33. Awal kembali [Part II : In Between]
--🔸--
Elxyera rasa sudah beberapa sebulan lebih berlalu sejak kejadian di kompetisi berburu yang diadakan oleh kerajaan dan kembalinya Duke of Evenezer ke kediamannya sendiri. Dan sekarang dirinya baru sadar bahwa dua hari lagi tahun ajaran baru di Philosthilea akan kembali berjalan. Itu artinya Elxyera akan menghabiskan waktu terakhirnya sebagai murid tingkat akhir di akademi itu.
Saat ini dia tengah mengatur barang-barang yang diperlukannya untuk di bawa ke akademi. Kondisi tubuhnya juga sudah lebih baik dari sebelumnya. Mengingat dia mendapatkan efek samping dari makhluk kuno, Rusa Ivaros tersebut. Sesungguhnya tidak ada yang perlu dia khawatirkan, namun kenyataan yang menghampirinya adalah sesuatu yang jauh lebih mengkhawatirkan.
Mimpinya saat itu, terasa begitu nyata. Dia tidak menyangka akan mendapatkan sebuah mimpi aneh seperti itu. Sosok seorang pria asing misterius yang muncul dalam benaknya. Elxyera bahkan masih ingat dengan surai perak sang pria dilengkapi dengan mata unik bagaikan perpaduan warna yang ganjil.
Dewa Blanche, begitulah pria itu memperkenalkan diri padanya dengan nama Ivarios Blanchius.
'Mimpi itu...terasa begitu nyata. Apa benar sosok itu adalah seorang dewa yang selama ini penduduk Blanche puja?' batinnya mengingat kembali rupa pria berambut perak yang ditemuinya dalam mimpi. Sosok itu begitu muda, sehingga Elxyera berpikir kalau mereka seumuran.
"Kalau dipikir-pikir, tidak pernah ada manusia yang tahu nama dari Dei Blanche sendiri," gumamnya menghentikan kegiatanny sejenak memasuki barang-barangnya ke dalam kopernya. Sang wanita pun kembali mendekati tempat tidurnya dan duduk di pinggir. Dia mengambil buku tebal yang terbuka di sisinya dan meletakkannya di pangkuan.
Matanya kembali terfokus pada tulisan-tulisan yang ada di buku itu, mencari-cari sesuatu yang ganjil walaupun sejak seminggu kemarin dia sudah berkutat dengan buku ini tiap harinya. Sejak mendapatkan mimpi ganjil itu, Elxyera tidak lagi memimpikan sosok itu. Sehingga awalnya dia berpikir itu adalah sebuah mimpi buruk belaka sampai buku di tangannya ini bersinar.
Tangan Elxyera perlahan mengusap tiap halaman, menyusuri tiap kata dengan jari telunjuknya untuk lebih fokus membaca. Namun walaupun sudah dua kali selesai membaca buku tebal ini, tetap saja Elxyera tidak menemukan hal ganjil.
Padahal ini adalah buku yang Elxyera ambil dari tempat rahasia di perpustakaannya. Buku yang sama dengan buku yang dia gunakan untuk mempelajari bahasa asing yang nyaris dia bongkar di hadapan Putra Mahkota pada hari berburu itu.
Bahasa Blanchius. Begitu mengingat nama dari pria dalam mimpinya dan melihat buku ini bersinar malam itu, Elxyera tidak tinggal diam. Selama setahun penuh sebelumnya dia mempelajari buku ini setelah mengambilnya secara diam-diam, Elxyera berhasil menguasai isinya yang juga ditulis dalam bahasa kuno lain namun lebih modern dari bahasa Blanchius.
Mungkin pria itu memang ada hubungannya dengan bahasa itu, mengingat nama sang pria pun adalah Blanchius.
Memangnya apa itu Blanchius? Sebuah marga suatu keluarga?
Atau kalau pria itu mengaku sebagai Dei Blanche sendiri, Blanchius memang adalah asal mula dari Daratan Blanche sendiri? Elxyera yakin itu tidak menutup kemungkinan mengenai penjelasan bahasa Blanchius di buku ini.
Salah satu bahasa kuno yang digunakan di masa lampau, permulaan dari berbagai bahasa lain di zaman sekarang.
"Apa sebaiknya aku menceritakannya pada Putra Mahkota?" gumamnya tanpa sadar, namun matanya segera mengerjap beberapa kali dan menggeleng panik seketika. Tidak, dia tidak boleh melakukan itu. Lagipula dia yakin Arsen akan menganggapnya gila kalau dia bercerita. Dan juga karena dia sendiri bukan Gadis Suci, bagaimana bisa mimpinya bisa dipercaya.
Elxyera kembali membalik-balik halaman buku itu mencari-cari sesuatu yang kemungkinan belum dibacanya. Mungkin ada yang terlewatkan? Ataukah mungkin saja ada penjelasan lebih baik di buku lain dalam ruangan rahasia itu?
Sayangnya sekarang Elxyera sudah harus kembali ke akademi sehingga tidak mungkin dia menyempatkan diri untuk ke ruangan rahasia itu sekarang.
"Tuan Putri, apakah Anda sudah siap?"
Suara Irvette seketika terdengar dari luar ruangan, membuat Elxyera pun segera menutup buku itu dan menyembunyikannya di bawah bantal tempat tidurnya. Dia merasa beruntung bahwa buku ini bahkan tidak pernah ketahuan hingga sekarang, karena Elxyera menyembunyikannya dengan baik. Namun karena ini satu-satunya petunjuk yang dimilikinya, dia mungkin akan membawanya ke akademi.
"Ah, aku sedang mengatur barang-barangku. Ada apa, Irvette?"
Pintu kamar itu pun terbuka, memperlihatkan sosok Irvette melangkah masuk ke dalam sembari tersenyum tipis. Pelayan itu sesaat memberi hormat pada Elxyera sebelum melangkah semakin mendekati tempat tidur sang putri mahkota, memperhatikan bahwa koper Elxyera sebagian sudah terisi penuh.
"Apa Anda yakin tidak ingin saya membantu Anda menyiapkan barang-barang Anda? Bagaimana jikalau Anda ke--!!"
"Ah, Irvette. Tenang saja, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir dengan hal itu. Aku ini bukan anak kecil lagi," potong Elxyera dengan cepat ketika mendengar lagi-lagi Irvette menawarkan diri untuk membantu. Dia tertawa kecil mencoba menyembunyikan kegugupannya.
Bukannya tidak mau, namun Elxyera ingin mencari tempat untuk menyembunyikan bukunya ini di dalam koper dan dia tidak bisa melakukannya kalau Irvette membantunya bersiap-siap.
Sekarang rasanya dia menjadi bersalah karena seperti anak yang menyeludupkan sesuatu yang berbahaya ke akademi.
Sesaat, Irvette pun terdiam memandangi majikannya sebelum akhirnya kembali menganggukkan kepalanya lembut tanda bahwa dia mengerti dengan hal itu. Walaupun di satu sisi dia merasa lega karena Nonanya sudah bukan anak kecil lagi, di satu sisi dia masih tidak rela kalau harus melepaskan Elxyera dengan mandiri seperti ini. Rasa khawatir itu tentu masih ada.
"Lagipula bukankah sudah seharusnya aku mandiri? Untuk...masa depanku juga," ujar Elxyera dengan suara yang semakin kecil. Dia sedikit menunduk seolah memikirkan sesuatu, namun Irvette yang melihat itu seketika mengingat satu hal dan matanya melebar karena teringat dengan sesuatu yang sudah menjadi rumor bagi para pelayan di kediaman Cresentra.
"Tuan Puteri!!" serunya dengan cepat, bergerak maju dan meraih kedua tangan Elxyera lalu menggenggamnya erat. Elxyera sendiri seketika mendongak karena terkejut, dan dia dipertemukan dengan mata Irvette yang terlihat berkaca-kaca seperti anak kecil yang ketakutan kehilangan sesuatu namun di satu sisi juga mengandung makna terharu.
"Ja-Jadi itu benar?? Apa Anda benar-benar akan menikah dengan Putra Mahkota setelah lulus dari akademi?? Saya dengar dari Tuan Mervis bahwa Anda memberikan syarat bagi Putra Mahkota untuk menunggu setahun lagi sebelum Anda dan beliau resmi menikah, jadi..."
"Ap-Apa? Tu-tunggu dulu, dari mana kau tahu itu? Ma-Maksudku bagaimana bisa Tuan Mervis..."
Elxyera seketika tidak bisa berkata-kata. Mulutnya sedikit menganga karena rasa terkejut itu, tidak menyangka bahwa Irvette mendengar perkataan seperti itu apalagi langsung dari Mervis, pelayan yang terlihat selalu mendampingi Arsen selain Oberion.
Tunggu, apa itu artinya Arsen sendiri yang menceritakannya?? Elxyera berpikir Arsen tidak akan lagi membahas-bahas tentang itu sampai benar-benar dekat dengan waktunya.
"K-Kenapa Anda terkejut, Tuan Putri? Tentu saja itu karena Putra Mahkota yang menceritakannya pada Tuan Mervis. Dan saya hanya penasaran sehingga---OH, ASTAGA, Maafkan saya!! Saya tidak bermaksud merusak kejutan yang mungkin Anda persiapkan untuk masyarakat umum, Tuan Puteri!! Saya benar-benar minta maaf!!"
Irvette yang awalnya bingung dengan reaksi Elxyera, segera sadar kalau mungkin saja itu adalah sesuatu yang mungkin masih dirahasiakan oleh Elxyera dan Arsen dari keluarga Cresentra bahkan orang lain. Mungkinkah tidak seharusnya Tuan Mervis juga mengetahui itu? Apa Putra Mahkota kecoplosan mengucapkannya?
Mungkin sudah salah Irvette bertanya pada pria itu ketika Mervis datang berkunjung bersama Arsen waktu itu.
Kalau saja Mervis tidak bergumam tentang pernikahan dan kekhawatirannya tentang Arsen di masa mendatang, mungkin rasa penasaran Irvette pun tidak akan muncul. Pada akhirnya Irvette hanya membungkuk sopan sembari tetap menggenggam erat tangan majikannya, meminta maaf.
Di satu sisi, Elxyera yang mencoba sadar dari keterkejutannya pun menghela nafas panjang. Dia tidak menyangka satu hal itu. Bagaimana Arsen bisa menceritakannya pada orang lain. Sekarang rasanya Elxyera jadi seperti orang bodoh karena membuat janji seperti itu. Walaupun di satu sisi dia tahu Arsen akan mencintai wanita lain nantinya.
Niat awal mencari cara lepas dari cengkraman Arsen selama tahun terakhir dia di akademi pun lenyap. Dia sudah salah langkah.
Kalau Avyce akan muncul beberapa tahun kedepan dan Elxyera sudah menikah dengan Arsen setahun kedepan, bukankah keadaan hanya akan jadi lebih buruk? Dia tidak masalah dicampakkan sebagai tunangan sang pria. Sorotan mata yang akan terpusat padanya mungkin hanya akan beberapa bulan hingga semua pasang mata itu akan terpusat pada pernikahan Arsen dan Avyce nantinya.
Tapi kalau mereka sudah menikah dan Arsen diizinkan untuk bercerai dan memenuhi Firman Dewa untuk menyatukan gadis suci dan kaisar masa depan Fargaven, maka Elxyera yakin dirinya akan jadi pusat perhatian seumur hidup hingga akhir hayatnya.
Dia tidak mau mendapatkan status sebagai seorang permaisuri yang terabaikan oleh pria satu itu. Walaupun dirinya memilih untuk tidak menikah jikalau dibuang oleh Arsen nantinya, tetap saja masa depan seperti itu jauh lebih buruk.
"S-Sudahlah, Irvette. Tidak perlu meminta maaf. Haha, aku hanya...malu saja menyakuinya," ujar Elxyera pada akhirnya, mencoba menenangkan pelayan setianya yang sedari tadi terus saja meminta maaf. Kalau sudah terlanjur seperti itu, dia hanya berharap cerita itu tidak tersebar kemana-mana nantinya. "Aku hanya berharap kalau kau--!"
"Saya akan menutup mulut saya mengenai itu, Tuan Puteri!! Anda tenang saja!" seru Irvette langsung yang segera mendongak dan menatap Elxyera dengan tatapan bersemangat dan berbinar-binar. Membuat sang wanita berambut pirang menghela nafas panjang seraya tersenyum kikuk.
Ah, dia rasa dia sudah salah jalan berpikiran seperti ini.
"Kalau begitu sekarang Anda harus cepat-cepat bersiap!! Satu jam lagi Anda harus berangkat, kan! Jangan sampai Anda melupakan hal-hal penting untuk persiapan Anda di akademi!" seru Irvette kembali mengingatkan, membuat Elxyera pun hanya tertawa kecil seraya mengangguk pelan.
--
Elxyera melangkahkan kakinya keluar dari mansion kediaman Cresentra. Setelah sarapan bersama keluarganya, sekarang sudah saatnya dia berangkat ke akademi. Akademi Philosthilea terletak di kota Hetzem, empat jam dari ibu kota Fargaven. Mengingat Kota Hetzem terletak di sisi selatan dari ibu kota Fargaven.
Matanya seketika tertuju pada Hellion dan Xevera yang sudah menunggu dekat dengan kereta kuda keluarga Cresentra yang akan mengantarnya nanti. Setidaknya sang wanita merasa senang bisa melihat kedua orang tuanya berada di sini sebelum dia pergi. Karena biasanya Hellion memiliki kesibukan lain dan Xevera bahkan tidak sanggup keluar dari kamar.
"Ayah, Ibu, aku pergi dulu. Jaga kesehatan kalian selama aku tidak berada disini," ucapnya mendekat ke arah ibunya, memeluk erat wanita yang lebih tua darinya itu. Sedangkan Xevera yang melihat tingkah manja putrinya pun tersenyum tipis, dan mengusap lembut kepala Elxyera. Dia pasti akan sangat merindukan kedua orang tuanya ini.
Andai dia tidak perlu pergi, dia akan tinggal. Pikiran akan apa yang terjadi pada orang tuanya di masa depan membuatnya kembali ragu dan merasa sedih. Perasaan itu campur aduk, mengingat bagaimana ibunya meninggal beberapa tahun kedepan dan Ayahnya yang jatuh dalam stress hidup karena tingkah Elxyera yang lepas kendali.
Dia tidak akan merepotkan orang tuanya lagi. Dan berharap setidaknya bisa membuat ibunya tetap tersenyum bahagia jikalau kematian memang akan menanti wanita itu beberapa tahun lagi.
"Kau juga, Elxy. Jikalau kau mengalami kesulitan, jangan sungkan mengirimkan pesan. Kau tahu kami akan selalu mendukungmu bagaimana pun itu. Tidak perlu menjadi sosok yang sempurna. Bersenang-senanglah, karena ini adalah tahun terakhirmu disana. Jangan membebani dirimu sendiri, namun jangan lupa untuk berusaha juga," ujar Hellion yang segera merangkul Xevera dan mengusap lembut rambut Elxyera yang berada dalam pelukan isterinya juga.
Sang wanita pun mengangguk pelan, tanda bahwa dia mengerti. Tak ada kata-kata yang keluar selama beberapa saat dari mulutnya. Dia menyadari bahwa keluarganya memang mendukungnya bagaimana pun itu. Di satu sisi dia jelas merasa senang, namun di sisi lain dia takut dengan kejadian yang sama akan terjadi pada keluarganya di masa depan.
Dia tahu dirinya harus mencari langkah yang tepat. Apalagi ketika dia menemukan kenyatan bahwa mimpi aneh itu pasti memiliki hubungan dengan dirinya yang kembali ke sini.
Dei Blanche. Pria itu tidak pernah lagi muncul di dalam mimpinya sejak terakhir kali. Apa benar dia Dei Blanche, dan jikalau ya, sudah pasti pria itu yang mengembalikannya dalam keadaan ini, kan? Apakah ini memang benar karmanya?
Elxyera pun memundurkan diri dari pelukan ibunya, lalu memberi hormat terdalamnya bagi kedua orang tua yang disayanginya. Senyuman tipis menghiasi wajahnya ketika dia kembali mendongak menatap orang tuanya. "Aku akan melakukan yang terbaik, Ayah, Ibu. Aku tidak akan mengecewakan kalian."
Setelahnya, Elxyera pun memutar tubuh melangkahkan kaki ke kereta kuda keluarganya. Namun baru saja dia ingin naik, sebuah suara burung elang membuatnya menoleh. Kepalanya sedikit mendongak ketika dia melihat sesuatu terbang rendah menuju tempatnya berada, dan segera saja burung elang itu hinggap di atap kereta kuda itu.
"Eh, ini."
"Yang Mulia, izinkan saya."
Elxyera yang terpaku dengan warna burung elang itu seketika tersadar akan sesuatu. Jelas rasanya dia tidak asing dengan makhluk satu ini. Elang hitam memang hidup di Fargaven juga. Tapi melihat bahwa burung elang itu mengenakan gelang kaki berlambang kerajaan, Elxyera menyadari bahwa itu bukan elang biasa.
Dia sedikit mundur ketika River bergerak maju dan meminta izin mengambil sesuatu di kaki binatang itu dan membiarkan elang hitam itu kembali terbang pergi ke tempat awalnya semula. Barulah Elxyera menyadari bahwa ada sebuah kertas yang digulung dan diikat dengan sebuah pita hitam berlambang kerajaan. Sesaat River terlihat memastikan sesuatu, lalu memandang Elxyera lagi.
"Ini dari Yang Mulia Putra Mahkota untuk Anda, Tuan Puteri."
River berjalan mendekati Elxyera, dan memberikan lembaran yang masih tergulung itu padanya. Melihat lambang yang ada pada pita itu saja sudah meyakinkan bahwa itu dari kerajaan.
Dan bukan tipikal seorang Crovis untuk mengirimkan surat seperti ini, sehingga tentu saja Elxyera langsung tahu kalau ini dari Arsen. Karena nama sang pria pun tertulis dengan tinta perak di pitanya, dan nama Elxyera sebagai penerimanya disana.
"Oh, ibu baru menyadarinya. Yang Mulia Putra Mahkota mungkin ingin mengantar kepergianmu ke akademi, tapi sepertinya beliau sibuk?" tebak Xevera seraya tersenyum tipis. Tidak menyangka bahwa alih-alih datang langsung ke sini, Putra Mahkota mengirimkan surat untuk anaknya.
"Romantis sekali Putra Mahkota pada putri kita tersayang. Benar kan, Hellion? Rasanya jadi tidak rela melepaskan putri kita ini untuk orang lain," goda Xevera lagi dengan senyuman manisnya dan melirik Hellion di sisinya.
"I-Ibu!!" Elxyera yang merasa malu tidak tahu harus berkata apa lagi. Ah, padahal sesaat lalu dia bisa pergi tenang ke akademi. Tapi kali ini rasanya pikirannya jadi campur aduk. Arsen tidak seharusnya mengirimkannya surat. Lagipula Elxyera sendiri mengerti kesibukan pria itu. Di kehidupan sebelumnya, Arsen bahkan tidak peduli Elxyera akan pergi kemana.
Kenapa dunia ini jadi berubah seperti ini? Dia pun menggenggam erat surat itu di tangannya, berharap tidak perlu membacanya. Namun tentu itu bukan hal yang sopan, kan.
"Tidak perlu malu, sayangku. Ibu juga dulu seperti itu. Tindakan Yang Mulia Putra Mahkota mengingatkanku padamu, Hellion," sahut Xevera lagi yang kali ini melirik Hellion di sisinya, membuat pria itu seketika membeku dan berdehem singkat untuk menghilangkan rasa malunya. Namun siapapun yang cukup dekat pasti bisa melihat pipi sang pria yang merona itu.
Ucapan Xevera sedikit menarik perhatian Elxyera. Dia jadi penasaran dengan kisah cinta ayah ibunya. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk mendengarnya. Dia punya pikiran yang kacau sendiri sekarang karena surat Arsen yang tiba-tiba muncul, dan perjalanan ke Akademi itu tidak dekat.
Wanita muda itu pun hanya menghela nafas panjang, dan sekali lagi membungkuk memberi hormat pada ibunya. Dia juga tidak bisa berlama-lama disini.
"Hati-hati dalam perjalananmu, Elxy. Jangan lupa kirim surat ya," pinta ibunya dengan lembut, dan mendapatkan jawaban anggukan dari Elxyera. Wanita muda berambut pirang itu pun sekali lagi tersenyum lembut.
"Iya. Ayah, Ibu, aku pergi dulu."
Kali ini, Elxyera pun kembali berbalik dan melangkahkan kakinya memasuki kereta kudanya. Ketika pintunya tertutup, dia memandang orang-orang di depan kediaman Cresentra dari jendela. Tangannya melambai lembut, menyadari kereta kuda itu mulai bergerak meninggalkan kediaman Cresentra.
Setelah keluarganya tidak terlihat lagi, Elxyera pun menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Helaan nafas pelan keluar dari mulutnya, dan matanya sekali lagi terpusat pada surat yang berada di tangannya. Ini tidak seperti Arsen, namun setelah menjalani hidupnya disini beberapa bulan, rasanya Elxyera bisa terbiasa dengan itu.
"Apa aku harus membacanya sekarang?" gumamnya memandang surat itu. Pikirannya seketika mengingatkannya dengan tingkah Arsen padanya setelah kompetisi itu. Pria itu sering datang berkunjung untuk memeriksa keadaannya, bahkan sebagian besar waktu Arsen mungkin dihabiskan di kediaman Cresentra.
Mungkin itu juga yang menjadi alasan pria itu tidak bisa datang ke sini sekarang, karena pekerjaannya yang bertumpuk. Elxyera pun memejamkan matanya, tetap menggenggam surat itu di tangannya tanpa membukanya. Kali ini awal baru kembali akan dihadapinya.
--🗝️--
[Note : Halo, kita bertemu lagi. \^_^/ Akhirnya Princess want to be Abandoned by the Prince bagian kedua telah update! (≧▽≦)つ
Saya harap chapter kali ini pun bisa memberikan kalian perjalanan cerita yang lebih menarik dari sebelumnya.
Terima kasih kepada para pembaca yang sudah sampai ke bagian ini. Saya harap kalian bisa tetap menikmati bagian kedua dari cerita buatan saya hingga seterusnya.
Sekian dan terima kasih. Semoga hari kalian menyenangkan. \^_^/]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top