30. Keganjilan Pertama

--🗝️--

Elxyera tidak merasa waktu berlalu begitu cepat ketika dia menghabiskan waktu berbincang dengan Astron mengenai masa kecil sang pria bersama Astrella dan Arsen. Ada begitu banyak hal yang memang tidak diketahui Elxyera tentang Arsen selama ini.

Dan entah mengapa dia merasa itu seperti jebakan yang menariknya untuk mendekat pada Arsen, namun di satu sisi tidak bisa menolaknya. Kalau ini bukan karma keduanya, mungkin Elxyera akan menjalaninya sebagaimana sebelumnya. Walau dia jelas berpikir tidak akan kembali lagi bertingkah menjadi sosok yang jahat.

Setelah pangeran Astron kembali ke tendanya, Elxyera kembali merasa bosan. Ternyata pangeran Astron tidak seperti yang dia lihat di kehidupan sebelumnya. Pria itu mudah diajak bicara, baik dan sudah menjadi seperti sosok seorang kakak yang bijak bagi Elxyera. Walau ya, sikap blak-blakkan sang pria pun tetap terlihat. Sangat mirip dengan Astrella.

Elxyera jadi penasaran apakah sikap itu turunan dari ibu mereka, sang Archduchess?

Elxyera merasa bahwa mungkin waktu sudah berlalu kurang lebih satu jam setelah perburuan itu terjadi. Dan matahari semakin tinggi ketika suara terompet terdengar menggema di bukit tempat para bangsawan itu mendirikan tenda. Hal itu tentu menarik perhatian Elxyera juga sehingga dengan segera dia berdiri dari duduknya.

"Salam bagi cahaya kekaisaran Fargaven. Yang Mulia sudah kembali, Tuan Puteri."

Elxyera mengalihkan pandangannya ke samping, melihat sosok Mervis yang berjalan menghampiri tendanya dan memberikan hormat. Mendengar itu, Elxyera penasaran apakah Arsen berhasil menemukan rusa Ivaros yang langkah itu. Padahal waktu belum lebih dari satu jam dan sang pria sudah kembali.

Sesuatu yang memang sangat diharapkan dari seorang Putra Mahkota.

"Apa Arsen berhasil mendapatkannya?"

Pertanyaan itu pun dijawab dengan anggukan dari Mervis. Mengetahui bahwa Tuannya kembali ke tempat tenda didirikan bersama dengan Rusa langka yang dinanti-nanti semuanya, tentu menjadi kebanggaan bagi Mervis pula. Di satu sisi, kekaguman itu terpancar dengan jelas di wajah Elxyera.

Apa itu artinya dia bisa melihat rusa Ivaros itu dengan matanya sendiri secara langsung?

Suara kereta terdengar memasuki area perkemahan tersebut, dan dari tempat Elxyera berdiri, dia bisa melihat sebuah kereta pengangkut ditarik oleh dua buah kuda yang dituntun oleh seorang kesatria. Di depan kereta kuda itu, tentu saja terdapat kuda Arsen dan pria itu sendiri, dengan sosok Oberion dan kudanya melangkah juga di sisi sang pangeran.

Suara decakan kagum dari para bangsawan yang ada disana terdengar begitu jelas. Sedangkan Elxyera tidak bisa memalingkan perhatiannya dari seekor rusa besar berwarna hitam yang terbaring di atas kereta pengangkut itu. Sang wanita tidak menyangka bisa melihat salah satu hewan legendaris itu disini.

Ukurannya kalau berdiri sudah pasti hampir 2 meter dan panjangnya mungkin satu meter lebih. Warna bulu hitam itu terlihat begitu indah di bawah matahari, dan tanduk Blanche milik makhluk itu bercabang dua dan besar. Di satu sisi Elxyera merasa kasihan karena makhluk langka ini justru diburu seperti ini.

Bagaimana cara Arsen menakhlukkan makhluk yang besar ini. Mungki keahlian berpedang sang pria memang mengagumkan.

"Yang Mulia Putra Mahkota telah kembali!"

Suara salah seorang kesatria terdengar menggema di tempat itu ketika Arsen menghentikan kudanya di depan panggung kebesaran kaisar. Pria itu memandang Ayahnya dalam ekspresi yang diam dan berwibawa. Elxyera menyadari bahwa sikap Arsen memang berbeda secara langsung pada kaisar.

Mata yang memandang lurus ke arah sang kaisar, dan aura yang membuat siapa saja tidak berani mencari masalah dengan Arsen secara langsung. Sama seperti Ayahnya yang ditakuti dan dihormati juga.

"Hormat bagi cahaya kekaisaran Fargaven. Saya telah kembali, Yang Mulia. Dan saya mempersembahkan rusa Ivaros bagi Anda."

Arsen segera turun dari kudanya diikuti dengan Oberion di belakangnya. Keduanya segera bertulut di tanah dan memberikan hormat bagi satu-satunya kaisar Fargaven yang mereka hormati. Sedangkan di atas panggung, Crovis memperhatikan segala gerak-gerik putranya ditemani Hellion di sisinya.

Mata yang seolah menilai, namun entah mengapa Elxyera menyadari bahwa tatapan itu terlihat seperti membanggakan apa yang telah dilihatnya itu. Mungkinkah Crovis memang bangga dengan Putra Mahkota yang kembali sembari membawa buruan itu?

Setelahnya, Elxyera tidak terlalu mendengar apa yang diucapkan oleh Crovis karena perhatian sang wanita yang segera tertuju pada rusa yang berada di kereta pengangkut itu. Apakah makhluk itu sudah mati? Atau mungkinkah Arsen menggunakan panah beracun untuk melumpuhkan makhluk langka itu?

"Anda penasaran, Tuan Puteri?" Pertanyaan itu membuat Elxyera mengalihkan pandangannya lagi ke arah Mervis yang berdiri di sisinya. Sang gadis sendiri sudah berdiri di ujung tendanya untuk memperhatikan rusa itu dari dekat. Apakah dia boleh mendekatinya? Sedikit saja melihatnya dari dekat.

"Apa aku boleh melihatnya dari dekat?" tanya Elxyera, membuat Mervis sejenak memperhatikan ke arah Crovis yang telah selesai dengan ucapan singkatnya mengumumkan kalau pemenang kompetisi ini adalah Arsen dan Arsen yang telah berdiri. Sepertinya rusa itu memang akan dipersembahkan dalam upacara persembahan bagi dewa dataran Blanche nantinya.

Sehingga mungkin tidak masalah jikalau orang lain ingin melihatnya sebelum rusa itu dipindahkan ke tempat yang lebih aman sampai waktu upacara.

"Jikalau Yang Mulia Putra Mahkota berkenan menemani Anda, saya rasa tidak menjadi masalah, Tuan Puteri." Mervis kembali berucap. Tentu saja dia tidak bisa membiarkan Elxyera mendekati mahkluk itu sendirian, kan. Tentunya setidaknya harus ada kesatria yang menemani sang wanita, karena Mervis menyadari ketika melihat rusa itu tadinya, makhluk itu belum sepenuhnya mati.

Arsen tidak langsung membunuhnya, dan mungkin saja makhluk itu hanya dilumpuhkan dengan panah dengan ramuan pelumpuh biasa. Mendengar jawaban itu, Elxyera sedikit menghela nafas panjang. Ya, tentu dia tahu dirinya tidak akan diizinkan mendekat sendiri. Kemungkinan besar pula Arsen bisa menemaninya. Lagipula pria itu yang berhasil mendapatkan makhluk ini, kan.

"Elxy."

Panggilan itu membuat Elxyera menoleh. Matanya memandang ke arah Arsen yang berjalan mendekatinya. Kali ini sendirian karena Oberion sepertinya tengah mengembalikan kuda yang mereka tunggangi tadi kembali ke kandang khusus mereka. 

Cepat-cepat Elxyera memberi hormat bagi sang pria kembali. Meskipun dalam pikirannya tidak tahu harus mengatakan apa secara langsung bagi pria itu. Tentu Elxyera akan memberi selamat, kan.

"Selamat atas kemenangan Anda, Yang Mulia," ucap Elxyera dengan sopan. Arsen di hadapannya pun tersenyum tipis mendengarnya. Dan tanpa sadar kembali mengelus jepitan Elxyera yang masih terpasang dengan baik di kemeja pria itu. Semua ini tentu berhasil dia lakukan juga berkat pengharapan Elxyera.

Bahkan tadinya dia hampir kalah dari Astrella ketika menemukan rusa Ivaros itu bersamaan dengan Astrella dan kesatria yang menampingi wanita muda itu. Tapi sekali lagi Astrella masih perlu banyak belajar di usia semuda itu. Setelah mengambil panah yang memang sudah dia sediakan di kudanya, sang pria segera memanah rusa itu dengan panah yang dilumuri racun pelumpuh.

"Terima kasih. Tapi ini tentu berkatmu juga, Elxy. Tanpa pengharapanmu, aku yakin tidak akan bisa menemukan buruanku." Melihat wajah tunangannya sudah membuat Arsen merasa sedikit lega. Pikirannya seketika teralihkan dari perasaan buruk yang muncul karena pembicaraan dua bangsawan muda tadi. Tangan Arsen pun terulur menyentuh sebelah pipi Elxyera dengan begitu lembut. Tidak mempedulikan jikalau baik pengawal mereka sendiri atau bangsawan lain melihat.

"Y-Yang Mulia?" Di satu sisi, Elxyera merasa begitu malu dengan sentuhan mendadak di tempat umum itu. Namun dia tidak bisa mengabaikan sentuhan hangat yang menjalar di pipinya itu ketika Arsen mengelusnya lembut. Jemari Arsen yang terasa dingin memberikan rasa merinding bagi tubuh sang wanita. 

Tapi Elxyera sama sekali tidak merasa tidak nyaman dengan itu.

"Selamat atas kemenangan Anda, Yang Mulia. Saya berpikir bahwa saya tadi hampir memenangkan buruan langka itu."

Suara Diziel yang terdengar membuat Elxyera segera menarik diri dari Arsen. Tangan sang pria berambut hitam itu berhenti di udara ketika kekasihnya menjaga jarak dengan malu-malu. Elxyera sendiri berharap Diziel tidak melihat kemesraan mereka tadinya. Begitulah yang mungkin akan dipikirkan orang-orang.

"Ah, Duke Clifton. Maafkan saya karena mengambil kemenangan tersebut. Namun saya di satu sisi cukup kagum dengan kemampuan Anda tadi," ucap Arsen yang segera kembali seperti biasa. Dia berbalik memandang Diziel yang menghampiri tenda Elxyera dengan Ivory yang mengikuti di belakang majikannya.

 Hal itu mengingatkan Elxyera bahwa Diziel pun pastinya berpartisipasi. Sayangnya dia tidak sempat untuk pergi ke tenda Duke Clifton untuk menemui Ivory. Wanita muda berambut biru tua itu tersenyum ketika pandangannya bertemu dengan Elxyera.

"Tuan Puteri." Diziel sejenak memberi hormat ada Elxyera sebelum mengalihkan perhatiannya pada Arsen lagi. Senyuman tipis bersahabat itu menghiasi wajah Diziel, justru sejenak terlihat kagum. "Terima kasih, Yang Mulia. Saya rasa saya masih perlu banyak belajar."

"Ah, Anda terlalu merendah. Justru kemampuan seperti itu sudah hebat untuk seorang Duke seperti Anda."

Arsen dan Diziel seketika tertawa. Membuat Elxyera bertanya-tanya apakah Diziel dan Arsen sempat memperebutkan Rusa Ivaros itu sebelum akhirnya dikalahkan oleh Arsen? Elxyera memang mengetahui kehebatan Arsen dalam bertarung itu cukup mengagumkan. Bahkan lebih dari itu.

"Anda sempat menemukan rusanya, Tuan Diziel?"

Elxyera segera bertanya, penasaran dengan pembicaraan itu dan memutuskan untuk ikut bicara. Dia bisa melihat Diziel mengangguk namun ekspresinya terlihat sedikit kecewa. "Haha, ya, Tuan Puteri. Namun itu setelah Yang Mulia Putra Mahkota menemukannya terlebih dahulu bersamaan dengan Tuan Puteri Astrella."

Ah, Astrella. Elxyera jadi bertanya-tanya dimana wanita itu sekarang. Dia yakin para bangsawan yang masih berada di hutan pasti sudah dikirimkan pemberitahuan bahwa rusa itu telah ditemukan dan pasti kembali ke sini. Apalagi kalau Astrella juga berhasil menemukannya dan memperebutkan makhluk itu melawan Arsen.

"Astrella juga hampir berhasil?"

Elxyera sedikit mendongak memandang Arsen di sisinya. Dan dia bisa melihat pria itu menganggukkan kepalanya singkat. Bahkan kali ini dia bisa menyadari ekspresi bangga di wajah Arsen. 

"Dia hampir mendapatkannya, kalau aku tidak cepat bertindak. Sama halnya dengan Duke Clifton yang muncul di tengah-tengah, kan. Haha, itu menjadi perebutan buruan yang begitu sengit tadinya," jelas Arsen.

Pria itu tertawa kecil menceritakan sedikit yang terjadi saat dia menemukan buruannya itu. Mungkin jikalau Elxyera tertarik mendengar, dia akan menjelaskan lebih lanjut. 

"Kalau begitu dimana Tuan Puteri Astrella?"

"Ah, mungkin dia kesal karena tidak bisa mendapatkan buruan ini? Mungkin di sedang membawa kembali kudanya ke kandang khusus, atau mungkin menemui Archduchess."

Sekali lagi Arsen memberikan jawaban, tersenyum miring mengingat ekspresi sepupunya yang kesal karena gagal mendapatkan buruan tadinya. Meskipun di satu sisi Arsen mengakui kehebatan Astrella tadi.

"Yang Mulia, jikalau Tuan Puteri Astrella mendengarnya, beliau pasti akan melemparkan pedangnya pada Anda seperti tadi lagi," sahut Diziel cepat, mengingat ketika Astrella tidak segan-segan melemparkan pedangnya ke arah Arsen saat pria itu berlari mendekati Rusa Ivaros yang keluar dari tempat persembunyiannya. Namun tentu karena Arsen lebih handal, pria itu dnegan mudahnya menangkis pedang yang terlempar ke arahnya hanya dengan lirikan dari ujung mata.

"E-eh?? Benarkah?" Elxyera berseru terkejut. Tidak menyangka dengan tindakan spontan dari Astrella.

"Haha, tidak apa-apa. Tapi aku cukup kagum, dia sudah memiliki kemajuan dalam beberapa hal. Dalam beberapa tahun, Astrella pasti bisa menjadi kesatria yang hebat. Bahkan mungkin bisa mengalahkan Oberion. Mungkin aku perlu mengganti pendampingku?" goda Arsen ketika melirik Oberion yang sedari tadi hanya diam.

Wajah pria yang malang itu seketika berubah panik dan bingung. Apa itu artinya dirinya? Mervis juga salah satunya, kan? Namun jikalau berkata tentang kesatria pendamping...

"Y-Yang Mulia, apa anda...serius?" Raut wajah Oberion terlihat kecut dan sedih, seolah seperti anak kecil yang akan dibuang. Justru mengundang tawa dari Arsen yang segera mendapatkan sikutan kecil dari Elxyera di sisinya.

Tingkah keduanya sedikit mengejutkan Diziel dan Ivory, namun mereka pun ikut tertawa bersama Arsen 

"Haha, aku hanya bercanda. Tenanglah, Elxy. Jikalau aku tidak ada, sosok kedua yang aku percayakan untuk melindungimu pastilah adalah Oberion dan Mervis." Arsen segera meralat ucapannya, tentu tidak akan benar-benar memecat kedua pendamping setianya itu kan. Namun melihat wajah cemberut tunangannya itu membuat Arsen tidak bisa menahan rasa gemasnya.

Arsen pun menepuk lembut kepala Elxyera, berharap itu bisa menghilangkan raut wajah cemberut yang menghias wajah manis tunangannya.

"Ngomong-ngomong, Yang Mulia. Saya dengar bahwa rusa itu akan dipersembahkan saat upacara persembahan yang diadakan kuil?"

Diziel kembali tertanya ketika mengingat sesuatu. Di Frontina memang ada yang seperti itu, namun dia rasa disini akan sedikit berbeda. Ketika melihat Arsen mengangguk, sang pria segera mengerti.

"Benar, Duke Clifton. Karena rusa Ivaros adalah makhluk langka, kekaisaran akan menyerahkannya pada kuil nantinya," jawab Arsen segera mengiyakan. Mengingat bahwa makhluk mulia itu akan dipersembahkan bagi dewa dataran Blanche. Suatu penghormatan bagi Dewa Termulia.

"Apa kita bisa melihatnya dari dekat sebelum rusa itu dibawa ke kuil?"

Suara itu membuat Arsen dan lainnya segera menoleh ke satu sisi, dimana Elxyera terlihat berdiri dengan wajah penasarannya yang tidak bisa menyembunyikan kekagumannya itu. Mata sang wanita berbinar  seolah berharap diizinkan, dan tentunya bagi Arsen yang melihat itu, tidak akan bisa menolak, kan.

"Apa Anda penasaran, Yang Mulia?" tanya Ivory pada Elxyera, melihat wanita muda berambut pirang itu mengangguk antusias.

"Hmm! Aku hanya pernah melihatnya di buku! Makhluk langka yang begitu ajaib, salah satu kekayaan suci daratan Blanche!" sahut Elxyera dengan cepat tanpa berpikiran dua kali. Membuat perhatian dari semua orang yang berada di dekatnya itu menatapnya lekat. Sang wanita seketika sadar bahwa dia telah berbicara terlalu cepat, dan lagi mengungkapkan apa yang dia pikirkan begitu saja.

Keheningan merambat di tempat itu, dan seketika tawa lembut kembali terdengar dari Arsen. Pria itu terlihat menutupi bagian bawah wajahnya untuk menahan tawanya terdengar semakin keras. Namun Arsen jelas merasa tidak keberatan dengan tingkah lucu Elxyera yang seperti itu.

"Jikalau kau tidak keberatan, aku akan menemanimu," tawar Arsen membuat perhatian Elxyera kembali terpusat pada pria di sisinya. Walau itu cukup membuat Elxyera terkejut dengan pipi yang merona merah, dia mengangguk singkat menyetujui. Asalkan dia bisa melihat rusa itu.

"Kalau begitu ayo," ajak Arsen, mengulurkan tangannya ke arah Elxyera yang segera disambut oleh wanita itu. Dia sedikit melirik Diziel dan Ivory yang tampak memperhatikan dalam diam. "Duke Clifton dan Nona Azurrio?"

"Tentu saja mereka boleh ikut. Tidak ada yang bisa melarang untuk melihat persembahan mulia, kan." Arsen kembali mengangguk, mengerti bahwa Elxyera setidaknya ingin mengajak Ivory ikut. Walaupun tahu kalau Diziel pastinya sudah melihat betapa tinggi dan kuatnya rusa Ivaros itu tadinya.

Diziel di belakang hanya tersenyum penuh arti, bersama dengan Ivory di sisinya yang segera membungkuk hormat mengucapkan terima kasih. Elxyera pun melangkah mengikuti Arsen yang menuntunnya mendekati kereta pengangkut yang masih berada di bagian tengah perkemahan tersebut.

Ketika berjalan semakin dekat, Elxyera bisa melihat bahwa ada begitu banyak tali yang memerangkap makhluk itu di atas kereta pengangkut itu. Ralat, Elxyera semakin menyadari bahwa itu adalah jaring yang dibuat khusus dengan sihir. Berwarna bening berjala-jala dan mengurung rusa Ivaros itu di dalamnya. Salah satu dari bagian sihir Fragment, benang yang begitu kuat sehingga tidak bisa diputuskan selain dengan sihir yang sama kuatnya dengan aliran sihir benang itu.

"Aku sudah melumpuhkannya dengan panah tadi, tapi kita tidak tahu seberapa lama itu akan bertahan dan membuat rusa ini dalam keadaan tidak sadarkan diri. Maka hati-hati dengan langkahmu, Elxy."

Arsen memperingatkan, menggenggam erat tangan sang wanita yang dipegangnya. Elxyera sejenak mengangguk singkat, mengerti dengan hal tersebut. Sang gadis pernah membacanya di buku, bahwa rusa Ivaros adalah salah satu makhluk yang kuat dan ditakuti dulunya. Hingga populasinya semakin sedikit karena perubahan lingkungan.

Arsen membawa Elxyera berjalan memutari kereta pengangkut yang dijaga oleh tiga prajurit. Sesaat pandangan Elxyera mengedar, menyadari pandangan para bangsawan yang menikmati jamuan mereka di tenda-tenda mereka sesaat terpusat padanya. Tapi Elxyera berusaha menepis rasa gugup itu hanya agar bisa melihat makhluk langka ini.

"Wah..."

Mulut sang wanita hampir saja menganga kalau saja Elxyera tidak segera tersadar. Mata merah muda Rubellitenya tertuju pada sisi depan rusa tersebut. Bulunya yang berwarna hitam, sekelam malam. Elxyera bertanya-tanya warna apa yang akan dilihatnya ketika mata makhluk itu terbuka. Dan tanduknya, ketika Elxyera melihatnya dari dekat seperti ini, dia baru sadar bahwa di tanduk putih itu terdapat beberapa ukiran yang rumit, seolah dipahat melingkar.

"Indah, kan?" tanya Arsen ketika menyadari ekspresi kagum di wajah tunangannya. Dia bahkan bisa melihat Elxyera mengangguk tanpa berpikir dua kali. Perhatian Elxyera tidak teralihkan dari rusa Ivaros itu. Sesaat tangannya yang kosong pun terangkat, berniat meraih namun segera tertahan saat sadar.

"A-ah, maaf, Yang Mulia. Saya hanya...begitu kagum melihat keindahannya," ucap Elxyera segera menghentikan pergerakan tangannya yang terangkat di udara, lalu menariknya mendekat ke dadanya sendiri, merasakan jantungnya yang berdetak normal. Dia pun berbalik memandang Arsen yang tersenyum.

Sesaat pria itu ragu, sedikit takut kalau Elxyera bergerak menyentuh makhluk itu. Walaupun Arsen tentu tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada tunangannya.

"Tidak apa-apa, aku tahu kau penasaran. Apa rusa Ivaros ini sesuai dugaanmu?" tanyanya pelan, mengulurkan sebelah tangannya yang kosong menyentuh sebelah pipi tunangannya dan mengusapnya lembut. Sekali lagi tindakan sederhana di tempat umum itu membuat pipi Elxyera menghangat. Apa Arsen tidak punya rasa malu?

"Kurang lebih, Yang Mulia. Tapi melihatnya secara langsung seperti ini...jauh lebih mengagumkan," katanya jujur seketika. Dibandingkan dengan apa yang dibacanya dari buku, penampilan sesungguhnya dari rusa Ivaros ini bahkan lebih mengagumkan. Elxyera berharap dia bisa mengabadikan makhluk langka ini.

"Apa saya boleh menyentuhnya?" tanya Elxyera lagi meminta izin, sesaat melirik rusa itu lalu kembali pada Arsen. Dia tahu bahwa dia tidak boleh sembarangan menyentuh makhluk seperti ini. Apalagi tidak bisa dipastikan apakah ini aman. Tapi menyadari bahwa sepertinya makhluk ini tidak sadarkan diri karena terkena panah pelumpuh tadinya, dia setidaknya ingin mencoba menyentuh sekali.

Setidaknya tanduk yang menarik perhatiannya itu. Ukiran itu terlihat begitu indah. Sesaat Elxyera tidak akan percaya kalau ukiran itu sudah berada disana sejak makhluk ini dilahirkan, ataukah itu perbuatan orang lain. 

Arsen melirik Elxyera sejenak. Permintaan itu adalah sesuatu yang cukup berat. Bukannya Arsen tidak mau mengizinkan. Dia bahkan meyakinkan diri bahwa makhluk ini tidak akan sadarkan diri. Bahkan ketika dipindahkan ke kereta pengangkut tadinya. Selain itu benang perangkat yang menjala makhluk ini adalah salah satu bagian dari sihir yang kuat. 

Rusa ini tidak mungkin merusaknya, kan. Apalagi dalam keadaan tidak sadar seperti ini.

"Apa kau penasaran dengan tanduknya?" tanya Arsen yang segera menyadari satu bagian yang begitu ganjil namun indah dari rusa Ivaros itu. Bukan hanya bulunya yang berwarna hitam secara keseluruhan, namun juga tanduknya yang putih dengan ukiran unik. Siapapun mungkin akan berpikiran dua kali apakah ukiran itu memang sudah ada disana secara alami atau tidak?

Melihat Elxyera menganggukkan kepalanya, Arsen menghela nafas lembut dan tersenyum.

"Jikalau Anda tidak keberatan saya menyentuhnya, Yang Mulia." Elxyera kembali berucap dengan lembut. Tentunya menunggu izin dari Arsen. Bisa melihat makhluk ini dari dekat saja sudah membuat Elxyera bersyukur. Apalagi kalau bisa menyentuhnya. Ekspresi senang itu pun terlihat semakin jelas ketika matanya menangkap anggukan kepala Arsen.

"Asalkan jangan jauh-jauh dariku," peringat Arsen yang sekali lagi membuat Elxyera mengangguk patuh. Ternyata, berada di sisi Arsen yang seperti ini tidak sepenuhnya buruk. Justru itu membuat sang wanita merasa nyaman. Mungkin untuk saat ini, dia tidak perlu mempermasalahkan Arsen yang mendampinginya seperti ini.

"Ayo," ajak Arsen berjalan semakin mendekat ke arah bagian kepala rusa itu terbaring. Prajurit yang berjaga disana sama sekali tidak menahan, karena tentu tahu siapa yang mendekat. Perjalan, Arsen menarik Elxyera mendekat ke sisi kereta pengangkut itu, lalu menarik lembut tangan sang wanita yang digenggamnya untuk diarahkan ke kepala rusa Ivaros yang tak sadarkan diri itu.

Sesaat Elxyera melirik ke arah Arsen lagi, melihat senyuman manis menghiasi wajah pria yang adalah tunangan dan Putra Mahkota ini. Apa tidak masalah dirinya menyentuh makhluk sesuci ini?

Kalau dipikir-pikir, hal seperti ini memang tidak pernah dilihat Elxyera dalam kehidupan sebelumnya. Dia tetap tidak menghadiri kompetisi berburu kerajaan hingga usia 20 tahun. Putra Mahkota secara tidak langsung tidak menginginkan kehadirannya di tempat acara yang dipenuhi banyak bangsawan. Dengan alasan karena sang tunangan harus menjaga Duchess yang sakit, namun pada akhirnya meninggal.

Di usia 20 tahun, Elxyera memilih untuk memberanikan diri muncul di hadapan publik karena tidak terima dengan pertunangan itu. Semuanya justru semakin buruk karena orang-orang mulai membicarakan dia di belakang. Menyebarkan begitu banyak rumor tentang dirinya yang memang tertutup.

Andai dia lebih cepat muncul di depan publik, andai dia bisa menjadi murid yang hebat di akademi, andai Arsen sudah lebih dulu mengakuinya sebagai tunangan.

Elxyera sedikit mengeleng, menepis pemikirannya itu. Saat ini, dia tidak perlu memikirkan itu. Sebagaimana jadinya di masa depan nantinya, sang wanita sudah tahu langkah yang harus diambilnya. Dia mungkin bisa membangun hubungan yang baik dengan Arsen, mengesampingkan tindakan sang pria yang kurang ajar di masa lampau padanya, dan menerima kenyataan bahwa Arsen akan membuangnya setelah Avyce muncul.

Namun saat ini yang perlu dipikirkan Elxyera adalah kesenangannya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Informasi tentang rusa Ivaros ini saja pasti lebih baik daripada kehidupan sebelumnya. Tangan Elxyera perlahan terulur, menyentuhkan ujung jarinya pada tanduk rusa Ivaros tersebut.

Rasanya kasar namun di satu sisi yang mengejutkan, tanduk itu kokoh padat dan dingin. Elxyera tidak tahu apakah dia seperti memegang besi yang dibiarkan bermalam di luar, pada malam yang dingin. Apalagi ketika jemarinya perlahan dan hati-hati menyentuh ukiran itu. Seperti kawah yang tercetak permanen dalam tanduk itu. Tidak ada keganjilan disana. Semuanya terlihat terpahat dengan sempurna, namun tidak terlihat seperti hasil kerja manusia biasa.

"Ini... indah sekali." Sekali lagi mulut Elxyera mengucapkan sebuah pujian, tersenyum tipis ketika jarinya menyurusi ukiran berbentuk sebuah kata itu. Seketika sang wanita sedikit bingung, mencoba memperhatikan dengan baik.

"Ada apa?" Arsen yang sedari tadi berada di sisi Elxyera, menyadari ada perubahan pada ekspresi tunangannya. Dia sedikit menunduk, berniat melihat lebih dekat apa yang dilihat Elxyera dengan mata sang wanita sendiri.

"A-ah, tidak, Yang Mulia. Namun ukiran ini...terlihat seperti bahasa kuno. Bahasa...Blanchius." 

Jawaban Elxyera sedikit mengejutkannya. Walaupun di satu sisi ketika Elxyera memandang sang pria, dia bisa melihat ekpsresi Arsen yang mungkin tercampur dengan rasa bingung? Oh, Elxyera tidak tahu harus bagaimana. Namun karena dirinya sering menghabiskan waktu di perpustakaan, dia pernah membaca salah satu buku yang tidak seharusnya dia baca.

Buku itu terletak di ruangan rahasia dalam perpustakaan kediaman Cresentra. Elxyera yakin Ayahnya mencoba menyembunyikan buku-buku kuno dari masa terdahulu agar tidak disalahgunakan. Sang gadis bahkan sempat membawa satu buku sebelum dia terpaksa lari keluar dari ruangan rahasia itu sebelum ketahuan Ayahnya.

 Dari sanalah dia mempelajari buku yang kebetulan memperkenalkan satu bahasa paling kuno di daratan Blanche, awal mula dari berbagai bahasa lainnya, bahasa Blanchius.

Dan disinilah Elxyera hampir saja membongkar rahasia kecilnya itu pada Arsen ketika tanpa sadar berucap. Mungkinkah Arsen pernah mendengar tentang bahasa itu? Tentu saja pasti pernah, pria ini adalah Putra Mahkota? Walaupun itu adalah materi yang dilarang bagi bangsawan lain, Putra Mahkota pastilah adalah pengecualian.

"A-ah, maaf, yang Mulia. Maksud saya makhluk ini pastinya memiliki keindahan daratan Blanche yang terlihat jelas, bagaikan bahasa kuno yang pudar." Bagaikan orang bodoh Elxyera mencoba meralat ucapannya yang sudah pasti terdengar oleh Arsen. Berharap pria itu benar-benar tidak mendengar atau setidaknya pura-pura bodoh tidak mendengar ucapannya.

Matanya tidak lepas dari ekspresi Arsen, namun begitu melihat senyuman itu kembali dengan manis menghias disana, rasa lega itu dirasakannya dengan jelas.

"Kau benar, salah satu makhluk yang menjadi bukti dari bahasa kuno dimasa lampau. Aku tidak menyangka kau mendapatkan informasi tentang itu. Kupikir tadinya kau membicarakan tentang bahasa kuno yang pudar dari daratan Blanche." Arsen tertawa kecil, lalu ikut dalam pembicaraan dengan Elxyera. Sang wanita yang terlihat menahan nafas itu seketika bisa bernafas lega karena menyadari Arsen sepertinya mudah dialihkan perhatiannya.

"Haha, saya hanya membaca apa yang menurut saya menarik, Yang Mulia." Elxyera memaksakan sebuah senyuman di wajahnya, mencoba menepis rasa gugupnya tadi. Dia pun kembali memusatkan perhatiannya pada tanduk rusa Ivaros itu. Sesaat matanya memperhatikan dalam diam, melihat satu-satu huruf yang mulai terbaca dengan jelas.

Dia ingat huruf itu. Jemarinya perlahan menyentuh lembut, menyusuri tiap huruf yang ada. Tanpa sadar, kata-kata itu terucap dalam benak Elxyera satu demi satu. Mencoba memahami barisan pertama yang tertulis di puncak tanduk sebelah kanan rusa Ivaros itu.

'Siapa yang mendengarkan, biarlah mereka memanggil namaku. Salam bagimu, Ivarios Blanchius.'

Bersamaan dengan kalimat yang yang terhenti dalam benak Elxyera, sesuatu berpendar putih dari ujung tangannya. Dan mata sang wanita bisa melihat jelas ukiran-ukiran di tanduk rusa itu bercahaya putih. Bersamaan dengan suara yang terdengar membalas dalam benaknya.

'Aku mendengar panggilanmu.'

"Elxyera!!"

Suara pekikan rusa yang terdengar menimpa panggilan namanya begitu memekakkan telinga, membuat Elxyera segera menarik diri bersamaan dengan Arsen yang juga menariknya mundur dengan cepat. Mata sang wanita melebar ketika rusa itu bergerak meronta dari balik jala sihir yang mengurungnya. Elxyera spontan menutupi sebelah telinganya saat pekikan menyakitkan dari rusa Ivaros itu terdengar begitu kuat, sehingga bangsawan lain yang melihat terkejut bukan main.

Tempat itu segera berubah kacau ketika Elxyera ditarik mundur dalam pelukan Arsen, dan para prajurit lainnya segera maju dengan senjata mereka, bersamaan dengan beberapa alih sihir yang muncul menguatkan kurungan di tubuh sang rusa. Namun semakin kuat rusa itu meronta, semakin terdengar pula benang-benang yang putus itu.

Setahu Elxyera, tidak ada yang bisa memutuskan benang dari sihir Fragment itu. Selain sesuatu yang sepadan dengan sihir Fragment itu atau...

'Sihir kuno masa lampau!!'

"Mundur! Jangan jauh-jauh dariku, Elxy!" Arsen segera menarik Elxyera kembali, melepas pelukannya dan berdiri membelakangi wanita itu. Suara sang rusa yang terdengar keras itu memekakkan telinga, dan Elxyera bisa melihat rusa itu berusaha berdiri, memutuskan satu persatu benang Fragment yang menahan tubuhnya.

Di sekeliling mereka, para bangsawan lain menjaga jarak, mundur sejauh-jauhnya menghambur ke sisi aman bukit itu agar tidak terkena dampak dari sesuatu yang tidak mereka inginkan. Rusa Ivaros itu bisa saja lari kemana saja dengan liar, kan.

Kereta pengangkut di bawah Rusa Ivaros itu rusak, tidak kuat menahan beban sang rusa yang begitu berat ketika berdiri dan meronta. Dan suara kekacauan yang terdengar semakin memperparah kondisi yang ada disana. Mata Elxyera seketika terpaku pada iris seputih salju milik sang rusa, tertuju padanya dengan jelas.

"Tembakkan panah!"

Seruan itu entah terdengar dari mana, kuat dan memerintah. Namun Elxyera yang teringat sesuatu seketika tersadar. 

"Yang Mulia, jangan!!"

 Elxyera menahan satu tangan Arsen ketika pria itu hendak menarik pedangnya sendiri. Bukan Arsen yang memberi perintah, namun sang wanita tahu pria di depannya ini tidak akan tinggal diam ketika melihat makhluk hampir dua meter itu kembali bangkit tanpa ada tanda-tanda terluka sedikit pun.

Namun sudut matanya seketika menangkap pantulan, dan ketika dia menoleh, Elxyera bisa melihat Hellion bersiap dengan panahnya, berdiri di samping Kaisar yang telah turun dari panggungnya memandang rusa Ivaros itu dengan tatapan tajam. 

Sang wanita yakin Ayahnya akan menembakkan panah itu, yang bahkan kali ini mungkin akan membunuh rusa Ivaros yang tengah mengamuk tersebut.

Seolah tergerakkan dengan sesuatu, Elxyera segera berlari ke depan rusa Ivaros itu. Tidak sempat ditahan oleh Arsen yang terkejut.

Saat anak panah dari busur Hellion melesat ke arah tubuh rusa itu, mata sang pria membelalak ketika melihat putri satu-satunya itu berdiri di depan sang rusa membelakanginya, dengan tangan terentang dan wajah yang dipenuhi berbagai ekspresi. 

"Berhenti!!"

Jarak panah itu bahkan tinggal beberapa senti dari tubuh putrinya.

--🗝️--

[ Note :

Halo, halo, bertemu lagi dengan saya. \^_^/

Ngomong-ngomong maafkan saya yang baru update selarut ini, namun saya harap bagi kalian para pembaca, bisa menikmati cerita saya ini. 
(っ˘̩╭╮˘̩)っ

Bagaimana menurut kalian dengan chapter kali ini?  XD Saya rasa sejauh ini sedikit-sedikit mulai menarik kah? XD

Terima kasih karena sudah membaca cerita saya ya, semoga hari kalian menyenangkan. \^_^/]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top