20. Pangeran bertemu Duke of Evenezer dan Asistennya
Ruang singgasana kerajaan Fargaven begitu mewah dan besar. Dihiasi dengan warna perak, emas dan hitam di berbagai sisi. Di ujung atas ruangan, di atas panggung kebesaran ruang singgasana, terdapat dua buah kursi singgasana besar untuk Emperor dan Empress kerajaan Fargaven, lalu kursi singgasana kebesaran yang sedikit berbeda di sisi kursi emperor untuk putera mahkota.
Sosok pria berambut hitam terlihat tengah duduk di kursi kebesaran Emperor kekaisaran Fargaven. Di usianya yang sudah menginjak usia akhir 40 tahunan itu, wajahnya masih terlihat muda namun juga mengitimidasi di satu sisi. Mata hitam sekelam malam itu tidak teralihkan dari tiga orang yang berdiri di bawah panggung kebesaran istana, memberi hormat padanya.
Emperor Crovis dier Fargaven, begitulah nama pemimpin dari kekaisaran Fargaven ini. Pria yang memiliki hati sekeras batu di medan perang di masa lampau. Pria yang bahkan masih ditakuti oleh kerajaan-kerajaan lain hingga sekarang.
"Salam bagi cahaya kekaisaran Fargaven, Yang Mulia Emperor. Saya Hellion vel Cresentra bersama Duke Diziel vir Clifton dan Nona Ivory Azurrio datang menghadap," ucap Hellion dengan sopan seraya memberikan hormat terdalamnya bagi sang pemimpin kerajaan Fargaven.
Di sisinya, Diziel dan Ivory pun membungkuk sopan memberikan hormat bagi Crovis. Pria yang bahkan tidak mengubah ekspresi wajahnya melihat kedatangan tamunya itu. Dia memang sudah mengetahui bahwa Duke of Evenezer akan datang ke sini untuk menyampaikan beberapa pesan dari Frontina.
Mengingat bahwa Frontina dan Fargaven pun memiliki hubungan yang baik, Artemis yakin kalau ini pasti memiliki banyak hubungan dengan keadaan saat ini. Walaupun sudah memasuki era damai, tiap kerajaan tentunya harus menjaga hubungan baik itu pula, kan.
"Selamat datang di Kekaisaran Fargaven, Duke Clifton, Nona Azurrio," ujar Crovis pada ketiganya, mengayunkan sebelah tangannya perlahan dan ketiga orang tersebut pun kembali menegapkan badannya. Diziel terlihat tersenyum sopan dengan sapaan dari Crovis.
Seperti rumor yang pernah didengarnya, Emperor dari kekaisaran Fargaven ini memiliki aura mengintimidasi yang kuat. Di masa kecilnya, Diziel sudah pernah mendengar berbagai ceria mengenai para kaisar dari kerajaan lain. Salah satunya adalah sosok yang paling ditakuti, Crovis dier Fargaven.
Diziel bahkan mengingat salah satu cerita dimana Crovis bahkan tidak memerlukan pengawal untuk melindunginya dalam medan perang , karena sebelum orang lain bisa sempat membunuh pria itu, musuhnya akan langsung mati duluan dengan kekuatan sihir hebat milik Kaisar Fargaven. Namun di balik semua kengerian itu, Crovis adalah pemimpin yang begitu bertanggung jawab.
Kerajaan Fargaven bahkan begitu makmur di dalam pemerintahan Crovis dier Fargaven. Dan dengan bantuan dari Hellion vel Cresentra sebagai tangan kanannya, semuanya justru berjalan semakin baik.
Meskipun bersekolah di Akademi sihir Philosthilea, Diziel sama sekali belum pernah bertemu langsung dengan Crovis. Dia terlalu sibuk dengan kehidupan sekolahnya, dan setahun ini sibuk dengan pekerjaan menjadi Duke untuk mengurus kerajaan Frontina. Dan sekarang dia datang untuk menyampaikan beberapa pesan pada kaisar dari Fargaven.
Diziel jadi terpikirkan dengan putera langsung dari Crovis, Arsen yang jenius. Di Akademi sihir, pria itu bahkan memiliki kejeniusan yang melebihi orang lain. Di usia muda, Arsen sudah bisa menggunakan sihir yang hebat, berlatih pedang dengan mudahnya, dan kepintaran yang mengagumkan.
Keluarga yang mengerikan. Mungkin Arsen akan sama ditakutinya seperti Crovis nantinya ketika pria itu mengantikan Ayahnya sebagai Kaisar Fargaven.
"Terima kasih banyak sambutannya, Yang Mulia. Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan Kaisar Fargaven secara langsung seperti ini," balas Diziel atas sambutan ramah sang kaisar. Senyuman sopan menghiasi wajahnya. Walaupun Crovis terlihat mengerikan di mata orang-orang, bagi Diziel, pria di hadapannya ini adalah sosok yang pantas dihormati.
"Saya harap perjalanan Anda kemarin tidak membuat Anda lelah. Bagaimana perjalanan Anda menuju kemari, Duke? Dan bagaimana kesan Anda tentang ibu kota Fargaven? Saya dengar bahwa Anda baru pertama kali menginjakkan kaki di ibu kota Fargaven. " tanya Crovis lagi ingin mendengarkan pendapat Diziel mengenai ibu kota Fargaven.
Dia sudah mendengar beberapa hal mengenai Duke of Evenezer yang baru ini, apalagi mendengar tentang sang pria yang sedang menuntut ilmu di Akademi sihir Philosthilea. Mungkinkah ada yang tidak sesuai dengan penggambaran Diziel mengenai ibu kota Fargaven itu sendiri?
Di satu sisi, Diziel tetap tersenyum. Baginya, ini memang pertama kalinya dia datang ke sini. Namun tempat ini merupakan tempat yang berbeda dengan Frontina. Tempat yang berbeda namun menarik di satu sisi. Sejauh ini, Diziel merasa puas dengan apa yang dia temukan di Fargaven.
"Kerajaan yang mengagumkan, Yang Mulia Kaisar. Fargaven memang berbeda dengan tanah utara, Frontina. Namun saya benar-benar dikagumkan dengan pemandangan di Fargaven. Begitu indah dan berwarna," puji Diziel tanpa berpikir dua kali.
Dia memang menganggap bahwa kerajaan Fargaven adalah tempat yang indah dan mengagumkan. Apalagi karena dia juga mengingat janji Elxyera yang akan mendampinginya dan Ivory berjalan-jalan di ibu kota nantinya. Dia jadi tidak sabar dengan hal itu.
Crovis yang mendengar itu pun tersenyum tipis. Dia tentu merasa senang jikalau tamunya puas dengan apa yang dilihatnya di kerajaannya. Crovis memang adalah seorang pemimpin berhati dingin di medan perang, namun jikalau menyangkut mengenai kerajaan dan rakyatnya, dia tentu adalah pemimpin yang bertanggung jawab.
"Jikalau Anda memerlukan sesuatu dari tanah Fargaven, jangan sungkan untuk meminta. Aku yakin Duke Hellion akan menyediakannya segera," lanjut Crovis lagi seraya melirik Hellion di samping Diziel. Pria berambut perak itu mengangguk singkat atas responnya bagi Artemis. Tentu dia akan memperlakukan tamu kerajaan dengan sangat baik.
"Terima kasih, Yang Mulia."
"Saya yakin Anda pun ingin berkeliling Fargaven setelah semua urusan disini selesai. Kalau begitu daripada menunggu lama, langsung saja kita mulai pembicaraannya. Saya mendengar bahwa kaisar dari Frontina ingin menyampaikan beberapa hal pada saya."
Diziel yang segera mengingat tugasnya datang ke sini pun segera menganggukkan kepalanya sebagai respon, lalu melirik Ivory yang tetap berdiri diam di sisi kirinya. Dia pun berjalan mendekati wanita itu dan segera saja Ivory mengulurkan tangannya ke depan, membuat sebuah cahaya muncul di udara tepat di atas tangan sang wanita.
Tidak lama kemudian, sebuah gulungan perkamen berwarna putih bagaikan lapisan es bening yang digulung indah pun muncul. Dengan segera Ivory memberikan benda tersebut pada Diziel lalu membukanya. Pemuda itu sejenak membaca beberapa kalimat yang tertera di bagian paling atas dan mulai membacakannya untuk Crovis.
--
Arsen terlihat berdiri tenang di salah satu lorong utama kerajaan Fargaven, tidak jauh dari depan pintu ruangan singgasana kerajaan Fargaven. Satu alasan yang membuatnya tidak jadi mengunjungi kediaman Cresentra dalam keadaan seperti ini adalah karena perintah dari Ayahnya. Pria itu ingin Arsen mendampingi Duke of Evenezer dan asistennya itu setelah pertemuannya dengan sang Kaisar selesai.
Karena Kaisar masih memiliki kesibukan lain yang perlu diurusnya, otomatis tugas menyambut tamu itu tentu akan turun pada Arsen.
Dengan terpaksa Arsen harus menyelesaikan berkas-berkas tugasnya terlebih dahulu agar nantinya tidak bertumpuk keesokan harinya. Dia tidak tahu sampai kapan harus mendampingi Duke of Evenezer. Namun di satu sisi dia merasa lega karena pria itu sudah tidak berada di kediaman Cresentra untuk beberapa saat.
Apa perlukah dia menawarkan tempat istirahat di istana agar Diziel tidak perlu kembali ke kediaman Elxyera? Namun itu pasti akan merepotkan Duke Cresentra untuk memindahkan barang-barang Duke Clifton ke kerajaan nantinya.
Pikiran Arsen rasanya kacau, apalagi mengingat bahwa Diziel akan tinggal beberapa hari lagi karena akan menghadiri Kompetisi Berburu Kerajaan sebagai tamu khusus dan perwakilan dari kerajaan lain.
"Yang Mulia?"
Panggilan itu membuat Arsen menoleh ke samping. Melihat Astrella berdiri di sisinya. Gadis muda itu terlihat santai saja dan kali ini memanggilnya dengan nada sopan yang terkesan malas.
Alasan Arsen meminta Astrella pun ikut mendampingi karena Arsen mendengar bahwa asisten Diziel yang datang adalah seorang perempuan. Mungkin akan terasa canggung bagi tamu wanita itu jikalau hanya Arsen yang mendampingi, jadi dia mengajak Astrella pula agar ada yang bisa diajak berbicara oleh sang tamu.
Lagipula selain berlatih pedang di tengah liburannya ini, Astrella tidak mempunyai banyak kesibukan di istana. "Anda tidak akan memenggal pria itu kan?"
Pertanyaan arbsurd dari Astrella itu membuat Oberion yang berada di belakang Arsen dan Astrella tersentak kaget dan hampir tersedak nafasnya sendiri. Sedangkan Mervis yang berdiri di samping Oberion hanya memasang wajah tenangnya. Dia sudah cukup terbiasa dengan interaksi arbsurd sepasang sepupu itu, berbeda dengan saudara kembarnya yang tidak akan pernah terbiasa karena rasa khawatirnya yang terlalu besar.
Suara Astrella ketika bertanya tadi memang kecil sehingga tidak terdengar oleh beberapa penjaga di depan pintu ruang singgasana, namun masih cukup keras untuk didengar oleh Oberion yang berada di belakang sang pria.
"Kau pikir aku gila sampai akan melakukan hal itu?"
"Anda ini cukup gila untuk melakukan hal arbsurd seperti itu, Yang Mulia."
Arsen menghela nafas panjang setelah membalas ucapan Astrella dengan suara kecil pula. Dia tidak berpikir Astrella akan bertanya seperti itu. Mungkin sikap blak-blakkan dan spontan sang gadis semakin besar setelah dia masuk ke dalam akademi kesatria. Namun Arsen sendiri masih punya pikiran normal dan hati nurani sebelum melakukan sesuatu yang jahat seperti itu pada orang yang tidak bersalah secara langsung.
"Aku tidak akan melakukannya," balasnya pada akhirnya. Lagipula itu adalah tindakan kriminal dan Duke of Evenezer itu berasal dari kerajaan lain. Hal itu hanya akan menimbulkan peperangan antara dua kerajaan saja. Hanya karena rasa cemburunya, Arsen berniat menciptakan perang? Dia tidak segila itu.
Suara pintu yang terbuka membuat perhatian Arsen kembali tertuju pada pintu ruang singgasana. Dari sana, dia bisa melihat Diziel vir Clifton dikawal salah seorang prajurit, melangkah bersama seorang gadis berambut biru tua panjang yang tidak asing bagi Arsen. Seingat pria itu, Diziel vir Clifton memiliki dua asisten saat dia bertemu pria itu. Salah satunya laki-laki. Jadi sekarang Diziel datang bersama asistennya yang perempuan.
Segera saja Arsen berjalan mendekat diikuti Astrella di sisinya dan Oberion beserta Mervis di belakangnya. Perhatian Diziel yang baru saja keluar dari dalam ruangan singgasana kaisar pun tertuju pada Arsen begitu melihat pria yang lebih tua itu mendekat ke arahnya. Sekali lagi Diziel menampilkan ekspresi ramahnya begitu melihat Putera Mahkota mendekat. Lalu melihat Astrella di sisi Arsen.
"Salam bagi cahaya kekaisaran Fargaven, Yang Mulia, Tuan Puteri. Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu Anda. Perkenalkan, saya Diziel vir Clifton dan ini asisten saya, Ivory Azurrio," sapa Diziel dengan segera bagi Arsen dan Astrella sembari memperkenalkan dirinya. Diziel lalu memberi hormat diikuti dengan Ivory di sisinya.
Wanita muda itu tidak berbicara, namun tentu menunjukkan kesopanannya bagi Yang Mulia Putera Mahkota karena tuannya telah memperkenalkan dirinya juga.
Di hadapan Diziel, kedua sosok yang dia beri hormat itu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi berarti pada awalnya, sebelum akhirnya Arsen tersenyum ramah atas sapaan Diziel yang sopan. Lagipula dia sudah pernah bertemu pria ini sebelumnya. "Terima kasih, Duke Clifton. Selamat datang di Fargaven. Saya harap Anda merasa nyaman selama kunjungan Anda disini."
Sekarang, Arsen yang balik memberi hormat pada Arsen. Sedangkan Astrella di sisinya membungkuk sopan dan membuka mulut untuk berbicara. Walaupun dia sadar bahwa Diziel pasti sudah tahu siapa dirinya karena menyebutkan kata puteri tadi. "Salam, Duke. Perkenalkan, nama saya Astrella dier Vahlaven, sepupu Putera Mahkota sekaligus anak kedua dari Archduchess Vahlaven. Selamat datang di Fargaven."
Perkenalan itu terkesan formal dan singkat. Namun Diziel menghargai setiap sambutan sopan yang diberikan oleh keluarga kerajaan di Fargaven. Dia sudah bisa menduga satu hal itu, karena kedua orang yang ada di depannya ini tentu pernah dilihatnya secara langsung, kecuali Astrella yang memang belum pernah berinteraksi langsung dengannya seperti ini.
Selama perkenalan itu, mata Arsen sama sekali tidak teralihkan dari Diziel. Pria itu seolah mencoba mencari sesuatu dari Diziel, namun entah apa itu. Sepertinya Elxyera memang tidak datang bersama pria ini. Karen Mervis mengatakan bahwa Diziel vir Clifton didampingi Hellion vel Cresentra untuk sampai ke sini. Seketika itu membuat Arsen merasa sedikit lega.
"Terima kasih, Yang Mulia," ungkap Diziel kembali setelah semua perkenalan itu selesai. Dia mendengar bahwa dirinya akan didampingi Putera Mahkota selama berada disini, dan sebagai bentuk kesopanan, tentu dia tidak bisa menolak itu walaupun punya janji dengan Puteri Duke Cresentra. Mungkin tidak masalah baginya selama beberapa saat berada disini.
"Kalau begitu, mari, Tuan Duke. Kami sudah menyiapkan jamuan untuk dinikmati oleh Anda dan asisten Anda. Mari ikut saya," ajak Arsen.
Mengingat bahwa itu pun menjadi tugas baginya. Dia bisa melihat Diziel yang menganggukkan kepala. Arsen lalu memutar badannya dan kembali berjalan untuk menuntun. Di saat seperti ini, rasanya dia ingin lari saja ke kediaman Cresentra untuk bertemu tunangannya.
--
Ruang makan istana kerajaan Fargaven itu besar. Sama halnya dengan ruang singgasana tadinya, tempat ini didekorasi dengan warna emas, perak dan hitam juga, namun lebih sederhana dibandingkan ruang singgasana yang besar itu.
Ketika Arsen dan Astrella masuk bersama tamu kerajaan itu, ruangan itu sudah ditata rapi dengan makanan yang tersajikan di atas meja. Bahkan sudah ada beberapa pelayan yang berdiri di sisi ruangan siap menerima perintah dari majikan mereka.
Arsen segera saja berjalan ke arah kursi paling ujung di bagian ujung atas meja. Emperor tidak akan hadir dalam waktu makan pagi ini karena beliau memiliki kesibukan yang pastinya akan diurus bersama Hellion. Lagipula Mervis sudah mengatakan bahwa kaisar sudah sarapan lebih dulu, bahkan lebih cepat dari jadwal yang seharusnya. Pria itu pasti sibuk sekali.
"Silakan duduk, Duke Clifton, Nona Azurrio."
Arsen segera mempersilahkan ketika para pelayan mulai menarikkan kursi bagi pada tamu tersebut sekaligus untuk Astrella pula. Wanita itu terpaksa mengikut dengan rutinitas kerajaan seperti ini walaupun sebenarnya dia jarang mengikutinya karena memiliki kesibukan sendiri. Tapi karena permintaan Arsen, dia tentu akan berada disini. Lagipula ini tidak buruk juga, karena dia punya tempat bicara.
Diziel segera mengangguk sopan, dan duduk di tempatnya pada sisi kiri meja bersama dengan Ivory yang duduk di sampingnya. Sedangkan Astrella sendiri duduk di sisi kanan, berseberangan dengan kursi yang diduduki oleh Diziel. Dan Arsen yang duduk di kursi utama bagian atas meja menggantikan posisi Ayahnya yang seharusnya berada disana.
Segera setelah keempat sosok itu duduk, para pelayan mulai menyiapkan makanan untuk mereka. Makanan-makanan sampingan dikeluarkan dari dapur, sedangkan makanan utama mulai disajikan untuk Arsen dan tamunya.
Di satu sisi, makanan Diziel memang sedikit berbeda. Semua makanan yang ada memang merupakan makanan yang sama, namun milik Diziel disajikan dalam sebuah tutupan kaca khusus yang dialiri sihir dingin. Sehingga makanan itu tidak terasa panas ketika Diziel mencicipinya.
Di sisinya, Ivory memperhatikan segala hal yang disajikan untuk majikannya. Namun rasanya dia tidak perlu terlalu memikirkannya karena semua itu tersajikan sesuai dengan kebutuhan Diziel. Dia cukup kagum karena walaupun Arsen hanya pernah sekali bertemu dengan Diziel, pria itu ternyata mengingat hal seperti ini.
"Silakan dinikmati, Duke dan Nona. Saya harap ini sesuai dengan selera Anda," ucap Arsen pada akhirnya setelah semua makanan selesai dihidangkan ke piring mereka masing-masing. Para pelayannya ternyata melakukan pekerjaannya dengan begitu baik. Melihat Diziel yang sesaat terus memperhatikan makanannya itu, sepertinya memang semuanya berjalan dengan baik.
"Ah, terima kasih, Yang Mulia. Anda begitu pengertian," balas Diziel pada akhirnya. Lalu mulai mencicipi makanan yang terasa pas di lidahnya itu. Dia bahkan tidak perlu meminta bantuan Ivory untuk mengaturkannya untuknya. Minuman yang terasa dingin ketika diteguknya itu pun tidak memiliki kesalahan sama sekali.
Acara sarapan bersama itu berjalan dengan baik. Bahkan Astrella terlihat makan dalam diam tanpa mengatakan apa-apa. Dia bertanya-tanya apa saja yang perlu dia lakukan dalam menemani Arsen setelah ini. Sebagai puteri kerajaan, dia sebenarnya tidak pernah ambil pusing mengenai hal ini. Tapi kalau ini adalah tamu penting dari kerajaan lain, dia tentu perlu melakukan tugasnya sebaik mungkin, kan.
"Apa setelah ini Anda ingin melihat-lihat pemandangan ibu kota Fargaven, Duke Clifton?" tanya Arsen tiba-tiba setelah pria itu menelan makanan di mulutnya. Sekali lagi mata emasnya itu tertuju pada Diziel yang baru saja meminum anggur yang disajikan untuknya, lalu mengangguk singkat seraya tersenyum tipis.
Dia tentu tidak akan melewatkan satu hal itu.
"Benar, Yang Mulia. Banyak hal yang menurut saya mengagumkan ketika saya tiba disini. Saya jadi penasaran dan ingin mengunjungi beberapa tempat nantinya," jelas Diziel mengingat ketika perjalanannya menuju ibu kota Fargaven, dia melihat begitu banyak tempat yang menarik perhatiannya. Sesuatu yang belum pernah dilihatnya di Frontina. Bahkan ketika dia berada di akademi sihir, dia pun jarang keluar ke kota.
Arsen pun kembali berpikir. Mengingat dia tidak punya tugas lagi untuk saat ini, dia mungkin bisa mendampingi Diziel untuk berkeliling kota. Kalau tugas mendampingi yang dimaksudkan adalah seperti ini, tentu saja dia tidak bisa mengabaikannya.
"Kalau begitu saya dan Tuan Puteri Astrella akan mendampingi Anda dan asisten Anda setelah ini. Pasti ada begitu banyak tempat yang ingin Anda kunjungi, jadi tidak perlu sungkan, Duke." Arsen menetapkan pilihannya kemudian. Kembali berbicara menjelaskan bahwa dia akan menemani tamu kerajaan itu.
Arsen lalu kembali memakan sarapannya dengan tenang, namun melihat ekspresi Diziel yang terlihat berpikir ketika dia mengucapkan itu, membuat Arsen penasaran. Diziel terlihat seperti ragu akan sesuatu. Apakah ada masalah dengan dirinya yang ingin menemani?
"Maafkan ketidaksopanan saya, Yang Mulia. Tapi saya sudah membuat janji dengan...Puteri Mahkota mengenai hal itu. Beliau berniat menemani saya dan asisten saya untuk berkeliling kota siang hari ini."
Jawaban itu seketika membuat Astrella yang sedari tadi fokus pada makanannya pun berbalik melihat ke arah Arsen. Pria yang duduk dengan tenang itu seketika membeku. Oh, Arsen tentu akan selalu bereaksi dengan apa yang menyangkut tentang Elxyera, sehingga Astrella memperhatikan sang pria dengan baik.
Namun Arsen dengan segera kembali menemukan kesadarannya dan tersenyum kaku. Tangannya sejenak mencengkram kuat garpu di tangannya ketika mendengar gelar tunanganya disebutkan. Tentu saja dia tahu siapa yang dimaksudkan Diziel.
"Elxyera vel Cresentra ya. Baiklah kalau begitu. Saya dengar Anda juga menetap di kediaman Cresentra selama beberapa hari ini, kan? Apakah Anda merasa nyaman di kediaman Cresentra, Duke Clifton? Saya harap semuanya sesuai dengan kebutuhan Anda." tanya Arsen berusaha menenangkan dirinya yang sedikit dipenuhi emosi.
Entah mengapa rasanya dia ingin membatalkan hal itu, namun itu pasti akan membuat Elxyera malu karena sudah berjanji untuk mendampingi Diziel mengelilingi ibu kota. Dia tidak boleh seperti ini. Seperti kata Elxyera, dia harus belajar bersabar.
Bahkan Oberion dan Mervis yang berdiri di belakang kursi Arsen terlihat memperhatikan punggung sang pria dalam diam. Pagi tadi adalah bencana yang berhasil dihentikan, namun sekarang Oberion justru ragu Arsen tidak akan bertindak setelah mendengar bahwa Duke Diziel vir Clifton akan menghabiskan waktu berjalan-jalan bersama tunangan Putera Mahkota, Elxyera vel Cresentra.
"Tentu saja, Yang Mulia. Terima kasih atas perhatian Anda. Duke dan Duchess Cresentra merupakan sosok yang begitu baik hati. Terutama Puteri Mahkota yang ternyata begitu manis. Saya sudah sering mendengar rumor tentang beliau, namun ternyata kecantikan beliau memang begitu memancar," ucap Diziel tanpa rasa bersalah. Tidak sadar bahwa ucapan itu bisa saja membakar Arsen dalam rasa cemburu yang besar. Ketika ada yang memuji kecantikan tunangannya begitu sana.
Oh, seharusnya itu adalah hal yang biasa. Memuji kecantikan seorang puteri adalah hal yang biasa. Namun mengenal sikap asli dari seorang Arsen dier Fargaven. Beruntunglah Diziel memiliki status tinggi yang bisa menyelamatkan nyawanya dari amukan Arsen. Pria berambut hitam itu pun tersenyum tipis mendengar pujian tentang tunangannya. Sedangkan Astrella sedari tadi memperhatikan Arsen dalam diam.
Dia bilang juga apa? Arsen mungkin saja bisa membunuh Diziel hanya dengan pisau makan yang berada di tangannya.
"Saya memang beruntung bisa mendapatkan Lady Elxyera vel Cresentra sebagai tunangan saya," balas Arsen kemudian dengan penuh rasa bangga walaupun ekspresinya terlihat tersenyum biasa.
Dia mencoba menenangkan dirinya dengan memikirkan Elxyera yang pastinya hanya menjalankan tugasnya sebagai puteri Duke Hellion. Tidak mungkin juga kan Diziel menggoda seorang wanita yang sudah memiliki tunangan. Arsen sudah berpikiran terlalu jauh. Lagipula ada Ivory yang akan ikut bersama mereka juga.
"Benar sekali, Yang Mulia. Bahkan kecantikan beliau tersebar di Akademi sihir Philosthilea. Saya harap bisa menjalin hubungan yang baik dengan beliau bahkan di akademi juga nantinya," lanjut Diziel sekali lagi. Tidak menyadari apa yang bisa dihadapinya sekarang. Senyuman bagai malaikat terlihat menghiasi wajah Diziel ketika mengungkapkan kata itu.
Tapi baik Oberion dan Mervis yang berada di belakang Arsen seketika pucat pasi. Mereka tidak menyangka satu hal itu. Mendengar bahwa Diziel ternyata merupakan salah satu murid di Akademi sihir Philosthilea. Terlebih lagi kemungkinan besar mereka seangkatan. Mereka bisa melihat punggung Arsen yang menegang, lalu menyadari lirikan Astrella pada mereka.
Arsen sendiri bahkan baru mengetahui hal itu. Dia tahu Diziel memang pasti masih menuntut ilmu di salah satu akademi. Namun menemukan kenyataan bahwa tunangannya bersekolah di tempat yang sama dengan Diziel justru membuat emosi itu kembali ke dalam dirinya. Arsen bahkan rasanya sudah tidak mau menyentuh makanannya lagi karena rasa kesal itu kembali.
"Ah, benarkah? Saya senang mendengarnya. Saya berharap tunangan saya bisa berteman baik dengan Anda juga, Duke. Ngomong-ngomong, bagaimana kalau saya sekalian mengantar Anda kembali ke kediaman Duke Cresentra nantinya? Mungkin saya pun bisa mendampingi Anda bersama tunangan saya berkeliling ibu kota," tawar Arsen kembali dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya. Dia berusaha mengontrol emosinya dengan tidak nada yang diucapkan mulutnya.
Namun di mata Astrella yang bisa melihat dengan lebih jelas, itu bahkan bukan sebuah senyuman lagi. Itu pernyataan perang secara tidak langsung. Oh, Arsen sudah lepas kendali.
"Lagipula lebih banyak orang akan lebih baik kan, Duke?"
--🗝️--
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top