merubahnya walau hanya dengan kekuatan sendiri.
Manusia itu menarik, dan Ivarios ingin tahu sampai mana batas yang bisa dilakukan oleh seorang manusia sendiri tanpa memerlukan dirinya ikut campur tangan lebih dalam membantu.
Diziel di hadapannya masih memandang Elxyera dalam diam, lalu bertukar pandang dengan Ivory di sisinya. Sang wanita berambut biru gelap itu pun tidak mengatakan apa-apa, tapi entah mengapa keduanya jelas tidak puas dengan jawaban yang diberikan Elxyera padanya.
Kata Putra Mahkota itu terdengar seolah dipaksakan keluar dari mulut Elxyera. Biasanya sang wanita pun akan langsung memanggil nama Arsen. Namun kali ini semua keganjilan itu terlihat jauh lebih kuat dari biasanya. Apakah ini masalah serius di kekaisaran Fargaven? Dan Elxyera tidak bisa membicarakan ini dengan leluasa?
"Apa karena kekuatan Avyce Heiligheid?"
Seperti biasa, Diziel memang banyak bertanya. Namun kalau bukan karena Ivarios ada bersama mereka, dia mungkin sudah menceritakan tentang Firman Dei Blanche yang muncul. Diziel bahkan tidak akan mencurigai bagaimana Elxyera bisa tahu itu mengingat status Elxyera yang untuk saat ini masihlah Putri Mahkota.
Tapi wanita itu kembali mengurungkan niatnya. Mungkin memberitahu itu pada Diziel dan Ivory justru hanya membuat keduanya berada dalam bahaya karma yang melingkar di firman Dei Blanche itu sendiri. Dia tidak ingin membahayakan sosok sahabatnya itu.
"Kemungkinan seperti itu. Aku tidak tahu banyak juga. Akan lebih baik untuk tidak ikut campur urusan Yang Mulia Putra Mahkota agar tidak ada masalah yang timbul," ungkapnya pelan. Tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini.
Mendengar itu, Diziel kembali mengangguk kecil. Tidak mengatakan apapun lagi. Merasa sudah cukup mengerti dengan satu hal itu, Elxyera kembali tersenyum kecil.
"Kalau begitu aku akan pergi duluan. Ada hal yang perlu aku urus terlebih dahulu," ujar Elxyera yang segera berbalik kembali dan mengambil langkah meninggalkan ketiga sosok temannya tersebut.
--🔹--
Melewati lorong dan berbelok di beberapa persimpangan lorong, Elxyera pun tiba di bangunan paling belakang area akademi Philosthilea. Tempat itu cukup sepi, bahkan tidak ada orang yang berlalu-lalang di area sepi ini karena takut dengan rumor hantu di akademi ini.
Walaupun begitu, Elxyera sendiri tidak pernah melihat hantu ketika datang ke sini. Dan justru suka datang ke sini sejak dia masuk tingkat tiga. Semua karena satu tempat rahasia yang tidak sengaja ditemukannya saat terjebak dan tersesat di bangunan paling angker di akademi Philosthilea ini.
Langkah sang wanita berhenti di depan sebuah dinding semak tinggi yang menutupi sebuah pintu gapura batu sehingga siapapun yang melihat akan mengira kalau itu adalah jalan buntu. Namun ketika Elxyera maju dan melihat ke sisi kanan semak, terdapat sebuah jalur kecil berhimpitan dengan dinding batu yang cukup bisa dilewati ukuran tubuh orang dewasa.
Ini adalah jalan menuju tempat rahasia Elxyera. Dan wanita itu merasa bahkan di saat terpuruknya seperti ini, dia hanya bisa menenangkan diri disini. Karena hanya dirinya saja dan dirinya sendiri yang tahu tempat ini.
Elxyera lalu melangkahkan kakinya perlahan ke sisi kanan pintu gapura itu. Menggeser sedikit demi sedikit badannya melewati celah pas itu untuk tiba di seberang celah tersebut. Dedaunan yang ada menggelitik lehernya ketika dia lewat, namun aroma alam yang mulai tercium seketika menenangkan hatinya.
Tidak butuh waktu lama hingga Elxyera tiba di sebuah bukaan taman yang tidak terlalu besar, ditutupi pohon besar dari atas yang tumbuh lebat di tengah taman itu. Cahaya matahari yang mulai mempersiapkan diri untuk menenggelamkan diri masih terlihat masuk dari sela-sela pepohonan tersebut, menyinari taman indah yang ditumbuhi berbagai macam bunga yang begitu indah.
Sejujurnya, Elxyera tidak pernah tahu kalau ada tempat secantik ini di akademi. Tapi ketika dia menginjak tahun ketiganya disini dan tersesat di bangunan tua paling ujung di Akademi Philosthilea, dia tidak sengaja menemukan tempat indah ini.
Entah siapa yang merawat sebelumnya, tapi ketika dia menemukannya, taman ini terlihat begitu indah dan terawat, walau bebatuan tinggi bangunan yang mengurung taman ini di dalamnya terlihat sudah berumur dan berlumut. Mungkin ada seorang pegawai yang merawat tempat ini, atau mungkin murid lain?
Tapi Elxyera tidak ingat kalau ada orang lain uang pernah datang ke sini selain dirinya, sehingga sang wanita menetapkan bahwa dia akan menjadikan tempat ini sebagai tempat rahasia persembunyiannya.
Langkah Elxyera memasuki area taman yang tenang itu. Suara serangga dan kicauan burung dari atas pohon mulai terdengar, dan seketika itu juga hati Elxyera rasanya ditenangkan. Dia pun berhenti ketika tiba di dekat sebuah kursi taman panjang yang berada di tengah taman bunga itu, dekat dengan sebuah meja batu bundar yang cukup tua namun kokoh.
Setelah menemukan tempat ini, Elxyera selalu menyempatkan diri untuk merawatnya hampir setiap hari. Walau karena asrama perempuan memiliki aturan yang cukup ketat untuk jam malam, dia tidak bisa selalu mengunjungi tempat ini dengan leluasa pada malam hari.
"Hari ini tempat ini terlihat indah seperti biasa. Maafkan aku karena baru bisa datang hari ini setelah tahun ajaran baru dimulai," ujarnya lembut pada tempat yang sudah seperti teman bicara wanita itu sendiri. Terkadang berbicara pada tanaman membuat Elxyera menjadi sedikit tenang walau itu terkesan aneh.
Namun mengingat sebelumnya dia tidak punya teman berbicara di akademi pada kehidupan sebelumnya, tempat ini sudah menjadi tempat yang menyaksikan dan mendengarkan semua keluh kesah Elxyera hingga pada akhirnya dia mati terbunuh. Sekarang semuanya telah berbeda, berubah karena kenyataan bahwa dia dihidupkan kembali dan bertemu dengan pangeran yang dicintainya.
Elxyera pun mengelus sedikit kursi batu itu lalu memilih duduk. Matanya memejam sejenak menikmati dinginnya tempat itu dan suara binatang yang terdengar menenangkan. Tidak lupa juga dengan suara mata air di sisi belakang taman yang sepertinya tidak pernah kering.
'Rasanya sudah lama tidak setenang ini,' batinnya seraya menghela nafas panjang. Mengingat setelah dirinya lulus dari akademi, dia memang tidak pernah mengunjungi tempat ini lagi. Dia juga tidak tahu siapa yang mengurus tempat ini setelahnya, ataukah ada murid yang berhasil menemukan tempat rahasia ini.
"Andaikan aku bisa mengurung diri disini saja selamanya," lirihnya dan mendongakkan kepala. Matanya yang membuka pun dihadapkan dengan dedaunan lebat dari pohon besar yang tumbuh disitu. Elxyera berharap suasana menenangkan ini bisa bertahan selamanya, jikalau bisa.
Walau itu adalah pemikiran egois, entah mengapa dia lebih senang mengurung diri disini daripada harus menghadapi masalah di luar sana. Dia hanya bisa berharap Arsen segera meminta pembatalan pertunangan itu agar dia tidak perlu repot-repot menjadi orang jahat lagi untuk menjahati Avyce.
Sang wanita pun kembali menundukkan kepalanya, mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman itu juga hingga dia menemukan semak bunga mawar Rubellite yang tumbuh di dekat semak -semak Forsythia yang tumbuh lebat.
Ah, disini bunga Rubellite itu ternyata bisa tumbuh dengan indah. Elxyera bahkan ingat ketika dia menemukan tempat ini, bunga itu sudah ada disana menghiasi taman ini dengan lebat. Warna merah mudanya bagaikan kristal yang mengkilap di bawah cahaya matahari. Begitu pas dengan latar belakang warna kuning dari semak-semak Forsythia yang tinggi menghiasi.
Warna merah muda Rubellite itu terlihat indah, namun seketika membuat Elxyera teringat dengan hadiah pemberian Arsen padanya. Hal itu kembali membuat hatinya terasa diremas kuat, namun Elxyera menghela nafas panjang untuk menenangkan dirinya.
Ah, rasanya dia tidak ingin memikirkan Arsen kembali. Karena pria itu sudah membuatnya kacau seperti ini, walau Elxyera berusaha keras untuk menerima semua itu dan mengikuti rencana yang diberikan oleh Ivarios padanya.
Membiarkan Arsen mendekatkan diri dengan Avyce lalu membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Pilihan paling tepat adalah pergi menjauh dari Arsen sang Putra Mahkota, menghindari kematiannya. Setidaknya itulah yang dipikirkan Elxyera untuk saat ini.
Tapi suara gemerisik semak-semak yang bergerak membuatnya menoleh, sehingga dengan segera pandangan Elxyera tertuju pada dinding semak tinggi yang menjadi jalur pintu masuk ke taman ini.
Itu membuat Elxyera srdikit panik dan spontan berdiri, tidak menyangka kalau bisa saja ada orang yang masuk ke sini.
'Tapi jalan masuk itu sempit dan orang lain yang tidak tahu tidak akan bisa langsung menduga kalau itu jalan masuk!' batinnya bertanya-tanya, melihat sekeliling karena tidak tahu harus bagaimana. Kalau itu adalah orang lain yang mungkin merawat tempat ini, Elxyera mungkin tidak masalah.
Hanya saja, sejauh ini dia tidak pernah melihat ada orang lain di tempat ini, dan juga teringat dengan rumor hantu di Akademi Philosthilea, tidak akan ada yang berani ke sini. Setidaknya itu untuk para murid.
Namun Elxyera bahkan tidak sempat berlari untuk bersembunyi ketika matanya menangkap sosok familiar yang melangkah masuk ke dalam taman. Tubuh Elxyera seketika kaku saat melihat sosok yang tidak asing baginya.
Netra emas itu bertubrukan dengan netra merah muda Rubellite milik Elxyera. Dan wanita itu bisa mendengar dan melihat ekspresi terkejut Arsen yang terpampang jelas di wajah sang pria yang berdiri di jalur masuk taman itu.
"Elxy."
Bagaimana bisa Arsen ada disini??
--🔹--
[ Note : Halo, Halo! \^_^/
Ngomong-ngomong, maafkan saya dengan chapter yang satu ini, kalau mungkin kurang menarik dan menggantung. ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)
Tapi sebenarnya chapter ini pun mengandung sesuatu yang bermakna di dalam cerita ini sih. Kalau kalian membaca chapter-chapter sebelumnya di cerita ini dengan baik, pasti langsung bisa melihat mana yang ganjil. (≧▽≦)
Walau ya, karena sekarang sudah mulai memasuki konflik, yang sadar dengan semua keganjilan yang ada di cerita ini, mungkin akan dibuat bingung pada awalnya, hehe. ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)
Ngomong-ngomong, terima kasih banyak pada semua yang sudah membaca cerita saya ini karena view-nya bahkan sudah sampai lima ribuan dan vote yang sudah begitu banyak. Walau memang tidak sebanding dengan cerita lain yang hebat dan menarik, saya harap cerita saya ini bisa membuat pada pembaca saya menikmati ceritanya.
Walau masih banyak kekurangan dan mungkin typo dan penulisan yang tidak seusai dimana-mana, terima kasih banyak karena sudah mendukung cerita saya sejauh ini. (◕ᴗ◕✿)
Saya rasa itu saja yang bisa saya sampaikan untuk saat ini. Semoga hari kalian menyenangkan. \^_^/]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top