44. Waktu yang Berbeda, Kenyataan yang Berulang

--🔹--

Setelah pulang dari akademi, apa yang dilakukan Elxyera hanyalah mengurung diri di kamarnya. Dia bahkan berpikir kalau tadinya bisa melewatkan waktu makan malam bersama di ruang makan asrama agar tidak perlu bertemu siapapun. Namun kedatangan Ivory ke kamarnya membuat Elxyera tidak tega untuk menolak.

Di satu sisi, dia tidak habis pikir kenapa ini bisa terjadi. Arsen yang menyembunyikan kenyataan bahwa Firman Dei Blanche telah muncul, dan juga Ivarios yang tidak memberitahunya secara langsung.

Padahal pria itu secara langsung mengikat perjanjian padanya. Namun di satu sisi memang banyak yang masih disembunyikan pria itu darinya. Karena kenyataan dimana Ivarios Blanchius pun berbeda dengan nama Dei Blanche, wanita itu merasa bahwa akan berbahaya jikalau dia terlalu terlihat dengan sang Dei Blanche sendiri.

Walau kenyataannya pria itu menawarkan diri untuk membantu Elxyera.

"Tuan putri? Kau tidak suka makanannya?" tanya Ivory tiba-tiba membuat lamunan Elxyera terbuyarkan dan mengalihkan pandangannya segera pada Ivory di sisinya. Dia baru menyadari kalau dirinya hanya memainkan makanan yang ada di piringnya dengan garpu, bahkan tanpa menyuapkan sesendok pun ke dalam mulutnya.

"Oh, ini...bukan apa-apa. Aku hanya sedikit lelah," ucap Elxyera mencoba menjelaskan. Karena tidak ingin kalau Ivory jadi salah paham karena ini. Bahkan dia tidak sempat bertemu Diziel dan Ivory tadinya sebelum jam pulang karena sudah lebih dulu diseret oleh Nicolas ke ruangan kerja Halafena.

"Apa kau sakit?"

Pertanyaan Ivory yang terlihat khawatir itu kembali dijawab dengan gelengan dari Elxyera. Oh, sepertinya dia sudah membuat temannya yang satu ini khawatir dengan keadaannya sendiri. Elxyera pun memasang senyuman manis di wajahnya. "Tidak, aku baik-baik saja. Mungkin hanya butuh istirahat."

Mata Ivory sekali lagi memandang Elxyera lekat seolah menerawang jauh untuk menemukan keganjilan di jawaban yang diberikan Elxyera padanya. Namun selain senyuman yang sedikit kaku dan jawaban yang diberikan Elxyera tadi, Ivory tidak menemukan apapun yang cukup berarti.

Mungkin benar bahwa ini ada hubungannya dengan tes kemampuan di akademi hari ini. Namun karena Elxyera tidak mengatakan apapun, Ivory tidak banyak bertanya karena tidak ingin membuat Elxyera merasa tidak nyaman.  Tapi sepertinya Elxyera lebih dulu menyadarinya dan tertawa kecil.

"Aku sunggu baik-baik saja," ujarnya dengan nada yang terdengar meyakinkan. "Tenang saja, Ivory. Aku juga tidak mendapatkan hukuman atas apa yang terjadi. Jikalau itu yang mungkin kau khawatirkan bersama Diziel."

Dia segera menjawab daripada Ivory yang nantinya bertanya setelah memberanikan diri atau bahkan Diziel sendiri esok harinya. Pikiran sang wanita sudah cukup terputar hari ini, apalagi ketika mengetahui kenyataan bahwa ternyata kesibukan Arsen selama ini berhubungan dengan Avyce Heiligheid.

Mata Elxyera kembali tertuju pada sosok wanita yang menjadi pusat perhatian di akademi saat ini. Tidak jauh dari meja tenpat Elxyera dan Ivory makan, ada satu meja lain yang dikerumuni oleh murid-murid lain dari berbagai tingkatan. Dan ysng jadi pusat perhatian disana adalah Avyce Heiligheid.

Setelah kenyataan terungkap bahwa wanita itu bisa menggunakan kekuatan cahaya, informasi tentang Avyce Heiligheid mulai tersebar ke berbagai tingkatan di akademi Philosthilea. Walau itu bukan urusan Elxyera, wanita itu sadar kalau orang-orang mulai membicarakan pula bagaimana bisa seorang wanita dari desa terpencil masuk ke sini.

Tentu dia membutuhkan bantuan seseorang, kan?

"Oh, ya. Bagaimana uji kemampuan sihir setelah aku pergi tadi, Ivory? Apa tesnya masih dilanjutkan?" tanya Elxyera mencoba mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Sehingga dia pun bertanya dengan bagaimana uji tes kemampuan itu dilanjutkan setelah Nicolas dengan tidak sopannya menariknya pergi untuk dibawa menghadap Halafena. "Bagaimana dengan tesmu?"

Kalau saja Tuan Walter tidak menolongnya tadi, dia pasti sudah mendapatkan hukuman atau lebih parahnya disuruh menjelaskan secara jelas apa yang terjadi.

"Semuanya berjalan dengan baik, Tuan Putri. Tes-ku pun bisa kulakukan dengan sebaik mungkin," jawab Ivory dengan senang menceritakan apa yang dilakukannya saat tes tadi. Elxyera nampak kagum menyadari kalau memang Ivory sama kuatnya dengan Diziel. Sebagai asisten sang pria, Ivory memang bisa diandalkan.

"Tapi kau tetap harus pintar mengendalikan kekuatanmu, Ivory."

Sebuah suara mengejutkan kedua wanita tersebut. Membuat Elxyera berpikir mungkinkah ada murid lain yang menyela dalam pembicaraan mereka. Namun seketika Elxyera melihat bahwa ada sebuah gumpalan kapas yang terbentuk di atas kepala Ivory, dan ketika gumpalan buku itu berbalik, Elxyera bisa melihat sosok burung hantu gempal berwarna putih tengah bertengger di kepala Ivory seperti menandakan kalau itu adalah sarangnya.

"A-Apa?"

"Oh, Olly. Sudah kubilang jangan keluar sembarangan seperti itu kan," ujar Ivory yang segera mengangkat tangannya ke atas. Menyadari beban ringan itu disana, dia pun segera menurunkan burung hantu yang bulat seperti bola itu. Barulah Elxyera sadar bahwa makhluk itu tidak sepenuhnya berwarna putih. Ujung sayapnya berwarna biru senada dengan rambut Ivory. Walau secara keseluruhan bulunya memang didominasi dengan warna putih.

Selain itu, yang paling menarik perhatian Elxyera adalah mata sang burung hantu yang bulat, dan memiliki motif bintang berwarna emas. Dilengkapi dengan pita emas yang menghiasi sisi dada sang burung hantu.

"A-Apa ini binatang sihir milikmu??"

Elxyera berseru semangat seketika melihat makhluk manis tersebut. Senyuman ceria seketika menggantikan wajah murungnya tadi, mengangkat tangannya sedikit berniat menyentuh sang burung hantu. Namun tersadar bahwa dia tidak sopan kalau langsung menyentuh seperti itu, dia menatap Ivory dengan pandangan memohon.

Ivory di hadapannya pun tertawa kecil. Merasa lucu dengan tingkah Elxyera yang tadinya diam, justru menjadi aktif sekarang setelah melihat binatang sihirnya. "Iya, Tuan Putri. Ollitheo adalah binatang sihir yang mengikat kontrak denganku. Kau bisa memanggilnya Olly."

Wanita itu menjelaskan, lalu mengangkat Olly tinggi di depan dadanya seolah menyodorkan makhluk manis yang mengerjap beberapa kali itu pada Elxyera. Seolah memberi izin langsung pada sang wanita untuk menyentuh Ollitheo.

"Nah, Olly, perkenalkan dirimu pada Tuan putri."

Mata bulat sang makhluk mengerjap beberapa kali, memandangi sosok wanita berambut pirang di hadapannya ini lalu sedikit memutar kepala untuk memandang Ivory di belakang.

"Tuan Putri? Olly tidak ingat kalau di Frontina ada Tuan Putri. Oh, atau dia adalah wanita yang sering dibicarakan Diz--! Oh, ya! Salam kenal Tuan Putri, Elxyera. Saya Ollitheo, binatang sihir yang mengikat kontrak dengan Iv. Ivory dan Diziel sering berbicara tentang Anda!"

Ollitheo yang tadinya sedikit ragu untuk menyapa karena tidak ingat di Frontina ada tuan Putri, segera berucap ramah pada Elxyera saat mendapatkan tatapan tajam dari majikannya. Segera saja dia menyapa dengan nada riang setelah merasa tidak perlu mempertanyakan siapa sang wanita berambut pirang ini.

Namun di hadapan Ivory, Exlyera terlalu fokus dengan Ollitheo yang terlihat manis itu, sehingga mata yang berbinar senang itu sama sekali tidak teralihkan dari sang burung hantu. Sekali lagi itu mengundang tawa kecil dari mulut Ivory. "Kau bisa membalasnya, Tuan Putri. Olly tidak akan keberatan dengan itu."

"Keberatan ap--!!"

Belum sempat makhluk kecil itu selesai berbicara, Elxyera sudah lebih dulu menarik Ollitheo ke dalam pelukan erat namun tidak menyakiti dan seketika tertawa ceria. Ah, makhluk ini memang sangat empuk, pikirnya.

Elxyeta tahu bahwa di dunia ini memang ada begitu banyak binatang sihir. Namun Ayahnya tidak mengizinkan dirinya mengikat kontrak dengan satupun hewan sihir yang bisa diajak bekerja sama.

Entah atas dasar apa Ayahnya melarang, namun Elxyera tidak pernah mempertanyakan pilihan Ayahnya itu.

"Ini lembut sekali seperti kapas!"

"Olly bukan kapas! E-Ehem, dengan segala hormat, Tuan Putri. Maafkan saya yang terlalu gemuk ini, namun saya bukan tanaman kapas."

Seruan senang Elxyera mengundang ekspresi cemberut di wajah makhluk manis itu. Berniat untuk memprotes namun segera sadar bahwa itu mungkin tidak sopan, dia meralat ucapannya. Sehingga melihat itu, Ivory tertawa renyah yang kembali mengundang tatapan tajam Ollitheo yang tertuju padanya.

"Ah, tidak perlu terlalu formal padaku. Panggil saja aku Elxyera. Kalau terlalu panjang, kau bisa memanggilku Elxy." Elxyera pun melonggarkan pelukannya, menunduk sedikit untuk memandang mata unik Ollitheo yang lucu itu. Rasanya mood Elxyera sudah semakin membaik dibandingkan dengan yang tadi.

"Eh, Elxyera? E-Ehem, baiklah. Mulai sekarang akan kupanggil.... Elxy." Ollitheo yang memproses ucapan itu mengerjap beberapa kali dan terlihat menimbang-nimbang. Sebelum akhirnya dia menganggukkan kepalanya mengerti. Hal itu justru membuat Elxyera semakin senang dan menarik burung hantu itu kedalam pelukannya sekali lagi.

Ivory di hadapan mereka yang sedari tadi memandang dalam diam, tersenyum tipis. Sepertinya terlalu berlebihan kalau dia terlalu mengkhawatirkan keadaan Elxyera. Wanita itu bahkan sudah terlihat membaik sekarang. Setidaknya tidak seperti tadi yang sibuk melamunkan sesuatu.

"Tuan Putri menyukainya?" tanya Ivory lembut. "Aku senang bisa melihatmu tersenyum seperti ini. Sedari tadi sepertinya Tuan Putri banyak pikiran."

Komentar Ivory membuat Elxyera kembali melonggarkan pelukannya, dan sang wanita berambut pirang itu tersenyum tipis. Ah, dia terlihat seperti itu di depan orang lain ya. Walau dia memang tidak bisa menyangkal kalau dia memikirkan banyak hal.

"Hmm, aku sudah lebih baik. Terima kasih Ivory, Olly."

Elxyera pun meletakkan Ollitheo dengan hati-hati di tengah kursi antara dirinya dan Ivory. Dia pun mengangguk menyetujui. Ini membuat moodnya jadi lebih baik dari sebelumnya. Matanya sesaat melirik Avyce lalu kembali pada Ivory lagi. Sebagaimana Elxyera ingin menceritakan semua informasi baru yang didapatkannya, dia tidak bisa membebani Ivory dengan masalahnya sendiri juga.

--🔹--

Waktu makan malam telah selesai dan sebagian besar murid perempuan pun telah kembali ke kamar mereka masing-masing. Tentunya Elxyera juga setelah berpisah di persimpangan lorong, Elxyera pun berjalan menuju kamarnya dan masuk.

Hari ini mungkin menjadi hari pertama yang melelahkan baginya. Karena setelah berpikir bisa menjalani tingkat akhirnya dengan tenang, dia justru menyebabkan kekacauan seperti ini. Walau entah mengapa Elxyera sendiri yakin kalau kekuatannya seperti itu berkat tindakan Ivarios yang jahil.

Oh, berbicara tentang Ivarios, Elxyera jadi penasaran dengan tes uji kemampuan sang pria tadinya. Dia juga tidak bertanya pada Ivory tentang itu, tapi kalau sang pria memang adalah dewa yang menyamar, dia yakin Ivarios sudah mengatur kekuatannya agar tidak terlalu menarik perhatian orang lain.

"Tidak menarik perhatian ya. Bahkan dia tidak mengatakan kalau Firman-nya sendiri sudah keluar," ujar Elxyera menghela nafas panjang, berjalan ke arah sisi sofa yang berhadapan dengan perapian di kamarnya yang telah menyala.

Cahaya api yang berkobar-kobar itu menerangi ruangan yang setengah gelap itu, karena Elxyera tidak menyalakan lampu sihir yang menghias kamar itu. Sang wanita ingin mencari ketenangan dalam ruangan gelap ini.

Namun sekali lagi pikirannya tertuju pada penjelasan Walter. Dimana dia mengetahui kalau yang mengurus Avyce selama ini adalah Arsen. Bahkan setelah kemunculan wanita itu, kekaisaran langsung bertindak. Tanpa menunggu Firman Dei Blanche yang baru itu muncul.

Tunggu...

Kekuatan Avyce bangkit sebelum Firman Dei Blanche itu muncul. Dan Arsen sudah lebih dulu bertemu wanita itu bahkan sebelum Firman itu muncul. Tapi mengapa tidak ada yang membahas tentang firman itu?

Apakah memang kemunculan Firman itu masih dirahasiakan dari sekarang, hingga hanya beberapa orang saja yang tahu?

Sepertinya ya, karena ekspresi terkejut Hoston saat melihat kekuatan Avyce sudah menjadi jawaban kalau pria itu memang tidak tahu tentang Firman itu. Tapi apa alasan Walter bisa mengetahui itu?

Halafena mungkin menjadi suatu pengecualian karena wanita itu adalah wali kelas Avyce. Tapi kenapa sampai Walter juga?

Apa yang disembunyikan Arsen darinya?

Bahkan apakah orang-orang yang tahu tentang kehadiran Avyce juga tahu isi Firman Dei Blanche yang baru? Kalau sama seperti sebelumnya, tentu saja Kekaisaran harus segera bertindak, kan.

Dan mungkin sekarang sama halnya dengan kehidupan sebelumnya, Arsen sudah memutuskan pertunangan itu dengannya. Karena tidak ada gunanya mempertahankannya kalau Arsen memang ditakdirkan bersama sang gadis suci.

Kalau ini asalah bagian dari rencana Ivarios, pria itu seharusnya mengatakannya sekarang padanya.

"Apa sebenarnya rencana yang sudah kau siapkan, Ivarios?"

"Kau penasaran?"

Sontak mendengar suara itu membuat Elxyera terlonjak dari posisinya, dan segera menoleh ke arah asal suara. Pada salah satu jendela kamarnya yang terbuka, terlihat sosok Ivarios duduk di ambang jendela dan tertawa kecil. Namun hasilnya justru membuat Elxyera membelalak dan berdiri dari duduknya.

"Apa yang kau lakukan disini??"

Ivarios hanya mengedikkan bahu, lalu berdiri tegap ketika sepenuhnya berada di dalam kamar Elxyera. Sesaat matanya memandang sekeliling memeriksa isi kamar sang wanita lalu kembali memandang Ivarios. Pria itu bahkan terlihat santai seolah tidak melakukan sebuah kesalahan besar.

"Aku pikir ada banyak yang kau ingin tanyakan, jadi aku sekalian ke sini saja," ungkap Ivarios langsung tanpa berpikiran dua kali. Mendengar itu, mata Elxyera kembali membelalak kaget dan sadar maksud sang pria.

Itu artinya memang Ivarios menyembunyikan kenyataan itu darinya. Bahwa Firman pria itu sudah keluar dan dia tahu secara langsung tentang Avyce Heiligheid yang merupakan Gadis Suci pilihannya.

"Jadi kau...kau benar-benar mengetahuinya? Kenapa tidak mengatakannya padaku?" tanya Elxyera segera, berjalan mendekati Ivarios dan menatap sang pria tidak percaya. Dia merasa terkhianati padahal pria ini yang meminta untuk mengikat kontrak pula.

Dengan segera, Ivarios mengangkat tangannya sedikit sebagai perlindungan dari ungkapan Elxyera yang bisa saja menyembur padanya. Tapi di satu sisi dia hanya melihat tatapan sang wanita yang seperti itu, sehingga dia pun mengalihkan perhatiannya sejenak ke samping.

"Pertama, ya, tentu aku mengetahuinya. Kedua kau tidak bertanya secara spesifik apakah aku sudah mengeluarkan Firman itu atau belum." Dengan santainya, Ivarios kembali memberikan jawaban bagi Elxyera. Namun itu justru tidak membuat Elxyera puas.

"Mana mungkin aku tahu kalau firmanmu muncul lebih cepat dari seharusnya. Lagipula saat aku tanya bahwa kau memiliki hubungan dengan Avyce secara langsung, kau bilang tidak ada sama sekali."

"Itu karena dia secara teknis diurus langsung oleh Putra Mahkota. Oh, maksudku sesuatu yang lebih besar yang mengurus wanita itu. Kurasa kau juga sudah tahu," ungkap Ivarios yang bahkan tidak merasa bersalah mengatakan itu. Dia pun kembali bersandar pada dinding dekat jendela dia masuk tadi dan menyadari bahwa ada sebuah surat di atas meja Elxyera. "Lagipula sekarang, tidak ada gunanya lagi aku menyembunyikannya."

Di hadapannya, perasaan Elxyera tercampur menjadi satu. Sang pria memang menyarankan bantuan padanya, namun kalau sudah seperti ini, artinya tidak ada gunanya memperkenalkan Arsen pada Avyce lagi. Karena mereka sudah saling dekat bahkan tanpa sepengetahuan Elxyera.

"Bukankah itu bagus? Maksudku, aku bertindak lebih dulu dari yang kau rencanakan, kan. Lagipula kau sendiri bilang ingin dia menjauhimu, kan. Dengan begini artinya kau hanya perlu menambahkan beberapa hal agar mereka semakin dekat."

Elxyera bisa melihat senyuman manis menghiasi wajah Ivarios. Pria itu bahkan terlihat begitu tenang ketika berucap. Seolah tidak ada sama sekali rasa bersalah yang terselip dalam dirinya. Walaupun benar, Elxyera tidak menyangka sang pria bahkan sudah lebih dulu bertindak sebelum mengikat perjanjian padanya.

"Untuk apa kau melakukan itu? Aku yakin bukan hanya sekedar membantuku, kan?" tanya Elxyera kemudian, namun sang pria hanya bungkam beberapa saat.

"Tidak semua masa depan akan kembali terulang sesuai dengan apa yang kau lihat, Elxyera. Bisa saja itu berubah, waktunya yang dipercepat atau hal-hal lain. Kebetulan ini jauh lebih cepat," jawab Ivarios, bersedekap dan menghela nafas panjang. Merasa tidak ada yang salah dengan firman tersebut yang lebih dulu muncul.

"Tapi Avyce lebih dulu bisa menggunakan kekuatannya dibandingkan munculnya firman itu."

"Memangnya di kehidupan sebelumnya kau tahu kalau wanita itu bisa menggunakan kekuatannya bersamaan dengan kemunculan Firman itu? Tidak kan? Apapun bisa berubah, Elxy sayangku," balas Ivarios lagi tanpa merasa ada yang aneh dengan hal itu.

Namun Elxyera yang berada di hadapannya terlihat masih belum sepenuhnya percaya, membuat Ivarios kembali tertawa kecil. Merasa lucu dengan sang wanita yang sepertinya terlalu kepikiran dengan hal itu.

"Kalau kau mengkhawatirkan kematianmu yang lebih cepat terjadi, maka tidak perlu khawatir. Ingat, itu hanya berlaku karena karma yang ada, kan. Disini kau saja tidak mengenal Avyce dan tidak mendekatinya. Mungkin saja karma itu akan pindah pada orang lain?"

Ivarios kembali berucap, membuat Elxyera merasa bahwa ucapan sang pria ada benarnya juga. Disini dia nyaris tidak berinteraksi dengan Avyce. Bahkan tidak mengenal wanita itu secara langsung seperti yang berada di kehidupan sebelumnya.

"Tapi firmanmu itu, kalau Arsen memang mengetahuinya, menapa dia tidak langsung bertindak?" tanya Elxyera lagi. Tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Arsen.

"Mungkin alasan dia lebih memilih mengirimkanmu surat daripada bertemu denganmu secara langsung sekarang adalah perubahan yang terjadi? Bisa saja Putra Mahkota berusaha menghindarimu agar dia tidak merasa bersalah kalau membatalkan pertunangan denganmu, kan?" jelas Ivarios. Lalu kembali memikirkan satu hal yang mungkin paling masuk akal dari Elxyera.

"Ingat, dia sudah melakukan hal seperti itu padamu. Satu-satunya tindakan untuk mempertahankan harga dirinya agar kau tidak berbicara macam-macam tentang kejadian adalah dengan membuatmu beranggapan kalau dia memiliki kesibukan lain agar kau tidak curiga."

Jawaban yang diberikan Ivarios seketika membuat Elxyera tersadar. Itu ada benarnya juga. Walau berbeda dengan sang pria yang bersikap dingin pada kehidupan Elxyera sebelumnya, Arsen mulai menunjukkan tanda bahwa dia memang tidak bisa berada di sisi Elxyera karena sebuah kesibukan.

Ini seharusnya menjadi kesempatan yang baik bagi Elxyera juga. Karena tidak perlu terlalu keras untuk berjuang memperkenalkan dan mendekatkan Avyce dan Arsen lagi. Karena keduanya sudah saling mengenal.

Namun saat Elxyera terlarut dalam pikirannya sendiri, Ivarios hanya tersenyum kecil dan mengangkat sebelah tangannya untuk mengusap pucuk kepala sang wanita dengan lembut.

"Karena itu jangan ragu untuk menjalankan rencanamu. Ingat, Elxy. Yang ingin kau selamatkan disini adalah dirimu, kan? Akan lebih baik jikalau kau lebih cepat terlepas dari cengkraman karma yang mengikatmu pada Arsen."

--🔹--

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top