42. Perubahan Yang Terjadi
--🔹--
Saat ini Elxyera tengah berada di satu ruangan yang tidak terlalu besar, namun penuh dengan rak-rak buku serta satu meja kerja yang besar di tengah ruangan. Wanita itu duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan meja kerja itu, menunggu sesuatu dilontarkan oleh seorang wanita lain yang duduk di balik meja kerja itu.
Rambut merah muda sang guru terlihat indah dibawah lampu Chandelier yang menghias ruangan itu, namun ekspresi Halafena sama sekali tidak menunjukkan nilai yang positif. Justru Elxyera merasa jikalau dia bergerak sedikit saja, tatapan tajam guru itu bisa langsung membunuhnya saat itu juga.
"Kudengar kau menyebabkan kekacauan saat tes kemampuan." Halafena langsung berbicara tanpa basa basi lagi, merasa bahwa dia tidak perlu memutar kalimatnya sehingga langsung pada intinya. Namun Elxyera yang berada di hadapannya sejenak terdiam dalam pikirannya sendiri.
Wanita itu menunduk sedikit, merasa lebih tertarik memandang tangannya sendiri dibandingkan langsung menghadap dan menatap Halafena yang bisa saja menyemprotnya dengan kata-kata tajam kapan saja.
Semua ini tentu bukan disengaja olehnya. Entah bagaimana bisa angin kekuatan miliknya sendiri menjadi seperti itu, namun di satu sisi dia kurang lebih bisa menebak siapa biang keladinya saat melihat Ivarios. Oh, dia bahkan tidak sempat berbicara dengan pria satu itu ketika Nicolas segera menariknya ke ruangan Halafena dan mulai menjelaskan kronologi kejadian yang tidak sepenuhnya diperhatikan oleh Wakil Kepala Sekolah itu.
"Atau secara teknis, kekuatanmu yang menyebabkan kekacauan itu," ralat Halafena kembali, membuat Elxyera mendongak dari tangannya dan memandang lurus pada guru di hadapannya. Di satu sisi yang mengejutkan, sang guru sama sekali tidak segera melontarkan kata-kata tajam itu, melainkan mencoba mencari kebenaran terlebih dahulu. "Yang mana saja sama saja. Tapi kurasa perkataan Wakil Kepala Sekolah sedikit berlebihan."
Halafena menghela nafas panjang. Mengingat bagaimana Nicolas yang menyeret Elxyera ke ruangannya ini dan segera menuduh Elxyera hampir menghancurkan sekolah dengan kekuatannya.
'Dengan kekuatannya, katanya.' Halafena membatin, memandangi Elxyera sekali lagi dengan lekat seolah bisa langsung mendapatkan jawaban dari pertanyaan lain yang sudah melekat dalam pikirannya hanya dengan pandangan itu. Halafena bukan orang bodoh yang langsung percaya, walau disatu sisi ada begitu banyak saksi mata yang melihatnya.
"A-Anda tidak percaya perkataan Wakil Kepala Sekolah?" tanya Elxyera dengan sedikit gugup. Wanita itu merenung sesaat memikirkan keterkejutan itu dan tidak menyangka kalau Halafena tidak langsung membuat kesimpulan karena ucapan kasar Nicolas tadinya.
"Maaf? Murid dengan peringkat terendah di antara seluruh murid tingkat akhir yang dikatakan tidak bisa menggunakan kekuatannya dengan baik, namun justru hampir menghancurkan sebuah bangunan sekolah dengan kekuatannya. Bukan bermaksud menghinamu, Nona Cresentra. Tapi di satu sisi aku tidak bisa langsung percaya dengan ungkapan itu."
Halafena jelas tidak bisa menetapkan begitu saja dari apa yang dia dengar. Bahkan jikalau semua murid di kelasnya mengatakan yang sama, dia tentu butuh Elxyera untuk memperlihatkan buktinya.
Walau di satu sisi Elxyera jelas tahu hal tersebut. Mana mungkin ada yang percaya bahwa dirinya bisa menghancurkan apapun dengan kekuatannya, mengingat dia bahkan tidak bisa menggunakan sihir.
Garis bawahi, tidak bisa menggunakan sihir dengan baik.
Apa Nicolas tidak bisa berpikir jernih setelah melihat kekuatan tersebut dan sadar bahwa seorang murid tidak berbakat melakukan itu? Sebelum langsung menuduh Elxyera karena kebetulan itu adalah bagian dari kekuatannya, seharusnya sang pria lebih bisa mengerti kalau itu bisa saja dilakukan dengan bantuan murid lain.
Antara lain, Ivarios Blanchius sang dewa yang mengikat perjanjian dengannya.
Sepertinya Nicolas hanya mencari-cari alasan agar Elxyera bisa dikeluarkan dari sekolah ini. Namun hanya butuh satu tahun hingga Nicolas tidak perlu lagi melihat wajahnya. Pria itu hanya perlu bertahan selama satu tahun. Dan Elxyera pun hanya perlu menjalani semuanya selama satu tahun.
Elxyera bahkan menyadari bahwa lambang perjanjian yang mengikatnya dengan Ivarios, tadinya muncul di tangan kanannya namun sekarang telah menghilang. Entah benar itu terjadi karena bantuan Dei Blanche yang pastinya dipenuhi kekuatan elemental yang tak terbatas atau bukan, Elxyera tidak bisa menemukan alasan lain yang bisa membuat kekuatannya seperti itu.
"Jadi apa yang dikatakan oleh Wakil Kepala Sekolah tadi benar, Elxyera?" tanya Halafena kembali pada Elxyera. Wanita itu melipat tangan di atas meja dan sekarang menunggu kepastian dari sang murid. Berpikir mungkin saja ada kesalahpahaman disini dan bisa saja Wakil Kepala Sekolah terlalu melebih-lebihkan sesuatu.
"Itu...benar, Madam. Kekuatan saya....lepas kendali saat saya menggunakannya. Dan hampir saja membahayakan bagi orang lain jikalau Wakil Kepala Sekolah tidak menghentikan saya."
Elxyera mulai menjelaskan, melebih-lebihkan sesuatu yang menurutnya tidak terlalu cocok dengan apa yang terjadi. Memang benar Nicolas berusaha menghentikan kekuatannya, namun di satu sisi yang mengejutkan, itu sama sekali tidak berhasil.
Elxyera yakin kekuatan Nicolas yang diperlihatkan sang pria sebelumnya tidak sampai 5% kekuatan pria itu, dengan kata lain Nicolas memang meremehkannya. Namun di satu sisi lain, kekuatan Nicolas memang tidak menunjukkan reaksi pada kekuatannya.
Kemungkinan itu adalah kekuatan yang dimiliki oleh Dei Blanche sendiri kan?
Di hadapannya, Halafena mengerutkan kening. Kalau bahkan sang pelaku mengatakannya, apa itu artinya dia harus percaya sekarang?
"Bagaimana bisa?"
"M-Maaf, Madam?"
"Bagaimana bisa kekuatanmu lepas kendali? Bukankah kekuatanmu---Maaf, apa selama liburan pergantian semester, kau berhasil meningkatkan kekuatanmu? Aku dengar bahwa sampai tingkat dua kemampuanmu memang tidak ada masalah, tapi kenapa justru sekarang."
Halafena tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Sang wanita memandang pose berpikir karena merasa bingung dengan apa saja yang didengarnya. Dengan kata lain, Nicolas tidak sepenuhnya berbohong. Elxyera memang menggunakan kekuatannya.
Namun sang wanita berambut pirang itu sendiri tidak bisa mengungkapkan kebenarannya kalau itu adalah bagian dari kekuatan dewa. Bisa saja karena mengikat kontrak dengan Ivarios sehingga dia bisa menggunakan kekuatan dewa. Siapa yang bisa menduga, kan.
"Saya...tidak melakukan banyak hal, Madam. Mungkin karena saya melakukan beberapa latihan untuk membantu saya," jawab Elxyera yang secara teknis jelas seperti berbohong. Dia memang sering berlatih saat berada di kediaman Cresentra saat libur, namun tidak ada satupun latihan yang bisa membuatnya mengendalikan kekuatannya dengan baik. Sehingga dia tidak sepenuhnya berbohong, kecuali mengiyakan kekuatan itu memang berasal dari hasil kerja kerasnya.
Lagipula Elxyera sendiri sudah tidak terlalu mengingat dengan kemampuannya saat berada di bawah tingkat dua. Dia tidak tahu dulunya sampai bagaimana dia bisa mengendalikan kekuatannya sehingga justru merosot seperti ini sekarang.
Masa jaya itu tidak sepenuhnya bertahan selamanya, kan?
Di seberangnya, Halafena memandanginya seperti tengah memandangi seseorang yang menarik. Mungkin sang guru menemukan kenyataan bahwa Elxyera melakukan beberapa pelatihan yang bisa membantu sang wanita meningkatkan kekuatannya. Namun sebelum sang wanita berambut merah muda itu bertanya, pintu ruang kerja Halafena terbuka dari luar.
"Kudengar Nona Cresentra berada disini, Madam Warfrost."
Suara berat yang terkesan menenangkan itu terdengar ke dalam ruangan. Namun Elxyera bisa melihat perubahan perubahan ekspresi Halafena yang mengeras sebelum sang wanita mendengus. Perhatian sang guru pun terpalingkan ke arah pintu ruang kerjanya, memandangi seorang pria berambut ungu pucat dengan mata sewarna hijau limerick berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.
"Aku rasa kau tahu yang namanya sopan santun dalam mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan orang lain, Mister Vazard," protes Halafena memandang sang pria dengan tatapan tajam. Namun sosok pria tinggi dengan pakaian ala benua Utara itu hanya terkekeh kecil, sebelum melangkah semakin masuk ke dalam ruangan.
Elxyera yang segera menoleh ke arah pintu, sekali lagi tidak menyangka bisa melihat kehadiran pria ini di sini. Walter Vazard, salah seorang guru yang mengajar di Philosthilea juga. Dia merupakan kenalan Hellion sekaligus guru yang secara khusus mengajar Elxyera tentang sihir dan kekuatan elemental atas permintaan dari Hellion sendiri.
"Jangan tegang seperti itu, Lady--!"
Belum sempat Walter menyelesaikan kalimatnya, sebuah pedang melesat ke arah sang pria sehingga dengan cepat Walter mengelak tepat waktu. Pada akhirnya pedang panjang berwarna cokelat itu menancap di salah satu lemari buku di belakang Walter.
"Jaga bicaramu, Vazard. Jikalau kau masih sayang nyawamu," ancam Halafena yang jelas menunjukkan aura yang tidak bersahabat.
Itu membuat Elxyera seketika bungkam di tempat dan bahkan tidak berani berbicara walaupun ucapan Halafena tadinya memang tidak langsung ditujukan padanya. Tentu saja dia tidak ingin terlibat dalam pertikaian kedua guru ini walaupun dia secara teknis masih punya urusan yang harus diselesaikan disini bersama Halafena sebelum balik ke kelasnya.
Di satu sisi, pria yang menjadi biang keladi Halafena seperti ini hanya tersenyum tipis dan mengedikkan bahunya. Badannya terputar, meraih pedang yang tertancap di lemari itu lalu kembali mendekati meja Halafena dan meletakkan benda itu disana. Mata Walter bahkan sesaat memandangi Elxyera, lalu kembali pada Halafena.
"Biar aku yang urus sisanya."
"Tapi aku adalah wali kelasnya!"
"Dan aku lebih mengenal Nona Elxyera vel Cresentra dibandingkan dirimu sendiri, Warfrost. Dengan begini satu urusan yang membuat kepalamu pusing bisa teratasi dengan baik. Anggap saja aku membantumu," ujar Walter kembali. Senyuman manis mengulas di wajahnya, namun itu sama sekali tidak memberikan pengaruh pada Halafena.
Wanita itu terdiam di tempat dengan pandangan tajam menusuk, namun tidak segera bersuara. Mungkin saja Halafena memikirkan penawaran yang diberikan Walter padanya, walau di satu sisi dia punya tanggung jawab karena Elxyera adalah salah satu murid yang berada dalam tanggung jawabnya.
"Lakukan sesukamu," sahut Halafena pada akhirnya, mengibaskan tangannya ke samping dengan gerakan kecil sehingga pedang yang berada di atas meja itu pun menghilang. Walter pun mengangguk dan segera menatap Elxyera. Tanpa mengatakan apapun, tatapan mata itu sudah menjadi isyarat bagi sang wanita muda untuk mengikutinya.
Elxyera pun segera berdiri dari duduknya, lalu membungkuk sopan untuk memberikan hormatnya pada Halafena. "Terima kasih, Madam."
Setelah itu Elxyera pun melangkah keluar ruangan mengikuti Walter yang sudah lebih dulu berjalan keluar ruangan. Pria itu bahkan tidak mengatakan apapun lagi pada Halafena sebelum Elxyera pun mengikuti dan menutupi pintu ruangan itu di belakangnya.
Saat ini Elxyera dan Walter tengah berjalan di koridor lantai satu bangunan akademi pada sisi bangunan khusus ruangan pegawai akademi. Koridor itu sudah sepi karena waktu telah memasuki sore hari. Namun tidak ada yang berbicara antara keduanya, dan Elxyera harus bisa menyesuaikan langkahnya dengan langkah sang guru yang cepat dan lebar itu.
"Tuan Vazard, uhh...terima kasih banyak telah membantu saya."
Elxyera pun angkat bicara. Sejujurnya tidak yakin dia berterima kasih karena apa. Namun karena pria itu muncul untuk membantunya keluar dari jeratan pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan Halafena selanjutnya, dia jelas merasa berterima kasih pada guru ini.
"Oh, tidak menjadi masalah, Nona Cresentra. Aku hanya...tidak ingin masalah ini semakin besar apalagi mengingat Wakil Kepala Sekolah yang mengungkitnya. Kebanyakan guru sekarang penasaran siapa murid yang dimaksudkan," jelas Walter. Itu sedikit mengejutkan Elxyera, karena tidak percaya bahwa hanya dalam beberapa jam saja itu sudah menyebar kepada para guru.
Tadinya Elxyera mengira bahwa Hoston yang mengatakan itu. Walau di satu sisi Elxyera merasa masalah yang ditimbulkannya tadi tidak perlu menjadi terlalu besar, walau mungkin itu bisa menyebabkan kehancuran salah satu bangunan di akademi Philosthilea ini. Kalau dipikir-pikir, ada berita yang lebih heboh darinya sendiri.
Tentang Avyce yang mendapatkan berkat langsung dari Dei Blanche.
"Dan kudengar bahwa di kelasmu, ada murid yang bisa menggunakan kekuatan cahaya?"
Dalam langkahnya menyusuri koridor sepi itu, Walter berbalik memandang Elxyera, dan segera saja wanita itu mengangguk kecil. Ah, dia yakin bahwa berita itu pasti akan menyebar luas dalam waktu cepat. Apalagi di akademi Philosthilea ini dan Nicolas yang pasti membanggakan Avyce secara tidak langsung pada guru seperti caranya memanfaatkan kesempatan tes kemampuan untuk memperlihatkan kekuatan Avyce.
"Apa benar dia menumbuhkan Bunga Eden?"
"Benar, Tuan."
"Hmm, pantas saja." Walter memasang posisi berpikir. Namun saat Elxyera melirik dari samping ekspresi guru itu, entah mengapa dia merasa bahwa ada sesuatu yang ganjil disana.
"Saya bahkan tidak tahu kalau murid baru itu memiliki kekuatan cahaya. Kemampuannya sungguh hebat dan terlihat memukau," ujar Elxyera terkagum-kagum. Dia merasa bahwa tidak ada gunanya membenci Avyce disini. Toh sang wanita tidak pernah salah apa-apa padanya kecuali apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya.
Namun ucapan itu justru menghentikan langkah Walter dan segera saja sang pria memandang Elxyera dengan pandangan bingung. Hal tersebut membuat langkah Elxyera di satu sisi berhenti. Namun karena Walter tidak mengatakan apapun, Elxyera tidak tahu harus bagaimana.
"Kau...tidak tahu?" tanya Walter tiba-tiba seolah mencoba menyusun kalimatnya dengan baik satu persatu. Sesaat pandangannya terlihat tidak percaya, namun beberapa detik selanjutnya, wajah itu berubah serius kembali memikirkan sesuatu.
"Tidak tahu apa, Tuan Walter?" tanya Elxyera balik. Tentu, dia tidak tahu kalau Avyce akan muncul sekarang, tapi dia tidak bisa bilang kalau dia sudah tahu wanita itu akan memiliki kekuatan cahaya juga pada akhirnya, kan. Walaupun waktu kemunculannya berbeda.
Walter bisa menganggapnya gila nantinya.
"Tentang Avyce Heiligheid. Aku kira Duke Hellion sudah -- Ah, itu bukan haknya mengatakan itu. Kupikir Putra Mahkota sudah memberitahumu tentang itu? Sebagai tunangan dan calon Permaisuri masa depan, seharusnya kau sudah mengetahui hal tersebut."
Sesaat ketika Elxyera mendengar Arsen disebutkan Walter, tubuhnya membeku. Elxyera bertanya-tanya, memberitahunya tentang apa yang dimaksudkan Walter dengan pasti? Karena Elxyera tentu baru mengetahui hal ini sekarang dan merasa tidak pernah mendengar apa-apa. Bahkan ketika sadar Ayahnya disebutkan pula disana.
"Jangan bilang...Putra Mahkota tidak mengatakannya padamu?" tanya Walter, karena dia berpikir bahwa dengan status Elxyera yang telah menjadi Putri Mahkota, tentu saja membantu Arsen dalam hal itu juga. Tapi sepertinya dugaannya salah.
Di satu sisi, Elxyera menggeleng kecil. Pikirannya kacau karena hal itu tapi dia justru tidak mengetahui apa-apa. Apakah ini benar ada hubungannya dengan Arsen yang mengetahui sesuatu tentang Avyce? Jangan bilang kalau kekaisaran memang sudah tahu seperti dugaan Elxyera sebelumnya, namun Arsen menyembunyikan kenyataan itu darinya.
Helaan nafas panjang seketika keluar dari mulut Walter melihat jawaban Elxyera. Sang pria seketika berpikir bahwa hal penting seperti ini saja tidak diberitahukan pada Putri Mahkota, apa itu arrtinya Putra Mahkota tidak sepenuhnya percaya pada Elxyera?
Bahkan beberapa guru disini jelas sudah diberi peringatan akan hal itu. Sejauh ini Walter rasa Halafena selaku wali kelas Avyce yang tahu tentang kekuatan sang wanita, dan juga Walter karena mendengarnya langsung dari kepala sekolah.
"Tentang apa pastinya yang anda maksudkan, Tuan Vazard?"
Pada akhirnya, Elxyera memberanikan diri untuk berbicara. Karena rasa penasaran itu memenuhi dirinya dan hatinya seketika tidak tenang sama seperti pikirannya yang mulai melayang kemana-mana. Jangan bilang pemikirannya memang betul.
Di hadapannya, Walter terdiam sesaat. Seolah menimbang-nimbang apakah perlu memberitahukan ini pada Elxyera. Namun karena menyadari bahwa sang wanita sudah terlanjur melihat kekuatan Avyce, cepat atau lambat itu akan tersebar juga.
"Dua Minggu lalu, Firman Dei Blanche yang baru muncul di kuil Blanche, mengatakan bahwa Gadis Suci yang bisa mengubah sejarah umat manusia akan muncul, dan perlambang suci dari Dei Blanche yang abadi akan muncul bersama wanita itu."
Elxyera sekali lagi terpaku mendengar penjelasan itu. Ucapan Walter memang tidak panjang, dan langsung pada intinya. Namun mendengar bahwa Firman Dei Blanche sendiri telah turun lebih cepat--jauh lebih cepat-- dibandingkan waktu semestinya, Elxyera segera terpikirkan dengan Ivarios.
Bagaimana bisa pria itu tidak mengatakan padanya? Jangan bilang saat Ivarios hilang bahwa firman-nya tidak bisa diubah, di saat itulah Ivarios memberinya petunjuk tentang firman itu?
"Setelah insiden di kompetisi berburu kerajaan kurang lebih sebulan lalu, seorang wanita muda dari desa terpencil tiba-tiba bisa menggunakan kekuatan sihirnya. Dia merupakan salah satu dari beberapa orang di desa itu yang memang memiliki mana yang tersimpan. Namun kekuatannya justru mengejutkan orang-orang ketika dia bisa menyadarkan kembali seseorang yang koma selama bertahun-tahun," jelas Walter kemudian. Namun Elxyera yang mendengar sama sekali tidak memberikan respon akan hal itu. Dia tidak tahu apa-apa tentang itu, dan Arsen sama sekali tidak menjelaskan padanya.
Di satu sisi, Walter merasa tidak enak melanjutkannya. Karena sekarang dia dihadapkan dengan Elxyera yang bungkam seperti ini.
"La-Lalu apakah Anda tahu dengan tindakan Kaisar?"
Pertanyaan itu dilontarkan oleh Elxyera setelah terdiam beberapa saat. Namun sekali lagi dia dihadapkan dengan Walter yang bungkam beberapa saat kembali memikirkan jawaban yang pas.
"Kaisar tidak turun tangan secara langsung," jelasnya mencoba mengingat-ngingat apa yang didengarnya. "Namun Putra Mahkota sendiri yang turun tangan dan mengurus Gadis Suci itu. Di satu sisi, beliau-lah yang meminta agar Gadis Suci itu dipindahkan ke sini dan agar keluarga wanita serta Avyce sendiri mendapatkan perlakuan yang baik dalam perlindungan kekaisaran Fargaven sendiri. Beliau bilang, Avyce Heiligheid adalah sosok yang berharga."
Elxyera merasa tubuhnya begitu sulit digerakkan ketika mendengar penjelasan itu. Matanya beberapa detik membelalak sebelum akhirnya dia mencoba menenangkan dirinya dan memperbaiki ekspresinya. Dia tidak ingin Walter menyadari ada yang aneh padanya.
Karena walau sang wanita tidak tahu akan terjadi secepat ini, dia sudah memperingati dirinya untuk mempersiapkan semuanya. Mempersiapkan dirinya sendiri akan hal itu. Walau tidak mengerti mengapa Arsen tidak mengatakan langsung padanya.
Apa karena dia masih berstatus tunangan? Atau karena ada hal lain yang lebih penting?
"Apa artinya Arsen sudah tahu lebih awal?" tanya Elxyera lagi mencoba menenangkan diri dan pikirannya. Sekali lagi, dia mendapatkan jawaban anggukan dari guru yang bersamanya itu. Tatapan Walter bahkan tidak teralihkan dari Elxyera ketika dia melanjutkan kalimatnya.
"Dan besok, Putra Mahkota dikabarkan akan datang ke sini untuk mengunjungi Avyce Heiligheid."
--🗝️--
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top