39. Latihan Sihir (1)

--🔸--

Elxyera sekarang tidak tahu harus bagaimana. Nama-nama yang dipanggil oleh Profesor Hoston terdengar begitu jelas di telinga Elxyera. Seiring panggilan itu bergerak mendekati namanya, dia menjadi khawatir. Apakah benar dia bisa melakukan ini semua? Bahkan sihirnya bukanlah sesuatu yang spesial dan tidak bisa digunakan

Ternyata menunggu peserta lain menyelesaikan latihannya cukup menguras tenaganya. Sekarang Elxyera tengah berdiri di pinggiran lapangan bersama Ivory yang juga belum terpanggil. Wanita itu terlihat begitu tenang berdiri di sampingnya sembari memandangi murid-murid lain menggunakan sihir mereka untuk tes yang diberikan sang Profesor.

Tidak jauh dari mereka juga, Diziel dan Ivarios berdiri berdampingan, saling berbicara satu sama lain walaupun Elxyera sama sekali tidak menggubris pembicaraan mereka. Sang wanita terlalu larut dalam pemikirannya sendiri sehingga bahkan apa yang didengarnya hanya keheningan sekarang di tempat yang ramai dengan suara murid yang saling berbicara bahkan sihir yang dikeluarkan oleh murid yang sedang menjalani tes.

Kebanyakan yang telah maju adalah bagian dari keluarga bangsawan atau muris-murid berbakat. Dan Ivory yang berada di sisi Elxyera merasa takjub melihat semua itu. Mau bagaimana pun, sebagai sosok yang berasal dari kerajaan yang berbeda, Ivory mengagumi semua yang dia lihat di Fargaven ini.

Dia jadi teringat ucapan Diziel yang memang mengakui kerajaan yang makmur ini. Setelah bertemu secara langsung dengan kaisar Fargaven kurang lebih sebulan yang lalu, sang pria berharap mungkinkah dia bisa sekuat itu? Atau setidaknya bisa menandingi Arsen sendiri yang adalah salah satu lulusan terbaik di Akademi Philosthilea ini pula.

"Tuan putri, aku jadi penasaran dengan--!"

Ivory yang tadinya ingin berbicara pada Elxyera pun menghentikan kalimatnya saat dia memandang sang wanita. Di sisinya, dia bisa menangkap betapa gugupnya Elxyera yang larut sendiri dalam pikiran wanita berambut pirang itu. Ah, dia jadi teringat kembali dengan ucapan Elxyera saat berada di kediaman Cresentra.

Murid dengan peringkat terakhir, sebuah rumor buruk yang selalu menyertai anak dari Duke dari keluarga Cresentra.

"Tuan Putri?" Kali ini Ivory memanggil lembut, namun tangannya terulur dan menyentuh pundak Elxyera sehingga wanita itu sedikit tersentak karena terkejut. Segera saja perhatian Elxyera kembali tertuju pada Ivory, namun ekspresi bingung itu menghiasi wajah Elxyera.

"A-ah, maaf, Ivory. Tadi kau bilang apa? Aku tidak terlalu mendengarkan..."

Ivory bisa mendengar dengan baik ucapan Elxyera. Seperti dugaannya, sang wanita memang terlalu khawatir dan larut dalam pemikirannya. Mungkinkah karena pandangan orang lain yang membuat Putri Duke Cresentra ini menjadi seperti ini?

Tidak, Ivory mulai mengerti. Bahwa beban yang ditanggung Elxyera jauh lebih besar sekarang. Apalagi karena dia adalah tunangan Arsen, salah satu lulusan terbaik di akademi ini. Elxyera kemungkinan besar memikirkan itu. Mau bagaimana pun juga, itu adalah tanggung jawab besar dan pastinya memalukan kalau sebagai tunangan Putra Mahkota, Elxyera tidak memiliki kekuatan yang bisa dibanggakan di daratan Blanche ini.

"Tidak apa-apa, Tuan Putri. Aku hanya khawatir karena kau terlalu serius dengan pikiranmu sendiri," ungkapnya yang membuat Elxyera sedikit tersentak, namun mengerjapkan matanya beberapa kali dan menunduk lesu. Ah, Elxyera tidak menyangka kalau dirinya memang terlihat terlalu memikirkan itu.

"Maaf, aku hanya sedang memikirkan beberapa hal," balas sang wanita berambut pirang lagi. Tangannya bergerak menyentuh sisi rambutnya yang terurai, memainkan ujungnya dengan gugup. Dia telah mengkhawatirkan Ivory, dan sekarang dia mungkin saja mengkhawatirkan orang lain lagi karena pemikirannya sendiri yang ketakutan seperti ini.

Padahal Ivory sudah pernah menyemangatinya tentang ini sebelumnya. Memastikan bahwa kekurangannya saat ini memang karena kekuatannya yang belum aktif. Tapi kalau memang belum aktif, itu bisa menjadi tidak aktif untuk selama-lamanya kan.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, Tuan Putri." Ivory tersenyum lembut mencoba memberi semangat. Dan segera saja Elxyera mengangguk sembari tersenyum kecil. Dia tidak ingin membuat orang lain khawatir dengan keadaannya.

Sesaat Elxyera pun melirik Avyce yang berdiri tidak jauh dari mereka juga. Wanita berambut perak itu terlihat senang berbicara dengan beberapa gadis bangsawan lainnya. Sesaat juga Elxyera bisa menyadari bahwa satu dari bangsawan yang ada disana adalah Norine. Oh, semoga saja itu tidak memberi pengaruh buruk bagi sang Gadis Suci.

'Kekuatan Gadis Suci ya,' batinnya kembali teringat dengan kemampuan yang dimiliki oleh Avyce di kehidupan Elxyera sebelumnya. Itu adalah kekuatan suci yang membuat berbagai orang terkagum-kagum.

Kekuatan suci yang bisa memurnikan segala kekuatan kotor lainnya dalam sisi kegelapan, bahkan bisa menetralkan kekuatan orang lain yang dilancarkan pada Avyce sendiri. Bukan hanya itu, kekuatan cahayanya bahkan bisa menyembuhkan orang lain dengan sempurna tanpa sebuah perantara seperti batu sihir atau sejenisnya. Bahkan dikabarkan kalau kekuatan Avyce pun banyak yang belum terkuak di mata publik.

Mungkinkah hanya Arsen dan keluarga kerajaan yang mengetahuinya? Agar tidak terjadi pertikaian antara kerajaan Fargaven dengan kerajaan lainnya? Bahkan kuil Dei Blanche sendiri menurunkan titah untuk melindungi Sang Gadis Suci dari apapun.

Sosok yang sempurna.

Siapapun pasti akan menaruh rasa iri pada wanita yang terlalu sempurna itu, kan? Namun tidak ada yang bisa menyakiti Avyce secara langsung karena Firman Dei Blanche yang keluar bersamaan dengan kebangkitan kekuatan Avyce di usia sang wanita yang menginjak 20 tahun.

'Tidak ada satupun cahaya yang bisa menyakiti Sang Gadis Suci. Namun di satu sisi, kegelapan terkelam pun akan lenyap dalam kuasa dan kemurnian kekuatan sang Gadis Suci. Siapa pun makhluk yang berani menentang, maka karma yang kuasa akan menyertainya.'

Elxyera masih mengingat berbagai kata dalam Firman Suci Die Blanche yang muncul saat itu.

Apa itu yang dikatakan tak terkalahkan? Bahkan siapapun pasti akan takut karena itu. Namun Elxyera dulunya cukup gila untuk mengabaikan karma tersebut dan melakukan berbagai macam hal untuk menyakiti Sang Gadis Suci.

Dia sadar karma-karmanya yang pertama dulu adalah kehilangan begitu banyak orang yang disayanginya dan sosok yang dipercayainya. Irvette mendapatkan hukuman mati karena perintah Exlyera, Ayahnya dipenjara karena tingkah putrinya yang tidak masuk akal, dan ibunya sudah lebih dulu meninggal membuat Elxyera jatuh dalam depresi yang mendorongnya melakukan segala kekerasan itu pada Avyce. Membuatnya pun ditinggali pelayan-pelayan yang melayaninya di kediaman Cresentra.

Dan karma keduanya adalah sebuah kematian yang dihadapinya. Ivarios bahkan tidak repot-repot menyembunyikan pengakuan itu kalau dia secara tidak langsung mengatakan itu memang adalah karma Elxyera. Karena tidak ada yang bisa mengubah firman yang telah dikeluarkan Dei Blanche sendiri.

"Selanjutnya, Diziel vir Clifton."

Nama yang disebutkan Profesor Hoston membuyarkan lamunan Elxyera. Dia segera tersadar kalau Diziel mulai melangkah maju, membuat beberapa seruan kagum terdengar dari murid-murid perempuan yang memantau. Hah, mulai lagi para pemuja Diziel tersebut. Dia baru kali ini bisa melihat langsung, namun rasanya dia kembali teringat dengan sosok para pelayan di kediamannya yang mengagumi sosok Diziel.

"Tuan Muda sepertinya jadi tidak bisa fokus," tawa Elxyera kecil saat menyadari panggilan dari beberapa murid perempuan yang menyemangati Diziel justru membuat sang pria tersenyum canggung dan berusaha mengabaikan murid-murid yang menunggu reaksi lambaian tangan dari sang pria.

"Sepertinya menjadi populer sulit bagi Diziel ya. Aku baru melihatnya dan sadar kalau ternyata seperti ini," kekeh Elxyera yang menyadarinya juga. Sepertinya terlihat begitu lucu, apalagi karena sang pria berusaha mengabaikan semua itu. Mungkin beberapa murid yang berseru keras memanggil sang pria adalah teman sekelas Diziel di tingkat sebelumnya.

"Oh, kau perlu melihatnya, Tuan Putri. Aku masih ingat Tuan Muda yang kewalahan saat pemilihan kelompok untuk ujian praktek di tingkat sebelumnya. Semua memperebutkan beliau karena kemampuannya dan juga... penampilannya."

Oh, rasanya Elxyera bisa membayangkan itu. Kalau memang berbakat, sudah pasti banyak yang menginginkan murid berbakat di kelompoknya. Apalagi karena kemampuannya yang sempurna dan penampilan yang seperti itu. Siapa juga yang tidak mau punya anggota seperti itu. Elxyera pun terkekeh kecil. "Sepertinya akan menarik."

Mata merah muda Rubellitenya pun teralihkan kembali ke arah tengah arena, dimana Diziel berdiri memandangi beberapa alat latihan yang mulai dibentuk oleh kekuatan sihir Profesor Hoston, sang alih menciptakan.

Sebuah boneka berukuran manusia kekar yang terbuat dari kayu tercipta beberapa langkah di hadapan Diziel. benda itu lebih tinggi dari Diziel, dan mungkin dua kali lebih besar dari sang pria. Sesaat benda itu tidak bergerak, menyerupai boneka kayu manusia yang tidak berjiwa. Namun beberapa saat, boneka kayu itu menggerakkan tangannya perlahan dan bergerak.

Sebuah sihir penciptaan yang membuat apapun yang tercipta bisa memiliki sebuah kehidupan. Begitulah keunikan sihir yang dimiliki oleh Profesor Hoston. Semuanya pun akan lebih mudah dibuatnya dengan mengendalikan alam tumbuhan yang menakjubkan.

Diziel sendiri tahu bahwa tesnya kali ini akan seperti apa. Profesor Hoston memang tidak menyamakan tes untuk semua muridnya. Sang pria tua itu sudah cukup lama mengenal semua murid tingkat akhir ini sehingga tahu latihan apa yang bisa menunjukkan secara langsung potensi yang dimiliki oleh murid-muridnya.

Elxyera mengakui bahwa guru satu ini memang peduli pada muridnya. Namun melihat semuanya disesuaikan dengan kebutuhan muridnya, Elxyera jadi ragu bagaimana tesnya akan berlangsung nantinya.

"Kau bisa memulai sekarang, Tuan Clifton."

Ucapan mempersilahkan yang terdengar dari Hoston direspon dengan anggukan dari Diziel. Sesaat pria itu terdiam di tempatnya, memandangi boneka kayu yang juga masih belum bergerak berlebihan tersebut.

Sebagai pria yang berasal dari dataran dingin, Elxyera tidak tahu pasti kekuatan apa yang dimiliki oleh Diziel. Namun mengingat kekuatan Ivory, mungkinkah itu akan sama seperti pengkristalan dan juga es? Walaupun itu mungkin agak tidak sesuai dengan kemampuan Profesor Hoston yang secara tidak langsung menggerakkan boneka kayu itu dengan sihirnya.

Senyuman tipis menghiasi wajah Diziel ketika pria itu pun dipersilahkan. Tangan kanannya bergerak seolah berniat meraih sesuatu, namun bersamaan dengan itu sang boneka kayu berbadan besar itu mengangkat kedua tangannya ke udara dan sebuah pedang besar dari kayu yang serupa tumbuh dan tercipta sepanjang satu setengah meter.

Mata-mata murid yang memperhatikan dari pinggiran lapangan terlihat takjub sekaligus tertegun. Tidak menyangka bahwa boneka kayu yang digerakkan oleh Hoston sendiri bisa membuat penciptaan lain dari bagian tubuhnya seperti itu.

Pergerakan boneka kayu itu tidak terkira, karena dengan segera bersamaan dengan pergerakan tangan Diziel selanjutnya yang terulur ke samping, boneka kayu itu berlari kencang ke arah Diziel dan segera pedang itu diayunkan kuat ke bawah tepat pada sosok Diziel yang berdiri tanpa persiapan apa-apa.

Suara terkejut dari beberapa murid terdengar tertahan saat pedang itu terayunkan dan hampir saja mengenai tubuh Diziel untuk membaginya menjadi dua, namun seketika hawa dingin dan asap putih muncul dari tangan Diziel yang terulur ke samping dan saat sang pria mengayunkan tangannya ke atas, sebuah pedang tercipta disana dan segera berhantaman dengan pedang kayu besar yang siap membelah tubuhnya kapan saja.

Asap dingin seketika tercipta dalam hantaman dua senjata berbeda bahan tersebut, dan hawa dingin terasa menghempas ke berbagai sisi di arena itu. Beberapa murid bahkan segera memeluk dirinya sendiri karena merasa kedinginan dengan hawa yang sesaat menusuk itu. Bahkan dengan cahaya matahari yang bersinar di atas, sama sekali tidak menghilangkan hawa dingin itu sepenuhnya.

"Ah, apa aku diremehkan disini?" gumam Diziel terasa tertawa kecil saat satu tangannya menggenggam gagang pedangnya dan satu tangan lain memegang di bagian ujung lain bilah pedangnya untuk menahan serangan pedang besar yang berada di atasnya. Bahkan sang pria terlihat santai menahan serangan itu seolah beban yang menimpa tubuhnya itu bukanlah apa-apa.

Dari tempat Elxyera, dia bisa melihat pedang berwarna bening sebening es itu tergenggam disana. Bahkan takjub karena benda yang terlihat rapuh itu sama sekali tidak hancur setelah menerima hantaman kuat dari serangan boneka kayu milik Hoston.

Namun tentu saja Diziel tidak berhenti sampai disana ketika dia mendorong pedangnya sendiri ke atas mencoba melawan dorongan kuat dari boneka kayu tersebut, sehingga boneka itu terdorong mundur dan hampir kehilangan keseimbangan kalau Hoston tidak kembali menggerakkan kedua kaki boneka itu untuk menopang tubuhnya sendiri yang terasa berat.

Diziel tidak menyia-nyiakan waktu saat hantaman pedangnya dan pedang kayu sang boneka terlepas, dan segera saja dia mengayunkan tangan kanannya yang menggenggam pedangnya itu ke samping untuk melancarkan serangan ayunan pedangnya pada boneka kayu itu.

Melihat bagaimana dengan mahirnya Diziel menggunakan senjata itu, Elxyera tidak bisa berhenti kagum. Bahkan walaupun pedang itu adalah bagian dari kekuatan sihir Diziel, Elxyers tidak bisa mengikuti pergerakan ayunan pedang Diziel yang memberikan beberapa sayatan pada sisi boneka kayu yang mulai terdorong semakin mundur itu.

Sang boneka kayu tidak punya pilihan lain selain mengangkat pedangnya untuk menjadikan senjata itu sebagai tameng perlindungan dari sayatan pedang Diziel yang tiap kalinya mengenai sisi tubuh sang boneka, menciptakan asap putih dingin yang segera membekukan bagian-bagian sayatan itu.

Elxyera seketika memikirkan bagaimana jadinya kalau yang tersayat itu adalah kulit manusia. Akankah itu membeku seperti yang dia lihat pada sayatan boneka itu ataukah bahkan lebih buruk?

Dingin bisa berakibat berbahaya bagi tubuh manusia. Pedang itu jelas bukan senjata biasa.

"Senjata itu, apakah memang mengandung kekuatan sihir yang disalurkan oleh Diziel?" Elxyera segera menoleh ke arah Ivory dan bertanya. Karena dia yakin wanita di sisinya ini setidaknya pasti tahu kekuatan Diziel, sosok yang Ivory layani.

Sesaat wanita berambut biru tua itu tersenyum tipis, lalu mengangguk kecil sebagai jawaban awal atas rasa penasaran yang dilontarkan Elxyera dalam bentuk pertanyaan. Jikalau melihatnya dengan jelas, pasti banyak yang bisa menduga, namun di satu sisi akan bingung juga.

"Itu adalah Harta Mulia Izskoud, Tuan Putri. Salah satu Harta Mulia terkuat yang dimiliki oleh kekaisaran Frontina. Satu dari 10 Harta Suci Dewa Dewi yang terjatuh ke daratan Blanche," jelas Ivory kemudian. Walaupun jawaban itu sedikit mengejutkan, karena Elxyera segera tahu dengan itu.

Nama benda itu sering didengar oleh Elxyera dalam pelajaran sejarah ataupun buku yang pernah dibacanya. Semuanya berawal dari 10 Dewa Dewi yang melayani Die Blanche, menganugerahkan manusia dengan sebagian dari milik mereka sebagai tanda kesucian dan pengakuan untuk manusia di daratan Blanche.

Sehingga ribuan tahun lalu, 10 Dewa Dewi bawahan Dei Blanche pun menyembunyikan masing-masing salah satu Harta Suci berharga mereka di daratan Blanche. Dan siapa saja yang berhasil menemukannya dengan sebuah syarat tertentu yang terpenuhi, maka akan menjadi sosok terpilih yang diakui Harta Suci itu.

Seingat Elxyera, Harta Suci itu bisa diturunkan pada orang lain jikalau benda itu cocok pada orang lain saat majikan pertamanya meninggal. Namun sejauh ini Elxyera hanya tahu empat senjata yang berhasil ditemukan oleh manusia terpilih di daratan Blanche.

Kata orang, Harta Suci memiliki bentuk utama awal, namun seiring menyesuaikan dengan majikannya, maka benda itu akan berubah menjadi sebuah benda atau senjata yang paling cocok untuk majikannya.

Sejauh ini, dia hanya tahu empat diantara 10 Harta Suci. Dan kali ini dia bisa melihat langsung Harta Suci yang dimiliki oleh kerajaan Frontina yang berada di tangan Diziel. Karena kedua lainnya dimiliki oleh Crovis sang kaisar Fargaven dan Harta Suci lainnya berada di tangan Arsen, sebuah pedang yang selalu mendampingi sang pria dan memiliki keunikan sendiri dengan keterampilan tangan kiri Arsen dalam menggunakannya.

Sedangkan satu Harta Suci terakhir yang diketahui oleh Elxyera dimiliki oleh seorang putri kerajaan dari Kerajaan Rotusha di Benua Utara. Elxyera bahkan mendengar kabar kalau Harta Suci itu mengambil wujud gelang indah yang memancarkan kekuatan sihir yang begitu hebat.

Tiap Harta Suci memang memiliki keunikannya masing-masing, dan tidak ada yang pernah tahu potensi apa yang bisa diperlihatkan oleh masing-masing benda itu. Tapi melihat bahwa kecocokan itu berada pada Crovis dan Arsen, Elxyera yakin kecocokan benda itu juga ada pada Diziel yang menguasai Harta Suci tersebut.

"Aku tidak menyangka kalau benda itu dimiliki oleh Duke of Evenezer," gumam Elxyera. Bukan bermaksud menghina. Namun jelas tidak bisa menduga kalau senjata itu jatuh di tangan tangan kanan kaisar Frontina dibandingkan kaisarnya sendiri.

"Aku mengerti maksud pemikiranmu, Tuan Putri. Di satu sisi aku juga tidak menyangka akan hal itu. Namun Kaisar Frontina sendiri yang memberikan senjata itu pada Tuan Muda saat Tuan Muda menginjak usia 12 tahun," jelas Ivory yang mengerti akan maksud Elxyera berbicara seperti itu. Membuat Elxyera kembali dikejutkan dengan kenyataan itu.

Matanya sekali lagi memandang Diziel yang menghantamkan pedangnya pada pedang kayu sang boneka yang tidak hancur itu. Kekuatan Hoston memang hebat, namun boneka kayu itu sudah mulai membeku di berbagai sisinya. Tinggal menunggu waktu saja hingga boneka itu membeku sepenuhnya dan dengan mudahnya dirobohkan.

Namun ternyata pergerakan boneka itu tidak sampai disana saat tangan sang boneka kembali mengangkat pedangnya dan berhenti menjadikannya tameng atas serangan Diziel. Merasa mendapat celah, sang pria mengayunkan pedangnya lagi untuk menyerang leher sang boneka namun pergerakan boneka itu lebih cepat ketika dia menancapkan pedangnya menembus lantai arena hingga menimbulkan retakan yang dalam dan melebar.

Keheningan seketika memenuhi tempat itu, sesaat membuat Diziel membeku di tempat dengan sisi tajam pedangnya yang berjarak beberapa senti dari leher sang boneka. Bersamaan dengan itu pula, sebuah duri-duri kayu tajam tumbuh dari bawah arena, melesat begitu cepat dan banyak ke arah Diziel sehingga membuat sang pria harus melompat ke belakang untuk menghindari serangan tersebut.

Walaupun dari kayu dan mudah saja untuk menghancurkan, jumlahnya yang terlalu banyak membuat Diziel tidak bisa mengambil langkah sembarangan. Dia mencoba menghindari beberapa sulur kayu yang berniat menancap tubuhnya itu dan juga mengayunkan pedangnya untuk menghancurkan beberapa.

Namun saat satu dihancurkan, sulur kayu itu justru bercabang dan kembali tumbuh sehingga melesat cepat ke arahnya. Sungguh serangan yang merepotkan walaupun Diziel bisa membekukannya dan menghancurkannya. Namun dia tidak boleh gegabah dalam memperhitungkan serangan yang akan dia lancarkan untuk kembali mendekati boneka kayu itu.

Suara hantaman sulur dan pedang Diziel yang saling beradu itu memenuhi arena. Sang pria bergerak lincah menghindari beberapa serangan yang mencoba meraih atau menancap di tubuhnya, namun hasilnya sulur itu justru menancap pada tanah kosong arena karena pergerakan cepat Diziel.

Diziel berpikir dia bisa dengan mudah menghindari serangan ini hingga akhirnya ketika dia menapak pada salah satu sisi lapangan, belasan sulur kayu melesat cepat ke arahnya dari sisi kanan ditambah dengan beberapa sulur yang bergerak cepat untuk menyerang dari sisi kiri.

"Awas!!"

Prakk!!

Murid-murid yang ada tertegun melihat bahwa sisi kanan Diziel dilindungi oleh sebuah dinding pelindung dari kaca bagaikan es sedangkan sulur-sulur di sisi kiri Diziel pun perlahan membeku saat tangan kiri sang pria pun terangkat menciptakan sesuatu seperti cahaya kecil berwarna putih salju. Tidak menunggu waktu lama hingga sulur di sisi kiri itu membeku dengan rambatan es yang begitu cepat.

Sudah Elxyera duga kalau memungkinkan besar kemampuan sihir utama yang dikuasai Diziel adalah es. Namun dan pria juga sama sekali tidak memiliki masalah dalam ilmu berpedangnya membuat semua itu terasa menakjubkan. Walaupun masih muda, Diziel memperlihatkan bahwa dirinya cocok menyandang gelar baru Duke of Evenezer dari Frontina.

Tahanan itu bisa terlihat pada sisi kanan Diziel, dimana sulur-sulur yang ada disana mencoba menerobos dinding pelindung es tersebut, namun tidak ada satupun hantaman sulur yang memecahkan dinding pelindung itu dan berhasil melindunginya.

Sesaat Diziel kembali tersenyum tipis, dan dengan mudahnya melempar pedangnya ke udara membuat tatapan Elxyera mengikuti pergerakan pedang yang terputar beberapa meter di atas Diziel.

"•Izskoud , Izrecgen."

Pedang Diziel berhenti beberapa meter di atas udara tepat di atas kepala Diziel, dan seketika sebuah cahaya biru tipis menyelimuti pedang tersebut dan mulai membelah menjadi beberapa bagian kecil, lalu belasan hingga puluhan yang memenuhi udara di atas Diziel. Setelahnya, hujan pedang es pun mulai melintas dari langit mengenai sulur-sulur yang dilancarkan oleh sang boneka kayu tersebut.

Pedang es yang melesat cepat itu menghantam berbagai macam sulur yang mencoba menyerang Diziel lagi, sekaligus yang sudah berubah menjadi es. Di satu sisi, pedang di udara itu bagaikan tidak ada habisnya sehingga terus menjatuhkan hujan pedang es yang bagaikan komet melintas tersebut. Hingga pada akhirnya tidak ada lagi sulur-sulur yang mampu menyerang Diziel.

Sang pria yang berada dalam perlindungan dinding esnya itu pun mengangkat tangannya ke atas, membuat pergerakan kecil sehingga pedang-pedang es yang masih melayang di atasnya itu mengarah pada boneka kayu yang berdiri beberapa langkah di hadapan Diziel, menarik kembali pedangnya dari tanah. Hoston sepertinya berniat kembali menggerakkannya untuk menyerang Diziel.

Tapi sayangnya sang pria berambut abu-abu gelap itu tidak memberikan kesempatan ketika dia memetikkan jarinya, dan pedang-pedang di udara itu mulai tertarik satu sama lain bagaikan magnet dan mulai berubah wujud menjadi sosok sebuah pedang es besar berukuran dua meter yang melayang diudara.

"Apa aku bisa menyelesaikan tesku sekarang , Profesor Hoston?" tanyanya seraya melirik sang pria tua di pinggiran lapangan sejenak sebelum kembali mengayunkan tangannya, membuat pedang raksasa itu melesat cepat ke arah boneka kayu itu dan membelahnya menjadi dua.

Pedang raksasa itu seketika menancap di arena dan menciptakan beberapa retakan lebar di tempat itu, memberikan getaran yang bisa sedikit dirasakan murid-murid yang ada di tempat itu. Bersamaan dengan hawa dingin yang memenuhi tempat tersebut menandakan bahwa ini sudah menjadi kemenangan dari Diziel. Elxyera tertegun di tempatnya melihat besarnya senjata yang bisa diciptakan Diziel dengan kekuatannya.

Namun matanya sesaat memandang Diziel yang segera melambaikan tangan ke arahnya dan Ivory. Membuat sang wanita berambut biru di sisinya pun tertawa kecil melihat sikap Tuan Mudanya yang terkadang kekanakan seperti itu.

Walaupun pikiran Elxyera berada pada satu kesimpulan dimana Diziel vir Clifton adalah sosok yang memang memiliki hal untuk menyandang gelarnya sebagai Duke of Evenezer.

--🗝️--


[Note : Yap, Yap, bagi penggemar Sang Duke of Evenezer mana suaranya? XD

Mungkin sebagian chapter kali ini didominasi oleh sang pria berambut abu-abu tersebut, namun saya harap chapter kali ini bisa memuaskan perasaan kalian yang ingin melihat sang pria lebih banyak. (≧▽≦)

Ngomong-ngomong, apakah ada yang kangen Arsen? Di bagian kedua ini dianya cuma disebutkan saja ya. XD Mungkin belum saatnya dia muncul, soalnya banyak kerjaan. XD

Semoga chapter kali ini sesuai dengan harapan para pembaca dan maafkan saya jikalau kalian menemukan kekurangan dalam cerita saya ini. ( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)

Saya tidak yakin apakah Chapter ini akan jadi dua bagian seperti ucapan saya di chapter sebelumnya atau tiga bagian nantinya, tapi mari kita lihat saja nantinya. (◕ᴗ◕✿)

Saya mengucapkan terima kasih kepada yang sudah membaca cerita saya sejauh ini. Semoga kalian menikmati chapter kali ini. Sekian dari saya, semoga hari kalian menyenangkan. (◠‿◕)]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top