34. Akademi Philosthilea
--🔸--
Elxyera tidak yakin sudah berapa lama kereta kuda keluarga Cresentra ini melaju. Namun Elxyera merasa bahwa waktu mungkin sudah memasuki siang hari. Walaupun dia ingat jarak minimal yang bisa ditempuh untuk menuju akademi itu adalah tiga jam, tidak menutup kemungkinan kalau mereka tentu bisa tiba lebih lama, kan.
"Tuan Puteri, kita sudah sampai."
Suara sang kusir kereta kuda itu membuat Elxyera yang sedari tadi duduk diam pun menoleh keluar jendela. Perhatiannya terpusat pada bangunan-bangunan yang familiar baginya. Kota Hetzem. Selalu meriah setiap saatnya, walau tidak semeriah dan seramai ibu kota Fargaven, Ariomora.
Kereta kudanya berhenti sejenak ketika Elxyera sadar bahwa dia melihat pagar panjang berwarna putih yang pastinya mengelilingi Akademi Philosthilea. Dari tempatnya, dia mendengar kusirnya berbicara dengan seorang penjaga gerbang. Ah, petugas keamanan ya. Selalu saja begini tiap tahunnya, untuk mencegah penyusup bisa masuk.
Walaupun ya, Elxyera sendiri ragu ada penyusup yang mau masuk ke dalam Akademi yang dipenuhi dengan guru-guru berbakat dan tentu saja mematikan dan menakutkan. Elxyera tidak yakin ada penyusup yang berhasil melancarkan rencananya sebelum sempat tertangkap.
Dia merasakan kereta kuda itu kembali bergerak, pertanda bahwa sistem keamanan itu sudah selesai. Seketika pikiran sang wanita kembali berpusat pada satu hal. Matanya kembali tertuju pada gulungan surat yang sedari tadi dia letakkan di sisinya. Surat dari Arsen itu sama sekali belum dibacanya.
Entah apa yang ditulis pria itu disana, namun Elxyera berharap itu bukan hal yang memalukan. Lagipula mungkin saja itu hanya ucapan sampai jumpa yang sederhana? Untung pula Arsen tidak perlu bertemu dengannya saat dia berangkat tadi. Sang wanita tidak ingin melihat wajah pria itu sekarang. Pada akhirnya surat itu hanya dibiarkannya begitu saja.
Setidaknya selama berada di akademi, Elxyera merasa ini akan menjadi waktu yang bagus baginya untuk memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan kedepannya. Langsung kabur begitu saja tentu bukan pilihan yang baik. Dia bisa merusak nama baik keluarganya dan justru akan kembali merepotkan Ayah Ibunya itu.
Langsung meminta memutuskan pertunangan pun bukan hal bagus. Dia tidak masalah dipandang buruk oleh masyarakat sebagai wanita kejam sekali lagi, namun di satu sisi pilihan itu pun tidak baik karena akan merusak nama baik Ayahnya. Terutama karena pria itu merupakan orang kepercayaan Kaisar.
Meminta Putra Mahkota bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan pada Elxyera pun bukan hal bagus. Dia tidak bisa mengikat Arsen untuk selalu bersamanya ketika Gadis Suci muncul dan Firman Dewa itu keluar.
'Firman...Dewa.'
Ungkapan itu sekali lagi terbesit dalam benaknya, membuat Elxyera terdiam sesaat. Seketika sosok pria berambut putih keperakan yang muncul dalam mimpinya itu diingatnya. Ivarious Blanchius, pria yang mengaku sebagai Dewa Blanche sendiri. Elxyera punya satu masalah itu lagi.
Elxyera tidak tahu bagaimana bisa pria satu itu muncul di hadapannya seperti itu, mengaku sebagai dewa dan memanggilnya dengan sebutan seolah dia merupakan sosok berharga bagi pria itu. Kalau itu sihir, mungkin saja ada bangsawan iseng yang memasuki mimpinya? Teman Arsen? Orang yang mungkin penasaran karena dia putri mahkota?
Tidak, tidak! Tidak mungkin se-random itu kan.
Sosok itu bisa saja dewa Blanche yang sebenarnya, muncul dalam mimpinya. Seperti hal normal dimana dia pernah mendengar pengakuan orang-orang yang bermimpi bertemu Dei Blanche sendiri. Itu hal biasa, mungkin.
"Semua juga tahu tiap individu itu adalah kesayangan dewa, apa yang kau pikirkan, Elxy?" gumam Elxyera merutuki dirinya sendiri karena berpikiran yang tidak-tidak. Helaan nafas panjang lolos dari mulutnya. Rasanya melelahkan mencari informasi tentang itu.
Apalagi tidak ada informasi berguna yang ditemukannya tentang bahasa Blanchius lagi dan asal mulanya selain itu adalah bahasa kuno awal yang dulu digunakan oleh masyarakat terdahulu.
"Tuan Puteri, kita sudah sampai."
"A-ah, iya!"
Pintu kereta kuda itu terbuka dan Elxyera pun melangkah turun. Dia mendongakkan kepalanya untuk memandang dua bangunan besar yang saling berdampingan itu. Tingginya 5 lantai, dan identik satu sama lain. Walaupun Elxyera tahu bahwa itu adalah asrama untuk murid-murid yang bersekolah disini. Dibedakan menjadi asrama untuk laki-laki dan perempuan.
"Barang Anda akan segera saya bawakan ke kamar Asrama Anda, Tuan Putri. Apa Anda perlu sesuatu yang lain?" tanya sang kusir padanya ketika pria itu menurunkan barang-barang yang dibawa Elxyera dari rumah. Itu tidak banyak, hanya satu koper besar untuk pakaian dan satu koper berukuran sedang lainnya untuk keperluan akademinya.
"Tidak. Tidak ada lagi. Hanya saja..."
"Tuan Putri?"
Panggilan suara familiar sontak membuat Elxyera menoleh dan menghentikan kalimatnya. Matanya mengerjap beberapa kali ketika melihat sosok tiga orang berjalan medekatinya, dimana sosok dua orang diantaranya tidak asing baginya. Diziel vir Clifton terlihat berjalan mendekati kereta kuda Cresentra, diikuti dengan Ivory dan seorang pria dewasa lainnya di belakang sang Duke.
"Ah, selamat siang, Duke Clifton. Senang bisa bertemu dengan Anda lagi," sapa Elxyera dengan senyuman lembut menghiasi wajahnya. Dia membungkukkan badannya sedikit memberi hormat, menyadari ketiga sosok itu pun melakukan hal yang sama.
"Hmm, saya pun merasa begitu. Bagaimana keadaan Anda, apakah sudah lebih baik?" tanya Diziel, memikirkan keadaan Elxyera sebelumnya. Dia dan Ivory kembali ke kerajaan Frontina saat kondisi Elxyera masih dalam masa pemulihan. Sehingga dia penasaran apakah gadis itu sudah lebih membaik.
Tawa kecil lolos dari mulut Elxyera, memandang Ivory dan pria lain berpakaian kesatria di belakang Diziel beberapa saat, lalu kembali memandang Diziel. "Keadaan saya sudah lebih membaik, Duke. Semuanya juga berkat bantuan Nona Ivory."
"Syukurlah," ucap Diziel merasa lega. Namun seketika teringat sesuatu, dia memandang Elxyera sejenak sembari berpikir. Membuat Elxyera yang menyadarinya seketika terdiam bingung.
"Apa ada yang aneh, Duke?" tanya Elxyera.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita sudahi pembicarakan yang terlalu formal ini, Tuan Puteri-Maksudku Elxyera. Karena kita sama-sama murid di akademi, kurasa formalitas itu bisa kita sisihkan untuk saat ini kan?" tawar Diziel setelah lama berpikir, tertawa kecil dengan tindakan spontan itu membuat kesatria di belakangnya segera memasang wajah panik. Sedangkan Elxyera yang mendengarnya hanya terdiam di tempat tidak terpikirkan dengan satu hal itu.
"Bagaimana, Elxyera?" tanya Diziel, menunggu jawaban dari Elxyera yang membeku di tempat. Walaupun begitu, sang pria tidak menarik ucapannya yang mungkin tidak sopan. Ini di akademi, kan. Itu artinya mereka sejajar sebagai seorang murid.
Elxyera di satu sisi masih memprosesnya, lalu memandang Ivory dan tersenyum tipis dan kesatria asing yang terlihat panik itu. Dia sesungguhnya tidak menyangka akan mendapatkan permintaan itu. Mengingat dirinya begitu sulit memiliki teman di akademi ini. Pertemuannya dengan kedua orang ini seperti menjadi takdir baginya.
"Tentu, tidak menjadi masalah bagiku juga, Du--Ah, Diziel, jikalau kau tidak keberatan?" Elxyera mengangguk mengiyakan. Tidak mempermasalahkan interaksi informal itu. Lagipula Elxyera rasa ini akan lebih menyenangkan karena sekarang dia memiliki sosok untuk diajak berbicara. Dia pun merasa ini akan lebih baik karena bisa memanggil Ivory dengan nama sang wanita langsung tanpa perlu sembunyi-sembunyi juga.
"Benar! Kalau begitu mohon bantuannya selama satu tahun terakhir kita disini ya, Elxyera. Aku harap aku dan Ivory bisa sekelas denganmu nanti," tawa Diziel mengharapkan bahwa tahun ini bisa menjadi tahun yang menyenangkan bagi mereka. Itu seketika mengingatkan Elxyera lagi dengan tahun ajaran baru.
Kelas ya. Dia penasaran siapa saja yang akan masuk ke dalam kelas yang sama dengannya. Norine pun kalau tidak salah bersekolah disini juga, sedangkan Finna lebih muda setahun darinya karena Elxyera tidak sengaja pernah bertemu gadis itu tahun lalu. "Begitu pun denganku juga, Diziel, Ivory."
"Oh, ya. Apa itu barangmu? Mungkin Gerald bisa membantu pelayanmu membawakan ke kamarmu." Diziel pun mengalihkan pandangannya pada barang-barang Elxyera yang berada di belakang sang wanita. Sang kusir keluarganya sendiri pun masih berdiri diam dengan sopan karena majikannya sedang berbicara dengan teman. Sehingga barang-barang itu masih belum dibawa masuk.
"Gerald?"
"Oh, aku lupa memperkenalkanmu. Ini Gerald, kesatria keluarga Clifton. Hari ini dia menemani ke sini untuk mengantarku."Diziel sedikit memutar tubuhnya, memandang kesatria berambut orange yang berdiri di belakangnya. Perhatian Elxyera pun segera terpusat pada pria berambut orange yang kembali memberi hormat itu.
"Hormat bagi cahaya kekaisaran Fargaven, Yang Mulia. Nama saya Gerald, pelayan sekaligus kesatria keluarga Duke Clifton," sahut Gerald memperkenalkan dirinya kemudian, direspons dengan anggukan mengerti dari Elxyera. Oh, dia baru kali ini bertemu dengan kesatria ini. Dia pikir bahwa asisten Diziel hanyalah Ivory saja, namun ternyata masih ada orang lain juga ya. "Dan mohon maafkan kelancangan Duke. Beliau masih perlu banyak belajar untuk--!"
"Hei, apa-apaan ucapanmu, Gerald? Aku sudah meminta izin pada Elxyera, kan. Dan kau mendengarnya dengan baik dia memberi izin," sahut Diziel kemudian memotong ucapan itu dengan memprotes. Membuat Elxyera seketika terdiam sejenak namun tertawa kecil setelahnya.
Ternyata Duke of Evenezer pun bisa menunjukkan ekspresi yang seperti itu ya.
"Salam kenal, Tuan Gerald. Tidak perlu seformal itu pada saya. Kita tidak berada di ibu kota," ucap Elxyera membalas dengan senyuman. Membuat Diziel tertawa kecil dan menepuk sebelah bahu pria dewasa itu.
"Kau dengar? Bahkan Elxyera sudah berkata seperti itu. Kau takut bahwa Putra Mahkota akan menggantung kepalaku kalau tidak sopan pada tunangan beliau?" sahut Diziel lagi dengan santai, membuat kesatria itu menghela nafas panjang dengan penuh keraguan. Walau Elxyera sudah bilang seperti itu, dia tidak bisa memprotes ataupun membalas.
"Terima kasih atas pengertiannya, Tuan Putri. Saya hanya ragu kalau Duke bisa membuat masalah disini."
"Oh, apa kau tidak percaya padaku, Gerald?" Kali ini Ivory yang berbicara. Wanita itu tersenyum manis melirik Gerald dari sudut matanya, membuat pria itu mendecakkan lidah. Namun perhatian Ivory dengan cepat kembali pada Elxyera. "Saya merasa senang bahwa kondisi Anda sudah lebih membaik, Tuan Putri. Saya harap waktu kita di akademi selama satu tahun ke depan ini akan berjalan dengan baik."
"Ah, iya. Terima kasih, Ivory. Dan tidak perlu bersikap formal saja. Seperti ucapan Diziel tadi, kita sama-sama memiliki derajat yang sama sebagai murid disini," ucap Elxyera membalas dengan santai, mengibaskan tangannya sejenak tanda bahwa dia tidak mempermasalahkan dirinya dipanggil tanpa gelar kebangsawanannya.
Sesaat itu membuat Ivory terdiam, seolah memikirkan sesuatu. Namun wanita itu pun hanya tersenyum tipis dan mengangguk lembut. Semoga saja Elxyera tidak terlalu memaksa.
"Nah, kalau begitu apakah kau memerlukan bantuan? Biar Gerald membantumu membawa barang-barang itu dan Ivory bisa membantumu mengaturnya."
"Ah, apa tidak apa-apa? Aku sebenarnya tidak ingin merepotkan," ujar Elxyera kemudian meras tidak enak. Tapi melihat Diziel menggelengkan kepala seraya tersenyum, mungkin benar itu tidak menjadi masalah.
"Tidak apa-apa, Tuan Puteri. Aku akan membantumu mengatur barangnya. Kalau begitu mari, kamar Tuan Puteri sendiri berada di lantai berapa?" tanya Ivory seraya berjalan mendekati Elxyera. Berniat membantu sang wanita untuk mengatur barang-barangnya. Pada akhirnya Elxyera pun hanya tersenyum tipis dan mengangguk kecil. Sepertinya ini tidak buruk juga.
--
Kamar itu masih sama seperti yang terakhir kali Elxyera ingat. Cukup luas seperti kamarnya di kediaman Cresentra. Ada sisi ruang tamu di bagian kanan, sedangkan sisi kiri merupakan tempat tidur dan ruang belajar. Dia juga bisa melihat pintu di sisi kiri yang pastinya mengarah ke kamar mandi dan pintu di sisi kanan yang mengarah ke dapur kecil di kamarnya.
Elxyera sudah menempati kamar ini dari sejak tingkat satu. Dia pun melangkahkan kakinya masuk diikuti Ivory di sisinya, sedangkan Gerald terlihat santai saja membawa dua koper milik Elxyera sekaligus. Membuat Sang Kusir kereta kuda keluarga Cresentra tidak perlu repot-repot membantu juga.
Pria itu sudah kembali ke ibu kota setelah Elxyera merasa tidak ada barang yang ketinggalan di kereta kuda lagi. Tugasnya memang hanya datang ke sini untuk mengantar Elxyera, namun wanita itu meminta sang pria untuk setidaknya beristirahat satu malam di salah satu penginapan kota ini sebelum pulang karena yakin sang kusir pasti kelelahan karena perjalanan yang panjang tadinya.
"Ah, letakkan saja disana, Gerald." Ivory segera angkat bicara ketika Gerald memasuki kamar Elxyera, membuat langkah sang pria untuk masuk semakin dalam ke kamar Elxyera pun terhenti di ambang pintu dengan tangan yang masih memegang kedua koper itu.
"Seorang pria tidak boleh masuk begitu saja ke kamar seorang Lady, kan?"
"Tapi kau masuk ke kamar Tuan Diziel tanpa ada masalah sama sekali. Ah, maafkan ketidak sopanan saya, Tuan Putri. Apa barang Anda saya letakkan disini saja?" tanya Gerald setelah melempar tatapan tajam pada Ivory saat sang wanita melarangnya masuk semakin dalam ke kamar.
"Itu masalah yang berbeda, Gerald. Kau tahu kita ini pelayan Duke. Jangan samakan dengan Tuan Putri. Ah, maafkan Gerald, Tuan Putri. Dia hanya tidak terbiasa dengan hal ini," ujar Ivory membalas seraya tersenyum tipis dengan penuh makna pada Gerald sebelum akhirnya tersenyum manis pada Elxyera.
Sedangkan Elxyera yang melihat percakapan keduanya, merasa bahwa keduanya memiliki hubungan dekat namun dengan beberapa batu penghalang. Apa-apaan dengan percakapan yang terdengar aneh itu?
"A-ah, kalian sepertinya akrab sekali ya. Haha, tidak masalah sama sekali. Tolong letakkan disana saja, Tuan Gerald. Aku akan mengaturnya nanti," ujar Elxyera menunjuk ke sisi ruangannya dekat dengan lemari pakaian. Lalu mengomentari hubungan keduanya yang terlihat akrab di matanya walaupun pembicaraan keduanya seperti itu.
Di satu sisi, Ivory hanya tertawa canggung, sebelum menganggukkan kepalanya singkat. "Benar, Tuan Putri. Kami sama-sama ditunjuk sejak kecil sebagai pelayan Duke Diziel."
Ah, Elxyera mengerti satu hal itu. Mengingat bagaimana akrabnya Diziel dengan Ivory dan juga interaksinya dengan Gerald yang dilihat Elxyera tadi. Mungkinkah sama akrabnya dengan hubungan Elxyra dan Irvette? Duke Diziel benar-benar memiliki orang-orang yang baik di sisinya.
"Walaupun dia terkadang memiliki sisi keras kepalanya juga. Maafkan Ivory jikalau dia bertingkah tidak sopan, Tuan Puteri." Gerald seketika angkat bicara dengan entengnya, kembali mendapatkan tatapan tajam dari wanita berambut biru itu. Walaupun di satu sisi Elxyera menemukan hal itu sedikit mengejutkan baginya.
"E-eh, benarkah? Tapi bagiku, Ivory tidak terlihat seperti itu."
"Oh, Anda belum--Hei,hei! Apa-apaan!"
"Nah, nah, sekarang pergilah bantu Tuan Muda, Gerald. Terima kasih karena sudah membantu Tuan Putri disini." Ivory segera berdiri di belakang Gerald dan mendorong pelan pria itu ke arah pintu sebelum Gerald sendiri menyelesaikan ucapannya. Pria itu bahkan belum sempat memberikan hormatnya pada Elxyera saat Ivory menutup pintu kamar wanita itu.
"Maafkan ketidaksopanannya, Tuan Putri. Gerald memang seperti itu, jadi kau harap bisa dimaklumi."
"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya merasa lucu saja dengan sikapnya. Ternyata Diziel dikelilingi oleh orang-orang yang begitu ceria ya."
Melihat itu, Elxyera tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa dan merespon ucapan Ivory. Sang wanita berambut pirang itu pun mendekat ke arah meja belajarnya dan meletakkan surat dari Arsen yang sedari tadi digenggamnya disana. Dia mungkin akan membacanya nanti saja.
"Ngomong-ngomong kamar Anda nyaman sekali. Saya tidak menyangka bahwa Anda mendekorasinya. Sayangnya ini adalah tahun terakhir, jadi mungkin Anda akan melepaskan dekorasinya?" tanya Ivory saat memperhatikan isi kamar Elxyera. Itu memang kamar Asrama, namun karena murid-murid akan menempatinya sampai lulus, sebagian besar dari mereka mendekorasinya sesuatu dengan kesenangan mereka masing-masing.
Untuk kamar Elxyera sendiri, dia memang tidak terlalu banyak mendekorasinya. Namun memang ada beberapa perabotan yang bukan barang awal dari asrama ini. Terutama rak-rak buku di bagian sisi ruang tamu kamarnya. Itu penuh dengan buku-buku sihir yang pernah dibawa Elxyera dari kediaman Cresentra.
Sekarang itu bisa menjadi tempat persembunyian bagi buku yang dia ambil diam-diam dari ruang rahasia perpustakaan Cresentra.
"A-ah, terima kasih. Mungkin setelah lulus, akan kusumbangkan beberapa pada akademi. Salah satunya, buku-buku itu di rak itu diantaranya banyak merupakan cetakan kedua, sehingga cetakan lainnya masih ada di kediaman Cresentra."
Ivory menganggukkan kepalanya mengerti. Cukup kagum karena Elxyera sepertinya suka membaca buku. Selain itu, kamar ini terlihat begitu nyaman dan menenangkan. Rasanya seperti tidak berada di kamar asrama karena kamar Ivory sendiri tidak terlalu dihias oleh sang wanita berambut biru.
"Oh, ya. Biar aku membantumu mengatur barang-barangmu, Tuan Putri."
Ivory pun segera melangkah mendekat ke arah koper Elxyera, diikuti dengan sang wanita berambut pirang yang juga mendekat. Elxyera pun duduk di lantai berkarpet itu lalu membaringkan kopernya untuk membukanya, melihat isinya yang dipenuhi pakaian yang dibawanya dari rumah.
"Biar saya bantu menatanya, Tuan Puteri," tawar Ivory yang sudah membuka lemari kosong di kamar itu. Elxyera sendiri pun mulai mengambil pakaian pertama yang merupakan seragam akademinya dan memberikannya pada Ivory, sehingga wanita itu pun dengan mudah menatanya. Ternyata melakukan ini cukup menyenangkan jikalau bersama.
"Baru kali ini aku bisa berbicara dengan orang lain sesantai ini."
"Eh?"
Ivory yang mendengar ucapan Elxyera pun menghentikan kegiatannya, sejenak menoleh memandang Elxyera yang kembali membuka salah satu pakaiannya untuk mengeceknya, dan memberikannya pada Ivory untuk digantung di lemarinya.
Ah, Ivory ingat. Elxyera adalah sosok yang tidak memiliki kemampuan menonjol. Ivory sendiri yakin Elxyera sudah menceritakan itu padanya sebelumnya. Tapi bagi Ivory, dia tidak mempedulikannya karena dimatanya semua orang itu sama saja. Senyuman lembut kembali menghiasi wajahnya.
"Aku sudah bilang jangan berbicara seperti itu, Tuan Puteri. Lagipula tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya, kan." Ivory kembali berucap sembari menerima pakaian yagn diberikan Elxyera dan menatanya ke dalam lemari. Hal itu seketika membuat Elxyera tersentak dan tertawa gugup seketika.
"Maaf, aku tidak bermaksud begitu. Hanya saja rasanya senang bisa memiliki teman berbicara seperti ini," kekeh Elxyera, mengusap sisi kepalanya dengan sedikit canggung karena ketahuan kembali merasa gugup.
"Kalau begitu mulai sekarang jangan sungkan pada kami. Tuan Muda pun berniat berteman dengan Anda. Kami ada disini untuk membantumu, Tuan Putri."
Mendengar ucapan Ivory sekali lagi membuat sang wanita terdiam. Seketika dia menyadari bahwa memang memiliki orang lain di sisinya adalah hal yang bagus. Tidak seperti dirinya yang dulu dan memilih untuk egois karena cinta.
"Kau betul. Terima kasih, Ivory. Aku lega bisa bertemu denganmu dan Diziel," ungkap Elxyera tersenyum manis, dan segera direspon dengan anggukan dari Ivory. Perasaannya jauh lebih baik sekarang. Dia tidak perlu melewati tahun terakhirnya dengan sendirian lagi. Karena dia bertemu dengan Ivory dan Diziel sekarang.
Dia berharap tahun terakhirnya di Akademi bisa berjalan lancar sebelum dia dihadapkan dengan berbagai macam pilihan dan rintangan saat lulus nanti.
"Nah, kalau begitu, kita harus cepat mengatur barang-barang Anda, Tuan Putri! Kita masih punya waktu satu hari sebelum pembelajaran kembali dimulai. Mungkin kita bisa berjalan bersama-sama mengelilingi kota," sahut Ivory kembali dengan semangat, membuat Elxyera pun tersenyum tipis dan mengangguk.
Sepertinya ini memang tidak buruk. Kehidupan akademinya pasti bisa berjalan dengan baik.
--🗝️--
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top