41. Latihan Sihir [3]
--🔹--
Setelah kehebohan yang terjadi karena kekuatan Avyce, wanita itu bisa beristirahat di dekat trman-temannya namun justru dikerumuni oleh beberapa murid lainnya yang penasaran. Lapangan yang tadinya dipenuhi bunga itu pun menghilang karena kekuatan Avyce lagi.
Sang wanita memperlihatkan kekuatannya yang lain untuk menghilangkan bunga-bunga itu, namun di satu sisi Elxyera merasa asing dengan kekuatan yang satu itu.
Dari tempat Elxyera berada sekarang, dia bisa melihat bahwa Avyce sedikit kewalahan menjawab semua itu, namun masih menunjukkan wajah ramahnya yang manis pada orang lain di sekelilingnya.
Sayangnya, Elxyera tidak bisa mendekat karena berpikiran dia tidak sepenasaran itu, namun di satu sisi dia semakin kalut sekarang. Kali ini gilirannya yang akan maju, dan tadinya berpikir bisa melalui ini semua dengan cepat. Sayangnya Nicolas Regolas sama sekali tidak memilih untuk pindah dari posisinya.
Pria itu senantiasa berdiri di sisi Hoston yang mulai mengecek papan nama murid lagi. Apakah Nicolas akan melihat pelatihan ini sampai selesai?
"Panggil murid selanjutnya." Ungkapan itu saja sudah membuat beberapa murid-murid lain merasa tegang, berharap setidaknya saat nama mereka dipanggil, sang wakil kepala sekolah telah pergi karena urusan lain. Namun berbeda dengan Elxyera yang sekarang harus meratapi nasibnya karena dia sudah tahu apa yang terjadi saat ini.
"Elxyera vel Cresentra."
Hoston tidak terlalu bersemangat saat menyebutkan namanya. Justru Elxyera yang segera melangkah bisa melihat kekecewaan itu segera terpancar di wajah sang pria. Setelah kemampuan Avyce yang begitu memukau, siapa yang akan menaruh perhatian lebih pada salah seorang murid yang telah menjadi murid peringkat terendah di akademi Philosthilea itu.
Elxyera pun berusaha mengabaikan suara bisikan yang kembali terdengar. Bahkan dia bisa menyadari bahwa semua pasang mata kembali tertuju padanya. Namun pandangan itu tidak sama seperti yang mereka lakukan pada Avyce. Karena Elxyera sudah tahu apa yang ada di pikiran murid-murid itu, kemungkinan besar.
Sosok yang lemah, yang telah terpilih menjadi tunangan langsung Arsen dier Fargaven, kaisar masa depan Fargaven.
Langkah Elxyera terhenti di tengah lapangan. Bersiap menunggu tes yang akan diberikan Hoston. Namun saat dia memandang sang guru, tanpa sengaja mata Elxyera bertemu dengan tatapan Nicolas yang dingin menusuk. Elxyera langsung tahu kalau dirinya sedang dinilai sekarang.
Pandangan itu...terlihat sama sekali tidak tertarik dan merendahkan. Sama dengan kata-katanya uang keluar setelahnya. "Mari kita lihat apa yang bisa dilakukan Nona Cresentra kali ini. Walaupun tidak sempurna, setidaknya berusahalah."
Itu seharusnya menjadi kata-kata dukungan untuk sang murid. Namun sejak dulu Elxyera tahu kalau Nicolas Regolas tidak punya hubungan yang baik dengan Ayahnya. Apa sekarang dengan terang-terangan pria itu menunjukkan rasa tidak sukanya pada Elxyera juga?
Elxyera sendiri bahkan yakin kalau Nicolas tahu dia bertunangan dengan Arsen. Namun Elxyera bukan wanita yang ingin bersembunyi di balik nama kaisar masa depan. Apalagi ketika menyadari bahwa pertunangan itu jelas tidak akan berlangsung lama saat Avyce telah ada di sini.
"Terima kasih, Wakil kepala sekolah." Elxyera membungkuk sopan dan mengangguk pelan kemudian. Merasa dia perlu mengucapkan kalimat itu agar tidak menambah masalah dengan salah satu orang paling berpengaruh di Philosthilea.
"Persiapkan dirimu, Nona Cresentra. Saya akan memulai tesnya." Hoston pun mulai angkat bicara. Dan Elxyera yang menunggu bagian dari tesnya pun mulai melihat sekeliling. Tadinya dia berpikir kalau dia mungkin perlu mengangkat sesuatu dengan kekuatan anginnya. Tapi ketika menemukan sesuatu di tengah lapangan, Elxyera terdiam sejenak.
Itu adalah tumpukan balok dari kayu dan disusun tiga bagian. Umumnya, itu akan mudah diangkat dengan kekuatan angin. Dan sejujurnya Elxyera sudah melatihnya dengan sangat baik. Berharap kali ini berhasil. Dia tidak ingin menjadi bahan tertawaan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Walaupun status sebagai tunangan Putra Mahkotanya yang sekarang pastinya akan menjadi pelindungnya dari tertawaan itu.
Itu tidak akan berlangsung lama.
"Silakan mulai, Nona Cresentra."
Suara dingin Nicolas terdengar, namun Elxyera sudah menduganya. Karena setelah panggilan itu terdengar, suara bisikan-bisikan murid kembali didengarnya. Mata Elxyera sesaat memandang ke arah Ivarios, Diziel dan Ivory yang sudah berdiri berdampingan sekarang. Mereka bertiga adalah sedikit orang yang peduli padanya. Justru Elxyera bisa melihat tatapan khawatir itu di mata Ivory dan Diziel.
Sedangkan Ivarios. Pria itu tidak berbuat banyak, namun tersenyum tipis tanpa mengatakan apapun. Elxyera memang tidak tahu tujuan senyuman itu, namun setidaknya sang pria tidak ikut membicarakan kegagalannya.
"Exlyera vel Cresentra."
Suara yang memanggil itu pun menyentakkan Elxyera. Wanita itu mengangguk lembut dan berjalan maju sedikit mendekati balok kayu tersebut. Tangannya terulur, mencoba menciptakan sebuah angin. Ini memang adalah tes dasar, bahkan Elxyera merasa dia mendapatkan tes yang paling dasar. Memang memalukan, tapi setelah latihan keras bertahun-tahun dan tidak membuahkan apapun, Exlyera tidak yakin kalau dia punya kekuatan hebat.
Hempasan angin kecil terlihat tercipta berputar-putar di sisi kotak kayu itu. Dan pergerakan kecil bisa dilihat Elxyera pada balok kayu tersebut. Namun kekuatan sang wanita tidak cukup kuat sehingga salah satu kotak yang terangkat pun kembali terjatuh.
Bersamaan dengan itu, suara tahanan tawa terdengar kecil menghiasi lapangan itu. Membuat sang wanita seketika menunduk merasa malu. Apa kekuatannya justru memakin menurun karena ini? Elxyera yakin sebelumnya dia bisa mengangkat satu balok berukuran sedang itu.
"Apa yang kau lakukan, Exlyera vel Cresentra. Tunjukkan kemampuanmu," sahut Nicolas dingin. Pria itu bahkan tidak segan-segan menunjukkan ekspresi tidak sukanya pada sang wanita. Membuat Elxyera kembali memandang sang pria yang memiliki tatapan sedingin es itu.
"M-Maaf, Tuan." Hanya itu yang pada akhirnya diungkapkan Elxyera. Menyadari Hoston yang menghela nafas panjang tanda kecewa dan segera meraih papan nama murid lagi dan mulai menulis sesuatu.
Hei, Exlyera bahkan belum berada disini lima menit dan Hoston sudah memberikan penilaian pada satu kali kegagalan Elxyera menggunakan kekuatannya. Mencoba mengabaikan itu, Exlyera pun kembali menoleh pada balok kayu itu. Tangannya terulur, sekali lagi mencoba menciptakan hembusan angin yang melingkar untuk setidaknya mencoba menggerakkan kotak kayu itu.
Tapi sekali lagi hasilnya tidak ada gunanya. Karena seketika tumpukan balok bersusun itu segera jatuh dan berserakan dengan berantakan beberapa meter di hadapan Elxyera.
Ah, Elxyera tidak tahu harus bagaimana. Mungkinkah memang dirinya tidak sehebat itu?
"Apa kau ingin membuatku tertawa, Tuan Putri? Jangan bercanda. Ini sungguh mengecewakan."
Kali ini suara Nicolas kembali terdengar. Dan tatapan itu ketika bertemu dengan Elxyera lagi, benar-benar menyiratkan rasa kecewa yang besar. Ah, bukan. Tatapan Nicolas padanya bahkan tidak pernah mengandung makna yang positif. Justru seolah mencemooh status Tuan Putri yang disandangnya.
Nicolas perlahan mengambil langkah mendekati Elxyera di tengah lapangan, namun sang wanita bergeming. Tidak bergerak di tempat karena rasa gugup seketika memenuhinya. Sang pria yang lebih tinggi darinya itu pun menunduk, dan menepuk sebelah bahu Elxyera pelan.
Sesaat Exlyera berpikir Nicolas akan mengatakan sesuatu yang lain, namun mengandung makna yang lebih baik. Tapi ketika ungkapan Nicolas didengarnya, sang wanita tidak tahu harus bagaimana.
"Saya tidak menyangka sosok seperti Anda akan terpilih. Selera Putra Mahkota ternyata serendah ini," ujarnya lirih pada Elxyera. Setelah itu, Nicolas pun kembali menarik tangannya sendiri dan melangkah melewati Elxyera. "Ayahmu pasti kecewa membesarkan anak sepertimu."
Elxyera seketika membeku di tempat mendengarkan ucapan itu. Kedua tangannya jatuh di sisi tubuhnya, dan terkepal kuat menahan emosi.
"Aku akan kembali karena ada urusan lain. Mohon bantuannya dalam membimbing murid-murid ini, Profesor Hoston," sahut Nicolas lagi tanpa berbalik melihat Hoston. Langkahnya tenang dan bahkan tidak berpikiran untuk kembali memandang Elxyera.
Namun wanita itu terdiam di posisinya. Entah mengapa ucapan Nicolas membuatnya kesal. Seharusnya dia sudah terbiasa dengan ini, karena tidak ada bedanya dengan ucapan Norine atau para bangsawan lain yang dikenalnya di kehidupan sebelumnya.
Di satu sisi, Elxyera merasa tidak suka jikalau ini sekali lagi dihubungkan dengan keluarganya. Ayahnya bahkan tidak pernah mempermasalahkan tentang kekuatan Elxyera yang kecil. Namun ksrena melihat Elxyera yang berlatih keras, sang pria berusaha membantu dengan meminta bantuan temannya di akademi untuk mengajar Elxyera secara langsung.
Hoston bisa melihat Nicolas yang melangkah menjauh, lalu pada Elxyera yang sekarang tidak bergerak di posisinya. Sang pria tua hanya menghela nafas panjang, walau di satu sisi merasa sedikit kasihan pada Elxyera. Dia tahu kalau kemampuan sang murid yang satu ini tidak pernah berkembang pesat sejak Elxyera mengingat tingkat tiga sampai sekarang.
Mungkin memang Elxyera tidak punya bakat.
"Aku rasa tesmu sampai disini, Nona Cresentr--!!"
Aliran air seketika berubah di sekeliling mereka. Hoston yang menyadari sesuatu pun menghentikan kalimatnya untuk melihat sekeliling. Sesaat pasti sang guru memegang merasakan ada yang aneh, namun dia terkejut ketika menyadari bahwa itu berasal langsung dari tengah lapangan.
Elxyera masih terlihat menunduk disana. Wanita itu tidak mengatakan apa-apa, namun tangannya terkepal kuat dan pikirannya dipenuhi rasa bersalah dan kesal yang bercampur jadi satu. Karena dirinya, sekali lagi keluarganya akan kembali diungkit. Dan Elxyera tidak mau kembali mendengar hal seperti itu.
Sang wanita pun berbalik, memandangi kembali balok-balok kayu yang sudah berjatuhan itu, dan juga Nicolas yang sudah melangkah ke pinggiran lapangan untuk masuk ke salah satu koridor bangunan akademi. Namun apa yang difokuskan oleh Elxyera adalah balok itu.
Dia memang tidak bisa meyakinkan Nicolas yang sejak awal tidak menyukainya, tapi dia bisa menyakinkan kalau dirinya bisa menggunakan kekuatan yang hebat pada guru dan murid lain. Tangannya pun terulur ke depan, seolah mencoba meraih balok-balok itu, dan kembali merasakan arus angin lembut mengelilingi tubuhnya.
'Aku mohon berhasil!' batinnya kembali mencoba menggerakkan balok kayu itu dengan kekuatannya. Menyadari bahwa pusaran angin kembali membentuk. Apa yang dipikirkan oleh sang wanita adalah agar keluarganya tidak dihina kembali
Dia tidak peduli dengan statusnya sebagai tunangan Putra Mahkota. Namun tidak ada yang boleh menghina keluarganya seperti itu. Bahkan tidak seorang wakil kepala sekolah juga.
Seketika, angin semakin kuat berhembus dan terpusat pada tubuh Elxyera seolah sang wanita adalah magnet yang memanggil angin-angin itu. Aura berwarna perak kehijauan seketika membungkus tubuhnya, dan hawa sejuk dirasakan Elxyera dengan sangat jelas.
Apa ini? Ini kali pertama Elxyera bisa mengeluarkan aura seperti ini. Dia bahkan bisa mendengar keterkejutan murid-murid yang lain pula. Dan segera tersadar saat dia memandang ke depan.
Pusaran angin kuat terlihat tercipta disana, mengelilingi kotak-kotak kayu yang segera terangkat di udara dan melayang di dalam pusaran tersebut. Hal itu seketika menyebabkan beberapa murid panik dan mundur menjaga jarak. Karena kuatnya angin tersebut membuat pusaran seperti angin tornado pun terbentuk di tengah lapangan.
Seketika Elxyera merasa bahwa telapak tangannya terasa sedikit sakit. Dia menunduk, memandangi tangan kanannya yang kembali dipenuhi dengan aura berwarna perak kehijauan. Disana dia melihatnya, lambang pohon suci Dei Blanche menghiasi. Bersamaan dengan itu pula, sebuah angin kencang itu kembali tercipta bersamaan dengan hamparan dedaunan berwarna putih perak bertebaran memasuki pusaran angin itu.
"A-apa?" Elxyera terkejut dengan hal tersebut. Kenapa tiba-tiba kekuatannya menjadi seperti ini? Apa ini karena perjanjiannya dengan Ivarios? Sang wanita bahkan tidak tahu bagaimana menanggapinya.
Di satu sisi, Hoston yang melihatnya pun membelalak kaget. Bahkan merasakan angin yang kuat itu membuat Nicolas yang tadinya berniat pergi kembali berbalik. Ekspresinya berubah keras saat menyadari bahwa angin ciptaan Elxyera menyebabkan hal ini. Langit bahkan terlihat mendung karena awan yang tertarik dan terpusat pada ujung atas angin tornado itu.
Tinggal menunggu waktu saja hingga angin itu menghantam salah satu bangunan sekolah.
"Elxyera vel Cresentra, berhenti!"
Seruan Hoston terdengar dari kejauhan. Pria itu memandang khawatir dan mulai menciptakan dinding pelindung untuk setidaknya bisa melindungi para murid yang ada disana. Dia tentu tidak ingin hal buruk terjadi disini, kan. Namun Elxyera tidak tahu bagaimana cara menghentikan hal tersebut sampai sesaat kemudian dia melihat sesuatu melesat ke arah angin tornado itu.
Tidak jauh darinya sekarang, Nicolas berdiri. Pria itu mengangkat tinggi sebuah tongkat panjang yang tiba-tiba muncul di tangannya. Mengucapkan sesuatu yang membuat lingkaran sihir timbul di bawahnya dan mengeluarkan angin dingin untuk mencoba membekukan angin tornado itu.
Namun sekali lagi ketika es itu berhasil membekukan angin itu, justru es itu kembali pecah dan masuk ke dalam angin tornado tersebut. Kekuatan Nicolas bahkan tidak berdaya, walau di satu sisi dia memang tahu elemen yang paling sulit diatasi memang adalah elemen angin.
Merasa panik, Exlyera mengulurkan tangannya kembali, mengucapkan sesuatu di dalam benaknya dan berharap angin tornado itu berhenti.
"Berhentilah!" serunya menggerakkan tangannya ke samping. Tidak butuh waktu lama hingga angin itu mulai mereda, menjatuhkan apa saja yang ada di dalamnya ke lantai, bersamaan dengan es-es buatan Nicolas tadinya.
Suara jantan balok kayu dan es yang berjatuhan itu memekakkan telinga. Dan Elxyera segera menjaga jarak agar dia tidak terkena serpihannya. Namun rasa terkejutnya tidak sampai disitu, saat lapangan itu seketika dipenuhi dengan hujan daun berwarna putih perak yang begitu familiar bagi Elxyera.
Dia tahu itu, dan segera mengedarkan pandangannya mencari sesuatu.
Dari kejauhan, Elxyera bisa melihat dimana Ivarios berada. Namun dia membelalak kaget karena melihat sang pria menahan tawa saat memandangnya balik, dan kedipan mata pun diberikan sang pria pada Elxyera.
--🔹--
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top